Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN

BIOTEKNOLOGI

SISTEM CONSTRUCTED WETLAND SEDERHANA


(EVAPORATION)

Disusun Oleh :

KELOMPOK 2

Chrystine Olivia 21080114120006

Derystanto Winatama 21080114140107

Elliyana 21080115120006

DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2018
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... 1


DAFTAR ISI ...................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................................. 4
1.2 Tujuan .......................................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pengertian Sistem Constructed Wetland ....................................................... 6
2.1.1 Lahan Basah Buatan (Constructed Wetland) ...................................... 6
2.2 Klasifikasi Lahan Basah Buatan (Constructed Wetland) ............................... 7
2.3 Kinerja Sistem Lahan Basah Buatan Tipe Subsurface Flow Wetlands (SSF-
Wetlands) ........................................................................................................ 8
2.4 Keunggulan dan Kelemahan Teknologi Lahan Basah Buatan (Constructed
Wetland) ........................................................................................................ 8
2.4.1 Keunggulan Teknologi Lahan Basah Buatan (Constructed Wetland) 8
2.4.2 Kelemahan Teknologi Lahan Basah Buatan (Constructed Wetland) . 9
2.5 Rumput Teki (Cyperus Rotundus L.) ............................................................. 9

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN


3.1 Tahap Persiapan .............................................................................................. 10
3.1.1 Constructed Wetlands ......................................................................... 10
3.1.2 Proses dalam Constructed Wetlands ................................................... 11
3.1.3 Air Limbah Rumah Tangga ................................................................ 11
3.2 Tahap Penelitian ............................................................................................ 11
3.2.1 Alat dan Bahan .................................................................................... 11
3.2.2 Langkah-langkah Pembuatan .............................................................. 12

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Percobaan ............................................................................................. 14

2
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan .................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 17

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi seluruh makhluk hidup,
terutama manusia. Manusia membutuhkan air untuk keperluaan domestik dan aktivitas
lainnya. Namun, berdasarkan peruntukannya air dibagi menjadi beberapa golongan yang
ditinjau dari segi kualitasnya. Pengukuran kualitas air digunakan mengetahui kelayakan
dari air tersebut. Parameter yang dapat digunakan berupa parameter fisika, kimia dan
biologi. Parameter fisika meliputi suhu, warna, konduktivitas, padatan total, padatan
terlarut, padatan tersuspensi, kecerahan dan kekeruhan. Parameter kimia meliputi pH,
oksigen terlarut, potensi redoks serta karbon dioksida. Sedangkan parameter biologi
meliputi keberadaan mikroorganisme, baik makro maupun mikro yang ada diperairan.
Volume limbah domestik yang berasal dari pemukiman dapat menjadi
permasalahan yang serius. Upaya mengolah limbah cair sebelum dibuang ke badan air
merupakan tindakan yang sangat perlu diperhatikan. Pengolahan limbah dengan prinsip
ekologis sangat direkomendasikan mengingat karakteristik limbah domestik yang pada
umumnya bersifat biodegradable. Salah satu alternatif sistem pengolahan air limbah
tersebut adalah Sistem Lahan Basah Buatan (Constructed Wetland) (Supradata, 2005).
Teknologi lahan basah buatan untuk mengolah limbah cair sangat potensial sistem
pengolahan limbahnya sederhana, mudah diterapkan dalam skala rumah tangga atau
individual yaitu dengan memanfaatkan sumber daya yang ada di Indonesia. Metode
pengolahan limbah cair lahan basah buatan ini menggunakan mikroorganisme dan
tumbuhan air (Awalina, 2005). Keberadaan lahan basah buatan dapat memberikan
pengaruh yang baik karena proses pengolahan limbah yang terjadi mencontoh proses
penjernihan air yang terjadi di lahan basah atau rawa (wetlands). Pengolahan limbah
dengan sistem lahan basah buatan melibatkan tumbuhan air yang berperan penting dalam
proses pemulihan kualitas air limbah secara alamiah melalui mekanisme absorbs bahan-
bahan yang larut di dalam air limbah maupun kemampuannya untuk bersimbiosis dengan
mikroorganisme yang terdapat di dalam tanah (Supradata, 2005). Dalam percobaan ini
menggunakan metode Evaporation dengan variasi media tanam berupa kerikil, pasir,
tanah dan pot tanaman.

4
1.2 Tujuan
Adapun tujuan pelaksanaan percobaan ini yaitu:
a. Untuk mengetahui cara pembuatan media tanam sistem construct wetland
sederhana dengan metode evaporation.
b. Untuk mengetahui perbandingan sebelum dan sesudah proses penjernihan air
limbah domestik dengan sistem construct wetland sederhana dengan metode
evaporation.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Sistem Constructed Wetland


Constructed wetland (CW) atau rawa buatan adalah konstruksi yang dirancang
untuk menarik keuntungan hakiki dari perbaikan fungsi kualitas air pada lahan basah
alami (dimana rawa adalah salah satu bagian dari lahan basah) untuk penggunaan dan
kepentingan manusia. Konstruksi ini dirancang sedemikian rupa sehingga proses
perbaikan kualitas air secara khusus meliputi pengendalian “outflow” dan meminimalkan
fungsi pengolahan tertentu. Tatkala CW dirancang secara benar maka sistem ini mampu
secara efektif memurnikan kembali limbah cair dengan menggunakan proses yang sama
terjadi pada wetland alamiah yang terdiri atas tumbuhan, tanah dan komunitas mikrobial
yang terkait, tetapi dalam lingkungan yang lebih terkontrol (Hammer, 2004).
Sejalan dengan perkembangan ilmu dan penelitian, maka definisi tersebut
disempurnakan oleh Metcalf & Eddy (2003), menjadi sistem yang termasuk pengolahan
alami, dimana terjadi aktivitas pengolahan sedimentasi, filtrasi, transfer gas, adsorpsi,
pengolahan kimiawi dan biologis, karena aktivitas mikroorganisme dalam tanah dan
aktivitas tanaman.
2.1.1 Lahan Basah Buatan (Constructed Wetland)
Sistem lahan basah buatan pada dasarnya berfungsi untuk memperbaiki kualitas
air limbah agar mutu hasil olahannya memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan dan
tidak mencemari badan air penerima. Constructed wetland sampai saat ini diyakini
sebagai cara paling ekonomis untuk mengolah air limbah. Constructed wetland sangat
cocok diterapkan pada negara berkembang (terutama daerah tropis yang iklimnya
hangat), karena pengoperasian constructed wetland ini tidak membutuhkan biaya
investasi dan biaya pengoperasian yang tinggi, serta tidak memerlukan tenaga operator
khusus untuk mengoperasikannya. Selain itu ketersediaan tanah yang relatif luas dan
harga tanah yang tidak terlalu mahal di negara-negara berkembang (dibandingkan dengan
harga instalasi pengolahan limbah modern) juga menyebabkan kolam ini cocok
dikembangkan di negara berkembang (Puspita, dkk., 2005).
Instalasi ini dirancang seperti proses penjernihan limbah cair yang ada di alam,
tetapi dengan lingkungan yang dapat dikendalikan. Instalasi pengolahan limbah cair

6
buatan ini mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan instalasi pengolahan
limbah cair alami (natural wetland) yaitu lokasi bisa dipilih sesuai dengan keinginan,
ukuran lebih fleksibel, pola aliran serta waktu tinggal bisa diatur (Jimmy, 2015). Instalasi
pengolahan limbah cair buatan ini mampu mengolah berbagai limbah cair seperti limbah
cair domestik, limbah cair pemotongan hewan, limbah cair pabrik kertas, limbah cair
pabrik gula, limbah cair peternakan dan berbagai limbah cair lainnya (Kurniadie, 2011).

2.2 Klasifikasi Lahan Basah Buatan (Constructed Wetland)


Secara umum sistem pengolahan limbah dengan lahan basah buatan (Constructed
Wetland) ada 2 (dua) tipe, yaitu sistem aliran permukaan (Surface Flow Constructed
Wetland) atau FWS (Free Water System) dan sistem aliran bawah permukaan (Sub-
Surface Flow Constructed Wetland) atau sering dikenal dengan sistem SSF-Wetlands
(Leady, 1997).

Gambar 2.1 Tipe Aliran Lahan Basah Buatan


Sumber : Leady, 1997

Berdasarkan jenis tanaman yang digunakan, terbagi menjadi 3 (tiga) kelompok:


1. Sistem yang menggunakan tanaman makrophyta mengambang atau sering disebut
dengan lahan basah sistem tanaman air mengambang (Floating Aquatic Plant System).
2. Sistem yang menggunakan tanaman makrophyta dalam air (Submerged) dan umumnya
digunakan pada sistem lahan basah buatan tipe aliran permukaan (Surface Flow
Wetlands).
3. Sistem yang menggunakan tanaman makrophyta yang akarnya tenggelam atau sering
disebut juga amphibiuos plants dan biasanya digunakan untuk lahan basah buatan tipe
aliran bawah permukaan (Subsurface Flow Wetlands) SSF-Wetlands.

7
Proses pengolahan air limbah dengan sistem ini dipengaruhi oleh media yang
sangat berpengaruh terhadap kinerja sistem wetland. Media reaktor lahan basah aliran
permukaan (SF-Wetlands) dan aliran bawah permukaan (SSF-Wetland) secara umum
dapat berupa tanah, pasir, batuan atau bahan-bahan lainnya. Untuk meningkatkan kinerja
CWs, selain memanfaatkan tanaman air, CWs juga didesain dengan variasi media.
Kerikil, dan botol bekas air mineral (pets) juga dapat dimanfaatkan sebagai media tanam
(Dallas, Scheffe dan Ho, 2005), demikian pemanfaatan zeolit, arang, dsb.

2.3 Kinerja Sistem Lahan Basah Buatan Tipe Subsurface Flow Wetlands (SSF-
Wetlands)
Khiatuddin, M. (2003) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa kinerja SSF –
wetlands berdasarkan media yang digunakan dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut:
Tabel 2.1 Kinerja Lahan Basah Buatan Aliran Atas Permukaan Berdasarkan Jenis
Media yang Digunakan
No Jenis Media Presentase Pengurangan Polutan
BOD SS Coliform
1 Kerikil 55-96 51-98 99
2 Tanah 62-85 49-85 -
3 Pasir 96 94 100
4 Tanah liat 92 91 -
Sumber : Khiatuddin, M, 2003
Khiatuddin (2003), menyatakan bahwa dibawah permukaan tanah, akar tumbuhan
akuatik mengeluarkan oksigen, sehingga terbentuk zona rizosfer yang kaya akan oksigen
diseluruh permukaan rambut akar. Oksigen tersebut mengalir ke akar melalui batang
setelah berdifusi dari atmosfir melalui pori-pori daun.

2.4 Keunggulan dan Kelemahan Teknologi Lahan Basah Buatan (Constructed


Wetland)
2.4.1 Keunggulan Teknologi Lahan Basah Buatan
Keunggulan teknologi lahan basah dibandingkan dengan fasilitas pembersih air
yang berteknologi konvensional adalah (Khiatuddin, 2003):
a. Biaya pembangunan dan operasional relatif lebih murah

8
b. Mudah dioperasikan dan dirawat, sehingga tidak membutuhkan karyawan yang
berkeahlian tinggi
c. Menyediakan fasilitas pembersih air limbah yang efektif dan dapat diandalkan
d. Relatif toleran terhadap berbagai tingkat konsentrasi bahan pencemar sebagai akibat
fluktuasi hidrologis dan jumlah bahan pencemar yang memasuki sistem
e. Dapat menghilangkan senyawa beracun (termasuk logam berat) yang tidak dapat
dibersihkan oleh fasilitas konvensional
f. Bahan pencemar di dalam air dapat di daur ulang untuk menjadi biomassa yang
bernilai ekonomis
g. Cocok dikembangkan di permukiman kecil dimana harga tanah relatif murah dan air
limbah berasal dari rumah tangga
h. Menyumbangkan keuntungan yang tidak langsung bagi lingkungan seperti kawasan
hijau, habitat satwa liar, kawasan rekreasi dan pendidikan.
2.4.2 Kelemahan Teknologi Lahan Basah Buatan
Namun demikian teknologi lahan basah juga memiliki beberapa kelemahan jika
dibandingkan dengan fasilitas pembersih air limbah yang menggunakan teknologi
konvensional. Kelemahannya adalah:
a. Memerlukan areal tanah yang luas untuk dapat menghasilkan air yang relatif bersih
b. Kriteria desain dan operasi masih belum jelas

2.5 Rumput Teki (Cyperus Rotundus L.)


Beberapa keunggulan tanaman ini antara lain: tanaman ini memiliki akar serabut
yang banyak dan teki merupakan gulma yang memiliki kemampuan menyerap unsur hara
yang besar dibandingkan dengan tanaman yang lain, selain itu teki dapat mudah tumbuh
dimana saja, mudah perawatannya, dan tahan terhadap berbagai pengaruh luar. Rumput
teki yang dikenal sebagai tanaman gulma golongan teki, di dalam taksonomi tumbuhan
menempati sistematik sebagai berikut:
Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida Sub Kelas : Commelinidae
Ordo : Cyperales Famili : Cyperaceae
Genus : Cyperus Spesies : Cyperus rotundus L.

9
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tahap Persiapan


3.1.1 Constructed Wetlands
Constructed Wetlands dirancang, direncanakan, dibuat dan dioperasikan untuk
memberikan berbagai tujuan. Sesuai dengan filosofi dan pendekatannya, CWs dibuat
multi tujuan, misalnya pengolahan limbah, penyediaan keragaman habitat dan satwa liar,
mendukung kegiatan rekreasi, penyimpanan air selama musim kering, dan menambah
nilai estetika di lingkungan. Untuk meningkatkan kinerja CWs, selain memanfaatkan
tanaman air, CWs juga didesain dengan variasi media. Kerikil, dan botol bekas air mineral
(pets) juga dapat dimanfaatkan sebagai media tanam (Dallas, Scheffe dan Ho, 2005),
Variasi penggunaan media juga dikembangkan untuk menunjang perkembangan mikroba
dan penurunan kandungan bahan pencemar. Media dalam CWs sangat Variatif, pada
percobaan ini kami menggunakan kerikil, pasir, tanah dan pot sebagai wadah. Berikut
skema percobaan sistem construct wetland sederhana dengan metode evaporation yang
kami lakukan:

Gambar 3.1 Skema Sistem Construct Wetland Sederhana dengan Metode Evaporation
Sumber : Analisis Penulis, 2018

10
3.1.2 Proses dalam Constructed Wetland
Terdapat beberapa proses yang terjadi di dalam Constructed Wetlands dalam
menghilangkan atau mengurangi kandungan bahan pencemar. Proses yang terjadi adalah
fisik, biologi dan kimia. Mekanisme penurunan polutan berkaitan dengan macam polutan
dan proses penurunan konsentrasi di dalam CWs.
Tabel 3.1 Mekanisme Penurunan Polutan dalam CWs
Polutan Proses Penurunan
Material organik (diukur dalam bentuk Proses biologis, sedimentasi, penyerapan
DO) oleh mikroba
Kontaminan organik (pestisida) Adsorbs, volatilisasi, fotolisis, degradasi
biotik / abiotik
Suspended solid Sedimentasi
Sumber : Mitchell, Wiese dan Young (1998)
3.1.3 Air Limbah Rumah Tangga
Air limbah rumah tangga adalah air yang berasal dari kegiatan rumah tangga
seperti dapur, mandi, cucian, dan bersih rumah/pel namun tidak termasuk yang berasal
dari WC (water closet). GW mengandung bahan kimia yang di gunakan dalam aktifitas
rumah tangga dan harus diolah agar tidak mencemari dan tidak membahayakan kesehatan
dan lingkungan.

3.2 Tahap Penelitian


3.2.1 Alat dan Bahan
Alat :
1. Pot berdiamter 20 cm berwarna coklat
2. Pot berdiameter 15 cm berwarna hitam
3. Pipa ukuran kecil

11
Gambar 3.2 Alat yang dibutuhkan
Sumber : Dokumentasi Penulis, 2018
Bahan:
1. Rumput Teki
2. Tanah, Kerikil, Pasir
3. Air Limbah Rumah Tangga atau Selokan

Gambar 3.3 Bahan yang dibutuhkan


Sumber : Dokumentasi Penulis, 2018
3.2.2 Langkah-langkah Pembuatan
1. Melubangi bagian samping pot berdiameter 20 cm dan pot yang berdiameter 15 cm
untuk lubang pipa air
2. Menempelkan pipa di bagian dasar pot ukuran 20 cm untuk memberi jarak / tumpuan
pot berukuran 15 cm
3. Memberi kerikil, pasir dan tanah pada pot berukuran 15 cm
4. Kemudian menanam rumput teki
5. Lalu diamati hari ke 3,5,7 untuk mengetahui pertumbuhan rumput tersebut
Berikut skema langkah-langkah percobaan yang telah dilakukan:

12
Gambar 3.4 Skema Langkah-langkah Percobaan
Sumber : Dokumentasi Penulis, 2018

13
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Hasil Percobaan
Rumput teki mengalami perubahan selama hari ke 3, 5, dan 7. Berikut ini
pertumbuhan yang di alami oleh rumput teki A, B, dan C:
 Hari 3
Tanaman A : 8,3 cm
Tanaman B : 5cm
Tanaman C : 12cm
 Hari 5
Tanaman A : 8,5 cm
Tanaman B : 5,2cm
Tanaman C : 12,2cm
 Hari 7
Tanaman A : 8,6 cm
Tanaman B : 5,2cm
Tanaman C : 12,2cm

Gambar 4.1 Pertumbuhan Rumput Teki


Sumber : Dokumentasi Penulis, 2018

14
15
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Dari pengamatan dapat disimpulkan bahwa Constructed Wetlands ini dapat
dijadikan salah satu teknologi hijau yang efisien untuk menurunkan kadar
pencemar dalam limbah cair.
2. Pemilihan media yang lebih baik dan kombinasi penggunaan media yang tepat
dapat meningkatkan kinerja CWs dalam menurunkan kadar polutan. Sementara
pemilihan jenis tanaman dilakukan untuk menyesuaikan dengan lokasi
Constructed Wetlands berkenaan dengan paparan sinar matahari dan berdasarkan
pertimbangan estetika.

16
DAFTAR PUSTAKA

Awalina, Ami A. dan Meutia. 2005. Aplikasi Lahan Basah Buatan Tropis Jenis Aliran
Permukaan Untuk Menyisihkan SS dan Konstituen Organik dalam Limbah
Industri Tepung Tapioka. Jurnal Vol. 4, No. 12, Bogor : Puslit Limnologi-LlPI.

Dallas, S., B. Scheffe dan G. Ho. 2005. Reedbeds for greywater treatment - case study in
Santa Elena - Monteverde, Costa Rica, Central America. Ecol. Eng. 23 : 55 -
61.

Hammer, M. J. 1986. Water and Wasterwater Tecnology 5th ed, Prentice-Hall, Inc, Upper
Sadlle River, New Jersey 07458.

Jimmy P. 2015. Efektifitas Sistem Lahan Basah Buatan Sebagai Alternatif Pengolahan
Limbah Domestik Menggunakan Tanaman Hias Iris Pseudoacorus.
Universitas Maritim Raja Ali Haji. Tanjung Pinang.

Khiatuddin, M. 2003. Melestarikan Sumber Daya Air Dengan Teknologi Rawa Buatan.
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Kurniadie, Denny. 2011. Teknologi Pengolahan Air Limbah Cair secara Biologis.
Widiya Padjajaran.

Leady, B. 1997. Constructed Subsurface Flow Wetlands For Wastewater Treatment.


Purdue University.

Metcalf and Eddy. 2003. Wastewater Engineering : Treatment and Reuse, Fourth
Edition, International Edition. McGraw-Hill. New York.

Mitchell, C., R. Wiese dan R. Young. 1998. Contructed Wetlands Manual Vol 2, Chapter
17 (Design of Wastewater Wetlands), p 258 - 259. Department of Land and
Water Conservation New South Wales, Australia.

Puspita, L., E. Ratnawati, I N. N. Suryadiputra, A. A. Meutia. 2005. Lahan Basah Buatan


di Indonesia. Wetlands International-Indonesia Programme. Bogor.

Supradata. 2005. Pengolahan Limbah Domestik Menggunakan Tanaman Hias Dalam


Sistem Lahan Basah Buatan Aliran Bawah Permukaan. Tesis. Semarang :
Universitas Diponegoro.

17

Anda mungkin juga menyukai