PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Hipotesis?
2. Apa Jenis-Jenis Hipotesis?
3. Bagaimana Karakteristik Hipotesis Yang Baik?
4. Bagaimana Merumuskan Hipotesis?
5. Bagaimana pengujian atau menguji hipotesis?
1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Dan Memahami Apa Yang Dimaksud Dengan
Hipotesis.
2. Untuk Mengetahui Dan Memahami Apa Saja Jenis-Jenis Hipotesis.
3. Untuk Mengetahui Dan Memahami Seperti Apa Karakteristik Hipotesis
Yang Baik Dalam Penelitian.
4. Untuk Mengetahui Dan Memahami Bagaimana Merumuskan Hipotesis
Dengan Benar.
5. Untuk Mengetahui Bagaimana Langkah Untuk Melakukan Pengujian
Hipotesis.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
5. Suharsimi Arikunto (1995: 71), mendefinisikan bahwa hipotesis sebagai
alternatif dugaan jawaban yang dibuat oleh peneliti bagi problematika
yang diajukan dalam penelitiannya.
Dilihat dari sifat yang akan diuji, hipotesis penelitian dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu (1) hipotesis tentang hubungan dan (2) hipotesis
tentang perbedaan.
4
Hipotesis tentang hubungan yaitu hipotesis yang menyatakan tentang saling
hubungan antara dua variabel atau lebih, mengacu ke penelitian korelasional.
Hubungan antara variabel tersebut dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
a. hubungan yang sifatnya sejajar tidak timbal balik.
b. hubungan yang sifatnya sejajar timbal balik.
c. hubungan yang menunjuk pada sebab akibat tetapi tidak timbal balik.
Hipotesis nihil (Ho), yaitu hipotesis yang menyatakan tidak adanya hubungan
antara suatu variabel dengan variabel yang lain. Contohnya, Tidak ada
hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan prestasi belajar siswa
SD.
5
Hipotesis terarah (directional hipotheses) adalah hipotesis yang diajukan oleh
peneliti, di mana peneliti sudah menemukan dengan tegas yang menyatakan
bahwa variabel independent memang sudah diprediksi berpengaruh terhadap
variabel dependent. Misalnya : siswa yang diajar dengan metode inkuiri lebih
tinggi prestasi belajarnya dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan
menggunakan metode curah pendapat (diskusi).
3. Jenis hipotesis yang dilihat dari keluasan atau lingkup variabel yang diuji
Ditinjau dari keluasan dan lingkupnya, dapat dibedakan menjadi
hipotesis mayor dan hipotesis minor. Hipotesis mayor adalah hipotesis
yang mencakup kaitan seluruh variabel dan seluruh subjek penelitian.
Sedangkan hipotesis minor adalah hipotesis yang terdiri dari bagian-
bagian atau sub-sub dari hipotesis mayor (jabaran dari hipotesis mayor).
6
2.3 Karakteristik Hipotesis Yang Baik
Mengutip pendapat Yatim Riyanto (1996: 16) yang mengatakan bahwa,
sebenarnya nilai atau harga suatu hipotesis tidak dapat diukur sebelum
dilakukan pengujian empiris. Namun demikian, bukan berarti dalam
merumuskan hipotesis yang akan diuji dapat dilakukan “semau peneliti”. Ada
beberapa kriteria tertentu yang memberikan ciri hipotesis yang baik.
Ciri-ciri hipotesis yang baik menurut Donald Ary, (Arief Furchan, 1982: 126-
129 dan Yatim Riyanto, 1996: 16) diantaranya:
a. Hipotesis harus mempunyai daya penjelas, suatu hipotesis harus
merupakan penjelasan yang mungkin mengenai apa yang seharusnya
dijelaskan atau diterangkan.
b. Hipotesis harus menyatakan hubungan yang diharapkan ada diantara
variabel-variabel. Suatu hipotesis harus memprediksi hubungan antara
dua variabel atau lebih.
c. Hipotesis harus dapat diuji, hipotesis yang diajukan peneliti harus
bersifat testability, artinya terdapat kemampuan untuk diuji.
d. Hipotesis hendaknya konsisten dengan pengetahuan yang sudah ada.
Hipotesis hendaknya tidak bertentangan dengan teori atau hokum-
hukum yang sebelumnya sudah mapan.
e. Hipotesis hendaknya sederhana dan seringkas mungkin.
Sedangkan menurut John W. best (1977) dalam Yatim Riyanto (1996: 16)
bahwa ciri-ciri hipotesis yang baik, yaitu:
a. Bisa diterima oleh akal sehat.
b. Konsisten dengan teori atau fakta yang telah diketahui.
c. Rumusannya dinyatakan sedemikian rupa sehingga dapat diuji.
d. Dinyatakan dalam perumusan yang sederhana dan jelas.
Adapun menurut Borg dan Gall (1979: 61-62) dalam Yatim Riyanto (1996:
16) dan Suharsimi Arikunto (1995: 64-65) mengatakan bahwa hipotesis yang
baik harus memenuhi empat criteria, yaitu:
7
a. Hipotesis hendaknya merupakan rumusan tentang hubungan antara dua
variabel atau lebih.
b. Hipotesis yang dirumuskan hendaknya disertai dengan alasan atau
dasar-dasar teoritis dan hasil penemuan terdahulu. Walaupun hipotesis
baru merupakan jawaban atau dugaan yang harus diuji kebenarannya,
dan dari pengujiannya itu ada kemungkinan terbukti atau tidak, namun
peneliti tidak boleh sembarang menduga. Pemilihan alternatif dugaan
tersebut harus dilakukan secara professional ilmiah yang disertai
dengan argumentasi yang kokoh.
c. Hipotesis harus dapat diuji. Berdasarkan criteria ini peneliti dituntut
agar mampu mencari data yang akan digunakan untuk membuktikan
hipotesisnya.
d. Rumusan hipotesis hendaknya singkat dan padat. Berdasarkan criteria
ini hipotesis tidak boleh menggunakan kiasan kata yang tidak atau
kurang bermakna. Hipotesis merupakan pernyataan suatu kebenaran.
Agar kebenaran tersebut dapat dengan cepat dan mudah dipahami maka
sudah selayaknya kalau rumusannya singkat dan padat.[5]
Pendapat lain mengatakan bahwa cirri-ciri hipotesis yang baik, yaitu :[6]
a. Hipotesis harus menyatakan hubungan.
b. Hipotesis harus sesuai dengan fakta.
c. Hipotesis harus berhubungan dengan ilmu, serta sesuai dengan tumbuh
kembangnya ilmu pengetahuan.
d. Hipotesis harus dapat diuji.
e. Hipotesis harus sederhana.
f. Hipotesis harus bias menerangkan fakta.
8
Menggali dan merumuskan hipotesis mempunyai seni tersendiri. peneliti
harus sanggup memfokuskan permasalahan sehingga hubungan-hubungan
yang terjadi dapat diterka. Dalam menggali hipotesis, peneliti harus:
a. Mempunyai banyak informasi tentang masalah yang ingin dipecahkan
dengan cara banyak membaca literature-literatur yang ada hubungannya
dengan penelitian yang sedang dilaksanakan.
b. Mempunyai kemampuan untuk memeriksa keterangan tentang tempat-
tempat, objek-objek, serta hal-hal yang berhubungan satu sama lain
dalam masalah yang sedang diselidiki.
c. Mempunyai kemampuan untuk menghubungkan suatu keadaan dengan
keadaan lainnya yang sesuai dengan kerangka teori ilmu dan bidang
yang bersangkutan.
Perumusn hipotesis yang baik dan tepat setidaknya menurut indrianto dan
supomo (2002: 77) antara lain dengan mempertimbangkan criteria kreteria
tertentu sebagai acuannya dan penjelasan sebagai berikut :
a. Berupa pernyataan yang mengarah kepada tujuan penelitian
Tujuan penekitian adalah memecahkan masalah atau utuk menjawab
pernyataan penelitian hipotesis dalam penelitian kuantitaf, merupakan
jawaban rasiional yang deduksi dari konsef konsef dan teori teori yang
sudah ada
b. Berupa perfnyatan yang dirumuskan dengan maksud ingin diuji secara
empiris.
Tujuan penelitian ( penelitian Dasar ) adalah menguji teoritis dan
hipotesis maka akar dapatt diuji , hiotesis harus menyatakan secara jelas
pariabel variabal yang di teliti atau berupa duaaamn tettentu pada
hubungan antar dua variable
c. Berupa pernyataan peryataan yang dikembangakan berdasarkan teori-
teori lebih kuat jika dibandingkan dengan hipotesis lawannya. Berapa
teori kemungkinan saling bertentangan satu sama lain, atau terdapat
teori yang satu lebih kuat dengan teori lainnya. Hipotesis yang
dikembangkan oleh peneliti harus mempunyai dukungan landasan
9
teoritis lebih kuat, dari pada alternatif. Dapat terjadi hipotesis lainnya
kemungkinan dikembangakan melalui teori tgeori yang lainnya.
Pendapat lain mengatakan bahwa, cara orang merumuskan hipotesis itu tidak
ada aturan umumnya. Namun, dapat dikemukakan saran-saran sebagai
berikut:
a. Hipotesis hendaklah menyatakan pertautan antara dua variabel atau lebih.
b. Hipotesis hendaklah dinyatakan dalam kalimat deklaratif atau
pernyataan.
c. Hipotesis hendaklah dirumuskan secara jelas dan padat.
d. Hipotesis hendaklah dapat diuji.
10
Suatu uji hipotesis dikatakan ditolak, jika dari uji statistika yang dilakukan,
peneliti memperoleh hasil akhir bahwa hipotesis nihil yang diajukan peneliti
ditolak karena perbedaan hasil variabel yang terjadi bukan disebabkan oleh
suatu kebetulan namun didukung dengan data yang ada di lapangan. Dan
dapat pula karena hipotesis pendamping, hasil statistiknya didukung atau
diterima sebagai hal yang benar. Maksudnya dalam suatu hipotesis statistik,
antara hipotesis nol (H0) dan alternatif (Ha), jika salah satu ditolak, maka
yang lainnya pasti diterima sehingga dapat dibuat keputusan secara tegas
yaitu H0 = ditolak, dan Ha = diterima.
Dan suatu hipotesis dikatakan diterima, jika hipotesis yang diturunkan dari
hasil kesimpulan kajian teoristis tidak ditolak. Jika tes statistika menerima
hipotesis nihil, hal ini berarti bahwa perbedaan yang dihasilkan dari proses
pengkajian pustaka hanya disebabkan oleh kesalahan tidak disengaja waktu
mengambil data di lapangan. Atau hipotesis riset yang telah diajukan peneliti
sebagai hipotesis pendamping, ditolak atau tidak didukung oleh informasi
yang ada.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hipotesis merupakan jawaban sementara atas suatu penelitian, yang di mana
jawaban tersebut masih memerlukan pembuktian yang empiris. Penelitian
yang dilakukan sebenarnya tidak semata-mata ditujukan untuk hipotesis yang
diajukan, tetapi bertuan menemukan fakta yang ada dan terjadi di lapangan.
Jenis-jenis hipotesis:
a. Hipotesis dilihat dari kategori rumusannya.
b. Hipotesis dilihat dari sifat variabel yang akan diuji.
c. Hipotesis dilihat dari keluasan atau lingkup variabel yang diuji.
3.2 Saran
Manusia adalah tempatnya salah dan lupa, oleh karena itu penulis menyadari
bahwa dalam penulisan makalah ini sangat jauh dari kata sempurna.
Karenanya penulis menerima kritikan dan saran yang membangun untuk
kebaikan.
12
DAFTAR PUSTAKA
13