Anda di halaman 1dari 6

Pcos!!!

Jika Anda Mengalami Tanda-Tanda Sperti Ini

PCOS merupakan sebuah penyakit yang berhubungan dengan hormon yang biasanya terjadi pada
wanita usia subur. Mungkin Anda jarang mendengar penyakit ini, namun penyakit ini bisa
menyerang siapa saja. Gara-gara penyakit ini, mungkin bisa saja Anda menjadi sulit hamil.
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai penyakit ini, sebaiknya simak ulasan berikut ini.

Apa itu PCOS?

Polycystic Ovary Syndrome (PCOS) atau dalam Bahasa Indonesia disebut dengan sindrom
ovarium polikistik adalah masalah pada keseimbangan hormon wanita. Pada PCOS, kadar
hormon seks wanita, yaitu hormon estrogen dan hormon progesteron tidak seimbang. Wanita
dengan PCOS biasanya memiliki kista kecil (kantong berisi cairan) di ovariumnya, yang
membuat ovarium membesar. Kista ini tidak berbahaya, tetapi dapat menyebabkan
ketidakseimbangan hormon. Perubahan pada satu hormon dapat memicu hormon lainnya,
sehingga terjadi perubahan lain.

Karena ketidakseimbangan hormon yang dimilikinya, wanita dengan PCOS dapat mengalami
periode menstruasi yang tidak teratur. Ketidakteraturan periode menstruasi inilah yang dapat
menyebabkan wanita dengan PCOS sulit hamil. Selain dapat menyebabkan periode menstruasi
tidak teratur, PCOS juga dapat menyebabkan pertumbuhan rambut berlebih, jerawat, dan
obesitas. Jika PCOS tidak diobati, lama-kelamaan juga dapat menyebabkan penyakit yang lebih
serius, seperti diabetes mellitus tipe 2 dan penyakit jantung.

Berkaitan dengan penemuan yang ada, perhatian terhadap PCOS sekarang di pusatkan
pada masalah hiperandrogenisme, hiperinsulinemia, abnormalitas kadar lemak darah dan
obesitas yang memberikan dampak yang lebih luas terhadap kesehatan. Dokter harus
memiliki kemampuan untuk dapat menegakkan diagnosa PCOS secara dini dan
membantu agar penderitanya terhindar dari berbagai masalah kesehatan jangka panjang
sebagai konsekwensi medis lanjutan dari PCOS

Definisi PCOS:
Kumpulan gejala yang ditandai dengan adanya anovulasi (tidak keluarnya ovum/sel telur)
kronis (yang berkepanjangan/dalam waktu lama) disertai perubahan endokrin (seperti:
hiperinsulinemia, hiperandrogenemia).
Definisi yang paling dapat diterima secara internasional pada saat ini seperti yang diadopsi pada
tahun 2003 oleh European Society for Human Reproduction dan Embryology and the American
Society for Reproductive Medicine, yang dikenal dengan ESHRE/ASRM Rotterdam
consensus.2 Dalam konsensus ini diperlukan adanya dua dari tiga kriteria diagnose yaitu :
a. Oligo/anovulation
b. Gejala hiperandrogen baik secara klinik maupun biokimia
c. Adanya gambaran morfologi ovarium yang polikistik dengan USG (12 atau lebih
d. folikel-folikel dengan ukuran diameter antara 2-9 mm dan/atau peningkatan volume
ovarium (>10 ml).
Penyebab Gejala dan keluhan PCOS
disebabkan oleh adanya perubahan hormonal. Satu hormon merupakan pemicu bagi
hormon lainnya. Hal ini akan menimbulkan lingkaran setan dari suatu gangguan
keseimbangan hormonal dalam sistem endokrin.
Gangguan tersebut antara lain adalah :
1. Hormon ovarium. Bila kadar hormon pemicu ovulasi tidak normal maka ovarium
tidak akan melepaskan sel telur setiap bulan. Pada beberapa penderita, dalam
ovarium terbentuk kista-kista kecil yang menghasilkan androgen.
2. Kadar androgen yang tinggi. Kadar androgen yang tinggi pada wanita menyebabkan
timbulnya jerawat dan pola pertumbuhan rambut seperti pria serta terhentinya
ovulasi.
3. Kadar insulin dan gula darah yang meningkat. Sekitar 50% tubuh penderita PCOS
bermasalah dalam penggunaan insulin yaitu mengalami resistensi insulin. Bila tubuh
tidak dapat menggunakan insulin dengan baik maka kadar gula darah akan
meningkat. Bila keadaan ini tidak segera diatasi, maka dapat terjadi diabetes kelak
dikemudian hari.

Gejala
Gejala PCOS cenderung terjadi secara bertahap. Awal perubahan hormon yang
menyebabkan PCOS terjadi pada masa remaja setelah menarche. Gejala akan menjadi
jelas setelah berat badan meningkat pesat.
1) Gejala PCOS awal:
a. Jarang atau tidak pernah mendapat haid. Setiap tahun rata-rata hanya terjadi
kurang dari 9 siklus haid ( siklus haid lebih dari 35 hari ). Beberapa penderita
PCOS dapat mengalami haid setiap bulan namun tidak selalu mengalami ovulasi.
b. Perdarahan haid tidak teratur atau berlebihan. Sekitar 30% penderita PCOS
memperlihatkan gejala ini.
c. Rambut kepala rontok dan rambut tubuh tumbuh secara berlebihan. Kerontokan
rambut dan pertumbuhan rambut berlebihan dimuka, dada, perut (hirsuitisme)
disebabkan oleh kadar androgen yang tinggi.
d. Pertumbuhan jerawat. Pertumbuhan jerawat disebabkan pula oleh kadar androgen
yang tinggi.
e. Depresi. Perubahan hormon dapat menyebabkan gangguan emosi.
2) Gejala PCOS lanjut
a. Berat badan meningkat atau obesitas terutama pada tubuh bagian atas (sekitar
abdomen dan pinggang). Gejala ini disebabkan oleh kenaikan kadar hormon
androgen.
b. Kerontokan rambut dengan pola pria atau penipisan rambut kepala (alopesia).
Gejala ini disebabkan oleh kenaikan kadar hormon androgen.
c. Abortus berulang. Penyebab hal ini tidak diketahui dengan jelas. Abortus
mungkin berkaitan dengan tingginya kadar insulin, ovulasi yang terhambat atau
masalah kualitas sel telur atau masalah implantasi pada dinding uterus.
d. Sulit mendapatkan kehamilan (infertil) oleh karena tidak terjadi ovulasi.
e. Hiperinsulinemia dan resistensi insulin yang menyebabkan obesitas tubuh bagian
atas, perubahan kulit dibagian lengan, leher atau pelipatan paha dan daerah
genital.
f. Masalah gangguan pernafasan saat tidur (mendengkur). Keadaan ini berhubungan
dengan obesitas dan resistensi insulin.
g. Nyeri panggul kronis (nyeri perut bagian bawah dan panggul )
h. Tekanan darah tinggi seringkali ditemukan pada penderita PCOS.

3) Permasalahan dalam PCOS


a. Masalah reproduksi
Gangguan keseimbangan hormonal akibat PCOS menyebabkan terjadinya
sejumlah permasalahan dalam kehamilan dan masalah kesehatan reproduksi lain :
 Infertilitas
 Abortus berulang
 Diabetes gestasional
 Hipertensi dalam kehamilan dan atau persalinan dengan segala akibatnya (pre
eklampsia/eklampsia, bayi kecil masa kehamilan, persalinan preterm)
 Hiperplasia endometrium (lesi prakanker). Keadaan ini terjadi bila siklus haid
tidak berlangsung secara teratur sehingga terjadi “penumpukan” endometrium.
Penggunaan pil kontrasepsi diharapkan dapat menurunkan kejadian
hiperplasia endometrium.
 Karsinoma endometrium. Resiko meningkat 3 kali lipat dibandingkan dengan
yang bukan penderita PCOS. Menjelang menopause, sebagian penderita
memperlihatkan pola haid yang lebih teratur. Tidak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut dapat terjadi. Meskipun demikian, riwayat PCOS masih
tetap akan meningkatkan resiko hipertensi, diabetes, penyakit jantung dan
karsinoma endometrium.

b. Masalah insulin dan metabolisme gula Insulin


adalah hormon yang diperlukan oleh sel untuk mendapatkan energi dari glukosa.
Namun kadang-kadang sel tidak menunjukkan respon yang memadai terhadap
aktivitas insulin. Keadaan ini disebut sebagai resistensi insulin. Resistensi insulin
menyebabkan kenaikan kadar gula darah dan diabetes. Lebih dari 40% penderita
PCOS menunjukkan adanya resistensi insulin, dan lebih dari 10% diantaranya
akan menderita diabetes melitus tipe 2 saat berusia sekitar 40 tahun. Kadar insulin
juga meningkat pada penderita resistensi insulin. Kadar insulin yang tinggi seperti
ini dapat meningkatkan kadar hormon pria sehingga keluhan PCOS menjadi
semakin parah.
c. Masalah kesehatan akibat resistensi insulin :
 Hipertensi
 Kadar trigliserida meningkat
 Kadar kolesterol HDL rendah
 Kadar gula darah meningkat
 Peningkatan timbunan lemak tubuh (terutama di bagian perut)

d. Masalah jantung dan pembuluh darah


Diperkirakan bahwa tingginya kadar insulin pada penderita PCOS memperburuk
masalah jantung dan pembuluh darah.

e. Masalah gangguan pernafasan saat tidur ( mendengkur)


“Obstructive Sleep Apnea” berkaitan erat dengan obesitas dan resistensi insulin.

4) Faktor Risiko PCOS


Faktor risiko utama terjadinya PCOS adalah riwayat PCOS dalam keluarga.
Diperkirakan terdapat kombinasi genetik dalam kejadian PCOS. Bila dalam satu
keluarga terdapat penderita PCOS maka kemungkinan terjadinya PCOS adalah
50%. PCOS dapat diturunkan dari pihak bapak atau ibu kepada anaknya. Riwayat
keluarga dengan Diabetes diperkirakan juga akan meningkatkan resiko terjadinya
PCOS oleh karena ada hubungan yang sangat kuat antara kejadian diabetes dan
PCOS. Saat sekarang sedang dilakukan penelitian kearah ini.
Penggunaan obat anti kejang tertentu juga diperkirakan akan meningkatkan resiko
terjadinya PCOS.

5) Tanda-tanda yang harus diwaspadai remaja wanita (dianjurkan konsultasi dengan


dokter)
a. Sampai usia 14 tahun masih belum mendapatkan haid dan terjadi pertumbuhan
rambut di dada, punggung atau muka (hirsuitisme)
b. Sampai usia 15 tahun belum mendapatkan haid atau 2 tahun setelah tumbuhnya
payudara dan rambut pubis.
c. Memperoleh haid kurang dari 8 kali dalam waktu 1 tahun dan sudah
memperoleh haid selama 2 tahun.
d. Jerawat yang berlebihan ; rambut kepala rontok ; pertumbuhan rambut
berlebihan di dada, punggung atau muka.
e. Siklus haid kurang dari 21 hari atau lebih dari 45 hari secara terus menerus
f. Terdapat gejala diabetes, seperti mudah haus dan buang air kecil (khususnya
malam hari), rasa lapar meningkat, penurunan berat badan secara mendadak,
pandangan kabur atau gangguan sensorik pada telapak tangan atau kaki.
g. Tumbuh jerawat berlebihan, kulit berminyak, acrochordon pada daerah leher,
acanthosis nigricans pada lipatan kulit di leher, lipat paha atau sisi dalam
lengan.

6) Tanda-tanda yang harus diwaspadai Seorang wanita pada masa reproduksi ( 20 –


40 tahun) (dianjurkan konsultasi dengan dokter)
a. Siklus haid secara terus menerus kurang dari 21 hari atau lebih dari 35 hari.
b. Siklus haid teratur namun terjadi kesulitan hamil setelah berusaha selama satu
tahun.
c. Perdarahan pervagina berlangsung lebih dari 8 hari, bergumpal atau terjadi bercak
perdarahan berlebihan.
d. Nyeri panggul berlangsung lebih dari 4 minggu.
e. Pertumbuhan rambut berlebihan pada daerah dada, punggung atau muka.
f. Terdapat gejala diabetes, seperti mudah haus dan buang air kecil (khususnya
malam hari), rasa lapar meningkat, penurunan berat badan secara mendadak,
pandangan kabur atau gangguan sensorik pada telapak tangan atau kaki.
g. Tumbuh jerawat berlebihan, kulit berminyak, acrochordon pada daerah leher,
acanthosis nigricans pada lipatan kulit di leher, lipat paha atau sisi dalam lengan.
h. Depresi atau gangguan emosi.
i. Kenaikan berat badan bagian atas dimana lemak abdomen lebih banyak
dibandingkan lemak pinggul atau dikenal dengan obesitas android yang berkaitan
dengan peningkatan kadar hormon seksual pria (testosteron).

7) Komplikasi PCOS Jangka Panjang:


a. Diabetes Melitus tipe 2
b. Dislipidemia
c. Kanker endometrium
d. Hipertensi
e. Penyakit kardiovaskular
f. Gestational DM
g. Pregnancy-induced hypertension (PIH)
h. Kanker ovarium
i. Kanker payudara

8) Pemeriksaan Diagnostik
Untuk menegakkan diagnosa PCOS diperlukan sejumlah pemeriksaan antara lain
anamnesa yang cermat, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium serta
pemeriksaan ultrasonografi.
9) Anamnesa:
a. Riwayat medis mengenai keluhan yang dirasakan penderita.
b. Pertanyaan mengenai perubahan berat badan, perubahan kulit, rambut dan siklus
haid.
c. Pertanyaan mengenai masalah kesuburan.
d. Pertanyaan mengenai riwayat keluarga yang menderita PCOS atau diabetes.

10) Pemeriksaan fisik:


a. Pemeriksaan kesehatan secara umum termasuk tekanan darah, berat dan tinggi
badan (menentukan BMI-Body Mass Index).
b. Pemeriksaan tiroid, kulit, rambut, payudara.
c. Pemeriksaan bimanual untuk melihat kemungkinan adanya pembesaran ovarium.
11) Pemeriksaan ultrasonografi :
Pemeriksaan ulttrasonografi pelvis dapat menemukan adanya pembesaran satu atau
kedua ovarium. Namun yang perlu diingat bahwa pada PCOS tidak selalu terjadi
pembesaran ovarium sehingga diagnosa PCOS dapat diduga tanpa harus melakukan
pemeriksaan ultrasonografi terlebih dulu.

Rujukan :
1. Ehrmann DA. Obesity and glucosa intolerance in androgen excess. In Azziz R Nestler
JE Dewailly D eds. Androgen excess disorder in women. Philadelphia Lippincott-
Raven. 1997 :705-12
2. Dunaif A, Hoffman AR, Scully RE, Flier JS, Longcope C, Levi LJ.et al. Clinical
biochemical, and ovarian morphologic features in women with acanthosis nigricans and
masculinization. Obstet Gynecol 1985:66, 542-52
3. Dunaif A, Xia J, Book CB, Schenker E, Tang Z. Excessive insulin receptor serine
phosphorylation in cultured fibroblasts and in skeletal muscle. A potential mechanism
for insulin resistance in the polycystic ovary syndrome. J clin inves 1995 ; 96 801-10
4. Vollenhoven B, Clark S, Kovacs G, Burger H, Healy D. Prevalence of gestational
diabetes melitus in polycystic ovarian syndrome (PCOS) patients pregnant after
ovulation induction with gonadotrophins Aust NZJ Obstet Gynecol 2000, 40 54-3
5. Talbott E, Clerici A, Berga SL, Kuller L, Guzick D, Detre K, et al Adverse lipid and
coronary heart disease risk profiles in young women with polycystic ovary syndrome.
Results of case-control study. J Clin Epidemiol 1998;51 415-22
6. Barbieri RL (2007). Polycystic ovary syndrome. In DC Dale, DD Federman, eds., ACP
Medicine, section 16, chap. 5. New York: WebMD.
7. Speroff L, Fritz MA (2005). Recurrent early pregnancy loss. In Clinical Gynecologic
Endocrinology and Infertility, 7th ed., pp. 1069–1101. Philadelphia: Lippincott Williams
and Wilkins.
8. Speroff L, Fritz MA (2005). Anovulation and the polycystic ovary. Clinical Gynecologic
Endocrinology and Infertility, 7th ed., pp. 465–498. Lippincott Williams and Wilkins.
Practice Bulletin No. 34. Obstetrics and Gynecology, 99(2): 347–358.

Anda mungkin juga menyukai