Anda di halaman 1dari 48

Daftar Isi

BAB I .................................................................................................................... 32

KELUARGA ........................................................................................................... 3

A. Pengertian Keluarga .................................................................................... 3

B. Fungsi keluarga ........................................................................................... 3

 Fungsi reproduksi .................................................................................... 3

 Fungsi sosialisasi..................................................................................... 4

 Fungsi afeksi ........................................................................................... 4

 Fungsi ekonomi ....................................................................................... 4

 Fungsi perlindungan (proteksi) ............................................................... 4

 Fungsi pemberian status .......................................................................... 4

BAB II ..................................................................................................................... 5

PENGASUHAN ...................................................................................................... 5

• Pengertian pengasuhan ............................................................................ 5

• Dimensi Pola Asuh.................................................................................. 5

• Karakteristik Pola Asuh .......................................................................... 7

• Faktor –Faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua ..................... 10

• Kompetensi yang Harus Dimiliki Orang Tua dalam Mendidik Anak .. 11

BAB III ................................................................................................................. 15

TANTANGAN GLOBAL .................................................................................... 15

1
A. Pengaruh Global Terhadap Keluarga ............................................................ 15

B. Cara Mengatasi Pengaruh Globalisasi .......................................................... 17

C. Komunikasi efektif dalam keluarga .............................................................. 18

BAB IV ................................................................................................................. 20

MENDIDIK ANAK .............................................................................................. 20

A. Membuat anak disiplin .............................................................................. 20

B. Pengetahuan yang penting dalam membangun anak ................................ 24

C. Agar anak sukses disekolah ...................................................................... 28

D. Antara Anak, TV, dan Video Game .......................................................... 34

E. Makanan Sehat .......................................................................................... 38

F. Hal yang menarik di buku The Mother All of Parenting .......................... 45

BAB V................................................................................................................... 46

PENELITIAN PENGASUHAN ........................................................................... 46

A. Jurnal Penelitian Pengasuhan atau Keluarga............................................. 46

B. Analisis Kritis Mengapa Kerusakan Moral Banyak Terjadi ..................... 46

2
BAB I
KELUARGA
A. Pengertian Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil yang terderi atas beberapa orang yang
memiliki hubungan darah. Sesuai dengan makna keluarga dilihat dari sosiologi
yang tertera dalam ensiklopedia indonesia (1729 ; dalam ) yang menyebutkan
keluarga adalah kesatuan kemasyarakatan berdasarkan hubungan perkawinan atau
pertalian darah. Selain lewat hubungan darah keluarga juga dapat terbentuk melalui
proses pengangkatan atau adopsi yang saling berinteraksi satu sama lain, selaras
dengan pemikiran Balion dan Maglaya ( 1978 dalam Setyowati, 2008) yang
mengemukakan bahwa keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam
satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Mereka
saling berinteraksi satu dengan lainnya, mempunyai peran masing-masing dan
menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.
Pengertian keluarga berdasarkan asal-usul kata yang dikemukakan oleh Ki
Hajar Dewantara (Abu&Nur, 2001: 176), bahwa keluarga berasal dari bahasa Jawa
yang terbentuk dari dua kata yaitu kawula dan warga. Didalam bahasa Jawa kuno
kawula berarti hamba dan warga artinya anggota. Secara bebas dapat diartikan
bahwa keluarga adalah anggota hamba atau warga saya. Artinya setiap anggota dari
kawula merasakan sebagai satu kesatuan yang utuh sebagai bagian dari dirinya dan
dirinya juga merupakan bagian dari warga yang lainnya secara keseluruhan.

B. Fungsi keluarga
Para sosiologi menjabarkan fungsi keluarga kedalam beberapa fungsi yakni,
fungsi reproduksi, fungsi soisalisasi, fungsi afeksi, fungsi ekonomi, fungsi
perlindungan, fungsi pemberian status, dan fungsi pengawasan sosial ()
 Fungsi reproduksi
Yaitu fungsi keluarga untuk memperoleh keturunan, didalam
masyarakat yang menganut nilai dan norma menikah adalah jalan
terbaik untuk memperoleh keturunan.

3
 Fungsi sosialisasi
Yaitu fungsi keluarga untuk membentuk keprinadian anak agar sesuai
dengan harapan orang tua dan masyarakatnya. Anak akan
mendapatkan pengetahuan bagaiaman harus hidup bersama dengan
orang lain di dalam keluarga.
 Fungsi afeksi
Yaitu fungsi keluarga mewujudkan rasa kasih sayang atau rasa cinta
(afeksi) , di dalam keluargalah untuk pertama kalinya seorang anak
dicintai. Rasa cinta merupakan salah satu kebutuhan manusia sebagai
makhluk rasional dan bermoral.
 Fungsi ekonomi
Yaitu fungsi keluarga, terutama orang tua, untuk menjalankan
kewajiban dalam memnuhi kebutuhan ekonomi anak anaknya. Pada
masyarakat sederhana hal ini dipikul oleh suami sebagai ayah dan juga
kepala rumah tangga.
 Fungsi perlindungan (proteksi)
Yaitu fungsi keluarga untuk memberikan perlindungan bagi seluruh
anggota keluarganya, terutama anak, sehingga anak merasa aman
hidupa ditengah tengah keluarganya. Perlindungan ini bukan hanya
fisik namun juga psikis.
 Fungsi pemberian status
Yaitu fungsi keluarga untuk menganugrahkah status kepada anggota
keluarga. Baik yang didapatkan karena keturunan maupun status yang
diperoleh melalui pretasi.

4
BAB II
PENGASUHAN
A. Pengertian pengasuhan
Pengasuhan adalah segala bentuk kegiatan merawat, mendidik, dan memilhara
anak. pengasuhan sebagai sebuah proses yang merujuk pada serangkaian aksi dan
interaksi yang dilakukan orangtua untuk mendukung perkembangan anak ( Brooks
, 2001). Hoghughi (2004) menyebutkan bahwa pengasuhan mencakup beragam
aktifitas yang bertujuan agar anak dapat berkembang secara optimal dan dapat
bertahan hidup dengan baik. Tarsis Tarmudji (2005 : 1) mengungkapkan bahwa
pola asuh orangtua merupakan interaksi antara anak dan orangtua selama
mengadakan kegiatan pengasuhan.
B. Dimensi Pola Asuh
Menurut (Baumrind, 1983) ada dua dimensi besar pola asuh yang menjadi
dasar dari kecenderungan jenis kegiatan pengasuhan anak, yaitu :
a) Responsiveness atau Responsifitas
Dimensi ini berkenaan dengan sikap orangtua yang penuh kasih sayang,
memahami dan berorientasi pada kebutuhan anak. Sikap hangat yang ditunjukkan
orangtua pada anak sangat berperan penting dalam proses sosialisasi antara
orangtua dengan anak. Diskusi sering terjadi pada keluarga yang orangtuanya
responsif terhadap anak – anak mereka, selain itu juga sering terjadi proses memberi
dan menerima secara verbal diantara kedua belah pihak. Namun pada orangtua yang
tidak responsif terhadap anak – anaknya, orangtua bersikap membenci, menolak
atau mengabaikan anak. Orangtua dengan sikap tersebut sering menjadi penyebab
timbulnya berbagai masalah yang dihadapi anak seperti kesulitan akademis,
ketidakseimbangan hubungan dengan orang dewasa dan teman sebaya sampai
dengan masalah delikuensi.
Menurut (Baumrind, 1983 dalam Berk, 2000) responsiveness atau responsifitas
terdiri atas : 1) Clarity of communication (menuntut anak berkomunikasi secara
jelas), yaitu orangtua meminta pendapat anak yang disertai alasan yang jelas ketika
anak menuntut pemenuhan kebutuhannya, menunjukkan kesadaran orangtua untuk
medengarkan atau menampung pendapat, keinginan atau keluhan anak, dan juga

5
kesadaran orangtua dalam memberikan hukuman kepada anak bila diperlukan. 2)
Nurturance (upaya pengasuhan), yaitu orangtua menunjukkan ekspresi kehangatan
dan kasih sayang serta keterlibatan orangtua terhadap kesejahteraan dan
kebahagiaan anak dan menunjukkan rasa bangga akan prestasi yang diperoleh anak.
Orangtua mampu mengekspresikan cinta dan kasih sayang melalui tindakan dan
sikap yang mengekspresikan kebanggaan dan rasa senang atas keberhasilan yang
dicapai anak-anaknya.
b) Demandingness atau tuntutan
Untuk mengarahkan perkembangan sosial anak secara positif, kasih sayang dari
orangtua belumlah cukup. Kontrol dari orangtua dibutuhkan untuk
mengembangkan anak agar anak menjadi individu yang kompeten baik secara
intelektual maupun sosial. Menurut (Baumrind, 1983 dalam Berk, 2000)
demandingness atau tuntutan terdiri atas : 1) Demand for maturity (menuntut anak
bersikap dewasa), yaitu orangtua menekankan pada anak untuk mengoptimalkan
kemampuannya agar menjadi lebih dewasa dalam segala hal. Orangtua memberikan
tekanan terhadap anak untuk dapat meningkatkan kemampuan mereka dalam aspek
sosial, intelektual dan emosional. Orangtua pun menuntut kemandirian yang
meliputi pemberian kesempatan kepada anak-anaknya untuk membuat
keputusannya sendiri. 2) Control (kontrol), yaitu menunjukkan upaya orangtua
dalam menerapkan kedisiplinan pada anak sesuai dengan patokan orangtua yang
kaku yang sudah di buat sebelumnya. Orangtua juga terlihat berusaha untuk
membatasi kebebasan, inisiatif dan tingkah laku anaknya. Orangtua memiliki
kemampuan untuk menahan tekanan dari anak, dan konsisten dalam menjalankan
aturan. Mengontrol tindakan didefinisikan sebagai upaya orangtua untuk
memodifikasi ekspresi ketergantungan anak, agresivitas atau perilaku bermain di
samping untuk meningkatkan internalisasi anak terhadap standar yang dimiliki
orangtua terhadap anak.

6
C. Karakteristik Pola Asuh
Hurlock berpendapat bahwa pola asuh adalah mendidik agar anak dapat
menyesuaikan diri terhadap lingkungan sosialnya atau supaya dapat diterima oleh
masyarakat.
Model-model pengasuhan orang tua atas tiga kategori utama, yaitu:

1. Model Pengasuhan Otoriter

Dalam KBBI, otoriter berarti berkuasa sendiri dan sewenang-wenang. Menurut


Singgih D. Gunarsa, pola asuh otoriter adalah suatu bentuk pola asuh yang
menuntut anak agar tunduk terhadap semua perintah dan aturan yang dibuat oleh
orang tua tanpa ada kebebasan untuk bertanya atau mengemukakan pendapatnya
sendiri.

Pada pola asuh otoriter kebebasan anak sangatlah dibatasi dan dominan
menggunakan komunikasi satu arah. Orang tualah yang memberikan tugas dan
menentukan berbagai aturan tanpa memperhitungkan keadaan dan keinginan anak.
Perintah yang diberikan berorientasi pada sikap keras orang tua. Karena
menurutnya tanpa sikap keras tersebut anak tidak akan melaksanakan tugas dan
kewajibannya. Jadi, anak melakukan perintah orang tua bukan karena suatu
kesadaran bahwa apa yang dikerjakannya itu akan bermanfaat bagi kehidupannya
kelak.

Penerapan pola asuh otoriter oleh orang tua terhadap anak dapat mempengaruhi
proses pendidikan anak terutama dalam pembentukan kepribadiannya. Karena
disiplin yang dinilai efektif oleh orang tua belum tentu serasi dengan perkembangan
anak. Prof. Dr. Munandar mengemukakan bahwa sikap orang tua yang otoriter
paling tidak menunjang perkembangan kemandirian dan tanggung jawab sosial.
Anak menjadi patuh, sopan, rajin mengerjakan pekerjaan sekolah, tetapi kurang
bebas dan kurang percaya diri. Larangan dan hukuman orang tua akan menekan
daya kreativitas anak yang sedang berkembang, anak tidak akan berani mencoba

7
dan tidak akan mengembangkan kemampuan untuk melakukan sesuatu karena tidak
dapat kesempatan untuk mencoba.

Pengasuhan dengan model otoriter mempunyai ciri-ciri: orang tua cenderung


melakukan kontrol secara ketat dengan standar perilaku yang ditentukan oleh orang
tua tanpa kompromi dan negosiasi dengan anak, disiplin yang kaku, cenderung
menyandarkan hukuman fisisk terhadap pelanggaran, orang tua tidak mendorong
anak, cenderung lebih agresif dalam mengalami konflik, kurang menunjukkan kasih
sayang dan kehangatan dalam proses interaksi. Konsekuensinya, anak menjadi
tergantung pada orang lain, kurang independen dan tidak menunjukkan
tanggungjawab sosial (Baumrind, 1971); dapat menghambat perkembangan
kompetensi sosial, munculnya problem perilaku dan psikologis seperti kecemasan,
depresi dan percaya diri yang rendah (Moore, 1992).

2. Model Pengasuhan Otoritatif

Pengasuhan dengan model otoritatif menunjukkan ciri-ciri: orang tua mengarahkan,


lebih terbuka memberikan pertimbangan dan penjelasan rasional tentang kebijakan
yang akan dilaksanakan, orang tua memberikan otonomi pada anak tetapi juga
dengan disiplin, orang tua memberikan kebebasan tetapi juga mengkontrolnya,
saling memberi dan menerima antara anak dan orang tua, orang tua menunjukkan
kehangatan dan komunikasi yang baik, namun konsisten dalam pernyataan-
pernyataan dan tindakan. Konsekuensinya, anak dengan orang tua otoritatif
menujukkan tanggungjawab sosial yang tinggi, lebih independen, memungkinkan
berkembangnya kompetensi sosial remaja, mencegah problem perilaku dan
gangguan psikologis lainnya.

Model pengasuhan otoritatif merujuk pada istilah model pengasuhan demokratis,


sebagaimana dikemukakan oleh ahli-ahli psikologi pengasuhan lainnya. Model
pengasuhan yang tergolong demokratis berorientasi pada kontrol pasif, disiplin
positif, konsistensi dan sifat tegas dalam batas tertentu. Disamping itu, model

8
pengasuhan demokratis syarat dengan penalaran disiplin dan ketegasan terapi
menunjukkan kehangatan fleksibilitas, empati dan saling pengertian antara orang
tua dan anak.

Pengasuhan demokratis memberikan kesempatan kepada anak untuk berperan


serta dalam berbagai aktivitas, menaruh perhatian terhadap pandangan dan
perbedaan individual anak dan fleksibilitas terhadap aturan-aturan yang telah
disepakati bersama. Disamping itu, pengasuhan demokratis juga memberikan
dorongan membantu anak dalam membuat keputusan dan memecahkan masalahnya
sendiri, ada kesempatan untuk mengembangkan pemikiran, kreativitas,
tanggungjawab, percaya diri, kontrol diri dan konsep diri yang positif terhadap diri
sendiri dan orang lain (Johnson, 2002; Lerner et, al., 1998; Niolon. 2002;
Watenburger, 1994)

3. Model Pengasuhan Permisif

Model pengasuhan permisip menunjukkan ciri-ciri: tidak ada kontrol dari orang tua,
memberikan kebebasan terhadap harapan dan tindakan anak serba diperbolehkan
perilaku yang dilakukan anak, tidak konsisten dalam menerapkan ketentuan dan
disiplin, orang tua tidak mendorong anak untuk mengikuti standar yang ada, kurang
melakukan kontrol dan cenderung memanjakan anak. Konsekuensinya: remaja
menunjukkan kontrol diri, harga diri dan konsep diri negatif; tanggungjawab sosial
yang rendah gangguan penguasaan diri (Moone, 1992; Niolon, 2002).

Model pengasuhan permisip cenderung mengabaikan anak, tidak konsisten dalam


menerapkan aturan, memberikan perlindungan dan kasih sayang yang berlebihan.
Sebagai akibatnya anak cenderung tidak banyak belajar tentang perilaku yang tidak
dapat diterima, tidak mempunyai disiplin diri, cenderung kurang percaya diri,
impulsif dan sulit mengambil keputusan tentang dirinya sendiri.

9
D. Faktor –Faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua
Adapun faktor yang mempengaruhi pola asuh anak adalah (Edwards, 2006):
a. Pendidikan orangtua Pendidikan dan pengalaman orangtua
Pendidikan orangtua Pendidikan dan pengalaman orangtua dalam perawatan
anak akan mempengaruhi persiapan mereka menjalankan pengasuhan. Ada
beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menjadi lebih siap dalam menjalankan
peran pengasuhan antara lain: terlibat aktif dalam setiap pendidikan anak,
mengamati segala sesuatu dengan berorientasi pada masalah anak, selalu berupaya
menyediakan waktu untuk anak-anak dan menilai perkembangan fungsi keluarga
dan kepercayaan anak (Edwards, 2006). Latar belakang pendidikan orangtua,
informasi yang didapat oleh orangtua tentang cara mengasuh anak, kultur budaya,
kondisi lingkungan sosial, ekonomi akan mempengaruhi bagaimana orangtua
memberikan pengasuhan pada anak-anak mereka (Winengan, 2007). Orangtua
yang sudah mempunyai pengalaman sebelumnya dalam mengasuh anak akan lebih
siap menjalankan peran asuh, selain itu orangtua akan lebih mampu mengamati
tanda-tanda pertumbuhan dan perkembangan yang normal (Supartini, 2004).
b. Lingkungan
Faktor sosial, ekonomi, lingkungan, budaya dan pendidikan memberikan
kontribusi pada kualitas pengasuhan orangtua (Zevalkinki, 2007). Pengasuhan
merupakan proses yang panjang, maka proses pengasuhan akan mencakup 1)
interaksi antara anak, orang tua, dan masyarakat lingkungannya, 2) penyesuaian
kebutuhan hidup dan temperamen anak dengan orang tuanya, 3) pemenuhan
tanggung jawab untuk membesarkan dan memenuhi kebutuhan anak, 4) proses
mendukung dan menolak keberadaan anak dan orang tua, serta 5) proses
mengurangi resiko dan perlindungan tehadap individu dan lingkungan sosialnya
(Berns 1997). Lingkungan banyak mempengaruhi perkembangan anak, maka tidak
mustahil jika lingkungan juga ikut serta mewarnai pola-pola pengasuhan yang
diberikan orangtua terhadap anaknya (Edwards, 2006).
c. Budaya
Sering kali orangtua mengikuti cara-cara yang dilakukan oleh masyarakat
dalam mengasuh anak, kebiasaan-kebiasaan masyarakat disekitarnya dalam

10
mengasuh anak, karena pola-pola tersebut dianggap berhasil dalam mendidik anak
kearah kematangan (Edwards, 2006). Orangtua mengharapkan kelak anaknya dapat
diterima dimasyarakat dengan baik, oleh karena itu kebudayaan atau kebiasaan
masyarakat dalam mengasuh anak juga mempengaruhi setiap orangtua dalam
memberikan pola asuh terhadap anaknya (Anwar,2000). Budaya yang ada di dalam
suatu komunitas menyediakan seperangkat keyakinan, yang mencakup (a)
pentingnya pengasuhan; (b) peran anggota keluarga (c) tujuan pengasuhan; (d)
metode yang digunakan dalam penerapan disiplin kepada anak; dan (e) peran anak
di dalam masyarakat(Brooks, 2001). Oleh karenanya, bila budaya yang ada
mengandung seperangkat keyakinan yang dapat melindungi perkembangan anak,
maka nilai-nilai pengasuhan yang diperoleh orangtua kemungkinan juga akan
berdampak positif terhadap perkembangan anak. Sebaliknya, bila ternyata
seperangkat keyakinan yang ada dalam budaya masyarakat setempat justru
memperbesar munculnya faktor resiko maka nilai-nilai pengasuhan yang diperoleh
orangtua pun akan menyebabkan perkembangan yang negatif pada anak
(Suhartono, 2007).

E. Kompetensi yang Harus Dimiliki Orang Tua dalam Mendidik Anak


Pada umumnya, pendidikan dilingkungan keluarga itu bukan berpangkal tolak
dari kesadaran dan pengertian yang lahir dari pengetahuan mendidik, melainkan
secara kodrati suasana dan strukturnya memberikan alami membangun situasi
pendidikan. Situasi pendidikan itu terwujud berkat adanya pergaulan dan hubungan
yang saling mempengaruhi secara timbal balik antara orang tua dan anak. Dilihat
dari hubungan dan tanggung jawab orang tua terhadap anak, maka tanggung jawab
pendidikan itu pada dasarnya tidak bisa diberikan kepada orang lain, guru dan
pendidik lain umpamanya, dalam memikul tanggung jawab hanyalah merupakan
keikusertaan. Dengan kata lain, tanggung jawab pendidikan yang dipikul oleh para
pendidik selain orang tua adalah merupakan pelimpahan dari tanggung jawab orang
tua oleh karena satu dan lain hal tidak mungkin melaksanakan pendidikan anaknya
secara sempurna.

11
Orang tua mempunyai fungsi yang penting didalam mendidik dan membimbing
putra-putrinya, karena orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-
anak mereka. Dengan demikian pendidikan yang pertama terdapat dilingkungan
keluarga. Apa saja yang harus dilakukan oleh ayah dan ibu sebagai sebuah keluarga
yang ideal dalam mendidik dan mengembangkan potensi/kemampuan anak-anak:
a. Memahami makna mendidik
Sebagai orang tua harus memahami benar apa makna dari mendidik sehingga
tidak berpendapat bahwa mendidik adalah melarang, menasehat atau memerintah
si anak. Tetapi harus dipahami bahwa mendidik adalah proses memberi pengertian
atau pemaknaan kepada si anak agar si anak dapat memahami lingkungan
sekitarnya dan dapat mengembangkan dirinya secara bertanggung jawab. Proses
memberi pengertian atau pemaknaan ini dapat melalui komunikasimaupun
teladan/tindakan, contoh: jika ingin anak disiplin maka orang tua dapat memberi
teladan kepada si anak akan hal-hal yang baik dan beretika atau orang tua
menciptakan komunikasi dengan si anak yang dialogis dengan penuh keterbukaan,
kejujuran dan ketulusan. Apabila kita mengedepankan sikap memerintah,
menasehat atau melarang maka langsung ataupun tidak akan berdampak pada sikap
anak yang bergaya otoriter dan mau menang sendiri.
Ada hubungan kausal antara bagaimana orang tua mendidik anak dengan apa
yang diperbuat anak. Atau ibaratnya apa yang orang tua tabur itulah yang nanti akan
dituai. Peran orang tua dalam mendidik anak tidak dapat tergantikan secara total
oleh lembaga-lembaga persekolahan atau institusi formal lainnya. Karena
bagaimanapun juga tanggung jawab mendidik anak ada pada pundak orang tua.
b. Hindari mengancam, membujuk atau menjanjikan hadiah
Dalam mendidik anak jangan memakai cara membujuk dengan menjanjikan
hadiah karena hal ini akan melahirkan ketergantungan anak terhadapsesuatu hal
baru dia melakuka sesuatu. Hal ini akan mematikan motivasi,kreatifitas, insiatif dan
pengertian serta kemandirian mereka terhadap hal-hal yang harus dia kerjakan.
Contoh: menjanjikan hadiah kalau nilai sekolahnya baik, ataumengancam tidak
memberi hadiah bila nilainya rendah.
c. Hindari sikap otoriter, acuh tak acuh, memanjakan dan selalu khawatir

12
Seorang anak akan dapat mandiri apabila dia punya ruang dan waktu baginya
untuk berkreasi sesuai dengan kemampuan dan rasa percaya diri yang dimilikinya.
Ini harus menjadi perhatian bersama karena hal tersebut dapat muncul dari sikap
orang tuanya sendiri yang sadar atau tidak sadar ditampakkan pada saat interaksi
terjadi antara ayah dan ibu dengan anak. Sehingga anak-anak akan termotivasi
untuk mengaktualisasikan potensi yang ada pada dirinya tanpa adanya tekanan atau
ketakutan.
d. Memahami bahasa non verbal
Memarahi anak yang melakukan kesalahan adalah sesuatu yang
tidak efektif melainkan kita harus mendalami apa penyebab si anak melakukan
kesalahan dan memahami perasaan si anak. Oleh karena itu perlu
dikembangkanbahasa non verbal sebagai suatu upaya efektif untuk memahami
masalah danperasaan si anak. Bahasa non verbal adalah dengan memberi sentuhan,
pelukan,menatap, memberi senyuman manis atau meletakkan tangan di bahu
untukmenenangkan si anak, sehingga si anak merasa nyaman untuk
mengungkapkanapa yang dipikirkan atau perasaannya.
e. Membantu anak memecahkan persoalan secara bersama
Pada kondisi tertentu dibutuhkan keterlibatan kita sebagai orang tua untuk
memecahkan masalah yang dihadapi si anak. Dalam hal membantu
anakmemecahkan persoalan anak, kita harus melakukannya dengan tetap
menjunjungtinggi kemandiriannya
f. Menjaga keharmonisan dalam keluarga
Ayah dan Ibu sering bertengkar dan berselisih bahkan melakukan kekerasan
di depan anak-anak, sehingga anak-anak mencontoh dengan bertindaktidak
menghargai teman sebayanya atau melakukan kekerasan pula padatemannya.
Demikian beberapa hal yang mestinya dijadi perhatian oleh para orang tua
dalam mendidik anak-anaknya. Diakui bahwa hal tersebut di atas
dapat ditambahkan dengan hal lain yang positif agar menjadi
perbendaharaan pengetahuan dalam mendidik, namun yang terutama dari semua itu
adalah orangtua harus “bagaimana menciptakan dan membangun komunikasi yang
efektif” dengan anak. Karena hal ini akan secara langsung menjaga dan

13
memeliharakedekatan secara emosional dengan anaknya sehingga dapat mencegah
perilaku menyimpang dari si anak. Dalam komunikasi juga perlu ditanamkan
sikap optimis pada anak, mengembangkan sikap keterbukaan pada anak dan
perlu mengajarkan tata krama pada anak.

14
BAB III
TANTANGAN GLOBAL
A. Pengaruh Global Terhadap Keluarga
Imam Mustofa dalam tulisannya yang berjudul “Keluarga Sakinah Dan
Tantangan Globalisasi” (2008) menjelaskan dengan detail pengaruh atau dampak
globalisasi terhadap kehidupan keluarga, Imam Mustofa menjelaskan menurut
sebuah penelitian yang dialakukan oleh Zakiah Drajat, perilaku manusia 83%
dipengaruhi oleh apa yang dilihat, 11% oleh apa yang didengar, dan 6 % sisanya
oleh berbagai stimulus campuran. Dilihat dari perspektif ini, nasihat orang tua yang
hanya memiliki efektivitas 11%, dan hanya contoh teladan orang tua saja yang
memiliki efektivitas tinggi. Budaya global yang didominasi oleh budaya Barat akan
diserap dengan mudah oleh masyarakat dunia. Budaya dalam suatu masyarakat
akan sangat berpengaruh pada pembentukan karakter keluarga. Pengaruh ini
meliputi perilaku, gaya hidup dan aspekaspek lain. Budaya Barat sangat
menjunjung tinggi kebebasan pribadi untuk berekspresi, dan ini tentunya sangat
berbeda dengan masyarakat Timur yang masih menjunjung nilai-nilai moral.
Bagaimana pun juga produk suatu budaya dengan ciri “materialistiknya dapat
menyebabkan pergolakan dan konflik sosial di masyarakat” non-Barat, yang
mempunyai warisan budaya dan kehidupan religius yang berbeda-beda. Kemajuan
di bidang komunikasi telah memungkinkan banyak ide-ide baru, ideologi, seni,
bahasa dan beragam ilmu pengetahuan untuk melintasi seluruh penjuru dunia.
Proses globalisasi juga terdiri dari faktor-faktor yang menjadi ancaman bagi satu
kebudayaan asli di berbagai tempat di dunia ini. Dengan kata lain proses globalisasi
juga menciptakan bentuk baru aliansi kebudayaan unik yang terdapat pada suatu
bangsa atau etnik tertentu.
Kehidupan keluarga yang merupakan bagian dari masyarakat tidak terlepas
dari “serangan” budaya global melalui media-media ini. Gaya hidup, relasi-relasi
terlebih pola pikir masyarakat yang juga anggota keluarga sedikitdemi sedikit akan
berubah mengikuti aneka kebudayaan yang masuk. Inilah yang menjadi tantangan
kehidupan keluarga sakinah di era globalisasi ini. Setidaknya ada dua hal yang
sering terjadi akibat kehidupan modern di era global ini, yaitu, Pertama, konsentrasi

15
anggota keluarga, khususnya suami dan istri hanya terfokus untuk mencari
kesenangan dalam kehidupan perkawinan dari pada berpikir tentang tanggung
jawab. Beberapa pasangan menikah apabila mereka sepakat untuk mencari
kesenangan dan kenikmatan saja. Jadi apabila kehidupan perkawinan itu tidak dapat
lagi memberikan lagi apa mereka cari, maka mereka akan memilih jalan mereka
sendiri-sendiri. Hal ini menimbulkan erosi kesakralan lembaga perkawinan,
sehingga perceraian sebagai konsekuensinya menjadi suatu hal yang biasa. Anak-
anak siapa saja yang lahir dari pasangan seperti itu, yaitu mengakhirinya dengan
perceraian, hanya sedikit lebih beruntung dari pada anak-anak yatim piatu,
walaupun mereka masih memiliki orang tua. Kedua, putusnya sistem keluarga besar
yang utuh. Hal ini dapat ditelusuri dari adanya gejala-gejala meningkatnya jumlah
orang tua bahkan kekek nenek lanjut usia yang dikirim ke panti jompo yang terpisah
dari kehidupan keluarga mereka sendiri. Padahal dalam sistem keluarga besar,
kekek nenek pasti ada untuk memperhatikan cucu-cucu mereka.
Saat ini, fokus dari perhatian orang tua tidak lagi tertuju pada rumah, walupun
dengan alasan-alasan yang berbeda. Dulu, seorang ibu senantiasa berada di rumah
untuk dapat tetap memperhatikan anak-anak. Tetapi sekarang, dengan kedua orang
tua yang bekerja di luar rumah, anak-anak hanya dapat menemui mereka di malam
hari ketika keduanya sudah sangat lelah untuk memberikan perhatian yang cukup
kepada mereka, ataupun mereka dapat bersama-sama kembali di penghujung
minggu, di saat mereka lebih memikirkan rekreasi.
Dengan kesibukan suami istri yang sama sekali tidak memiliki waktu untuk
anak anak mereka ini menyebabkan kelonggaran akan tanggung jawab dan nilai
serta norma yang berlaku, Imam Mustofa (2008) juga menegaskan bahwa
kelonggaran dan lemahnya kaidah hukum yang terkait dengan keluarga secara
otomatis akan menjadikan keluarga hanya sebagai tempat singgah.

16
B. Cara Mengatasi Pengaruh Globalisasi
Cara untuk mengatasi pengaruh globalisasi yang menyerang keluarga dengan
tidak menutup mata dengan globalisasi yang ada namun tidak mengambil semua
apa apa yang sifatnya berasal dari luar kebudayaan. Yang utama adalah dengan
mengembalikan kondrat wanita sebagai mana mestinya. Istri adalah kontrol
yang paling utama yang ada dalam keluarga, jika suami sudah lelah bekerja dan
istri pun juga lelah bekerja maka kontrol yang terjadi di dalam rumah akan sangat
longgar. Hal ini yang akan menimbulkan dampak dampak negatif yang akan
muncul di kehidupan berikutnya, misalnya saja dengan kelonggaran akan nilai dan
norma, anak menjadi lepas kontrol sehingga anak memiliki perilaku menyimpang
atau memiliki pergaulan yang bebas karena tidak adanya kontrol kendali yang
diberikan oleh orang tua yang ada di dalam rumah.
Orang tua modren saat ini hanya menganggap bahwa kebahagiaan anak akan
terwujud jika kedua orang tua mampu memenuhi segala macam kebutuhan anak
dengan uang sehingga mereka terus bekerja tanpa memikirkan bahwa anak butuh
dari sekedar uang. Anak butuh kasih sayang, butuh kontrol perilaku dan butuh
panutan bagaimana anak seharusnya bersikap, bergaul, dan berkehidupan
dimasyarakat.
Imam Mustofa (2008) menjelaskan solusi sifatnya antisipatif. Jadi apabila
dalam sebuah keluarga sudah terkena dampak globalisasi dan tidak dapat
menyesuaikan diri sehingga menghilangkan keseimbangan dalam keluarga,
Keluarga dalam pandangan Islam bukanlah sekedar tempat berkumpulnya orang-
orang yang terikat karena perkawinan maupun keturunan, akan tetapi mempunyai
fungsi yang sedemikian luas.
Dalam Islam, islam telah menempatkan keluarga pada posisi dan kedudukan
yang sangat penting dan strategis dalam pembinaan pribadi dan masyarakat. Baik
buruknya kepribadian seseorang sangat tergantung pada pembinaan dalam keluarga
ini tercantum dalam surat attahrim (6) “Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana
kamu bertempat tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan
mereka untuk menyempitkan (hati) mereka. dan jika mereka (isteri-isteri yang
sudah ditalaq) itu sedang hamil, maka berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga

17
mereka bersalin. Kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)mu untukmu
Maka berikanlah kepada mereka upahnya, dan musyawarahkanlah di antara kamu
(segala sesuatu) dengan baik; dan jika kamu menemui kesulitan, maka perempuan
lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya”.

C. Komunikasi efektif dalam keluarga


Komunikasi dalam keluarga dapat berlangsung secara timbal balik dan silih
berganti; dari orang tua ke anak atau dari anak ke orang tua, atau dari anak ke anak.
Nur wahidah mengatakan dari perspektif agama, Tuhanlah yang mengajari manusia
berkomunikasi, dengan menggunakan akal dan kemampuan berbahasa yang
dianugerahkan-Nya kepada manusia. Alquran dalam surat Ar-Rahman ayat 1-4
“(tuhan) yang Maha pemurah, yang telah mengajarkan Al Quran.n Dia
menciptakan manusia.mengajarnya pandai berbicara”
Nur wahidah menjelaskan tentang komunikasi yang efektif dalam keluarga ,
menurutnya komunikasi akan sukses apabila orangtua memiliki kredibilitas di mata
anaknya. Begitu pula, komunikasi suami istri akan efektif bila keduanya telah saling
percaya. Bagaimana caranya agar komunikasi dalam keluarga bisa efektif? Ada
lima hal yang harus diperhatikan, yaitu: Pertama adalah penghargaan (respect).
Komunikasi harus diawali dengan sikap saling menghargai. Adanya penghargaan
biasanya akan menimbulkan kesan serupa (timbal balik) dari si lawan diskusi.
Orangtua akan sukses berkomunikasi dengan anak jika ia melakukannya dengan
penuh penghargaan. Jika ini dilakukan, maka anak pun akan melakukan hal yang
sama ketika berkomunikasi dengan orangtua atau orang di sekitanya. Kedua adalah
empati. Empati adalah kemampuan untuk menempatkan diri kita pada situasi dan
kondisi yang dihadapi orang lain. Syarat utama dari sikap empati adalah
kemampuan untuk mendengar dan mengerti orang lain, sebelum didengar dan
dimengerti oleh orang lain. Orangtua yang baik tidak akan menuntut anaknya untuk
mengerti keinginannya, tapi ia akan berusaha memahami anak atau pasangannya
terlebih dulu. Ia akan membuka dialog dengan mereka, mendengar keluhan dan
harapannya. Mendengarkan di sini tidak hanya melibatkan indera saja, tapi
melibatkan pula mata hati dan perasaan. Cara seperti ini dapat memunculkan rasa

18
saling percaya dan keterbukaan dalam keluarga. Ketiga adalah audible, yang berarti
‚dapat didengarkan‛ atau ‚dapat dimengerti dengan baik‛. Sebuah pesan harus dapat
disampaikan dengan cara atau sikap yang bisa diterima oleh si penerima pesan. Raut
muka yang cerah, bahasa tubuh yang baik, kata-kata yang sopan, atau cara
menunjuk, termasuk dalam komunikasi yang dapat dimengerti dengan baik.
Keempat adalah kejelasan. Pesan yang disampaikan harus jelas maknanya dan tidak
menimbulkan banyak pemahaman, selain harus terbuka dan transparan. Ketika
berkomunikasi dengan anak, orangtua harus berusaha agar pesan yang disampaikan
bisa jelas maknanya. Salah satu caranya adalah berbicara sesuai bahasa yang
mereka pahami (melihat tingkatan usia). Kelima adalah ketepatan. Dalam
membahas suatu masalah hendaknya proporsi yang diberikan tepat baik waktunya,
tema maupun sasarannya. Waktu yang tepat untuk membicarakan masalah anak
misalnya pada waktu makan malam. Pada waktu sarapan pagi, karena ketergesaan
maka yang dibicarakan umumnya masalah yang ringan saja. Keenam adalah
kerendahan hati. Sikap rendah hati dapat diungkapkan melalui perlakuan yang
ramah, saling menghargai, tidak memandang diri sendiri lebih unggul ataupun lebih
tahu, lemah lembut, sopan, dan penuh pengendalian diri. Dengan sikap rendah hati
ini maka lawan diskusi kita memjadi lebih terbuka, sehingga banyak hal yang dapat
diungkapkan dari diskusi tersebut.

19
BAB IV
MENDIDIK ANAK
A. Membuat anak disiplin
Apa Artinya Disiplin dan Mengapa Anak Anda Membutuhkannya
Disiplin berasal dari kata yang sama dengan ‘disciple’ yang artinya seorang
yang belajar dari atau secara sukarela mengikuti seorang pemimpin. Menurut
Charles Schaefer ( dalam choirun nisa , 2013) disiplin adalah sesuatu yang
mencakup pengajaran, bimbingan atau dorongan yang dilakukan oleh orang dewasa
yang bertujuan untuk menolong anak belajar untuk hidup sebagai makhluk sosial
dan untuk mencapai pertumbuhan serta perkembangan mereka yang optimal.
Menerapkan perilaku yang disiplin memiliki tujuan untuk meengubah perilaku
sesuai dengan tatanan nilai norma yang berlaku di masyarakat.
Meskipun banyak orang tua tampaknya berpikir bahwa disiplin adalah
tentang hukuman mereka memiliki citra mental yang kuat dari beberapa guru
sekolah abad kesembilan belas yang terselip di dalam bagian terdalam dan paling
gelap dari otak mereka! Arti disiplin lebih banyak tentang mengajar. Bahkan, jika
Anda membuka salinan kamus apa pun yang kebetulan Anda miliki di rumah
(misalnya, Kamus Dunia Baru Universitas Webster), Anda kemungkinan akan
menemukan definisi untuk disiplin yang berbunyi seperti ini: "pelatihan yang
mengembangkan diri -kontrol, karakter, atau ketertiban dan efisiensi. "
Definisi disiplin-mengajar itu jelas berlaku bagi Catherine, seorang ibu
berusia empat puluh empat tahun. Dia percaya bahwa ketika dia mendisiplinkan
anak-anaknya, dia mengajarkan mereka pelajaran penting tentang apa artinya
bergaul dengan orang lain dan mengikuti aturan masyarakat. “Disiplin berarti
mengajar anak-anak saya apa yang dapat diterima dan apa yang tidak,” dia
menjelaskan. “Mereka perlu tahu bahwa ada aturan yang harus kita ikuti sepanjang
hidup, tanpa memandang usia kita. Disiplin berarti menetapkan mereka pada jalan
yang benar untuk menjadi manusia yang baik dan layak. ”
Aubyn, seorang ibu berusia 38 tahun, setuju dengan pendapat Catherine
tentang masalah ini: “Disiplin adalah sarana untuk mencapai tujuan — cara untuk
mendorong anak-anak kita untuk berperilaku dengan cara yang tepat dan belajar

20
benar dan salah. ” Anda tidak akan terlalu jauh salah dengan disiplin jika Anda tetap
mengingat definisi sederhana Aubyn. Anda akan menemukan bahwa Anda secara
alami tertarik pada metode disiplin yang menekankan pengajaran daripada
hukuman dengan kata lain, metode disiplin yang dirancang untuk mendorong anak
Anda untuk belajar sesuatu dari kesalahannya sehingga dia tidak akan terus
melakukan kesalahan yang sama. , daripada metode disiplin yang hanya dirancang
untuk menghukumnya karena melakukan kesalahan.
Choitun Nisa (2013) menjelaskan tentang Karakteristik Perkembangan Disiplin
Anak Usia Dini. Salah satu konsep penting tentang disiplin adalah bahwa disiplin
yang diberikan kepada anak haruslah sesuai dengan perkembangan sesuai usia anak
tersebut. Menurut Sujiono & Syamsiatin (2003:33) perkembangan disiplin pada
anak usia 0 - 8 tahun sebagai berikut:

1. Perkembangan pada masa bayi (0 – 3 tahun)

Sepanjang masa bayi, bayi harus belajar melakukan reaksi-reaksi yang benar pada
berbagai situasi tertentu di rumah dan di sekelilingnya. Tindakan yang salah
haruslah selalu dianggap salah, terlepas siapa yang mengasuhnya. Kalau tidak, bayi
akan bingung dan tidak mengetahui apa yang diharapkan darinya.
Fenomena yang tampak pada usia 0 – 8 tahun adalah disiplin berdasarkan
pembentukan kebiasaan dari orang lain terutama ibunya, misalnya :
a. Menyusui tepat pada waktunya;
b. Makan tepat pada waktunya;
c. Tidur tepat pada waktunya;
d. Berlatih buang air seni (toilet training).

2. Perkembangan pada masa kanak-kanak (3 – 8 tahun)

Fenomena yang tampak adalah :

21
a. Anak mulai patuh terhadap tuntutan atau aturan orang tua dan lingkungan
sosialnya.
b. Dapat merapikan kembali mainan yang habis pakai;
c. Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan;
d. Membuat peraturan/tata tertib di rumah secara menyeluruh.

Manfaat disiplin bagi anak usia dini menurut Mauludy Nugrahani, dkk (2014)
F. Menumbuhkan kepekaan
Anak tumbuh menjadi pribadi yang peka, berperasaan halus dan percaya pada

oranglain. Sikap-sikap seperti ini akan memudahkan dirinya mengungkapkan

perasaannya kepada orang lain, termasuk ortunya, alhasil anak akan mudah

memahami perasaaan orang lain.

G. Menumbuhkan kepedulian
Anak jadi peduli pada kebutuhan dan kepentingan orang lain. Disiplin membuat

anak memiliki integritas selain dapat memikul tanggung jawab, mampu

memcahkan masalah dengan baik dan mudah mempelajari sesuatu.

H. Mengantarkan keteraturan
Anak jadi memiliki pola hidup yang teratur dan mampu mengelola waktunya

dengan baik.

I. Menumbuhkan ketenangan
Penelitian menunjukan bayi yang tenagn, jarang menangis mampu memperhatikan

lingkungan sekitarnya dengan baik. Di tahap selanjutnya ia bisa cepat berinteraksi

dengan orang lain.

J. Menumbuhkan sikap percaya diri

22
Sikap ini tumbuh saat anak diberi kepercayaan untuk melakukan sesuatu yang

mampuia kerjakan sendiri.

K. Menumbuhkan kemandirian
Dengan kemandirian anak dapat diandalkan untuk bisa memenuhi kebutuhan

dirinya sendiri. Anak juga dapat mengeksplorasi lingkungannya dengan baik.

Disiplin merupakan bimbingan pada anak agar sanggup menentukan pilihan bijak.

L. Menumbuhka sikap keakraban


Anak jadi cepat akrab dan ramah terhadap orang lain, karena kemampuannya bera

daptasi lebih terasah

M. Membantu perkembangan otak


Pada usia di tahun tahun pertama pertumbuhan otak anak sangat pesat. Di usia ini

ia menjadi peniru perilaku yang sangat piawai* jika ia mampu menyerap disiplin

yang dicontohkan orang tuanya, maka disiplin sejak dini akan membentuk

kebiasaan dan sikap yang positif.

N. Membantu anak yang sulit


Misal anak yang hiperakti/ perkembangan terlambat, atau temper tantrum.

Dengan menerapkan disiplin,maka anak dengan kebutuhan khusus tsb akan

mampuhidup lebih baik

O. Menumbuhkan kepatuhan
Hasil nyata dari penerapan disiplin adalah kepatuhan. Anak akan menuruti aturan

yang diterapkan orang tua atas dasar kemauan sendiri.

23
B. Pengetahuan yang penting dalam membangun anak
Pengetahuan adalah apa saja yang didapat baik nerupa ilmu pengatahuan atau
sebuah pengalaman. Menurut piaget otak kita mengetahui bagaimana cara
mengenal benda melalui input dari indera seperti mata, telinga, kulit, hidung dan
mulut secara langgsung akan menunjukkan reaksi tertentu terhadap lingkungan
sekitar kita.
Agar kita dapat membangun sorang anak kita perlu mengetahui apa saja
karakteristik yang dimiliki tiap anak, ini akan memudahkan kita dalam memberikan
pengasuhan, pendidikan, dan pengetahuan.
Jenis Kepribadian Anak
Sifat alamiah merujuk pada emosi dasar anak yang dibawa sejak lahir,
dengan kata lain yakni jenis kepribadian anak. Meskipun setiap psikolog dan dokter
yang menulis buku tentang pengasuhan nampak dari segi bahasa sedikit berbeda
dalam mendeskripsikan emosi anak, akan tetapi hal tersebut cukup untuk Alexander
Thomas dan Stella Chess mendeskripsikan mengenai tiga jenis dasar kepribadian
pada tahun 1950-an.
1. Anak yang sulit: seorang anak yang tidak dapat beradaptasi dengan baik pada
situasi yang baru dan seringkali cnderung menunjukkan tingkah laku yang
negatif.
2. Anak yang pemalu: seorang anak yang sangat berhati-hati dan pemalu ketika
berhadapan dengan situasi baru serta cukup lamban untuk beradaptasi dengan
orang baru.
3. Anak yang mudah: seorang anak yang mudah beradaptasi dan merespon
secara baik.
Ahli perkembangan anak telah mencoba untuk mencari kategori yang
sesuai untuk mengetahui karakteristik utama yang dapat menjelaskan tentang
emosi anak. Berikut adalah inti karakteristik sebagaimana dimaksudkan oleh para
ahli:
1. Tingkat Energi: Hal ini merujuk pada jumlah energi yang dimiliki oleh anak,
apakah ia termasuk anak baik yang dapat duduk tenang membaca buku dalam
untuk waktu yang lama atau ia termasuk anak yang selalu bergerak dan tidak bisa

24
diam. Tingkat energi yang dimiliki anak tidak hanya mempengaruhi tingkah laku
mereka pada hari tersebut tetapi juga mempengaruhi kuantitas dan kualitas tidur
mereka ketika malam hari yang akhirnya mempengaruhi tingkah laku mereka di
hari berikutnya dan begitu seterusnya.
2. Pola yang teratur: Hal ini merujuk pada muncul dan tidaknya pola sehari-hari
dalam fungsi biologis dasar seperti tidur, makan, dan penyisihan. Beberapa adak
memiliki ritme biologis yang teratur namun beberapa anak memiliki ritme yang
tidak menentu.
3. Pendekatan dan menarik diri: Hal ini merujuk pada respon awal yang
ditunjukkan anak ketika bertemu hal baru, seperti orang baru, situasi baru,
makanan baru, atau perubahan rutinitas.Beberapa anak dapat dengan mudah
mengikuti arus perubahan tersebut namun beberapa anak membutuhkan bantuan
untuk dapat menyesuaikan diri terhadap hal baru yang bahkan hal tersebut
hanyalah berupa perubahan kecil dari rutinitas normal yang ia jalani.
Selanjutnya bangun dan perbaiki anak dari sisi pendidikan moral karena dunia
yang akan di lewati anak selanjutnya adalah masyarakat dimana nilai moral dituntut
untuk berkembang dimasyarakat.
Berikut adalah beberapa tips untuk mendapatkan pendidikan moral anak
diluar lingkungan anak.
1. Tentukan nilai mana yang paling penting bagi Anda dan kosongkan nilai-
nilai lainnya terlebih dahulu. Pisahkan antara nilai sampingan dan nilai inti
moral. Apabila anda ingin melakukan dua-duanya secara bersamaam, hal
ityu akan membuat anda dan anak menjadi tidak fokus akan nilai moral
mana yang akan diterapkan terlebih dahulu. Selain itu anda akan menjadi
manusia kecerdasan moral setara dunia yang hanya ada beberapa orang
saja didunia pertahun yang dapat memborbardir anak-anak dengan
flashcards di setiap kesempatan, yang mungkin dengan harapan membuat
mereka lebih pintar. (percayalah anda tidak ingin pergi kesana!).
2. Mulailah dengan dasar-dasar. Jika Anda mengalami kesulitan menentukan
nilai mana yang harus dimulai. Anda mungkin ingin fokus pada apa yang
disebut Michele Borba sebagai tujuh kebajikan utama: empati, hati nurani,

25
pengendalian diri, rasa hormat, kebaikan, toleransi, dan keadilan. ”Jika
Anda berpikir Anda dapat melakukan kedelapan, saya ingin menyarankan
agar Anda memilih optimisme; tanpa pandangan dunia yang optis, mudah
bagi kesombongan dan sikap “siapa yang peduli” untuk diatur- sesuatu
yang akan menggagalkan program kecerdasan moral bahkan sebelum anda
memulai dari awal.
3. Bersiaplah untuk meneladani kebaikan yang anda coba ajarkan kepada
anak anda. Ini jelas merupakan salah satu situasi di mana anda harus siap
untuk memulai pembicaraan. “Anak-anak mempelajari moral dan nilai
dari contoh yang mereka lihat dari orang-orang di sekitar mereka,” kata
Ellen, seorang ibu yang berusia 22 tahun, mengatakan "Jika Anda tidak
memperlakukan orang-orang dalam kehidupan anda dengan baik,
bagaimana Anda bisa mengharapkan anak-anak anda menjadi baik?".
4. Ajari anak-anak Anda beberapa keterampilan dasar seperti "literasi
emosional". Mereka harus mampu mengenali dan membaca emosi orang
lain. Bicarakan tentang perasaan yang dialami para tokoh dalam cerita
yang anda baca bersama pada waktu tidur. Tekan tombol mute selama
video dan minta anak anda mendeskripsikan perasaan karakter dalam
cerita atau membentuk dialognya sendiri. Mainkan permainan "nama
perasaan itu" kemudian anda memperhatikannya. Atau jika anda memiliki
anak prasekolah atau anak usia sekolah yang masih menikmati permainan
bermain peran, beri dia kesempatan untuk melatih keterampilan literasi
emosionalnya dan kembangkan melalui bahasa tubuh pada saat yang sama.
"Setidaknya ada satu situasi setiap hari yang dapat anda gunakan untuk
keuntungan anda dalam mengajarkan anak-anak anda benar dan salah”.
Mary seorang ibu berusia 36 tahun mengambil pandangan baru tentang
kejadian terkini. Nak-anak yang leboh tua lebih bisa dikaitkan dengan
diskusi tentang dilema morak yang sedang dimuat dalam surat kabar
seperti selebritis yangb di dakwa sebgai pencuri, perusahaan akuntasi yang
di akwa karna praktik keuangan yang meragukan, politisi yang tertangkap

26
menggunakan kas pemerinyah untuk kepentingan pribadi- anda tahu, hal
yang biasa!.
5. Pantau piihan tontonan anak anda. Apa jenis acara yang ditonton anak-
anak anda di TV? Jenis situs internet apa yang ia kunjunhi? Jenis musik
apa yang ,ereka dengarkan? Jenis video permain apa yang mereka
mainkan? Selain menonton konten rasis, seksis, dan kekerasan, Anda juga
harus mencari materi yang sesuai dengan nilai-nilai yang tidak sesuai
dengan moral, seperti lirik yang menampilkan seks bebas, penggunaan
narkoba, dan tidak menghormati diri sendiri dan yang lain. Anda mungkin
tidak ingin membicarakan atau membahas hal ini kepada anak, akan tetapi
setidaknya anda membicarakan bahwa materi tersebut tidak pantas.
6. Sadari jenis hiburan apa yang Anda pilih. Landasan moral tinggi yang
Anda pegang akan cepat hilang jika anak-anak Anda melihat Anda
menonton film, mengunjungi situs Web, atau membaca buku dan majalah
yang melemahkan jenis nilai yang Anda coba modelkan untuk mereka.
7. Jangan takut untuk menetapkan standar moral yang tinggi untuk anak-anak
Anda. Jika Anda sudah lalai di masa lalu tentang hal-hal seperti attitude
dan sopan santun, mungkin diperlukan waktu beberapa saat untuk
menangkap kode perilaku baru keluarga Anda, tetapi dalam banyak kasus,
mereka akan mengambil kesempatan itu.Sementara itu, Anda mungkin
harus siap untuk menindaklanjuti konsekuensi jika anak Anda
menampilkan banyak sikap negatif setiap kali Anda menuntut kesopanan
dasar. Lihat bab 3 dan 4.
8. Pujilah anak Anda ketika ia menampilkan jenis perilaku yang anda coba
terapkan. Bersikaplah sepeka mungkin dalam memberikan pujian terhadap
anak denga tepat sehingga sehingga dia akan mengerti dengan tepat apa
yang dia lakukan dengan benar dan bagaimana itu membuat orang lain
merasa senang.
9. Jangan takut membiarkan anak anda mengalami emosi negatif jika dia
bertindak tidak senonoh dan melukai perasaan seseorang. Meskipun kita
tegoyah agarvanak-anak tidak mengalami rasa berslah yang mendalam dan

27
malu, tetapi kita membiarkannya saja agar anak-anak mampu belajar dari
hal yang amalami.
10. Ingatkan diri Anda bahwa beberapa kesalahan tidak dapat dihindari. Yang
Anda tuju adalah bukti bahwa anak Anda membuat kemajuan moral
dimasa depan. “Akan selalu ada situasi di mana moral dan nilai mereka
akan ditantang dan mereka akan gagal,” kata Ellen, seorang ibu berusia 22
tahun. “yang dapat saya harapkan hanyalah, dal;am banyak kasus,
perasaan baik/buruk, akan menuntun mereka kearah yang benar”.

C. Agar anak sukses disekolah


Gaya belajar setiap anak dapat berbeda bergantung dari bagaimana cara sebuah
informasi diproses di otak. Belajar merupakan cara anak merespons terhadap
rangsangan dunia luar dan untuk memahami informasi baru. Karena itu, salah satu
kunci keberhasilan anak di sekolah adalah dengan mengenali gaya belajar yang
tepat. Anak Anda mungkin kesulitan dalam mengeja huruf dibandingkan teman
sebayanya. Jangan langsung berpikiran yang aneh-aneh, bisa saja gaya belajar yang
diterapkan tidak sesuai dengan anak Anda.
Jika anak mengalami kesulitan dalam proses belajar di sekolah, saatnya Anda
mulai mengeksplorasi dan berkreasi. Cari tahu bagaimana gaya belajar yang
diterapkan oleh sekolah anak, kemudian cobalah gunakan pendekatan yang berbeda
di rumah. Anda juga dapat mendiskusikannya dengan guru di sekolah. Contohnya,
untuk memudahkan anak Anda yang memiliki gaya belajar visual mengeja, Anda
dapat menuliskan huruf-huruf di papan tulis. Sedangkan, untuk anak yang memiliki
gaya belajar kinestetik, dapat dibantu dengan meminta menyusun balok huruf.
Bimbingan dan dukungan orangtua merupakan hal terpenting yang membantu anak
untuk sukses di bidang akademik.
Berikut ini adalah 10 cara agar orangtua dapat mendidik anaknya untuk menjadi
siswa yang sukses.
1. Kenali guru-gurunya
Anak remaja Anda dapat berprestasi lebih baik jika orangtua mereka terlibat dalam
kehidupan akademiknya. Menghadiri acara sekolah adalah cara yang baik untuk

28
melihat bagaimana sekolah anak Anda, juga mengenal gurunya. Anda juga dapat
bertemu dengan wali kelasnya untuk membahas program dan aturan sekolah, serta
berbagai pilihan yang perlu diketahui orangtua dan wali murid.
Menghadiri pertemuan guru dan murid adalah cara yang bagus untuk tetap
mengetahui informasi dari sekolah. Di banyak sekolah, guru biasanya hanya akan
memanggil orangtua saat ada masalah tingkah laku anak atau jika nilai anjlok, tapi
jangan sungkan untuk membuat janji dengan gurunya dan bertemu untuk
membahas perkembangan akademis anak Anda, atau kebutuhan khususnya.
Ingat bahwa orang tua atau wali memiliki hak untuk bertemu dengan guru, kepala
sekolah, atau staff lainnya selama anak masih terdaftar sebagai siswa di sekolah
tersebut.
2. Kunjungi sekolah
Mengetahui lay out dan tata letak gedung sekolah dapat membantu Anda terhubung
dengan anak Anda saat sedang berbicara tentang harinya di sekolah. Cari tahu di
mana lokasi kelasnya, UKS, kantin, tempat olahraga, lapangan, taman bermain,
aula, dan ruang guru, sehingga Anda bisa membayangkan dunia anak Anda saat ia
sedang bercerita.
Banyak guru kini memiliki website khusus yang memuat detail pekerjaan rumah,
tanggal ujian, dan acara dan perjalanan kelas. Atau mungkin hal ini tercantum di
website sekolah anak Anda. Jika ya, Anda dapat menggunakan website tersebut
untuk selalu ter-update dengan hal-hal yang terjadi di sekolah.
3. Ciptakan suasana dan tempat yang mendukung untuk belajar dan
membuat PR
Pekerjaan rumah atau PR akan membuat anak mengingat pelajaran di kelas dan
melatih kemampuan belajar yang penting. Ini juga membantu anak untuk
mengembangkan rasa tanggung jawab dan etos kerja yang akan bermanfaat di luar
kelas.
Selain memastikan anak Anda tahu bahwa PR adalah prioritas, Anda dapat
membantunya dengan membuat lingkungan belajar yang efektif. Sediakan ruang
belajar yang rapi, nyaman, tenang, dan lengkap dengan semua hal yang ia butuhkan

29
untuk mengerjakan PR. Hindari distraksi seperti TV dan buatlah jadwal kapan ia
harus mulai dan kapan ia harus selesai.
Aturan yang bagus untuk PR dan waktu belajar yang efektif adalah sekitar 10 menit
per tingkat sekolah dasar. Misalnya, murid kelas 3 SD, harusnya menghabiskan
waktu 30 menit untuk mengerjakan PR atau belajar di malam hari. Kelas 4 SD perlu
menghabiskan waktu 40 menit. Jika Anda mendapati bahwa waktu pengerjaan PR
anak Anda lebih lama daripada ini, bicaralah dengan guru anak Anda.
Saat anak Anda mengerjakan PR, selalu siap sedia untuk mengartikan instruksi
tugas, menawarkan bimbingan, menjawab pertanyaan, dan mengulas tugasnya yang
sudah selesai. Tapi jangan langsung menyediakan jawaban atau mengerjakan PR
anak Anda sendiri. Belajar dari kesalahan adalah bagian dari proses dan Anda tidak
boleh merebut ini dari anak Anda.
4. Pastikan anak Anda berangkat ke sekolah dalam kondisi siap belajar
Sarapan yang bernutrisi membantu anak Anda untuk siap belajar seharian.
Umumnya, anak yang rajin sarapan memiliki energi yang lebih dan akan
beraktivitas lebih baik di sekolah. Anak-anak yang menyantap sarapan juga jarang
absen dan jarang masuk UKS dengan masalah perut yang berkaitan dengan rasa
lapar.
Anda dapat membantu meningkatkan konsentrasi dan daya ingat anak dengan
menyediakan sarapan yang kaya akan kacang-kacangan, serat, protein, dan rendah
gula. Jika anak Anda tak ada waktu untuk sarapan di rumah, bawakan ia bekal
berupa susu, kacang, yogurt, dan roti dengan selai kacang atau roti isi pisang.
Remaja memerlukan waktu tidur sekitar 8,5 hingga 9,5 jam setiap malamnya
sementara pra-remaja (usia 12-14) bahkan rata-rata butuh minimal 10 jam tidur
setiap malam agar ia siaga dan siap belajar seharian. Namun, jam masuk sekolah
yang sangat pagi, ditambah PR, aktivitas ekstrakurikuler, dan nongkrong dengan
teman-temannya membuat banyak remaja mengalami masalah kurang tidur.
Efeknya, ia akan sulit berkonsentrasi, memori jangka pendeknya menurun, dan
responnya lambat.
5. Tanamkan kemampuan manajemen waktu

30
Jika anak Anda terorganisir, ia akan mampu untuk fokus pada pelajaran
dibandingkan menghabiskan waktunya pada hal-hal lain yang kurang penting.
Apa artinya terorganisir bagi anak-anak usia sekolah dasar? Di sekolah, ini berarti
memiliki buku khusus untuk mencatat tugas dan PR. Beberapa sekolah biasanya
sudah menyediakan hal ini. Periksa buku tugas anak Anda setiap malam sehingga
Anda tahu apa saja yang harus dikerjakan dan apakah dia sudah mengerjakannya.
Bicarakan dengan anak Anda tentang cara menjaga mejanya tetap rapi sehingga
kertas-kertas tugasnya yang harus ia bawa pulang tidak berserakan dan hilang. Ajari
anak Anda cara bagaimana cara menggunakan kalender dan jadwal agar tetap
terorganisir.
Ajari juga anak Anda untuk selalu membuat to-do list alias daftar hal yang harus
dikerjakan, sesuai dengan prioritasnya. Tidak ada orang yang terlahir dengan
kemampuan manajemen waktu. Ini adalah skill yang harus dipelajari dan
dipraktikkan, dan anak akan mempelajarinya dari Anda.
6. Ajarkan kemampuan belajar
Bersiap-siap untuk ujian dapat menjadi hal yang menakutkan untuk anak kecil dan
banyak guru berasumsi bahwa orangtua akan membantu belajar untuk menghadapi
ujian. Mengenalkan anak Anda kepada cara belajar yang baik sejak dini akan
menghasilkan kebiasaan belajar yang bagus di kehidupannya di masa depan.
Di sekolah dasar, anak-anak biasanya harus menghadapi ujian maematika,
membaca, ilmu pengetahuan alam, pengetahuan sosial, dan sebagainya. Pastikan
Anda tahu kapan saja jadwal ujian sehingga Anda dapat membantu anak Anda
belajar dari jauh-jauh hari dan tidak mendadak di malam sebelumnya. Anda juga
perlu mengingatkan anak Anda untuk mencatat hal-hal penting yang ia pelajari di
sekolah, supaya ia bisa mengulasnya kembali di rumah.
Ajarkan anak Anda bagaimana cara membagi tugas yang besar menjadi sejumlah
tugas-tugas kecil supaya lebih mudah dikerjakan. Ingatlah untuk beristirahat setelah
belajar selama 45 menit. Ini penting untuk membantu proses anak dalam mengingat
informasi.
7. Ketahui aturan sekolah

31
Semua sekolah mempunyai aturan dan konsekuensi mengenai perilaku siswanya.
Sekolah biasanya mencantumkan kebijakan kedisiplinannya (terkadang disebut
kode etik sekolah) di buku pegangan siswa. Aturan ini mencakup tata krama siswa,
cara berpakaian, penggunaan alat elektronik, dan konsekuensi yang harus dihadapi
jika melanggar aturan.
Kebijakan ini juga dapat mencakup aturan dan sanksi untuk kehadiran/absensi,
vandalisme, mencontek, berkelahi, dan membawa senjata. Banyak sekolah yang
memiliki peraturan khusus tentang bullying. Ada baiknya jika Anda mengetahui
definisi sekolah tentang bullying, konsekuensinya, dukungan korban, dan prosedur
pelaporan tindak bullying.
Sangat penting bagi anak Anda untuk mengetahui apa yang boleh dan tidak boleh
dilakukan di sekolah, sehingga Anda harus mendukung konsekuensi yang diberikan
sekolah saat anak Anda melakukan pelanggaran. Akan lebih mudah bagi para siswa
jika aturan di sekolah tidak jauh berbeda dengan aturan yang diterapkan di rumah.
Penting untuk dicatat bahwa pendidik dapat memanggil aparat penegak hukum ke
sekolah untuk pelanggaran berat dan konsekensinya tergantung dari umur siswa
tersebut.
8. Ikut terlibat dalam kegiatan sekolah
Menjadi sukarelawan dalam acara sekolah anak Anda adalah cara yang tepat untuk
menunjukkan bahwa Anda tertarik dengan pendidikannya.
Tapi ingat, sebagian anak SMP mungkin akan senang saat orangtua mereka hadir
ke sekolah atau pada acara sekolah, dan sebagian lainnya mungkin merasa malu.
Pahami isyarat mereka untuk menentukan seberapa besar interaksi tersebut berguna
bagi Anda dan anak Anda, dan apakah Anda akan bersukarela mengikuti kegiatan
sekolah atau tidak. Jelaskan bahwa Anda tidak bermaksud memata-matainya, Anda
hanya berusaha untuk membantunya di sekolah.
9. Awasi absensi anak di sekolah
Anak remaja Anda sebaiknya beristirahat di rumah saat ia mengalami demam,
mual, muntah, diare, atau penyakit lain yang membuatnya tak memungkinkan untuk
beraktivitas. Namun selain itu, sangatlah penting untuk mereka datang ke sekolah

32
setiap harinya, karena mengejar ketinggalan tugas kelas, proyek, ujian, dan PR
adalah hal yang lebih sulit dan akan mempengaruhi proses belajarnya.
Jika anak terlihat sering beralasan untuk tidak masuk sekolah, mungkin ada alasan
lain yang tidak ia beri tahukan, misalnya bullying, tugas yang susah, nilai rendah,
masalah sosial, masalah dengan teman, atau masalah dengan guru. Bicarakan hal
ini dengannya untuk mencari tahu penyebabnya dan mencari solusinya.
Anak yang sering telat ke sekolah juga mungkin memiliki masalah kurang tidur.
Menjaga anak remaja Anda memiliki jadwal tidur yang teratur dapat membantunya
menghindari ngantuk di sekolah dan mengurangi keterlambatannya.
Untuk remaja yang memiliki masalah kesehatan kronis, para pengajar akan bekerja
sama dengan keluarga dan membatasi tugas mereka sehingga mereka dapat
menyesuaikan diri.
10. Luangkan waktu untuk bicara tentang sekolah
Biasanya cukup gampang untuk berbicara dengan siswa sekolah dasar tentang apa
yang terjadi di kelas dan berita terbaru di sekolah. Tapi orangtua dapat menjadi
terlalu sibuk dan melupakan pertanya ansederhana tersebut, padahal percakapan
seperti ini dapat mempengaruhi kesuksesan anak Anda di sekolah.
Buatlah waktu untuk berbicara dengan anak Anda setiap harinya sehingga ia tahu
bahwa Anda menganggap apa yang terjadi di sekolahnya itu penting. Saat anak
Anda tahu bahwa Anda tertarik dengan kehidupan akademiknya, ia akan bersekolah
dengan lebih rajin.
Karena komunikasi adalah jalur dua arah, cara Anda berbicara dan mendengar anak
juga dapat mempengaruhi bagaimana anka Anda mendengar dan merespon.
Sangatlah penting bagi Anda untuk mendengarkan dengan saksama, buat kontak
mata, dan hindari melakukan hal lain saat berbicara (misalnya mengecek
handphone). Pastikan Anda menanyakan pertanyaan yang jawabannya bukan hanya
“iya” atau “tidak”, melainkan pertanyaan yang mengharuskan anak menjawab
sambil menjelaskan.
Selain waktu makan, waktu yang tepat untuk berbicara adalah selama di dalam
mobil, saat mengajak anjing jalan-jalan, saat menyiapkan makan, atau mengantri di

33
toko. Tahun-tahun awal sekolah adalah waktu yang penting bagi orangtua untuk
mengetahui dan mendukung pendidikan anak.

D. Antara Anak, TV, dan Video Game


Kini anak-anak tidak dapat dipisahkan dengan TV danVideo game, sebenarnya
kesalahan ini tidak sepenuhnya mutlak ada pada anak, tapi kesalahan ini juga ada
pada orang tua dimana orang tualah yang masih berhak mengatur kehidupan anak.
Lalu bagaimana dengan anak yang sudah terlajur terlalu lama menonton tv dan
bermain video game, berikut adalah tips yang bisa dilakukan :
1. Membatasi waktu anak anda menonton tv.
Anda ingin membantu membatasi menonton tv mereka terkait tentang iklan
yang menggiurkan. Ketika mereka menonton tv, tekan tombol diam selama iklan
atau lebih sedikit, pilih pertunjukan tv jadi kamu dapat melompati iklan yang
masuk, seperti menggunakan kecepatan, maju kedepan pada tombol vcr anda.
2. Beri anak anda sebuah kursus singkat dalam media literasi.
Bicaralah pada mereka tentang teknik tekankan tinggi dan keluhan terkait
iklan asing yang akan membuat dampak ke penjualan produk mereka. Anjurkan
pada anak anda untuk menantang keluhan barang seperti membawa barang mereka
untuk di tes di rumah. Seperti perlakuan pembekuan makanan piza yang sungguh
terasa seperti buatan rumah atau lebih akurat untuk berkata bahwa rasanya enak
seperti kardus piza yang sesungguhnya. Kamu dapat mengambil semua jenis tips
yang bagus untuk diajrkan pada anak menjadi media literasi seperti berkunjung di
"pusat media literasi (website at www.medialit.org). Anda dapat menganjurkan
anak anda untuk mengasah kemampuan membeli dengan mengunjungi 3 web site:
a. Laporan konsumen: www.zillions.org
b. Pbs kids ‟jangan beli ini: http://pbskids.org/dontbuyit
c. Federasi satwa liar dunia dan pusat untuk situs web “saya beli yang
berbeda” dari american dream amerika untuk kaum muda:
www.ibuydifferent.org
3. Lihat kenyataanya anak anda berada pada level yang tinggi.

34
Jangan mengharapkan anak dibawah umur lima tahun dapat membedakan
antara program tv reguler dan iklan atau anak dibawah delapan tahun yang dapat
berfikir dengan kritis tentang iklan pesan.

Berikut adalah beberapa tips membatasi bermain video game:


1. Cobalah untuk menunda atau menolak membeli sistem permainan video.
2. Memiliki aturan yang jelas tentang video-game. Anda mungkin ingin
memiliki aturan tentang berapa banyak waktu anak-anak Anda diperbolehkan
untuk menghabiskan bermain video game setiap hari, apa yang kali hari
video-game bermain diperbolehkan, apa tanggung jawab perlu diperhatikan
pertama (seperti tugas-tugas dan pekerjaan rumah), dan apa jenis permainan
anak-anak Anda diperbolehkan untuk bermain.
3. Memantau penggunaan video-game anak Anda dengan hati-hati. Anda
memastikan bahwa permainan cocok untuk anak-anak seusianya. Membaca
ulasan perangkat lunak (di majalah dan online), berbicara dengan orangtua
lain tentang pengetahuan mereka tentang permainan tertentu, dan meminta
staf video toko -game apakah cocok digunakan sesuai usia anak anda.
4. Melihat kemungkinkan pemainan tentang jumlah kekerasan dan konten
seksual.
5. Berhati-hatilah dari setiap permainan yang dapat dimainkan melalui
Internet. Memilih dalam memilihkan permaianan yang akan dimainkan anak.

Berikut ada beberapa tips dalam mengurangi menonton TV:


1. Memberikan batasan dalam melihat TV pada anak anda.
Beberapa ahli pengasuhan berpendapat bahwa jika Anda memberikan anak
Anda batas dua jam, mereka akan merasa terdorong untuk menonton dua jam
penuh per hari, tapi penting bahwa berfikir dengan seberapa banyak tontonan TV
yang akan anda lakukan. Anda harus membiarkan dia tahu setiap hari apakah
jadwal menonton dia akan direncanakan nya dengan baik atau tidak. Anda harus
memutuskan apa yang terbaik untuk anak anda.
2. Menyebarkan kata.

35
Pastikan bahwa pendamping anak Anda, kakek-nenek, dan orang dewasa
penting dalam bagaimana peraturan menonton TV dalam keluarga anda. Dengan
begitu, Anda dapat memastikan bahwa aturan diikuti secara konsisten jika mereka
kebetulan merawat anak Anda. Sementara Anda menjelaskanberita tentang
kebijakan TV yang keluarga anda lihat, pastikan untuk membiarkan teman-teman
dan tetangga tahu apa yang Anda lakukan, juga. Tidak hanya mereka dapat
membantu mendukung usaha Anda dengan membatasi jumlah waktu anak Anda
yang dihabiskandengan menontonTV saat mengunjungi rumah mereka, tetapi
Anda juga dapat menginspirasi mereka untuk mengurangi penggunaan TV
ditempat mereka.
3. Batasi waktu menonton TV anda sendiri, juga.
Ini sulit jika anda mematikan TV untuk anak anda, namun dan tetap
menyelinap pergi ke ruang kelarga untuk menonton TV. Ini adalah salah satu
situasi dimana anda harus berbicara dengan pengasuh anda. Jika Anda benar-
benar putus asa untuk mencari tahu apa terjadi yang dengan iklan favorit Anda,
maka Anda mungkin ingin melakukan apa yang saya lakukan dan mengejar
melalui situs Web acara tersebut dari waktu ke waktu. Tentu saja, Saya tidak akan
mengakui berapa jam sehari saya habiskan untuk jauh dari di komputer saya.
4. Tegas kepada anak anda terhadap apa yang ingin dia lihat sebelum dia
menyalakan TV
Hal ini akan membantu untuk mengurangi banyak keceroboh saat
menonton TV, dan itu akan mendorong anak Anda untuk menggunakan nya
sebagai kapasitas kebijakan saat menonton TV yang akan menyelamatkan dia.
Hal ini juga akan memaksa dia untuk berlatih dirinyamembaca dan manajemen
keterampilan waktu. Setelah semua, satu-satunya cara dia akan mencari tahu
persis apa yang akandia pilihan saat melihat TV.
5. Dorong anak Anda ke acara favorit mereka dan menonton padakemudian
hari.
Bukan saja mereka cenderung membuat pilihan yang lebih saat tampilan
acara menonton TV mereka telah direncanakan, tetapi mereka juga akan dapat
maju cepat melalui suatuiklan yang mungkin secara dramatis untuk mengurangi

36
jumlah merengek yang akan Anda dengar disaat sarapan yang digunakanuntuk
mainan.
6. Jangan kebiasaan menonton TV
Aku tahu, itu bisa menyakitkan untuk mengucapkan selamat tinggal pada
iklan renovasi rumah, seperti saya, Anda tidak lebih dari menonton orang lain
sedang memperbaiki rumah mereka, tetapi Anda mungkin akan menemukan
bahwa anak-anak Anda jauh lebih sedikit tergoda untuk menonton TV jika Anda
tidak mendapatkan apapun dari saluran iklan lagi.
a. Tidak menjadikan TV sebagai kebiasaan setiap hari. TV harus dimatikan
segera setelah acara anak selesai, jika anak menolak untuk dimatikan sebagai
orang tua harus tegas meskiun setelah itu ada acara anak yang lain.
b. Menolak untuk memberikan anak anda TV sendiri. Anak-anak yang
memiliki TV di kamar tidur mereka cenderung untuk menonton lebih banyak
TV daripada anak-anak lain, dan banyak menonton TV ini cenderung
berlangsung larut malam dan tanpa sepengetahuan orangtua.
c. Menempatkan TV di ruang utama keluarga. Ruangan yang sering dilewati
atau digunakan oleh seluruh keluarag, agar mudah dalam mengakses dan
mengawasi tontonan dan jam menonton anak.
d. Menolak untuk makan dengan Bart Simpson. Anak tidak diperbolehkan
untuk makan sambil menonton tv, sekalipun itu merupakan acara kesukaan.
e. Memiliki aturan bahwa TV perlu dimatikan sementara ketika ada
teman-teman. Ketika anak sedang bermain atau dikunjungi oleh teman maka
TV tidak dinyalakan dan membuat larangan untuk menonton TV.
f. Memiliki aturan yang jelas tentang waktu menonton TV. Anda mungkin
ingin memiliki aturan no-TV di pagi hari ketika semua orang sibuk bersiap-
siap untuk pergi keluar pintu untuk bekerja, sekolah, dan tempat penitipan
anak.
Beberapa ahli telah menyarankan bahwa ada bukti yang terkait dengan
kekerasan media untuk perilaku agresif bahkan lebih bahaya daripada bukti yang
mengaitkan merokok dengan kanker paru-paru. Bukan hanya kekerasan dan agresi
ada juga yang perlu diwaspadai: Anda juga perlu waspada untuk seks, bahasa yang

37
kasar, dan tontonan yang tidak sesuai usia. Jika Anda tidak yakin apakah acara
tertentu cocok untuk anak Anda, duduk dan menonton dengan dia beberapa kali.
Anda akan dapat memberikan penjelasan yang jelas tentang hal baik dan buruk
yang anak anada tonton.
Berikut adalah beberapa cara berdialog dengan anak tentang apa yang ia lihat di
TV:
1. Bicaralah dengan anak Anda tentang kekerasan di TV. Jika terdapat
tayangan kekerasan maka anda sebagai orangtua memberi pengertian bahwa
hal itu tidak nyata atau dibuat hanya untuk hiburan.
2. Dorong anak Anda untuk menjadi kritikus TV. Ketika melihat tayangan
di TV tanyakan anak tentang manfaat-manfaat yang ada saat acara itu
ditayangkan dan berikan beberapa pemikiran dan pandangan anda sebagai
orangtua.
Pemotongan waktu menonton tv tidak akan mengurangi kebiasaan anak,
hal tersebut hanya akan mengurangi jam menonton anak. Namun, setidaknya anda
mampu mengurangi kebiasaan hingga anda mampu menghilangkannya.

E. Makanan Sehat
Agak susah memang menyadarkan ke anak pentingnya mengonsumsi makan
makanan yang sehat, apalagi dengan kondisi kedua orang tua bekerja, pasti akan
sangat sulit mengatur makanan apa yang anak kita konmsumsi, berikut beberapa
tips agar anak tetap terjaga gizi dan kesehatannya.
1. Jadikan waktu makan bersama keluarga (mealtime family)
sebagai prioritas. Cobalah menunjukkan sikap yang relaks, tidak
terburu-buru sebisa mungkin. (Petunjuk: Matikan TV!)
meskipunakan ada waktu ketika makan malam tak terduga seperti
sebuah drive thru, “makan sambil berlari (meals on the run)”
harus menjadi pengecualian untuk aturan tersebut.
2. Ajari anak untuk melihat makanan sebagai bahan bakar (as
fuel). Pastikan anak paham bahwa makanan adalah bahan bakar
yang dapat membuat fungsi tubuh kita berfungsi dengan baik dan

38
kualitas dari bahan bakar yang kita berikan pada tubuh kita akan
menentukan seberapa baik tubuh kita akan berfungsi. (jika anak
mengalami kesulitan mengerti apa yang dimaksudkan, coba
katakan pada mereka bagaimana perasaan mereka setelah naik
sepeda dengan hanya memakan donat untuk sarapan).
3. Ingatkan anak bahwa berbagai macam makanan adalah
bumbu kehidupan (spice of life).Anak perlu tau bahwa badan
kita membutuhkan berbagai macam makanan sehat agar berfungsi
secara baik; meskipun beberapa iklan perlu kamu percaya, tidak
ada satu “makanan yang sempurna” yang dapat memenuhi semua
kebutuhan nutrisi tubuh kita.
4. Bertujuan untuk menyertakan setidaknya satu porsi dari
masing-masing “lima kelompok makanan” setiap kali
makan.Tidak hanya menyediakan makanan yang diambil dari lima
kelompok makanan yang dilihat penting dari segi nutrisi, tetapi
juga dilihat dari berbagai macam rasa, tekstur, dan warna-sesuatu
yang mungkin akan membuat waktu makan menjadi lebih
menyenangkan untuk seluruh keluarga, termasuk anak anda.
(snacks harus memberikan porsi setidaknya dua dari lima
kelompok makanan. Jika satu dari makanan yang dipilih adalah
baik di protein, seperti seledri dan selai kacang, maka snack harus
lebih memiliki kekuatan).
5. Jangan terlalu khawatir apabila anak anda menolak beberapa
makanan untuk satu atau dua hari. Daripada menganalisa
asupan gizi anak anda dari makanan ke makanan atau hari ke hari,
lebih baik melihat makanan yang dipillihnya selama satu atau dua
minggu. Hal tersebut adalah pola keseluruhan dari makanan yang
dimakan yang menentukan kesehatan, bukan apa yang dimakan
pada makanan tertentu atau hari tertentu. Jadi tidak perlu ada
kekhawatiran jika anak anda tidak mau sayuran dalam jangka
pendek (short-term veggie boycot)-atau anak anda memakan

39
makanan yang identik selama sarapan dan makan siang selama
minggu ini. Kemungkinannya pilihan makanannya akan
menyeimbangkan dari waktu ke waktu.
6. Bantu anak anda menjadi “Sadar Makanan” (food literate).
Meskipun anak secara cepat memahami (grasp) konsep dari lima
kelompok makanan-mereka dapat memberi tahu anda bahwa apel
termasuk ke dalam kelompok buah dan bagel merupakan jenis dari
roti, sereal, nasi dan pasta-mereka memiliki sedikit kesulitan dalam
(sizing up) berbagai pilihan makanan dengan setiap kelompok
makanan. Mereka akan membutuhkan sedikit bantuan dari anda
untuk memaham bahwa satu apel, banyak apel (a container of
apple punch), dan sepotong pie apel tidak semuanya diciptakan
sama-setidaknya dari sudut pandang gizi/nutrisi.
7. Menolak untuk mengambil peran sebagai polisi makanan (food
cop). Daripada mencoba untuk mengarahkan “lalu lintas
makanan” (“food trafic”) di meja makan dengan mencoba
menjelaskan anak seberapa banyak atau seberapa sedikit yang
mereka makan-lebih baik biarkan anak anda mendengarkan tubuh
mereka sendiri.
8. Jangan mengkategorikan makanan sebagai sesuatu yang
“sehat” dan “tidak sehat”. Memberi label makanan sebagai
sesuatu yang sehat dan tidak sehat hanya akan mendorong anak
lebih memilih ke arah makanan yang kurang sehat. ajari anak anda
untuk berpikir tentang makanan sebagai “makanan sehari-hari” dan
“makanan sewaktu-waktu”. Kita mungkin tidak makan donat dan
es krim setiap hari, akan tetapi tidak apa-apa untuk menikmatinya
sewaktu-waktu.
9. Beri tahu anak makanan apa yang cocok untuk sarapan. Jika
anak anda memiliki kebiasaan melewatkan sarapan, buat mereka
terlibat dalam pemberian ide untuk sarapan. Jika anda berpikir
bersama-sama, anda harus dapat memunculkan beberapa ide untuk

40
sarapan yang bernutrisi, lezat, dan cocok untuk dimakan (eating
on the run). contohnya: Buah dan yogurt.
10. Jangan terlalu banyak memakai bumbu .Dorong anak anda
untuk mengembangkan apresiasi untuk rasa yang alami dari
makanan daripada langsung menambahkan garam, salad dressing,
selai, atau mentega dan apapun.
11. air. Dorong anak anda untuk mengembangkan rasa dari air
sehingga mereka dapat lebih cenderung memilh air dingin daripada
soda. Meskipun anak-anak kemungkinan cenderung memilih soda
atau minuman rasa buah, minuman ini memberikan sedikit nutrisi
dan mengandung banyak gula. kurangi konsumsi dari minuman
berkafein semacam kola, coklat panas, dan susu coklat.
12. Cobalah beberapa resep baru. cobalah resep baru untuk menu
makan malah anda dan cobakan ke seseorang yang dekat dengan
anda jika mayoritas orang menyukainya makn jadikan sesuatu
makanan yang baru sebagai menu makan malam tetapi jika
mayoritas orang tidak menyukainya menu tersebut tidak di jadikan
sebagai menu makan malam.” Rita 38 Tahun ibu dari dua orang
anak. “jika mayoritas tidak menyukai itu, itu tidak akan menjadi
daftar selanjutnya. Saya berpikir bahwa ini membantu untuk
memberi anak anak untuk apa yang harus dimakan”
13. Cari buku memasak dengan resep yang menarik untuk
orangtua dan anak. perluas resep anda dengan mencari buku
tertentu yang penulisnya sudah menulis buku memasak lainnya
yang menarik untuk keluarga anda, atau tanyakan pada penjual
buku untuk merekomendasikan buku lainnya yang sama dengan
jenis masakan anda.
Cobalah untuk membiasakan makan bersama keluarga sesering mungkin.
Penelitian menunjukkan bahwa remaja lebih suka memakan buah, sayur, biji-bijian,
dan sedikit mengkonsumsi minuman ringan, jika makan bersama keluarga.
A. Menang dalam grup makanan

41
Berikut beberapa macam macam kelompok lima makanan.

Fats, Minyak,
Manis.
Gunakan secara
terpisah

Kelompok Susu, Kelompok Daging,


Poultry, Ikan,
Yogurt, Keju Kacang, Telur
2-3 Penyajian 2-3 Penyajian

Kelompok Sayuran Kelompok Buah


3-5 Penyajian 2-4 Penyajian

Kelompok Roti, Sereal, Nasi, dan Pasta


6-11 Penyajian

B. Kelompok Roti, Sereal, Nasi, dan Pasta


Berikut beberapa tips dalam membuat makanan yang kamu sajikan, dari
kelompok sereal, roti, nasi, dan pasta menjadi di sukai oleh anak dan bergizi:
1. Buatlah penyajian di rumah sehingga anak
dapat merasakan yang sehat.
2. Ketika anda memanggang, gunakan campuran
tepung gandum dan tepung putih. Masakan
yang anda siapkan akan lebih lezat dan bergizi.
3. Tambahkan buah segar atau kering pada sereal,
pancake, dan muffin daripada menggunakan
pemanis seperti sirup atau gula.
4. Kurangi jumlah gula ketika membuat muffin
Kelompok Sayuran
1. Tawarkan anak anda berbagai macam jenis sayuran. ekspolorasi anak anda
berbagai macam rasa sebisa mungkin. Jika anak anda membenci semua

42
sayuran, bujuk dia dengan cara menyediakan satu dari sayuran yang anak-
anak suka seperti: jagung, kacang, wortel, kacang, dan kentang.
2. Siapkan buah dan sayuran dalam berbagai macam cara yang berbeda. Raw,
dimasak, aunaturel, atau sprinkled dengan keju atau pedas.
3. Jangan terkejut apabila anak anda lebih memilih yang mentah daripada
yang dimasak. Beberapa sayuran akan terasa lebih pahit ketika dimasak.
4. Sajikan sayur dan dip (yogurt, humus, kacang hitam, dan guacamole dips).
anak anda lebih suka apabila anda meletakkan dip di sekitar sayur.
5. Ketika anda merencanakan makanan untuk anak, cobalah untuk memulai
dari buah dan sayuran yang kaya akan vitamin A (wortel, bayam, sentalop,
dan aprikot) dan vitamin C (tomat, paprika hijau, jeruk dan stroberi). Buah
dan sayuran adalah sumber penting.
6. Jika anak anda adalah card-carrying veggie-o-phobe, mungkin anda harus
mencari cara kreatif untuk memasukkan sayuran ke dalam makanan yang
di sukainya. Cobalah menyatukan sayuran ke dalam saus spageti, sup, atau
stew tambahkan potongan bayam, jamur, atau paprika hijau di omelet,
pizza dengan topping sayuran, atau daging dengan banyak sayur. Jika
semua itu gagal, coba dengan buah. Itu akan mengganti nutrisi dari sayur.
Kelompok Buah
Kebanyakan anak-anak cenderung menyukai buah, hal tersebut menjadi
tantangan bahwa anak-anak Anda cukup banyak makan. jangan berlebihan
mengkonsumsi jus. Berikut adalah beberapa poin yang harus diingat:
1. Jika anda memiliki anak yang tidak menyukai buah, usahakan anda
menyiapkan sarapan atau smoothie sebelum tidur yang dibuat dari yogurt,
pisang, nanas, buah beri, atau buah-buah yang dapat diblender lainnya.
Anda juga bisa mengemas banyak buah (dan jenis sayuran tertentu) ke
dalam muffin dan roti camilan rendah lemak.
2. Mencoba untuk menghalangi anak anda agar tidak terlalu banyak minum
jus buah. Beberapa anak mengisi jus dan tidak makan saat waktu makan.
Tetapi anak banyak mengkonsumsi jus dan camilan, sesuatu yang dapat
menyebabkan kelebihan berat badan dari waktu ke waktu. (Jus secara

43
alami mengandung banyak gula, sehingga mengandung banyak kalori
juga.) Selain itu, jika anak Anda mengkonsumsi jus dari pada buah
langsung maka
3. Dia akan kehilangan banyak serat.
Susu, Yogurt, dan Kelompok Keju
Produk susu memiliki peran penting dalam diet anak yang sedang dalam
pertumbuhan. yang perlu Anda ketahui dalam rangka untuk memastikan bahwa
anak anda menerima jumlah porsi susu, yogurt, dan keju yang dianjurkan secara
teratur:
1. Susu adalah sumber vitamin D dan kalsium-nutrisi yang dibutuhkan untuk
membangun tulang yang sehat dan gigi yang kuat. Meskipun vitamin D
dapat diperoleh melalui sinar matahari, peningkatan penggunaan tabir
surya membatasi jumlah vitaminD yang dapat diperoleh dari
matahari.maka konsumsi susu untuk memastikan bahwa diet anak Anda
mengandung makanan yang kaya vitamin D, terutama susu.
2. Sesekali anda boleh menawarkan susu coklat kepada anak anda, tetapi
jangan biarkan itu menggantikan susu biasa dalam diet nya. Cokelat susu
mengandung lebih banyak gula daripada susu biasa. Jika anak Anda sangat
menikmati susu cokelat nya, encerkan dengan susu biasa sehingga dia
tidak mendapatkan banyak gula.Cokelat susu jauh lebih bergizi daripada
limun, namun, jadi jika Anda ingin memberinya pilihan memesan sesuatu
selain susu biasa di sebuah restoran cepat saji, susu cokelat adalah pilihan
yang sehat. (Perlu diingat bahwa susu coklat mengandung kafein, jadi
mungkin ini bukanminuman sebelum tidur yang ideal!)
3. Batasi anak Anda dari penggunaan irisan keju olahan dan olesan, karena
mengandung garam yang tinngi daripada keju alami. Jangan terbiasa
melayani es krim dan yogurt beku secara teratur karena mengandung
banyak lemak dan gula.
4. Jangan berlebihan mengkonsumsi yogurt rasa, karena cenderung
mengandung gula yang tinggi. Anda memberikan yoghurt rasa dengan
menggunakannya sebagai saus untuk irisan buah. Atau, memberi yogurt di

44
beberapa makanan seperti beberapa buah segar, penyedap vanili, dan
sebagainya.
Daging dan Alternatif
beberapa poin yang perlu diingat ketika Anda menawarkan makanan anak
Anda dari kelompok daging dan alternatif.
1. Biasakan untuk memotong lemak yang terlihat dari daging sebelum
memasak dan menghilangkan kulit sebelum Anda menyajikannya.
Meskipun anak-anak membutuhkan sejumlah lemak dalam diet mereka,
anak diperkenalkan untuk menurunkan produk daging lemak lebih awal
dalam kehidupan sehingga mereka dapat mulai makan makanan rendah
lemak.
2. Jika Anda menyajikan makan siang daging untuk anak Anda, tetap dengan
natrium lebih rendah, menurunkan varietas lemak. Cobalah untuk mencari
alternatif untuk menggoreng daging, ikan, dan unggas,
3. memanggang saja.
Jika Anda menyajikan hidangan vegetarian, membuat makanan sumber
vitamin C. Zat besi dalam daging, unggas, dan ikan jauh lebih tinggi di serap oleh
tubuh daripada zat besi dalam kacang-kacangan, biji-bijian. kacang-kacangan
sekitar 20 persen versus 8 persen tetapi menggabungkan sumber-sumber vegetarian
protein dengan vitamin C dapat meningkatkan tingkat penyerapan.

F. Hal yang menarik di buku The Mother All of Parenting


Banyak hal yang menarik dalam buku ini misalnya memperhatikan kesiapan
awal anak sekolah mulai dari kondisi fisik sampai kondisi psikis anak, kemudia di
buku ini memberikan informasi tentang bagaimana tetap menjadi ibu yang tetap
memperhatikan nutrisi harian yang masuk ke tubuh dengan memberikan tips tips
bagi ibu yang sibuk namun anak tetap merasa mendapatkan kasih sayang dan
perhatian dari seorang ibu, selain itu buku ini juga memberikan tips bagaiamana
mengatur hubungan anatara aak, tv, game dan internet yang ketiganya saat ini sudah
tidak bisa dilepaskan dari anak anak yang merupakan tuntutan zaman.

45
BAB V
PENELITIAN PENGASUHAN
A. Jurnal Penelitian Pengasuhan atau Keluarga
Membangun keluarga sakinah –Imam Mustofa
The following articledescribes the impactof globalization toward the life of
family.The description of this departsfromthe existence ofhappy (sakinah) family,
the globalization challengtoward the life of family, and the alternative solution
regardingthe negative effect of globalization toward the existence of family.The
negative effects for instance moral decadence, life style, the disharmony
relationship, the desacralization of family, permissive. Hence, either according to
Islam or western stated that to build the happy family need and should refer to
moral, spiritual, and religion values as the basis of family life.
B. Analisis Kritis Mengapa Kerusakan Moral Banyak Terjadi
Kerusakan moral akhir akhir ini marak kita jumpai di kota kota besar maupun
di desa, penulis menganalisis dari sekian banyak kasus yang ada seperti
menurunnya nilai sopan santun yang muncul dalam diri anak, atau munculnya
perilaku perilaku yang tidak bermoral. Sebagian banyak hal itu terjadi karena
pergeseran peran seorang ibu yang seharusnya menjadi kontrol perilaku anak saat
anak dirumah bukan sebagai tulang punggung keluarga.
Anak menjadi kurang kontrol hal ini juga menyebabkan disfungsi keluarga yang
seharusnya di dalam keluarga penuh kehangatan dan kasih sayang terhadap orang
tua dan anak begitupula sebaliknya. Istri bekerja, menjadi wanita karir yang sukses
tapi lupa bagaiaman menjadi ibu yang baik, tak ada seorang ibu yang bisa menjadi
panutan anak dalam bertingkah laku, tak ada orang yang dapat melatih anak
bagaimana cara bersikap sopan santun terhadap orang lain yang lebih tua, dan tak
ada yang mengingatkan akan perbuatan perbuatan yang sekiranya salah dalam
norma yang berkembang di masyrakat Hal ini dirasa menjadi sesuatu yang biasa
dan lumrah di era modern saat ini, dengan dalih kesteraan gender yang menuntut
wanita juga harus diluar rumah bekerja dari pagi dan melupakan kodrat sebagai
seorang ibu hingga pulang larut malam yang sudah terlalu lelah untuk sekedar
menanyakan kabar sang anak pada hari itu.

46
http://eprints.uny.ac.id/8578/3/BAB%202%20-%2008413241010.pdf

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-handayanin-6725-2-

babii.pdf

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/34210/?sequence=3

https://marnipaud.wordpress.com/2017/06/14/karakteristik-pola-pola-pengasuhan/

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=185725&val=6439&title=PO

LA%20KOMUNIKASI%20DALAM%20KELUARGA

https://media.neliti.com/media/publications/56787-ID-keluarga-sakinah-dan-

tantangan-globalisa.pdf

https://www.scribd.com/doc/227727761/Pembentukan-Karakter-Disiplin-Anak-

Usia-Dini

http://usiadinipendidikananak.blogspot.co.id/p/membangun-pengetahuanpada-

anak.html

https://sriwahyunengsi.wordpress.com/2012/11/20/membangun-pengetahuan-

pada-anak/

https://hellosehat.com/parenting/tips-parenting/10-cara-membantu-anak-anda-

sukses-di-sekolah-dasar/

Zaitunah Subhan. 2004. Membangun Keluarga Sakinah. Yogyakarta : PT LKiS

Pelangi Aksara

Kun Maryati, dkk. 2007. SOSIOLOGI : - Jilid 2. Jakarta : Erlangga

47
48

Anda mungkin juga menyukai