Anda di halaman 1dari 19

LAMPIRAN : KEPUTUSAN KEPALA RSKGM

1 PROVINSI SUMATERA SELATAN


NOMOR :
/ /RSKGM/NAKES/X/2017
TENTANG PEMBERLAKUAN
PROGRAM KERJA MANAJEMEN
PEMBERIAN OBAT

BAB I
Pendahuluan

Kesehatan pada hakekatnya merupakan unsur yang tidak


terpisahkan dari kesejahteraan manusia, serta merupakan kondisi
normal yang menjadi hak wajar dari setiap orang hidup dalam upaya
penyesuaiannya dengan lingkungan. Konsep kesatuan upaya kesehatan
ini menjadi pedoman dan pegangan bagi semua fasilitas kesehatan di
Indonesia termasuk Rumah Sakit. Menurut UU No. 44 tahun 2009
Rumah Sakit adalah institusi yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Rumah Sakit merupakan salah
satu sarana kesehatan dan mempunyai peranan yang sangat penting
dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan. Peran rumah sakit dalam
mewujudkan tujuan tersebut tidak lepas dari mutu pelayanan dan
tenaga kesehatan yang dimiliki. Mutu yang baik dan tenaga kesehatan
yang handal merupakan modal rumah sakit untuk memberikan pelayanan
kesehatan yang optimal (Anonim, 2009).

Pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan


dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi
kepada pelayanan pasien, penyediaan sediaan farmasi, alat kesehatan,
dan bahan medis habis pakai yang bermutu dan terjangkau bagi
semua lapisan masyarakat termasuk pelayanan farmasi klinik.
Pelayanan Kefarmasian merupakan kegiatan yang bertujuan untuk
mengidentifikasi, mencegah, dan menyelesaikan masalah terkait Obat.
Bagian yang melaksanakan pelayanan farmasi rumah sakit adalah
Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)
adalah suatu bagian atau unit atau divisi atau fasilitas di rumah sakit,
tempat penyelenggaraan semua kegiatan pekerjaan kefarmasian yang
ditujukan untuk keperluan rumah sakit yang bersangkutan (Anonim,
2014). Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian, menyatakan bahwa pekerjaan kefarmasian adalah
pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan,
pengadaan, penyimpanan, dan pendistribusian atau penyaluran obat,
pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan
informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat, dan obat
tradisional (Anonim, 2009).
BAB II

Latar Belakang

Pekerjaan kefarmasian yang telah diatur dalam Peraturan Pemerintah


No. 51 Tahun 2009 mengharuskan Apoteker memiliki kemampuan dan
pengetahuan yang memadai tentang farmasi rumah sakit agar mampu
mengelola bidang kefarmasian di rumah sakit, baik aspek fungsional
maupun manajerial dengan berorientasi kepada pasien, berwawasan
lingkungan, dan keselamatan kerja berdasarkan kode etik. Apoteker
memiliki tanggung jawab dan menjamin sediaan farmasi, alkes, dan BMHP
yang diberikan kepada pasien sesuai kebutuhan pasien, yakni aman,
efektif, sesuai, dan acceptable. Apoteker khususnya yang bekerja di
Rumah Sakit dituntut untuk merealisasikan perluasan paradigma
pelayanan kefarmasian dari orientasi produk menjadi orientasi pasien.
Untuk itu kompetensi apoteker perlu ditingkatkan secara terus
menerus agar perubahan paradigma tersebut dapat diimplementasikan.
Apoteker harus dapat memenuhi hak pasien agar terhindar dari hal-
hal yang tidak diinginkan termasuk tuntutan hukum.
Dalam rangka menghadapi bentuk tuntutan yang semakin kompleks
di bidang pelayanan kefarmasian ini maka perlu disusun suatu program
kerja kefarmasian yang memuat program-program yang dilakukan untuk
meningkatkan pelayanan kefarmasian di RSKGM Prov.Sumsel. Diharapkan
program-program ini dapat memberikan peningkatan pelaksanaan
pelayanan kefarmasian.
BAB III
TUJUAN UMUM DAN KHUSUS

A. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan mutu pelayanan instalasi farmasi di RSKGM
Prov.Sumsel.

B. Tujuan Khusus
1. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal baik dalam keadaan
biasa maupun dalam keadaan gawat darurat, sesuai dengan keadaan
pasien maupun fasilitas yang tersedia
2. Melaksanakan pekerjaan kefarmasian sesuai dengan peraturan yang
berlaku
3. Membentuk tenaga kefarmasian yang berkualitas, mutu yang baik,
dan handal.
BAB IV
KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN

A. Kegiatan Pokok
Kegiatan Pokok di Instalasi Farmasi dibagi menjadi dua yaitu bidang
pengelolaan perbekalan kesehatan dan bidang farmasi Klinik.

B. Rincian Kegiatan

I. Bidang Pengelolaan Perbekalan Kesehatan


1) Perencanaan.
2) Pengadaan.
3) Penyimpanan.
4) Pendistribusian.
5) Penghapusan.

II. Bidang Farmasi Klinik


1) Pengkajian dan Pelayanan Resep.
2) Penelusuran riwayat penggunaan obat.
3) Rekonsiliasi Obat.
4) Pelayanan Informasi Obat (PIO).
5) Konseling.
6) Visite.
7) Pemantauan Terapi Obat (PTO).
8) Monitoring Efek Samping Obat.
9) Evaluasi Penggunaan Obat (EPO).

III.Anggaran

3. Rencana Kegiatan

3.1 Rencana kegiatan 2018 dan realisasi 2017

NO RENCANA KEGIATAN 2018 TARGET 2018 REALISASI 2017

1 Pelayanan Resep pasien umum 5770 5245


2 Pelayanan Resep pasien BPJS 2050 1863

3.2 Rencana Kebutuhan peralatan Tahunan Instalasi Farmasi 2018

No Nama Barang Harga Jumlah Jumlah


Satuan Barang Total
1 Lemari untuk obat High 1.900.000 1 unit 1.900.000
Alert di Gudang Farmasi

2 Lemari untuk obat High 1.623.000 10 unit 16.230.000


alert di ruang VIP,Poli
umum VIP, Poli umum RJ,
Pendidikan, Bedah
minor,IGD

3 Termometer kulkas obat 62.500 1 unit 62.500

4 Kulkas kecil untuk bahan 2.277.500 7 unit 15.942.500


gigi VIP (4 ruangan), poli
umum, pendidikan, IGD
5 Lemari terkunci untuk obat 2.356.000 2 4.712.000
psikotropika/narkotika di farmasi
dan IGD

6 Mikrofon untuk memanggil pasien 109.000 1 109.000

7 Finger Print pintu instalasi farmasi 5.900.000 2 11.800.000


dan IGD

8 APAR 260.000 1 260.000

9 Lemari besi terkunci emergency 1.355.000 2 2.710.000


kid dan nahan B3 (Farmasi,
Sanitasi)

10 Laptop Toshiba + Printer EPSON Toshiba 1 7.440.000


L360 untuk di Gudang Farmasi 5.175.000
Printer 1
2.265.000
11 Jam Dinding 85.000 1 85.000
3.3 Rencana Kebutuhan Alat Tulis

NO NAMA ALAT PERKIRAAN JUMLAH JUMLAH


HARGA KEBUTUHAN HARGA/Rp

1 Pena standar 20.000 12 kotak 240.000


2 Pena tinda ( e-pro Gel ) 25.000 12 Buah 300.000
3 Pensil B3 Faber Castell 48.000 6 kotak 288.000
4 Penghapus pensil 5000 12 Buah 60.000
5 Spidol Permanen Marker Hitam 35.000 6 kotak 210.000
6 Tip-X 5000 24 Buah 120.000
7 Penggaris besi 16.000 2 Buah 32.000
8 Tinta Printer (Epson 664)/paket 293.000 24 Paket 7.032.000
warna
9 Kertas HVS 41.000 36 Rim 1.476.000
10 Kertas A4 75.000 12 Rim 900.000
11 Lakban bening besar 48 mm 16.000 6 Buah 96.000

12 Gunting kecil 15.000 4 Buah 60.000

13 Buku besar polio Farmasi, Igd, 25.000 10 Buah 250.000


Gudang(bahan gigi, obat, alkes,
blud)
14 Plastik obat klip ukuran 10x15cm 10.000 10 Bal 100.000

15 Plastik obat klip ukuran 10x13cm 10.000 10 Bal 100.000


16 Kartu Stok Obat 500/lembar 1000 lembar 500000

17 Etiket Putih dan Etiket Biru 80000/rim 10 Rim dan 3 1040000


rim biru
18 Map kertas warna kuning 3000/pcs 100 pcs 300.000
3.4 Rencana Kebutuhan Bahan Tahun 2018
NO NAMA OBAT SPESIFIKASI JUMLAH HARGA

1 Epinephrin inj Box / 30 5 box 255.150


2 Simvastatin 10 mg tab Box / 50 20 box 252.000
3 Asam mefenamat 500 mg kapl Box/100 500 box 5600.000
4 Ibuprofen tab 400 mg Box/100 30 box 459.000
5 Asam tranexamat 500 mg tab Box/100 5 box 477.000
6 Amoxycillin tab 500 mg Box/100 500 box 1.350.0000
7 Parasetamol tab 500 mg Box /100 300 box 1.710.000
8 Clindamycin 300 mg kaps Box/ 50 350 box 11.025.000
9 Diazepam 5 mg inj Box / 5 amp 3 box 45.000
10 Minosep gargle Btl 60 ml 400 btl 7.520.000
11 Cefadroxyl syr 125 mg Btl 60 ml 300 btl 1.530.000
12 Kalium diklofenak 50 mg Box /50 100 box 5.500.000
13 Handscoon ukuran XS non powder BOX/100 150 BOX 6.930.000
14 Handscoon ukuran S non powder Box/100 150 box 6.930.000
15 Metronidazol tab 500 mg Box/100 300 box 4.920.000
16 Povidon Iodin 30 ml Btl 30 ml 200 btl 600.000
17 Amoksisilin syrup 125mg Btl 60 ml 200 btl 840.000
18 Captopril 25 mg Box /100 50 box 445.000
19 Amlodipin tab 5 mg Box /30 50 box 157.500
20 Amlodipin 10 mg Box /30 30 box 135.000
22 Asam tranexamat 250 mg tab inj Box/10 5 box 155.000

3.5 Rencana Kebutuhan SDM


NO JENJANG POSISI JABATAN JUMLAH YANG
PENDIDIKAN DIBUTUHKAN
1 Profesi 1. Unit Management Mutu 2 orang
Apoteker 2. Unit Pengelolaan sediaan farmasi,
Alkes dan BMHP

2 Diploma III 1.Sub Unit Pengelolaan sediaan farmasi, 2 orang


Farmasi
Alkes dan BMHP
2. Administrasi IFRS.

3.6 Rencana Kebutuhan Pelatihan Farmasi


NO JENIS PELATIHAN PERKIRAAN BIAYA
1 Management pelayanan kefarmasian Rp 3 juta
2 Managemen pengelolaan instalasi farmasi RS Rp 3 juta

3) Perkiraan Kebutuhan sediaan farmasi, alkes, dan BMHP dalam Satu tahun
No Sediaan ± Rp
1 Sediaan Farmasi 150.000.000
2 Alkes dan BMHP (alat dan bahan gigi 700.000.000
Total 850.000.000
1. Cara Melaksanakan Kegiatan.
a. Agar pelaksanaan program umum dapat terealisasi pada tahun 2017,
maka perlu dilaksanakan:
1. Pembentukan tim umum IFRS.
2. Penentuan perkiraan kebutuhan, pendidikan, latihan serta peralatan
dan perlengkapan.
3. Membentuk tim kecil yang akan melakukan pengawasan,
pengendalian dalam pelaksanaan program umum secara langsung
dilapangan serta dikoordinasikan dengan unit terkait.

b. Cara melaksanakan kegiatan Instalasi Farmasi.


1) Bidang Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alkes, dan BMHP.
a) Perencanaan.Perencanaan kebutuhan sediaan Farmasi, Alkes, dan
BMHP dilakukan secara rutin setiap:
(1) Per bulan: Perencanaan kebutuhan Sediaan Farmasi, Alkes,
dan BMHP setiap bulan menggunakan anggaran RBK untuk
kebutuhan unit/bagian di RSKGM Prov.Sumsel, sedangkan
untuk kebutuhan perunit pasien di depo kamar operasi, depo
ruang IGD, depo rawat jalan, anggaran yang digunakan adalah
dari dana unit....... dalam bentuk unit khusus di Instalasi
Farmasi. Perencanaan kebutuhan berdasarkan rekapitulasi
pemakaian Sediaan Farmasi, Alkes, dan BMHP setiap bulan
sebelumnya dengan mempertimbangkan perubahan prevalensi
penyakit pada masa bulan mendatang.

(2) Semester: Perencanaan kebutuhan sediaan farmasi, Alkes,


dan BMHP setiap enam bulan ke Dinkes Prov.Sumsel sudah
tidak dilakukan lagi, karena sudah mengikuti program BPJS.

(3) Tahun: Perencanaan kebutuhan Sediaan Farmasi, Alkes, dan


BMHP setiap tahun dibuat sesuai program kerja RSKGM
Prov.Sumsel ditujukan untuk memenuhi kebutuhan Sediaan
Farmasi, Alkes, dan BMHP pasien dinas pada depo kamar
operasi, depo khusus yang melayani unit penunjang medis dan
ruangan.

(4) Temporer: Perencanaan kebutuhan temporer dibuat


berdasarkan permintaan/pengajuan dari unit lain yang belum
terakomodasi dalam perencanaan bulanan, semester maupun
tahunan dengan menggunakan dana dari ......... dalam bentuk
unit khusus Instalasi Farmasi bagi pasien dinas maupun pasien
umum (BPJS).

b) Pengadaan.Pengadaan merupakan proses yang tidak terlepas dari


perencanan pemenuhan kebutuhan, pengadaan Sediaan Farmasi
dilakukan oleh unit pengadaan RS untuk pengadaan alkes dan
BMHP berdasarkan perencanaan dari instalasi farmasi dan
pengadaan obat-obatan dilakukan oleh unit .....................

c) Penyimpanan.Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alkes, dan BMHP


bertujuan untuk melaksanakan tertib administrasi serta menjamin
keamanan dan stabilitas Sediaan Farmasi, Alkes, dan BMHP. Untuk
menjamin keamanan dan stabilitas Sediaan Farmasi, Alkes, dan
BMHP maka ruang penyimpanan harus sesuai dengan spesifikasi
dan ketentuan yang berlaku. Ketentuan gudang pada instalasi
farmasi adalah adanya gudang tetap, gudang sementara, gudang
barang berbahaya/mudah terbakar. Saat ini penyimpanan Sediaan
Farmasi, Alkes, dan BMHP pada gudang tetap (untuk penyimpanan
jangka panjang) dilakukan oleh bagian penunjangan, gudang
sementara (stok 1-4 minggu) dilakukan instalasi farmasi dengan
stok sediaan untuk 1-3 minggu, sedangkan B3 khusus untuk
menyimpan barang berbahaya dan beracun hingga saat ini belum
memenuhi sesuai persyaratan yang ada.
d) Pendistribusian.Pendistribusian/penyaluran Sediaan Farmasi, Alkes,
dan BMHP yang dilakukan instalasi farmasi yaitu Instalasi farmasi
melayani seluruh permintaan resep Untuk pasien rawat jalan dan
IGD menggunakan sistem Individual Prescribing.

e) Penghapusan. Proses penghapusan bekkes merupakan tindakan


terakhir yang harus dilakukan karena kerusakan maupun
terlewatinya expire dates uatu bekal kesehatan. Instalasi Farmasi
menggunakan pihak ketiga untuk proses penghapusan.

2) Bidang Farmasi Klinik.


a) Pengkajian dan Pelayanan Resep.Dilakukan mulai dari penerimaan,
pemeriksaan sediaan, pengkajian resep, penyiapan sediaan farmasi,
alkes, dan BMHP, peracikan obat, pemeriksaan, sampai penyerahan
disertai pemberian informasi obat sudah dilakukan di Instalasi
farmasi. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah
menganalisa adanya masalah terkait obat yang dilakukan oleh
apoteker sesuai persyaratan administrasi, farmasetik dan
persyaratan klinis baik untuk pasien rawat jalan.

b) Penelusuran riwayat penggunaan obat. Sudah dilakukan dengan


cara membandingkan obat yang diperoleh dengan obat yang sedang
digunakan pasien saat berobat ke RS. Kegiatan ini dilakukan dengan
cara wawancara pasien atau keluarga dan menelusuri riwayat
penggunaan obat dari software instalasi farmasi.

c) Pelayanan Informasi Obat (PIO). Kegiatan ini sudah dilakukan oleh


apoteker terutama untuk pasien rawat jalan. Informasi obat yang
disampaikan kepada tenaga kesehatan lainpun sudah dilakukan,
tapi belum terdokumentasi dengan baik. Pembuatan leaflet dan
brosur sudah dilakukan sebagai bagian dari pendidikan kepada
tenaga kesehatan lain dan pasien terkait dengan obat.
d) Konseling. Kegiatan farmasi klinik ini sudah rutin dilakukan oleh
apoteker RSKGM Prov.Sumsel. Pasien yang mendapat pelayanan
farmasi klinik antara lain:
(1) Pasien dengan HIV AIDS.
(2) Pasien TB Paru.
(3) Pasien Poli Farmasi (atas permintaan pasien).
(4) Pasien Kronik (atas permintaan pasien).

e) Visite. Pelayanan farmasi klinik inisudah dilakukan oleh apoteker


untuk pasien rawat inap.
f) Pemantauan Terapi Obat (PTO). Kegiatan pelayanan farmasi klinik
ini sudah dilakukan di ruangan HCU RSKGM Prov.Sumsel. Kegiatan
yang dilakukan antara lain:
(a) Pengumpulan data pasien sebagai subjek dari pasien.
(b) Identifikasi masalah terkait obat.
(c) Rekomendasi penyelesaian masalah terkait obat.
(d) Pemantauan dan tindak lanjut jika ada masalah terkait obat.

g) Monitoring Efek Samping Obat. Sudah dilakukan tetapi belum


terdokumentasi dengan baik. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan
lain masih sangat minimal.

h) Evaluasi Penggunaan Obat (EPO). Belum dilaksanakan secara


sistematik, tetapi evaluasi berkaitan keseluruhan kegiatan farmasi
sudah dilakukan.

1) Program Pengembangan Staf dan Program Pendidikan.


a) Program Orientasi Staf Baru.
b) Pendidikan dan Pelatihan Berdasarkan Kebutuhan
Pengembangan Kompetensi.
BAB V
SASARAN

a. Melakukan evaluasi dan pelaporan penulisan resep-resep non


formularium yang diresepkan dokter setiap bulan, untuk
melaksanakan kesesuaian peresepan dengan daftar obat RSKGM
Prov.Sumsel.
b. Proses pengadaan harus sesuai dengan waktu yang telah ditentukan
yaitu maksimal ± 30 hari dengan membuat perencanaan dan jadwal
yang ketat untuk mengurangi keterlambatan proses pengadaan.
c. Melakukan sosialisali setiap bulan terkait pengelolaan Formularium
RS untuk meminimalkan penulisan resep di luar Formularium.
d. Melakukan supervisi obat near ED setiap 6 bulan sekali untuk
mengurangi obat kadaluarsa.
e. Meningkatkan komunikasi dengan tenaga kesehatan lain untuk
meningkatkan kesehatan pasien yang optimal.
f. Pelayanan farmasi klinik dilakukan secara menyeluruh di RSKGM
Prov.Sumsel untuk menghindari masalah yang berkaitan
dengan obat.
g. Dilakukan Penambahan Apoteker dan Asisten Apoteker untuk
memaksimalkan pelayanan farmasi klinik.
PROGRAM KERJA

MANAJEMEN PENGGUNAAN OBAT

RUMAH SAKIT KHUSUS GIGI DAN MULUT


PROVINSI SUMATERA SELATAN
TAHUN 2017

Anda mungkin juga menyukai