Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

HALUSINASI

I. KONSEP DASAR TEORI


A. Pengertian
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan
rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien memberi
persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata.
(Ade Herman Surya 2011,Hal. 109)
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensasi palsu berupa
suara,penglihatan,pengecapan perabaan atau penghidu.Pasien merasakan stimulus yang
se pada individu yang ditandai dengan perubahan sensori persepsi;merasakan stimulus
yang sebenarnya tidak ada. (Anna Keliat,2009,Hal.109)
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami
perubahan persepsi sensori,seperti merasakan sensasi palsu berupa suara, pengeliatan,
pengecapan, perabaan, atau penghiduan. ( Fitria, 2009, Hal. 51)

B. Rentang Respon
Halusinasi merupakan salah satu respon persepsi paling maladaptif individu dalam
rentang respon neurobiologi (Ade Herman, 2011, Hal.110). Rentang respon tersebut
dapat digambarkan :

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Respon Adaptif Respon Maladaptif


 Pemikiran logis  Distorsi pikiran  Kelainan
pikiran/delusi
 Persepsi akurat  Ilusi  Halusinasi
 Emosi konsisten  Reaksi emosional  Ketidakmampuan
dengan berlebihan atau mengalami emosi
pengalaman kurang

C.  Perilaku sesuai  Perilaku ganjil /  Ketidakberaturan


tak lazim
 Hubungan sosial  Menarik diri  Isolasi social

Psikopatologi
1. Etiologi
a. Faktor Predisposisi
1) Faktor perkembangan terhambat
(a) Usia sekolah (6 – 12 tahun) mengalami peristiwa yang tidak
menyenangkan selama sosialisasi dan kegiatan sekolah.
(b) Usia remaja (12 – 21 tahun) mengalami krisis identitas yang tidak
terselesaikan.
2)Faktor komunikasi dalam keluarga
Komunikasi tertutup, tidak ada komunikasi, tidak ada kehangatan, orang tua
yang membandingkan anak-anaknya.
3)Faktor psikologis
Menutup diri, harga diri rendah, mudah kecewa dan putus asa.
4)Faktor genetik
Adanya keluarga yang menderita skizofrenia

b. Faktor Presipitasi
1) Faktor sosial budaya
Kehilangan orang-orang yang dicintai dan lingkungan (permusuhan,
perceraian, dirawat di RS dan kematian)
2) Faktor biokimia
Stress yang mengakibatkan lepasnya dopamin atau zat halusinogenik yang
menyebabkan terjadinya halusinasi.
3) Faktor psikologis
Kecemasan tinggi dan memanjang, tidak mampu mengatasi masalah atau
kegagalan dalam hidup
2. Tanda dan Gejala
Bicara kacau, senyum dan tertawa sendiri, mengatakan mendengar suara-suara yang
tidak jelas dari mana sumbernya, menarik diri, mudah tersinggung, marah, ekspresi
wajah tegang tidak dapat membedakan hal yang nyata dan tidak nyata, ketakutan,
mengamuk, sikap curiga dan bermusuhan, bengong, tidak mau mengurus diri,
mengumik-ngumik dan afek datar.
3. Jenis-jenis
Ada beberapa halusinasi (Yosep, 2007) membagi halusinasi menjadi 6 jenis meliputi:
Halusinasi pendengaran (auditif, akustik), halusinasi penglihatan (visual, optik),
halusinasi penciuman (olfaktorik), halusinasi pengecapan (gustatorik), halusinasi raba
(taktil), halusinasi seksual, halusinasi kinestik, halusinasi viseral.
a. Halusinasi Pendengaran (auditif, akustik);
Paling sering dijumpai dapat berupa bunyi mendenging atau suara bising yang
tidak mempunyai arti, tetapi lebih sering terdengar sebagai sebuah kata atau
kalimat yang bermakna. Biasanya suara tersebut ditunjukkan pada penderita
sehingga tidak jarang penderita bertengkar dan berdebat dengan suara-suara
tersebut.
Suara tersebut dapat dirasakan berasal dari jauh atau dekat bahkan mungkin
datang dari tiap bagian tubuhnya sendiri. Suara bisa menyenangkan, menyuruh
berbuat baik, tetapi dapat pula berupa ancaman, mengejek, memaki atau bahkan
yang menakutkan dan kadang-kadang mendesak atau memerintah untuk berbuat
sesuatu seperti membunuh atau merusak.
b. Halusinasi Penglihatan (visual,optik)
Lebih sering terjadi pada keadaan delirium (penyakit organik). Biasanya sering
muncul bersamaan dengan penurunan kesadaran, menimbulkan rasa takut akibat
gambaran-gambaran yang mengerikan.
c. Halusinasi Penciuman (olfaktorik)
Halusinasi ini biasanya berupa mencium sesuatu bau tertentu dan dirasakan tidak
enak, melambangkan rasa bersalah pada penderita. Bau dilambangkan sebagai
pengalaman yang dianggap penderita sebagai suatu kombinasi moral.
d. Halusinasi Pengecapan (gustatorik)
Walaupun jarang terjadi, biasanya bersamaan dengan halusinasi penciuman
penderita merasa mengecap sesuatu. Halusinasi gastorik lebih jarang dari
halusinasi gustatorik.
e. Halusinasi Raba (taktil)
Merasa diraba , disentuh, ditiup atau seperti ada ulat, yang bergerak di bawah
kulit. Terutama pada keadaan delirium toksis dan skizofrenia. Halusinasi Seksual,
ini termasuk halusinasi raba :
Penderita merasa diraba dan diperkosa, sering pada skizofrenia dengan waham
kebesaran terutama mengenai organ-organ.
f. Halusinasi Kinestetik
Penderita merasa badannya bergerak-gerak dalam suatu ruang atau anggota
badannya yang bergerak-gerak, (umpamanya anggota badan bayangan atau
”phantom limb”). Sering pada skizofrenia dalam keadaan toksis tertentu akibat
pemakaian obat tertentu.

4. Fase-fase Halusinasi
Fase-fase Halusinasi ada 5 fase berdasarkan tingkat ansietas yang dialami dan
kemampuan klien mengendalikan dirinya (Yosep, Iyus. 2009)
1. Stage I : Sleep Disorder yaitu fase awal seorang sebelum muncul halusinasi. Klien
merasa banyak masalah, ingin menghindar dari lingkungan, takut diketahui orang
lain bahwa dirinya banyak masalah. Masalah semakin terasa sulit karena berbagai
stressor terakumulasi, misalnya kekasih hamil, terlibat narkoba, dihianati kekasih,
masalah dikampus dan lain-lain. Klien menggap lamunan-lamunan awal tersebut
sebagai pemecah masalah.
2. Stage II : Comporting moderet level of anxiety yaitu halusinasi yang diterima
sebagai sesuatu yang dialami pasien, mengalami emosi yang terlanjut seperti
adanya perasaan cemas, kesepian, perasaan berdosa, ketakutan dan mencoba
memutuskan pemikiran pada timbulnya kecemasan. Ia beranggap bahwa
pengalaman pikiran dan sensorinya dapat ia kontrol bila kecemasannya diatur,
dalam tahap ini ada kecendrungan klien merasa nyaman dengan halusinasinya.
3. Stage III : Cordemning severe level of axiety yaitu secara umum halusinasi sering
mendatangi klien, pengalaman sensori klien menjadi sering datang dan mengalami
bias. Klien mulai merasa tidak mampu lagi mengontrolnya dan mulai berupaya
menjaga jarak antara dirinya dengan objek yang di persepsikan klien mulai menarik
diri dari orang lain dengan intensitas waktu yang lama.
4. Stage IV : Controlling severe level of axiety yaitu fungsi sensori menjadi tidak
relevan dengan kenyataan. Klien mencoba melawan suara-suara atau sensori
abnormal yang datang. Klien dapat merasakan kesepian bila halusinasinya
berakhir.dari sinilah di mulai fase gangguan psikotik.
5. Stage V : Conqiuering panic level of axiety yaitu klien mengalami gangguan dalam
menilai lingkunganya. Pengalaman sensorinya terganggu klien mulai merasa
terancam dengan datangnya suara-suara terutama bila klien tidak dapat menuruti
ancaman atau perintah yang ia dengar dari halusinasi dapat berlangsung selama
minimal 4jam/seharian bila klien tidak mendapatkan komunikasi teraupetik, terjadi
gangguan psikotik berat.

5. Mekanisme Koping
Mekanisme koping yang sering digunakan klien dengan halusinasi meliputi :
a. Regresi, menjadi malas beraktivitas
b. Proyeksi, mencoba menjelaskan gangguan persepsi dengan mengalihkan
tanggung jawab kepada orang lain atau sesuatu benda.
c. Menarik diri, sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus internal
d. Keluarga mengingkari masalah yang dialami klien.
D. Penatalaksanaan
Pengobatan harus secepat mungkin harus diberikan, disini peran keluarga
sangat penting karena setelah mendapatkan perawatan di RSJ Propinsi Bali dan klien
dinyatakan boleh pulang sehingga keluarga mempunyai peranan yang sangat penting
didalam hal merawat klien, menciptakan lingkungan keluarga yang kondusif dan
sebagai pengawas minum obat(Maramis, 2005, hal 237).
1) Farmakoterapi
a) Neuroleptika dengan dosis efektif bermanfaat pada penderita skizofrenia
yang menahun, hasilnya lebih banyak jika mulai diberi dalam dua tahun
penyakit.
b) Neuroleptika dengan dosis efektif tinggi bermanfaat pada penderita dengan
psikomotorik yang meningkat.

2) Terapi kejang listrik


Terapi kejang listrik adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang
grandmall secara artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui electrode
yang dipasang pada satu atau dua temples, terapi kejang listrik dapat diberikan
pada skizoprenia yang tidak mempan dengan terapi neuroleptika oral atau injeksi,
dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik.
3) Psikoterapi dan Rehabilitasi
Psikoterapi suportif individual atau kelompok sangat membantu karena
berhubungan dengan praktis dengan maksud mempersiapkan klien kembali ke
masyarakat, selain itu terapi kerja sangat baik untuk mendorong klien bergaul
dengan orang lain, klien lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya klien tidak
mengasingkan diri karena dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik,
dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan bersama, seperti therapy
modalitas yang terdiri dari :
a. Therapy aktivitas
)1 Therapy musik
Focus : mendengar,memainkan alat musik, bernyanyi.
Yaitu menikmati dengan relaksasi musik yang disukai klien.
)2 Therapy seni
Focus : untuk mengekspresikan perasaan melalui berbagai pekerjaan seni.
)3 Therapy menari
Focus pada : ekspresi perasaan melalui gerakan tubuh.
)4 Therapy relaksasi
Belajar dan praktek relaksasi dalam kelompok Rasional : untuk koping /
prilaku mal adaptif / deskriptif, meningkatkan partisipasi dan kesenanga
klien dalam kehidupan.
b. Therapy sosial
Klien belajar bersosialisasi dengan klien lain.
c. Therapy kelompok
Group therapy (therapy kelompok)
)1 Therapy group (kelompok terapiutik)
)2 Adjunctive group activity therapy (therapy aktivitas kelompok)
d. Therapy lingkungan
Suasana rumah sakit dibuat seperti suasana di dalam keluarga (home like
atmosphere).

II. KONSEP DASAR ASKEP


1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan. Tahap
pengkajian terdiri atas pengumpulan data perumusan masalah klien, pohon masalah,
diagnosa keperawatan. Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis sosial
dan spiritual (Direja, 2011, hal. 36).
A. Pengumpulan Data
Data diklasifikasikan menjadi data subyektif dan obyektif.
a) Data subyektif
Menyatakan mendengar suara – suara dan melihat sesuatu yang tidak nyata, tidak
percaya terhadap lingkungan, sulit tidur, tidak dapat memusatkan perhatian dan
konsentrasi, rasa berdosa, menyesal dan bingung terhadap halusinasi, perasaan
tidak aman, merasa cemas, takut dan kadang – kadang panik kebingungan.
b) Data obyektif
Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan tidak nyata, pembicaraan kacau
kadang tidak masuk akal, sulit membuat keputusan, tidak perhatian terhadap
perawatan dirinya, sering manyangkal dirinya sakit atau kurang menyadari
adanya masalah, ekspresi wajah sedih, ketakutan atau gembira, klien tampak
gelisah, insight kurang, tidak ada minat untuk makan.

B. Rumusan Masalah
Dari data pengkajian tersebut kemudian dapat dirumuskan masalah keperawatan
terhadap klien dengan gangguan halusinasi dengar dan lihat, yaitu :
1) Risiko tinggi perilaku kekerasan
2) Perubahan sensori : halusinasi dengar dan lihat
3) Kerusakan interaksi sosial : menarik diri
4) Syndrom defisit perawatan diri.
C. Pohon Masalah

Akibat Kekerasan resiko tinggi Sindrom defisit perawatan


diri : mandi/ kebersihan,
berpakaian/berhias

Masalah Perubahan sensori,


utama perceptual : halusinasi
Intoleransi aktivitas
lihat dan dengar.

Penyebab Isolasi sosial : menarik


diri

Harga diri rendah


kronis

2. Diagnosa Keperawatan
1) Risiko tinggi melakukan kekerasan yang berhubungan dengan halusinasi dengar dan
lihat.
2) Perubahan sensori perseptual : halusinasi dengar dan lihat yang berhubungan dengan
menarik diri.
3) Kerusakan interaksi sosial : menarik diri yang berhubungan dengan harga diri rendah
kronis.
4) Sindrom defisit perawatan diri : mandi/kebersihan, berpakaian/berhias yang
berhubungan dengan intoleransi aktivitas.

3. Perencanaan
Adapun prioritas diagnosa keperawatan adalah :
1) Resiko tinggi melakukan kekerasan yang berhubungan dengan halusinasi lihat dan
dengar.
a) TUM : Klien tidak melakukan kekerasan
b) TUK :
(1) Klien dapat membina hubungan saling percaya untuk mengendaliakan emosinya.
Rasional : hubungan saling percaya dapat mempererat hubungan dan menjadi
dasar interaksi klien dengan perawat.
Tindakan Keperawatan
(a) Bina hubungan saling percaya
Rasional : meningkatkan kepercayaan klien kepada perawat atau orang lain.
(b) Ciptakan lingkungan yang hangat
Rasional : Untuk menciptakan rasa kebersamaan
(c) Dorong dan beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya.
Rasional : agar klien bisa menceritakan masalahnya dengan terbuka.
(2) Klien dapat mengenal halusinasinya
(a) Adakan kontak sering dan singkat.
Rasional : untuk menghindari rasa jenuh klien dengan perawat
(b) Observasi perilaku (verbal dan non verbal) yang berhubungan dengan
halusinasi
Rasional : mencegah klien hanyut dalam halusinasinya.
(c) Bantu klien mengenal halusinasinya.
Rasional : membantu klien mengenal halusinasinya.
(d) Identifikasi bersama klien tentang waktu munculnya halusinasi dan
frekwensi timbulnya halusinasi.
Rasional : membantu klien mengidentifikasi halusinasi halusinasi
(e) Dorong klien untuk mengungkapkan perasaanya ketika halusinasi muncul
Rasional : untuk mengetahui perasaan klien ketika halusinasi muncul.
(f) Diskusikan dengan klien mengenai perasaanya saat terjadi halusinasi.
Rasional : untuk mengetahui perasaan klien ketika terjadi halusinasi.
(3) Klien dapat mengendalikan halusinasinya
Tindakan Keperawatan :
(a) Identifikasi bersama klien tindakan yang biasa dilakukan bila bayangan dan
suara-suara tersebut ada.
Rasional : untuk mengetahui kemampuan klien menghadapi halusinasinya.
(b) Beri penguatan dan pujian terhadap tindakan klien yang positif
Rasional : pujian akan mendorong klien untuk melakukan kegiatan.
(c) Bersama klien merencanakan kegiatan untuk mencegah terjadinya halusinasi.
Rasional : merencanakan kegiatan bersama klien akan dapat mencegah
timbulnya halusinasi.
(d) Diskusikan cara mencegah timbulnya halusinasi
Contoh : bicara dengan orang lain, melakukan kegiatan, mengatakan pada
suara saya tidak mau dengar.
Rasional : membantu klien mengendalikan halusinasinya sehingga tiak
terjadi prilaku kekerasan.
(e) Dorong klien untuk memilih cara yang akan digunakanya dalam menghadapi
halusinasinya.
Rasional : memotivasi klien untuk melakukan aktivitas dalam menghadapi
halusinasinya.
(f) Beri penguatan dan pujian terhadap pilihan klien yang benar.
Rasional : pujian akan mendorong klien untuk melakukan kegiatannya.
(g) Dorong klien untuk melakukan tindakan sesuai dengan cara yang telah
dipilih dalam menghadapi halusinasi.
Rasional : memberikan kesempatan pada klien untuk mencoba melakukan
kegiatan yang dipilih dalam menghadapi halusinasinya.
(h) Libatkan klien dalam kegiatan Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
Rasional : dengan TAK akan membantu klien mengontrol halusinasinya.
(i) Beri penguatan atas upaya yang berasil dan beri jalan keluar upaya yang
belum berhasil .
Rasional : pujian akan mendorong klien melakukan kegiatan.
(4) Klien mendapat dukungan untuk mengendalikan halusinasinya.
Tindakan keperawatan :
(a) Bina hubungan saling percaya dengan keluarga
Rasional : meningkatkan kepercayaan keluarga dengan perawat atau
orang lain.
(b) Kaji pengetahuan keluarga tentang halusinasi dan tindakan yang
dilakukan dalam merawat klien.
Rasional : menambah pengetahuan keluarga untuk merawat klien.
(c) Beri penguatan dan pujian terhadap tindakan yang positif.
Rasional : pujian akan mendorong keluarga melakukan kegiatannya.
(d) Diskusikan dengan keluarga tentang halusinasi, tanda dan cara
merawat klien di rumah.
Rasional : membantu keluarga mengenal halusinasi klien.
(e) Anjurkan keluarga mendemonstrasikan cara merawat klien di rumah
Rasional : untuk mengetahui pengetahuan keluarga tentang cara
merawat klien.
(f) Beri penguatan dan pujian terhadap tindakan yang tepat.
Rasional : pujian akan mendorong keluarga untuk merawat klien.
(5) Klien dapat menggunakan obat untuk mengendalikan halusinasinya.
(a) Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang obat untuk
mengendalikan halusinasi.
Rasional : membantu klien agar mau minm obat.
(b) Bantu klien untuk pastikan bahwa klien minum obat sesuai dengan
program dokter.
Rasional : membantu penyembuhan klien dengan minum obat.
(c) Observasi tanda dan gejala terkait efek dan efek samping obat.
Rasional : mengobservasi keefektifan obat.
(d) Diskusikan dengan dokter tentang efek samping obat.
Rasional : keluarga dan klien memahami efek samping obat.
2) Perubahan sensori perseptual : halusinasi lihat dan dengar yang berhubungan
dengan menarik diri
a) TUM : Klien dapat berhubungan dengan orang lain,
lingkungan sehingga halusinasi dapat dicegah.
b) TUK :
(1) Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
Tindakan keperawatan :
(a) Bina hubungan saling percaya:
 Sikap terbuka dan empati
 Terima klien apa adanya
 Sapa klien dengan ramah
 Tepati janji Jelaskan tujuan pertemuan
 Pertahankan kontak mata selama interaksi
 Penuhi kebutuhan dasar klien saat itu.
Rasional : meningkatkan kepercayaan klien kepada perawat atau
orang lain.
(2) Klien dapat mengenal perasaan yang menyebabkan prilaku menarik
diri.
Tindakan keperawatan
(a) Kaji pengetahuan klien tentang prilaku menarik diri
Rasional : untuk mengetahui pengetahuan klien dan alasan menarik
diri.
(b) Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan
penyebab menarik diri
Rasional : mengetahui bagaimana perasaan klien dan penyebab
menarik diri.
(c) Diskusikan bersama klien tentang prilaku menarik dirinya
Rasional : mengetahui alasan klien enarik diri.
(d) Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan
perasaanya.
Rasional : pujianakan mendorong klien mengungkapkan
perasaannya.
(3) Klien dapat mengetahui keuntungan berhubungan dengan orang lain.
Tindakan keperawatan :
(a) Diskusikan tentang manfaat berhubungan dengan orang lain
Rasional : meningkatkan pemahaman klien tentang
berhubungandengan orang lain.
(b) Dorong klien untuk menyebutkan kembali manfaat berhubungan
dengan orang lain.
Rasional : mengkaji pengetahuan kliententang manfaat
berhubungan dengan orang lain.
(c) Beri pujian terhadap kemampuan klien dalam menyebutkan
manfaat berhubungan dengan orang lain.
Rasional : pujian akan mendorong klien mengungkapkan
perasaannya.
(4) Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara bertahap
Tindakan keperawatan :
(a) Dorong klien untuk menyebutkan cara berhubungan dengan orang
lain.
Rasional : meningkatkan interaksi klien dengan lingkungan.
(b) Dorong dan bantu klien berhubungan dengan orang lain secara
bertahap antara lain:
i. Klien – perawat
ii. Klien – perawat – perawat lain
iii. Klien – perawat – perawat lain – klien lain
iv. Klien – kelompok kecil Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
1. Klien – keluarga
Rasional : meningkatkan interaksi klien dengan lingkunan.
(c) Reinforcement positif atas keberhasilan yang telah dicapai klien.
Rasional : pujian akan mendorong klien untuk melakukan
kegiatannya.
(5) Klien mendapat dukungan keluarga dalam berhubungan dengan orang
lain.
(a) Diskusikan tentang manfaat berhubungan dengan anggota
keluarga.
Rasional : mengeahui kondisi umum klien dalam berhubungan
dengan keluarga atau orang lain.
(b) Dorong Klien untuk mengemukakan perasaan tentang keluarga
Rasional : mengetahui perasaan klien tentang hubungan dengan
keluarga.
(c) Dorong klien untuk mengikuti kegiatan bersama keluarga seperti :
makan, ibadah dan rekreasi.
Rasional : untuk menumbuhkan rasa kebersamaan klien dengan
keluarga
(6) Keluarga dapat mengunjungi klien di rumah sakit setiap minggu secara
bergantian
Tindakan keperawatan :
(a) Jelaskan pada keluarga kebutuhan klien
Rasional : untuk mempertahankan hubungan klien dengan
keluarga.
(b) Bantu keluarga untuk tetap mempertahankan hubungan dengan
klien, yaitu memperlihatkan perhatian dengan meningkatkan
kunjungan ke RS.
Rasional : untuk mempertahankan hubungan klien dengan
keluarga.
(c) Beri Klien penguatan misalnya dengan membawakan makanan
kesukaan klien.
Rasional : untuk mempertahankan hubungan klien dengan
keluarga.
3) Kerusakan interaki sosial : menarik diri yang berhubungan dengan harga diri
rendah kronis.
a) TUM : Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara bertahap
b) TUK :
(1) Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan keperawatan :
(a) Bina hubungan saling percaya
Rasional : meningkatkan kepercayaan klien dengan perawat atau
orang lain.
(b) Beri kesempatan pada klien mengungkapkan perasaan penyebab
klien tidak mau bergaul.
Rasional : mengetahui bagaimana penyebab klien tidak mau
bergaul
(c) Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan
perasaannya.
Rasional : pujian akan mendorong klien mengungkapkan
perasaannya
(d) Dorong dan bantu klien untuk berhubungan dengan orang lain
secara bertahap.
Rasional : meningkatkan interaksi klien dengan lingkungan.
(d) Beri pujian atas mendorong klien melakukan kegiatannya
Rasional: pujian akan mendorong klien melakukan kegiatannya.
(2) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki
Tindakan keperawatan :
(a) Dorong klien untuk mengekspresikan perasannya
Rasional : Dapat meningkatkan pemahaman dan harga diri.
(b) Beri pujian bila klien mampu mengungkapkan perasannya.
Rasional : Dapat meningkatkan harga diri.

(3) Klien dapat merencanakan (menetapkan) kegiatan sesuai kemampuan


yang dimiliki
Tindakan keperawatan :
(a) Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap
hari sesuai dengan kemampuannya
Rasional : Merencanakan aktivitas bersama klien dapat
meningkatkan keinginan klien aktivitas sesuai dengan
kemampuannya
(a) Beri reinforcement bila klien mampu melaksanakan kegiatan
dengan baik.
Rasional : Pujian akan mendorong klien beraktivitas
4) Sindrom defisit perawat diri : mandi / kebersihan , berpakaian/ berhias yang
berhubungan dengan intoleransi aktivitas.
a) TUM : Klien dapat meningkatkan perawatan dirinya
b) TUK :
(1) Klien melakukan usaha kebersihan diri dan klien mampu
mengungkapkan penjelasan yang diberikan tentang pentingnya
perawatan diri.
Tindakan keperawatan :
(a) Kaji penyebab klien malas meningkatkan kebersihan diri atau
ungkapan kepada klien tentang dampak bila kebersihan diri dijaga
atau diperhatikan.
Rasional : untuk mengetahui pengetahuan klien tentang kebersihan
diri.
(b) Beri reinforcement apabila klien mampu menjaga kebersihan diri.
Rasional : pujian akan mendorong klien untuk menjaga kebersihan
diri.

4. Pelaksanaan
Pelaksanaan dilakukan sesuai intervensi.

5. Evaluasi
Evaluasi yang ingin dicapai diantaranya yaitu : klien tidak melakukan tindakan yang
dapat melukai dirinya sendiri dan orang lain, klien dapat meningkatkan keterbukaan dan
hubungan saling percaya, klien mampu menyebutkan tindakan yang bisa dilakukan saat
halusinasi muncul, klien dapat mengenal dan mengendalikan halusinasinya, klien mau
mengungkapkan perasaannya dan klien dapat menjaga kebersihan diri.
DAFTAR PUSTAKA

Darsana,W. (2010). Satuan Acara Penyuluhan Kesehatan. Diperoleh tanggal 17


Mei 2013 dari http://darsananursejiwa.blogspot.com

Iskandar & Damaiyanti, M. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama

Keliat, B.A (2009). Model praktek keperawatan professional jiwa. Jakarta: EGC

Kusumawati, Farida & Harton, Yudi (2011). Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta : Selemba
Medika

Maramis, W. F (2005). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga

MPKP RSJ Provinsi Bali (2009). Pedoman manajemen asuhan keperawatan, Bangli

Suliswati., Payapo, A, T., Maruhawa, J., Sianturi, Y.,Sumijatun. (2005). Konsep Dasar
Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC

Surya Direja, Ade Herman (2011). Buku ajar asuahan keperawatan jiwa Edisi 1. Yogyakarta :
Nuha Medika

Yosep Iyus (2009) Keperawatan jiwa. Bandung : Refika Aditama

Anda mungkin juga menyukai