Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Hemoroid adalah Suatu pelebaran dari vena-vena didalam pleksus


Hemoroidalis (Muttaqin, 2011). Hemoroid adalah pelebaran pembuluh darah
vena hemoroidalis dengan penonjolan membrane mukosa yang melapisi
daerah anus dan rectum (Nugroho, 2011). Hemoroid sering terjadi pada
orang dewasa dengan umur 45 sampai 65 tahun ( Chong dkk.2008 ). Penyakit
hemoroid yang terjadi di Amerika Serikat merupakan penyakit yang cukup
umum dimana pasien dengan umur 45 tahun yang didiagnosis hemoroid
mencapai 1.294 per 100.000 jiwa (Everheart, 2004). Sebuah penelitian yang
dilakukan di Iran menunjukan sebanyak 48 persen dari pasien yang
menjalani sigmoidoskopi dengan keluhan perdarahan pada anosrektal
memperlihatkan adanya hemoroid ( Nikpour dan Asgari, 2008 ). Berdasarkan
penelitian dari sepuluh juta orang di Indonesia di laporkan menderita
hemoroid dengan prevalensi 4 persen.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana tinjauan medis dengan hemoroid?
2. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan hemoroid?

C. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi tinjauan medis pada klien dengan
2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi asuhan keperawatan pada klien
dengan hemoroid.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Hemoroid adalah Suatu pelebaran dari vena-vena didalam pleksus


Hemoroidalis (Muttaqin, 2011). Hemoroid adalah pelebaran pembuluh darah
vena hemoroidalis dengan penonjolan membrane mukosa yang melapisi
daerah anus dan rectum (Nugroho, 2011).

Hemoroid merupakan pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena


di daerah anus yang berasal dari plexus hemorrhoidalis. Hemoroid eksterna
adalah pelebaran vena yang berada dibawah kulit (subkutan) di bawah atau di
luar linea dentate. Hemoroid interna adalah pelebaran yang berada di bawah
mukosa (submukosa) di atas atau di dalam linea dentate. ( (Nararif & Hardhi,
2015)

B. Klasifikasi

1. Ambeien Internal

Hemoroid internal adalah pembengkakan terjadi dalam rektum


sehingga tidak bisa dilihat atau diraba. Pembengkakan jenis ini tidak
menimbulkan rasa sakit karena hanya ada sedikit syaraf di daerah rektum.
Tanda yang dapat diketahui adalah pendarahan saat buang air besar.
Masalahnya jadi tidak sederhana lagi, bila ambeien internal ini membesar
dan keluar ke bibir anus yang menyebabkan kesakitan. Ambeien yang
terlihat berwarna pink ini setelah sembuh dapat masuk sendiri, tetapi bisa
juga didorong masuk. Hemoroid interna dibagi menjadi 4 derajat yaitu :

a. Derajat I
Terdapat perdarahan merah segar pada rectum pasca defekasi, tanpa
disertai rasa nyeri, tidak terdapat prolaps,pada pemeriksaan anoskopi
terlihat permulaan dari benjolan hemoroid yang menonjol ke dalam
lumen.

b. Derajat II

Terdapat perdarahan/tanpa perdarahan sesudah defekasi, terjadi


prolaps hemoroid yang dapat masuk sendiri (reposisi spontan).

c. Derajat III

Terdapat perdarahan/tanpa perdarahan sesudah defekasi, terjadi


prolaps hemoroid yang tidak dapat masuk sendiri jadi harus didorong
dengan jari (reposisi manual)

d. Derajat IV
1. Terdapat perdarahan sesudah defekasi
2. Terjadi prolaps hemoroid yang tidak dapat didorong masuk
(meskipun sudah direposisi akan keluar lagi)

2. Ambeien / Hemoroid Eksternal

Hemoroid eksternal diklasifikasikan sebagai akut dan kronik.


Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan
sebenarnya merupakan hematoma, bentuk ini sangat nyeri dan gatal
karena ujung-ujung saraf pada kulit merupakan reseptor nyeri.

C. Etiologi

Menurut Mutaqqin (2011), kondisi hemoroid biasanya tidak


berhubungan dengan kondisi medis atau penyakit, namun ada beberapa
predisposisi penting yang dapat meningkatkan risiko hemoroid seperti
berikut:

1. Perubahan hormon (kehamilan)


2. Mengejan secara berlebihan hingga menyebabkan kram
3. Berdiri terlalu lama
4. Banyak duduk
5. Sering mengangkat beban berat
6. Sembelit diare menahun (obstipasi)
7. Makanan yang dapat memicu pelebaran pembuluh vena (cabe, rempah-
rempah)
8. Keturunan penderita wasir(genetik)

D. Manifestasi Klinis

Gejala klinis hemoroid dapat dibagi berdasarkan jenis hemoroid (Vill


Alba dan Abbas, 2007 ) yaitu :

1. Hemoroid internal : Prolaps dan keluarnya benjolan


2. Hemoroideksternal
a. Rasa terbakar.
b. Nyeri (jika mengalami trombosis).

Sedangkan tanda dan gejala menurut Lumenta (2006) pasien


hemoroid dapat mengeluh hal-hal seperti berikut :

1. Perdarahan

Keluhan yang sering dan timul pertama kali yakni : darah segar menetes
setelah buang air besar (BAB), biasanya tanpa disertai nyeri dan gatal di
anus. Pendarahan dapat juga timbul di luar wakyu BAB, misalnya pada
orang tua. Perdaran ini berwarna merah segar.
2. Benjolan

Benjolan terjadi pada anus yang dapat menciut/ tereduksi spontan atau
manual merupakan cirri khas/ karakteristik hemoroid.

3. Nyeri dan rasa tidak nyaman

Dirasakan bila timbul komplikasi thrombosis ( sumbatan komponen darah


di bawah anus), benjolan keluar anus, polip rectum, skin tag.

4. Basah, gatal dan hygiene yang kurang di anus

Akibat penegluaran cairan dari selaput lender anus disertai perdarahan


merupakan tanda hemoroid interna, yang sering mengotori pakaian dalam
bahkan dapat menyebabkan pembengkakan kulit.

E. Komplikasi

Komplikasi hemoroid yang paling sering terjadi yaitu :

1. Perdarahan, dapat sampai anemia.


2. Trombosis (pembekuan darah dalam hemoroid)
3. Hemoroidal strangulasi adalah hemoroid yang prolaps dengan suplai
darah dihalangi oleh sfingter ani.
4. Luka dan infeksi

F. Pemeriksaan Diagnostik

1. Anamnesa atau riwayat penyakit


2. Pemeriksaan fisik yaitu inspeksi
Pada inspeksi hemoroid eksterna mudah terlihat apalagi sudah
mengandung trombus. Hemoroid interna yang prolaps dapat terlihat sebagai
benjolan yang tertutup mukosa. Untuk membuat prolaps dapat dengan
menyuruh pasien untuk mengejan.

1. Rektaltouche (colok dubur)

Pada pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna stadium awal tidak


dapat diraba sebab tekanan vena di dalamnya tidak terlalu tinggi dan
biasanya tidak nyeri. Hemoroid dapat diraba apabila sangat besar. Apabila
hemoroid sering prolaps, selaput lendir akan menebal. Trombosis dan
fibrosis pada perabaan terasa padat dengan dasar yang lebar. Pemeriksaan
colok dubur ini untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum.

2. Pemeriksaan dengan teropong yaitu anoskopi dan rektoskopi


Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang tidak menonjol
keluar. Anoskop dimasukkan untuk mengamati keempat kuadran.
Penderita dalam posisi litotomi. Anoskop dan penyumbatnya dimasukkan
dalam anus sedalam mungkin, penyumbat diangkat dan penderita disuruh
bernafas panjang. Hemoroid interna terlihat sebagai struktur vaskuler
yang menonjol ke dalam lumen. Apabila penderita diminta mengejan
sedikit maka ukuran hemoroid akan membesar dan penonjolan atau
prolaps akan lebih nyata. Banyaknya benjolan, derajatnya, letak ,besarnya
dan keadaan lain dalam anus seperti polip, fissura ani dan tumor ganas
harus diperhatikan.

3. Pemeriksaaan dengan Proktosigmoidoskopi


Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan keluhan
bukan disebabkan oleh proses radang atau proses keganasan di tingkat
tinggi, karena hemoroid merupakan keadaan fisiologik saja atau tanda
yang menyertai.
a. frontgen (colon inloop) dan kolonoskopi
b. pemeriksaan darah, urin, feses sebagai pemeriksaan penunjang

Diperlukan untuk mengetahui adanya darah samar (occult bleeding).

G. Patofisiologi dan Pathway

Menurut Nugroho (2011) hemoroid dapat disebabkan oleh tekanan


abdominal yang mampu menekan vena hemoroidalis sehingga menyebabkan
dilatasi pada vena. dilatasi tersebut dapat dibagi menjadi 2, yaitu :

1. Interna (dilatasi sebelum spinter)


2. Bila membesar baru nyeri
3. Bila vena pecah, BAB berdarah anemia
4. Eksterna (dilatasi sesudah spingter)
a. Nyeri
b. Bila vena pecah, BAB berdarah-trombosit-inflamasi.

Hemoroid dapat terjadi pada individu yang sehat. Hemoroid


umumnya menyebabkan gejala ketika mengalami pembesaran, peradangan,
atau prollaps. Diet rendah serat menyebabkan bentuk feses menjadi kecil
yang bisa mengakibatkan kondisi mengejan selama BAB. Peningkatan
tekanan ini menyebabkan pembengkakan dari hemoroid., kemungkinan
gengguan oleh venous return (Muttaqin, 2011).
H. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan hemoroid tergantung pada macam dan derajat hemoroidnya.

1. Hemoroid Eksterna

Jika pasien membaik dan hanya mengeluh nyeri ringan, pemberian


analgesik, sitz baths, dan pelunak feses. Tetapi jika pasien mengeluh nyeri
yang parah, maka eksisi di bawah anestesi lokal dianjurkan. Pengobatan
secara bedah menawarkan penyembuhan yang cepat, efektif dan
memerlukan waku hanya beberapa menit dan segera menghilangkan
gejala. Penatalaksanaan secara bedah yaitu pasien berbaring dengan posisi
menghadap ke lateral dan lutut di lipat (posisi seems), dasar hematom
diinfiltrasi dengan anestetik lokal. Bagian atas bokong didorong untuk
memaparkan trombosis hemoroid. Kulit dipotong berbentuk elips
menggunakan gunting iris dan forsep diseksi; hal ini dengan segera
memperlihatkan bekuan darah hitam yang khas di dalam hemoroid yang
dapat dikeluarkan dengan tekanan atau diangkat keluar dengan forsep.

2. Hemoroid Interna

Pengobatan hemoroid interna tergantung dari derajat hemoroidnya.

a. Hemoroid derajat I dan II

Kebanyakan pasien hemoroid derajat I dan II dapat ditolong


dengan tindakan lokal yang sederhana disertai nasehat tentang makan.
Makanan sebaiknya terdiri atas makanan berserat tinggi, misalnya
sayuran dan buah-buahan Makanan berserat tinggi ini membuat gumpalan
isi usus menjadi besar namun lunak, sehingga mempermudah defekasi
dan mengurangi keharusan mengedan secara berlebihan.

b. Hemoroid Derajat III dan IV

Pengobatan dengan krioterapi pada derajat III dilakukan jika


diputuskan tidak perlu dilakukan hemoroidektomi. Pengobatan dengan
criyosurgery (bedah beku) dilakukan pada hemoroid yang menonjol,
dibekukan dengan CO2 atau NO2 sehingga mengalami nekrosis dan
akhirnya fibrosis. Tidak dipakai secara luas karena mukosa yang
dibekukan (nekrosis) sukar ditentukan luasnya. Hemoroidektomi
dilakukan pada pasien yang mengalami hemoroid yang menahun dan
mengalami prolapsus besar (derajat III dan IV).

Ada 3 prinsip dalam melakukan hemoroidektomi yaitu pengangkatan


pleksus dan mukosa, pengangkatan pleksus tanpa mukosa, dan pengangkatan
mukosa tanpa pleksus. Teknik pengangkatan dapat dilakukan menurut 2
metode :

1. Metode Langen-beck : yaitu dengan cara menjepit radier hemoroid interna,


mengadakan jahitan jelujur klem dengan catgut crhomic No. 00, mengadakan
eksisi di atas klem. Sesudah itu klem dilepas dan jahitan jelujur di bawah
klem diikat, diikuti usaha kontinuitas mukosa. Cara ini banyak dilakukan
karena mudah dan tidak mengandung risiko pembentukan jaringan parut
sirkuler yang biasa menimbulkan stenosis.
2. Metode whitehead : yaitu mengupas seluruh v. hemoroidalis dengan
membebaskan mukosa dari sub mukosa dan mengadakan reseksi sirkuler
terhadap mukosa daerah itu, sambil mengusahakan kontinuitas mukosa
kembali.
3. Metode stapled : yaitu dengan cara mengupas mukosa rektum. Metode ini
lebih unggul dan lebih banyak dipakai karena perdarahannya dan nyeri post
operasinya berkurang dibandingkan dengan metode yang lain.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas pasien
2. Keluhan utama :Pasien datang dengan keluhan perdarahan terus menerus
saat BAB. Ada benjolan pada anus ataunyeri pada saat defikasi.
3. Riwayat penyakit
a. Riwayat penyakit sekarang : Pasien di temukan pada beberapa minggu
hanya ada benjolan yang keluar dan beberapa harisetelah BAB ada
darah yang keluar menetes.
b. Riwayat penyakit dahulu : Apakah pernah menderita penyakit hemoroid
sebelumnya, sembuh / terulang kembali. Pada pasien dengan hemoroid
bila tidak di lakukan pembedahan akan kembali RPD, bisa juga
dihubungkan dengan penyakit lain seperti sirosis hepatis.
c. Riwayat penyakit keluarga : Apakah ada anggota keluaga yang
menderita penyakit tersebut4.
d. Riwayat sosial : Perlu ditanya penyakit yang bersangkutan.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahanTanda : takikardi, takipnea/hiperventilasi
(respon terhadap aktivitas)
b. Sirkulasi
Gejala : kelemahan/nadi periver lemahTanda : Warna kulit pucat,
sianosis (tergantung pada jumlah kehilangan darah)Membran kulit
c. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola defekasiPerubahan Karakteristik Tanda : Nyeri
tekan abdomen, distensiKarakteristik feses : darah bewarna merah
terang (darah segar)Akonstipasi dapat terjadi
d. Nutrisi :
Gejala : Penurunan berat badanAnoreksiaTanda : konjungtiva pucat,
wajah pucat, terlihat lemah
e. Pola tidur
Gejala : Perubahan pola tidur Terasa nyeri pada anus saat tidur Tanda
: muka terlihat lelah, kantung mata terlihat gelap
f. Mobilisasi
g. Gejala : membatasi dalam beraktifitasTanda : wajah terlihat gelisah ,
banyak berganti posisi duduk dan berbaring3.

B. Diagnosa Keperawatan
Pre Operatif
1. Resiko kekurangan nutrisi (defisiensi zat ) berhubungan dengan pecahnya
vena plexus hemmoroidalis ditandai dengan perdarahan yang terus - menerus
waktu BAB.
2. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya massa anal atau anus,
yang ditandai benjolan didaerah anus, terasa nyeri dan gatal pada daerah anus.
3. Personal hygene pada anus kurang berhubungan dengan massa yang keluar
pada daerah eksternal.

Postoperasi
1. Nyeri berhubungan dengan adanya jahitan pada luka operasi dan
terpasangnya cerobong angin.
2. Resikol terjadinya infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak
adekuat
3. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi tentang
perawatan dirumah.
C. Intervensi
Preoperatif

No. Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional


keperawatan kriteria hasil

1. Resiko Setelah - Observasi - Tanda – tanda anemis


kekurangan dilakukan tanda-tanda diduga adanykekurangan
nutrisi tindakan anemis zat besi (Hb turun)
berhubungan keperawatan - Dapat mengurangi
dengan selama 3 x 24 -Diet rendah sisa perangsangan pada
pecahnya jam, resiko atau serat selama daerah anus sehingga
vena plexus kekurangan terjadinya tidak terjadi perdarahan.
hemmoroidal nutrisi perdarahan - Pendidikan tentang
is ditandai terpenuhi. diet, membantu keikut
dengan -Berikan sertaan pasien
perdarahan Kriteria Hasil: penjelasan dalameningkatkan
yang terus – -Tidak tentang keadaan penyakitnya.
menerus terdapat pentingnya diet - Pasien dengan
waktu BAB. anemis, kesembuhan pecahnya vena plexus
- Perdarahan penyakitnya hemoriodalis perlu obat
terhenti BB yang dapat membantu
tidak turun. -Beri kompres es pencegahan terhadap
pada daerah perdarahan yang
terjadinya mememrlukan penilaian
perdarahan terhadap respon secara
periodik.
- Beri obat atau - Pasien dengan
terapi sesuai pecahnya vena flexus
dengan pesanan hemmoroidalis perlu
dokter obat yang dapat
membantu pencegahan
terhadap perdarahan
yang memerlukan
penilaian terhadap
respon obat tersebut
secara periodik.
2. Defisit Setelah -Berikan sit bath 1.Meningkatkan
personal dilakukan dengan larutan kebersihan dan
hygene pada tindakan permagan memudahkan terjadinya
anus keperawatan 1/1000% pada penyembuhan prolaps.
berhubungan selama 2 x 24 pagi dan sore
dengan massa jam, hari. 2. Peradangan pada anus
yang keluar terjaganya menandakan adanya
pada daerah kebersihan 2. -Obserpasi suatu infeksi pada anus
eksternal. anus. keluhan dan
KH: adanya 
tanda- 3. Pengetahuan tentang
 -tidak ada tanda peradangan cara membersihkan anus
tanda-tanda anus membantu keikutsertaan
infeksi. pasien dalam
 -Tidak terasa -Beri penjelasan mempercepat
gatal-gatal cara kesembuhanya.
pada daerah membersihkan
anus. anus dan menjaga
 - Rasa gatal kebersihanya
pada anus
berkurang

Postoperatif

No. Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervenasi Rasional


keperawatan hasil

1. Nyeri Setelah dilakukan -Beri  -Dapat


posisi menurunkan
berhubungan tindakan tidur yang tegangan abdomen
dengan adanya keperawatan selama menyenangkan dan meningkatkan
jahitan pada luka 2 x 24 jam, pasien. rasa kontrol.
operasi dan gangguan rasa  -Melindungi pasien
terpasangnya nyaman terpenuhi. -Ganti balutan dari kontaminasi
cerobong angin. setiap pagi silang selama
KH: sesuai tehnik penggantian balutan.
-Tidak terdapat rasa aseptik Balutan basah
nyeri pada luka bertindak sebagai
operasi,. -Latihan jalan penyerap
Pasien dapat sedini mungkin kontaminasi
melakukan aktivitas -Observasi eksternal dan
ringan. daerah rektal menimbulkan rasa
skala nyeri 0-1. apakah ada tidak nyaman.
klien tampak perdarahan  -Menurunkan
rileks. masalah yang terjadi
-Cerobong
karena imobilisasi.
anus dilepaskan
 -Perdarahan pada
sesuai advice
jaringan, imflamasi
dokter
lokal atau terjadinya
(pesanan)
infeksi dapat
meningkatkan rasa
-Berikan
nyeri.
penjelasan
 -Meningkatkan
tentang tujuan
fungsi fisiologis
pemasangan
anus dan
cerobong anus
memberikan rasa
(guna cerobong
nyaman pada daerah
anus untuk
anus pasien karena
mengalirkan
tidak ada sumbatan.
sisa-sisa
 -Pengetahuan
perdarahan
tentang manfaat
yang terjadi
cerobong anus dapat
didalam agar
membuat pasien
bisa keluar).
paham guna
cerobong anus untuk
kesembuhan
lukanya.

2. Resiko Setelah dilakukan -Observasi  -Respon autonomik


terjadinya tindakan tanda vital tiap meliputi TD,
infeksi pada luka keperawatan selama 4 jam respirasi, nadi yang
berhubungan 2 x 24 jam,resiko -Observasi berhubungan
dengan infeksi teratasi. balutan setiap 2 denagan keluhan /
pertahanan KH: – 4 jam, periksa penghilang nyeri .
primer 
tidak -Tidak terdapat terhadap Abnormalitas tanda
adekuat tanda-tanda infeksi perdarahan dan vital perlu di
(dolor, kalor, rubor, bau. observasi secara
tumor, fungsiolesa). lanjut.
 -Radang luka -Ganti  -Deteksi
balutan dini
mengering dengan teknik terjadinya proses
 aseptik infeksi dan /
pengawasan
-Bersihkan area penyembuhan luka
perianal setelah oprasi yang ada
setiap depfikasi sebelumnya.
 -Mencegah meluas
-Berikan diet
dan membatasi
rendah serat/
penyebaran luas
sisa dan minum
infeksi atau
yang cukup
kontaminasi silang.
 -Mengurangi /
mencegah
kontaminasi daerah
luka.
 -Mengurangi
ransangan pada anus
dan mencegah
mengedan pada
waktu defikasi.

3. Kurang Setelah dilakukan -Diskusikan -Pengetahuan


pengetahuan tindakan pentingnya tentang diet berguna
yang keperawatan selama penatalaksanaa untuk melibatkan
berhubungan 3 x 24 n diet rendah pasien dalam
dengan kurang jam,kurangnya sisa. merencanakan diet
informasi pengetahuan dirumah yang sesuai
tentang teratas. -Demontrasikan dengan yang
perawatan perawatan area dianjurkan oleh ahli
dirumah. KH: anal dan minta gizi.
 -klien tidak banyak pasien 
bertanya tentang menguilanginy -Pemahaman akan
penyakitna. meningkatkan kerja
 -Pasien dapat -Berikan sama pasien dalam
menyatakan atau rendam duduk program terapi,
mengerti tentang sesuai pesanan meningkatkan
perawatan dirumah. penyembuhan dan
 -keluarga klien -Bersihakan proses perbaikan
paham tentang area anus terhadap

proses penyakit. dengan baik penyakitnya.

 -klien dan keringkan


seluruhnya  -Meningkatkan
menunjukkan wajah
setelah defekas kebersihan dan
tenang
kenyaman pada

-Berikan daerah anus (luka

balutan atau polaps).



-Diskusikan -Melindungi area
gejala infeksi anus terhadap
luka untuk kontaminasi kuman-
dilaporkan kuman yang berasal
kedokter. dari sisa defekasi
agar tidak terjadi
infeksi.
-Diskusikan -Melindungi daerah
mempertahanka luka dari
n difekasi lunak kontaminasi luar.
dengan 
menggunakan -Pengenalan dini
pelunak feces dari gejala infeksi
dan makanan dan intervensi segera
laksatif alami. dapat mencegah
 progresi situasi
-Jelaskan serius.
pentingnya
-Mencegah
menghindari
mengejan saat
mengangkat
difekasi dan
benda berat dan
melunakkan feces.
mengejan.

-Menurunkan
tekanan intra
abdominal yang
tidak perlu dan
tegangan otot.

D. Evaluasi
Kriteria hasil atas pencapaian tujuan sebagai berikut :
1. Rasa nyeri saat defekasi berkurang atau hilang
2. Px tidak mengalami konstipasi, dengan konsistensi feses lunak
3. Pola defekasi px kembali normal
4. Kecemasan px akan operasi berkurang
ASPEK LEGAL ETIS KEPERAWATAN

a. Autonomi ( Otonomi )

Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu


berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap
kompeten dan memiliki kekuatan membuat sendiri, memilih dan memiliki
berbagai keputusan atau pilihan yang harus dihargai oleh orang lain. Prinsip
otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang, atau dipandang sebagai
persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional. Otonomi merupakan
hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri.
Praktek profesional merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak
klien dalam membuat keputusan tentang perawatan dirinya.

b. Beneficience ( Berbuat Baik )

Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan,


memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan
kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain.
Terkadang,dalam situasi pelayanan kesehatan, terjadi konflik antara prinsip
ini dengan otonomi.

c. Justice ( Keadilan )

Prinsip keadilan dibutuhkan untuk tercapai yang sama dan adil terhadap
orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan.
Nilai inidirefleksikan dalam prkatek profesional ketika perawat bekerja untuk
terapiyang benar sesuai hukum, standar praktek dan keyakinan yang benar
untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan. d. Nonmal eficience ( Tidak
Merugikan ) Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan
psikologis pada klien.
d. Veracity ( Kejujuran )

Prinsip ini berarti penuh dengan kebenaran. Nilai diperlukan oleh


pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap
klien dan untuk meyakinkan bahwa klien sangat mengerti. Prinsip ini
berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran.

e. Fidellity (Metepati Janji)

Prinsip ini dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan


komitmennya terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan
menepati janji serta menyimpan rahasia pasien.

f. Confidentiality ( Kerahasiaan )

Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus


dijaga privasi klien. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan
kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien.

g. Accountability ( Akuntabilitas )

Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang


professional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.

h. Informed Consent

“Informed Consent” terdiri dari dua kata yaitu “informed” yang


berarti telah mendapat penjelasan atau keterangan (informasi), dan “consent”
yang berarti persetujuan atau memberi izin. Jadi “informed consent”
mengandung pengertian suatu persetujuan yang diberikan setelah mendapat
informasi. Dengan demikian “informed consent” dapat didefinisikan sebagai
persetujuan yang diberikan oleh pasien dan atau keluarganya atas dasar
penjelasan mengenai tindakan medis yang akan dilakukan terhadap dirinya
serta resiko yang berkaitan dengannya.
Contoh Kasus Hemorhoid dan aspek legal etis

1. Pasien masuk RSUD X tanggal 5 Mei 2018 , saat di IGD klien mengeluh
berak darah, mual, lemes, nyeri anus saat BAB, nyerinya seperti ditusuk-
tusuk dengan skala 6. Namun saat dilakukan pengkajian ruangan , klien
mengatakan tidak mual lagi. Tapi pasien mengalami susah BAB dan lemas,
klien belum BAB selama 2 hari. Perawat mengatakan kepada pasien bahwa
pasien terdiagnosa hemorhoid. Klien melarang perawat untuk tidak
menceritakan kepada siapapun meskipun itu keluarga.
Tetapi pada saat ada teman pasien yang menjenguk, teman tersebut bertanya
kepada perawat yang ada di bangsal tentang penyakit yang diderita oleh
pasien tersebut. Perawat malah menceritakan keluhan penyakit pasien kepada
teman tersebut.
Saat teman tersebut menemui klien, teman tersebut bertanya apakah benar
penyakitnya itu. Klien merasa malu saat temannya mengetahui penyakitnya,

Aspek legal etis yang menyimpang

1. Fidellity
Dalam hal ini perawat harus menepati janji kepada pasien
2. Confidentiality
Dalam hal ini perawat seharusnya menjaga privasi pasien
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai