Anda di halaman 1dari 11

PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN

PENGARUH KEKAHATAN UNSUR ESENSIAL TERHADAP


PERTUMBUHAN TANAMAN

Oleh :
Kelas D4/2
1. Emilia Anjar Prastiwi 081611433018
2. Aina Dzulqi Aulia 081611433040
3. Farah Annisa Nurbani 081611433043
4. Intan Nadiyah Rahma 081611433061

Dosen Asistensi :
Dr. Edy Setiti Wida Utami, M.S.

PROGRAM STUDI S1 BIOLOGI


DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2018
DASAR TEORI
Suatu unsur kimia tertentu dianggap sebagai suatu nutrien essensial jika nutrien tersebut
diperlukan agar suatu tumbuhan dapat tumbuh dari sebuah biji dan menyelesaikan siklus
khidupannya, menghasilkan generasi biji yang baru. Untuk menentukan unsur-unsur mineral
mana yang betul-betul nutrien esensial dapat digunakan metode yang dikenal sebagai
budidaya hidroponik (Reece, Campbell-Mitcell, 2003).
Menurut Salisbury and Ross (1995), suatu unsur dikatakan essensial bagi tumbuhan
karena funsinya digolongkan ke dalam dua kelompok yaitu yang berperan dalam struktur
suatu senyawa yang penting yang mengaktifkan enzim. Karbon, oksigen dan hydrogen
merupakan unsur paling dikenal yang mempunyai kedua funsi tersebut, demikian pula dengan
nitrogen dan belerang ditemukan dalam enzim. Semua unsur yang larut, baik yang bebas
maupun yang terikat dalam struktur essensial mempunyai fungsi lain dengan ikut menentukan
potensial osmotik.
Kriteria unsure esensial yaitu; 1) apabila elemen diambil dari media tanaman, maka
tanaman tidak akan dapat melengkapi pertumbuhan vegetatif atau siklus hidupnya. 2) apabila
fungsi biokimianya tidak dapat diganti oleh elemen lainnya. 3) apabila elemen tersebut
merupakan komponen yang diperlukan dalam pembentukan metabolit yang esensial(Agustina,
1990). Tumbuhan memerlukan hara mineral untuk pertumbuhan dan perkembangan dirinya.
Unsur-unsur hara mineral terutama zat organik diperoleh tumbuhan dari dalam tubuh
(medium tumbuhnya) yang masuk melalui akar bersama air ke dalam tumbuhan. (Devlin,
1975).
Unsur hara memiliki fungsi yang berbeda dalam tubuh tumbuhan. Dalam jaringan
tumbuhan nitrogen merupakan komponen penyusun dari banyak senyawa essensial bagi
tumbuhan, misalnya asam amino. Karena setiap molekul protein tersusun dari asam-asam
amino dan setiap enzim adalah protein, maka nitrogen juga merupakan unsur penyusun
protein dan enzim. Selain itu nitrogen juga terkandung dalam korofil, hormone, sitokinin dan
auksin (Lakitan, 1993).
Unsur yang diperlukan oleh tumbuhan dalam jumlah yang relatif besar disebut
makronutrien. Ada sembilan makronutrien, yang meliputi enam unsur penyusun utama
senyawa organik; karbon, oksigen, hydrogen, nitrogen, sulfur dan fosfor. Tiga makronutrien
lainnya adalah kalium, kalsium, dan magnesium (Reece, Campbell-Mitcell, 2003).
Unsur-unsur yang diperlukan tumbuhan dalam jumlah yang sangat sedikit disebut
mikronutrien. Kedelapan mikronutrien tersebut adalah besi, klorida, tembaga, mangan, seng,
molybdenum, boron, dan nikel. Pada pertumbuhan unsur-unsur ini sebagian berfungsi sebagai
kofaktor-kofaktor reaksi enzimatik. Misalnya, besi adalah salah satu komponen logam pada
sitokrom, protein yang berfungsi dalam rantai transfor electron dari kloroplas dan
mitokondria. Hal ini karena mikronutrien umumnya memainkan peranan katalitik yang hanya
dibutuhkan oleh tumbuhan dalam jumlah sangat kecil. Kebutuhan akan molibdenum,
misalnya, sangat sedikit sehingga unsur langka ini hanya terdapat satu atom untuk setiap 16
juta atom hidrogen dalam bahan tumbuhan yang telah dikeringkan. Akan tetapi kekurangan
(defisiensi) molybdenum atau mikronutrien lainnya dapat melemahkan atau bahkan
mematikan tumbuhan itu (Reece, Campbell-Mitcell, 2003).
Kelebihan dan kekurangan unsur hara yang terdapat di dalam tanah akan dapat
mmpengaruhi kehidupan tumbuhan yang ada diatasnya. Bila kekurangan unsur hara tertentu
akan terjadi defisiensi atau kelebihan baik unsur makro maupun unsur mikro. Kelebihan atau
kekurangan unsur ini akan dapat merusak atau meracuni tumbuhan (Treshow, 1970). Gejala
yang ditampakkan tanaman akibat kekurangan unsur hara tidak sama. Gejala tersebut dapat
berbeda, tergantung pada jenis tanaman, tingkat keseriusan masalah dan fase pertumbuhan
tanaman. Selain itu tanaman dapat mengalami kekurangan dua unsur hara atau lebih pada saat
yang bersamaan, sehingga gejala yang ditampakkan oleh tanaman menjadi lebih kompleks.
Pada dasarnya gejala kekurangan unsur hara tergantung pada dua hal yaitu fungsi dari unsur
hara tersebut, dan kemudahan suatu unsur hara untuk di translokasikan dari daun tua ke daun
muda. Kemudahan suatu unsur hara untuk di translokasikan tergantung pada solutbilitas
(kelarutan) dari bentuk kimia dari unsur tersebut di dalam jaringan tanaman dan
kemudahannya untuk dapat masuk ke dalam pembuluh floem (Lakitan, 1993).
Beberapa unsur ada yang mudah untuk di translokasikan dari daun tua ke daun muda
dan organ penampung seperti organ reproduktif atau umbi. Unsur-unsur itu adalah nitrogen,
fosfor, kalium, magnesium, khlor, dan belerang. Sedangkan yang sulit di translokasikan
adalah boron, besi dan kalsium. Unsur-unsur yang mudah di translokasikan, gejala
kekurangan pertama akan terlihat pada daun-daun tua dan sebaliknya unsur yang sulit di
translokasikan gejala kekurangan pertamanya mula-mula tampak pada daun muda (Lakitan,
1993).
Karbon diambil oleh tumbuhan dalam bentuk gas CO2 , hidrogen diambil dalam bentuk
air (H2O), sedangkan oksigen selain dalam bentuk CO2 dan H2O juga dapat diambil dalam
bentuk O2, maupun senyawa lainnya. Unsur C, H, dan O merupakan penyusun utama
makromolekul, seperti: karbohidrat, lipid, protein dan asam nukleat. Setelah C, H, dan O,
nitrogen merupakan unsur hara makro terpenting. Nitrogen merupakan komponen dari asam-
asam amino (juga protein), klorofil, koenzim dan asam nukleat. Nitrogen sering merupakan
unsur pembatas pertumbuhan. Walaupun gas N2 menyusun 78 % atmosfir bumi, tumbuhan
tidak dapat menggunakannya secara langsung. Gas N 2 tersebut harus difiksasi oleh bakteri
menjadi amonia (NH3). Beberapa tumbuh-tumbuhan (seperti kacang tanah, kedelai, kapri,
dantumbuhan legume lainnya) bersimbiosis dengan bakteri Rhizobium sp. Rhizobium ini
dapat memfiksasi gas N2 (yang terjerap dalam pori-pori tanah) dan mengkonversinya menjadi
amonia. Bakteri dari genus Azotobacter, yang hidup bebas dalam tanah, juga dapat melakukan
fiksasi nitrogen. Molekul NH3 dengan segera mengikat ion H+ membentuk ion NH4+. Jika
bintil akar menghasilkan ion NH4+ melebihi yang diperlukan tanaman maka ion NH 4+ akan
dibebaskan ke dalam tanah dan dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan non legume. Ion amonium
oleh bakteri nitrifikasi (spesies dari genus Nitrobacter danNitrozomonas) dapat diubah
menjadi ion NO3- (Gambar 1b). Tumbuhan dapat mengambil nitrogen dalam bentuk ion
NH4+ maupun NO3-.
Gejala defisiensi mineral tidak saja bergantung pada peranan nutrient tersebut dalam
tumbuhan akan tetapi juga pada mobilitasnya di dalam tumbuhan tersebut. Jika suatu nutrient
bergerak agak bebas dari satu bagian tumbuhan ke bagian yang lain, gejala defisiensi pertama
kali akan muncul pada organ yang lebih tua. Hal ini karena jaringan-jaringan muda yang
masih tumbuh memiliki daya tarik yang lebih kuat dibandingkan dengan jaringan tua untuk
menarik nutrient yang jumlahnya berkurang (Dwijoseputro, 1988).

TUJUAN
- Untuk mengetahui gejala defisiensi unsur hara terhadap pertumbuhan tanaman
- Untuk mengetahui unsur-unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman

ALAT DAN BAHAN


Bahan :
- Bahan kimia sesuai dengan komposisi larutan Hoagland
- Biji kacang hijau
- Akuades
- Kapas
Alat :
- 10 botol selai
- Kertas karbon/aluminium foil
- Kapas
- Gabus berlubang

LANGKAH KERJA
1. Menyediakan 10 botol selai bersih
2. Melapisi masing-masing botol dengan kertas karbon hitam dan mengisi botol dengan
larutan berturut-turut: FeDTA, FeCl3, -Ca, -S, -Mg, -K, -N, -P, -Fe dan larutan hara
makro kemudian diberi label.
3. Menambahkan air hingga leher botol kemudian diaduk dengan batang pengaduk
4. Menutup botol selai dengan gabus yang telah dilubangi
5. Selanjutnya memilih 3 kecambah yang akan digunakan untuk masing-masing
perlakuan yang memiliki pertumbuhan yang baik, mengukur panjang batang, panjang
akar, panjang daun, dan lebar daun dari ketiga kecambah lalu dirata-rata
6. Memasukkan kecambah dengan hati-hati pada gabus yang telah dilubangi dan
menyumbat sisa lubnag dengan kapas. Melakukan aerasi setiap harinya. Diamati
panjang batang, panjang akar, panjang daun, jumlah daun, dan lebar daun.
7. Pengamatan dilakukan 3 hari sekali selama 2 minggu

HASIL PENGAMATAN

Dilakukan 3 hari sekali dalam 2 minggu

No. Unsur hara Hari ke- Panjang Panjang Panjang Jumlah Lebar
(kekurangan) akar batang daun daun daun
(cm) (cm) (cm) (cm)

1 Fe EDTA 2/05/2018 3,3 4,13 0,5 2 0.1

4/05/2018 3,3 5,16 0,83 2 0,1

7/05/2018 3,5 8 0,83 2 0,2

9/05/2018 - - - - -
11/05/2018 - - - - -

2 Fe CL3 2 /05/ 2018 3,13 3,56 0,73 2 0,16

4 /05/ 2018 4 7,13 1,33 2 0.16

7 /05/ 2018 5,83 10,08 2 2 0.2

9 /05/ 2018 6,5 15,5 2,5 2 0,5

11 /05/ 2
2018

3 Ca 2 /05/ 2018 2,5 3,76 0,73 2 0,5

4 /05/ 2018 2,5 3,62 1 2 0,13

7 /05/ 2018 2,5 3,5 1 2 0,1

9 /05/ 2018 - - - - -

11 /05/ - - - - -
2018

4 S 2 /05/ 2018 2,16 4 0,9 2 0,13

4 /05/ 2018 2,75 3 1,56 2 0,1

7 /05/ 2018 3 3,5 2,3 2 0,1

9 /05/ 2018 - - - - -
11 /05/ - - - - -
2018

5 Mg 2 /05/ 2018 2,5 3,6 0,83 2 0,2

4 /05/ 2018 2,53 3,6 0,83 2 0,1

7 /05/ 2018 3,5 4,5 1 2 0,1

9 /05/ 2018 - - - - -

11 /05/ - - - - -
2018

6 K 2 /05/ 2018 3,96 2,83 0,83 2 0,2

4 /05/ 2018 4 3,13 2 2 0,2

7 /05/ 2018 4,5 4 2,7 2 0,2

9 /05/ 2018 - - - - -

11 /05/ - - - - -
2018

7 N 2 /05/ 2018 3,6 3,6 0,86 2 0,1

4 /05/ 2018 3 3 0,86 2 0,1

7 /05/ 2018 1,5 2 0,5 2 0,2

9 /05/ 2018 - - - - -
11 /05/ - - - - -
2018

8 P 2 /05/ 2018 3 3,16 0,83 2 0,16

4 /05/ 2018 3 4 1,16 2 0,2

7 /05/ 2018 3 8,53 2 2 0,5

9 /05/ 2018 3 10,5 2 2 0,5

11 /05/ 2
2018

9 Fe 2 /05/ 2018 4 4 0,9 2 0,2

4 /05/ 2018 4 6,02 0.9 2 0,2

7 /05/ 2018 5,83 12 1 2 0,5

9 /05/ 2018 6 13 1,5 2 0,5

11 /05/ 2
2018

10 Makro 2 /05/ 2018 3,33 3 0,83 2 0,16

4 /05/ 2018 4,13 4 1,03 2 0.1

7 /05/ 2018 6,5 7,5 1,7 2 0,1

9 /05/ 2018 7 10 2 2 0,2


11 /05/ 2
2018

PEMBAHASAN

Praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui gejala defisiensi unsur hara terhadap
pertumbuhan tanaman dan mengetahui unsur-unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman.
Untuk menjawab tujuan tersebut maka dilakukan percobaan menggunakan kecambah kacang
hijau dan larutan unsur antara lain FeEDTA, FeCl3, -Ca, -S, -Mg, -K, -N, -P, -Fe dan larutan
makro. Percobaan dilakukan dengan mengisi botol dengan masing larutan tersebut dengan
komposisi yang telah ditentukan. Percobaan ini menggunakan komposisi larutan Hoagland.
Setelah semua botol terisi cairan, kapas dililitkan pada kecambah dan botol ditutup dengan
lilitan tersebut. Pengamatan dilakukan selama 2 minggu dan diamati tiap 3 hari sekali.

Botol pertama berisi FeEDTA. Komposisi FeEDTA berisi semua larutan yang tersebut
pada bahan kecuali larutan FeCl3. Hasil yang didapat adalah panjang daun, lebar daun,
panjang akar, dan panjang akar bertambah. Pengamatan FeEDTA hanya didapat 3 kali
pengamatan karena pada pengamatan selanjutnya kecambah sudah mati. Pertambahan
panjang pada botol pertama bertambah signifikan sedangkan penambahan ukuran lainnya
tidak terlalu signifikan. Botol kedua berisi FeCl3. Komposisi dari FeCl3 tidak terdapat larutan
FeEDTA. Hasil yang didapat pada botol kedua adalah terjadi penambahan ukuran panjang
daun, lebar daun, panjang batang dan panjang akar. Penambahan signifikan terlihat pada
penambahan ukuran panjang daun dan panjang batang. Pengamatan pada botol kedua terjadi 4
kali karena pada pengamatan terakhir kecambah mati.

Botol ketiga berisi cairan –Ca di mana pada komposisi larutan tersebut tidak terdapat
Ca(NO3)2 dan FeCl3. Pada botol ketiga terjadi perubahan ukuran akar, daun maupun batang
baik dari segi panjang maupun lebar tetapi tidak ada yang terlihat mencolok. Botol keempat
berisi larutan –S. Komposisi pada larutan –S tidak terdapat larutan MgSO4 dan FeCl3. Hasil
yang didapat terjadi perubahan secara signifikan pada pertambahan ukuran panjang akar dan
daun. Botol kelima berisi larutan –Mg. Komposisi pada larutan –Mg tidak terdapat larutan
MgSO4 dan FeCl3. Hasil yang didapat adalah terjadi perubahan signifikan pada pertambahan
panjang akar sedangkan pada penambahan ukuran lainnnya tidak terjadi pertambahan ukuran
yang signifikan. Botol keenam berisi larutan –K. Komposisi pada larutan –K tidak terdapat
larutan KNO3, KH2PO4 dan FeCl3. Hasil yang didapat adalah terjadi perubahan signifikan
pada pertambahan panjang batang sedang pada bagian lain tidak terlalu mencolok.

Botol ketujuh berisi larutan –N di mana komposisi larutan –N tidak terdapat larutan
Ca(NO3)2, KNO3 dan FeCl3. Pada botol ketujuh hasil yang didapat menurun tidak bertambah
hal ini dikarenakan pertumbuhn semakin mengerdil. Botol kedelapan berisi larutan –P di
mana komposisi pada larutan ini tidak terdapat larutan KH 2PO4 dan FeCl3. Pada botol
kedelapan pertambahan ukuran hanya terjadi pada pertambahan panjang batang saja
sedangkan ukuran yang lain memiliki ukuran yang sama dari awal. Botol kesembilan berisi
larutan –Fe di mana komposisi larutan ini tidak terdapat larutan FeCl 3 dan FeEDTA. Pada
botol kesembilan terjadi pertambahan ukuran pada panjang akar, panjang batang, dan panjang
daun sedangkan pada kebar daun ukurannya tetap. Pada botol terakhir berisi larutan makro.
Pada larutan ini tidak terdapat larutan FeCl 3 pada komposisi nya. Hasil yang didapat adalah
terjadi perubahan signifikan pada panjang batang.

KESIMPULAN
Gejala defisiensi (kekurangan) unsur hara terhadap pertumbuhan tanaman adalah
tanaman akan mengalalami abnormalitas. Abnormalitas dapat tampak pada daun, batang,
bunga, dan organ tumbuhan lainnya. Secara umum abnormalitas dominan tampak pada daun.
Beberapa unsur tertentu menimbulkan abnormalitas yang sangat jelas antara lain kekurangan
unsur N mengakibatkan pertumbuhan kerdil dan daun menguning.
Unsur hara yang dibutuhkan antara lain unsur makro (essensial) dibutuhkan dalam
jumlah yang banyak seperti -N, -P, -K, -Ca, -S, dan –Mg. Unsur yang dibutuhkan dalam
jumlah sedikit seperti -Fe, -Cu, dan -Mn.

DAFTAR PUSTAKA
Agustina. 1990. Nutrisi Tumbuhan. Rineka Cipta. Jakarta.
Buchman, H.O and Brandy. 1982. The Nature and Proportre of Soils. The Mac Mila
Company. New York.
Devlin, Robert M. 1975. Plant Physiology Third Edition. D. Van Nostrand. New York.
Dwijoseputro, D. 1988. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. Gramedia. Jakarta.
Lakitan, B. 1993. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. PT. Grafindo Persada. Jakarta.
Reece, Campbell-Mitchell. 2003. Bilogi Edisi Kelima Jilid 2. Erlangga. Jakarta
Salisbury, J.W. dan Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. ITB. Bandung.
Sutejo, M.M. 1994. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta.
Treshaw. 1970. Environment And Plant Respons.Grawhill book Company. New York.

Anda mungkin juga menyukai