Anda di halaman 1dari 23

Skabies (Infeksi Tungau)

Skabies adalah suatu infestasi tungau yang menyebabkan beruntus-beruntuk kecil kemerahan
dan rasa gatal yang hebat.

PENYEBAB
Skabies disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei.
Infestasi tungau ini mudah menyebar dari orang ke orang melalui kontak fisik dan sering
menyerang seluruh penghuni dalam satu rumah.

Tungau ini ukurannya cukup besar sehingga dapat dilihat dengan mata telanjang dan sering
menular diantara orang-orang yang tidur besama.
Kadang tungau ditularkan melalui pakaian, seprei dan benda-benda lainnya yang digunakan
secara bersama-sama; masa hidupnya hanya sebentar dan pencucian biasa bisa
menghancurkan tungau ini.

Tungau betina membuat terowongan di bawah lapisan kulit paling atas dan menyimpan
telurnya dalam lubang. Beberapa hari kemudian akan menetas tungau muda (larva).
Infeksi menyebabkan gatal-gatal hebat, kemungkinan merupakan suatu reaksi alergi terhadap
tungau.

GEJALA
Ciri khas dari skabies adalah gatal-gatal hebat, yang biasanya semakin memburuk pada
malam hari.

Lubang tungau tampak sebagai garis bergelombang dengan panjang sampai 2,5 cm, kadang
pada ujungnya terdapat beruntusan kecil.

Lubang/terowongan tungau dan gatal-gatal paling sering ditemukan dan dirasakan di sela-sela
jari tangan, pada pergelangan tangan, sikut, ketiak, di sekitar puting payudara wanita, alat
kelamin pria (penis dan kantung zakar), di sepanjang garis ikat pinggang dan bokong bagian
bawah.
Infeksi jarang mengenai wajah, kecuali pada anak-anak dimana lesinya muncul sebagai
lepuhan berisi air.

Lama-lama terowongan ini sulit untuk dilihat karena tertutup oleh peradangan yang terjadi
akibat penggarukan.
DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala (gatal-gatal hebat) dan hasil pemeriksaan fisik
(adanya terowongan tungau).

Untuk memastikan diagnosis, bisa dilakukan pemeriksaan mikroskopis terhadap kerokan


kulit dan akan ditemukan adanya tungau.

PENGOBATAN
Penyakit ini bisa diatasi dengan mengoleskan krim yang mengandung permetrin atau larutan
lindane.
Kedua obat tersebut efektif, tetapi lindane cenderung mengiritasi kulit, lebih toksik dan tidak
boleh diberikan kepada anak-anak.

Kadang digunakan krim yang mengandung corticosteroid (misalnya hydrocortisone) selama


beberapa hari setelah pemberian permetrin atau lindane, untuk mengurangi gatal-gatal sampai
semua tungau mati.

Pengobatan juga harus dilakukan terhadap seluruh penghuni rumah.

PENCEGAHAN
Untuk mencegah kembali dihinggapi dan untuk mencegah tungau menyebar ke orang lain,
ambil langkah-langkah ini:

1. Bersihkan semua pakaian dan kain. Gunakan air panas, air sabun untuk mencuci semua
pakaian, handuk dan selimut yang Anda gunakan setidaknya dua hari sebelum perawatan.
Keringkan dengan panas tinggi. Dry-clean item Anda yang tidak dapat dicuci di rumah.
2. Buat tungau kelaparan. Pertimbangkan menempatkan perabotan Anda yang tidak dapat
dicuci di kantong plastik tertutup dan meninggalkannya di tempat jauh dari ruang anda,
misalnya di dalam garasi Anda, selama beberapa minggu. Tungau mati jika mereka tidak
makan selama seminggu.
Hati Hati Gatal Sekeluarga Malam Hari

Mon, Jan 4, 2010

health: kesehatan

Pernahkah anda dan keluarga merasakan gatal bersamaan dimalam hari? Atau gatal-gatal di
ketiak, sekitar puting susu, sekitar pusar, di alat kelamin, di bokong, di pergelangan tangan,
telapak tangan dan kaki, di siku, atau di sela-sela jari tangan?

Berhati hatilah mungkin keluarga anda adalah salah satu keluarga yang terjangkit
skabies.Tetapi untungnya penyakit ini tidak mengenai keluarga yang menerapkan pola hidup
bersih, dan tidak begitu bahaya seperti rabies walaupun namanya mirip tapi sangat jauh
berbeda.

Nah apa sebenarnya skabies itu? Mari kita baca sedikit celoteh tentang penyakit parasit ini,
yang saya ambil dari tugas-tugas dokter muda lengkap dengan sumbernyaJ

Apa sih skabies itu?

Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap
Sarcoptes scabei var, hominis dan produknya (DERBER 1971). Penyakit ini sangat mudah
sekali menular dan sangat gatal terutama pada malam hari. Faktor yang mempengaruhi ialah
hygiene yang kurang baik.¹ sering disebut: The itch, gudik, budukan, gatal agogo.¹

Apa benyebabnya dan bagaimana penularannya?

Sarcoptes scabei termasuk filum Arthropoda, kelas Arachnida, ordo Ackarima, super famili
Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabei var.hominis. Selain itu terdapat Sarcoptes
scabei yang lain, misalnya pada kambing dan babi.

Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan
bagian perutnya rata. Tungau ini translusen, berwarna putih kotor dan tidak bermata.
Ukurannya, yang betina berkisar antara 330-450 mikron x 250-350 mikron, sedangkan yang
jantan lebih kecil, yakni 200-240 mikron x 150-200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4
pasang kaki, 2 pasang kaki didepan sebagai alat untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua pada
betina berakhir pada rambut, sedangkan pada yang jantan pasangan kaki ketiga berakhir
dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat.

Siklus hidup tungau ini sebagai berikut. Setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi diatas
kulit, yang jantan akan mati, kadang- kadang masih dapat hidup beberapa hari dalam
terowongan yang digali oleh yang betina. Tungau betina yang sudah dibuahi menggali
terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari dan sambil
meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk betina
yanag dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telur akan menetas, biasanya dalam waktu 3-
5 hari, dan mempunyai larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam
terowongan, tetapi dapat juga keluar.Setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfa yang
mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasan kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai
dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8-12 hari.¹

Sarcoptes Scabiei var. hominis. 5

Setelah sekitar 1 minggu, telur menetas, dan anak Sarcoptes akan tumbuh menjadi dewasa.
Sarcoptes dewasa ini akan keluar dari lorong-lorong untuk mencari pasangannya (hal ini
biasanya terjadi pada malam hari). Oleh karena itu penderita scabies akan merasakan gatal-
gatal pada malam hari.³

Siklus tersebut akan terulang lagi. Lorong-lorong yang lama akan menyembuh, sedangkan
ditempat yang lain akan terbentuk lorong-lorong baru. Bekas lorong-lorong tersebut akan
meninggalkan kelainan gambaran sebagai berikut :

1. Hiperpigmentasi
2. Tidak berskuama

Kelainan kulit pada scabies. 5

Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau scabies, tetapi juga pada penderita
sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadi disebabakan oleh sensitisasi terhadap sekreta dan
eksreta tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu
kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika, dan lain-
lain. Dengan gaukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder.²

Bagaimana tanda-tanda dan gejala yang dirasakan?

Ada 4 tanda kardinal :

1. Proritus nokturna, artinya atal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas tungau ini
lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.
2. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam sebuah keluarga biasanya
seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah perkampungan yang
padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang tungau
tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang seluruh anggota keluarganya terkena.
Walaupun mengalami infestasi tungau, tetapi tidak memberikan gejala. Penderita ini bersifat
sebagai pembawa (carrier).

3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau
keabu-aban. Berbentuk garus lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada ujng
terowongan itu didapatkan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya
menjadi polimorf (pustule, ekskoriasi, dan lain-lain). Tempat predileksinya biasanya
merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu: sela-sela jari tangan,
pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola mammae
(wanita), umbilicus, bokong, genetalia eksterna (pria), dan perut bagian bawah. Pada bayi
dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki.

4. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat ditemukan satu atau lebih
stadium hidup tungau ini.

Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardinal tersebut.¹

Khas untuk skabies adalah rasa gatal yang amat sangat terutama pada malam hari. Hal ini
dikarenakan pada malam hari suasananya lebih hangat, sehingga larva aktif akan keluar dari
sarangnya.

Efflorosensinya berupa papula atau vesikel dimana puncaknya terdapat gambaan yang
sebenarnya merupakan lorong-lorong rumah sarcoptes yang biasanya disebut dengan istilah
burrowsatau kunikulus. Kunikulus ini pada pemeriksaan fisik kadang tidak terlihat (tidak
ditemukan) karena sudah hilang akibat garukan kronis. Jika terjadi infeksi sekunder,
kunikilus ini dapat menjadi pustula.

Apabila skabies mengenai gland penis seperti gambar diatas, maka akan terbentuk papula-
papula eritematus yang jelas. Papula ini mirip dengan papula pada sifilis, hanya bedanya
bahwa papula pada skabies tersebut terasa gatal sekali.

Jika skabies ini terjadi pada skrotum seperti gambar diatas pula, maka gambarannya akan
semakin jelas lagi. Hal ini dikarenakan stratum korneum scrotum lebik tipis. Sehingga papula
akan semakin jelas terlihat. Didaerah lain, stratum korneumnya biasanya lebih tebal, sehingga
papulanya akan lebih tidak terlihat.

Penularan skabies dapat terjadi secara :

1. Kontak langsung dengan penderitanya.


2. Secara tidak langsung, misalnya melalui pakaian, alat-alat tidur, dan lain-lain.

3. Sarcoptes Scabei sendiri senang berpindah-pindah tempat.

Sebagai catatan sewaktu terjadi penularan tersebut, orang yang ditulari tidak merasa gatal-
gatal.

Apabila seseorang pernah terkena skabies, maka pada penularan yang kedua telah terjadi
sensitisasi gejalanya akan berubah menjadi :

1. Nodul
2. Besar
3. Teraba keras

4. Khas pada daerah longgar atau lunak.

Gejala ini sering dikelirukan dengan urtika. 4

Skabies Norwegia (scabies berkrusta)

Bentuk scabies ini ditandai dengan dermatitis berkrusta pada tangan dan kaki, dan skuama
yang generalisata. Bentuk ini sangat menular, tetapi rasa gatalnya sangat sedikit. Tungau
dapat ditemukan dalam jumlah yang sangat besar. Penyakit ini terdapat pada penderita
dengan retardasi mental, kelemahan fisis, gangguan imunologik, dan psikosis.¹

Bagaimana cara memastikan itu benar-benar scabies?

Dengan adanya keluhan gatal terutama pada malam hari, kelaina kulit pada tempat predileksi,
dan adanya penyakit serupa pada angota keluarga yang serumah, sudah dapat diduga bahwa
penyakit tersebut adalah scabies. Terlebih-lebih jika ditemukannya terowongan.¹

Cara menemukan tungau :

1. Carilah mula-mula terowongan, kemudian pada ujung yang terlihat papul atau vesikel
dicongkel dengan jarum dan diletakkan diatas sebuah kaca obyek, lalu ditutup dengan kaca
penutup dan dilihat dengan mikroskop cahaya.
2. Dengan cara menyikat dengan sikat dan ditampung di atas selembar kertas putih dan dilihat
dengan kaca pembesar.

3. Dengan membuat biopsy irisan. Caranya: lesi dijepit dengan 2 jari kemudian dibuat irisan
tipis dengan pisau dan diperiksa denga mikroskop cahaya.

4. Dengan biopsy eksisional dan diperiksa dengan pewarnaan H.E.

Ada beberapa penyakit yang menyerupai scabies

Adanya pendapat yang mengatakan penyakit scabies ini merupakan the great imitator karena
dapat menyerupai banyak penyakit kulit dengan keluhan gatal. Sebagai diagnosis banding
ialah : prurigo, pedikulosis korporis, dermatitis, dan lain-lain.¹

Bagaimana mengobatinya?
Syarat obat yang ideal adalah :

1. Harus efektif terhadap semua stadium tungau.


2. Harus tidak menimbulkan iritasi dan tidak toksik.

3. Tidak berbau atau kotor serta tidak merusak atau mewarnai pakaian.

4. Mudah diperoleh dan harganya murah.

Cara pengobatannya ialah seluruh anggota keluarga harus diobati (termasuk pendrita yang
hiposensitisasi).¹

Jenis obat topikal :

1. Belerang endap (sulfur presipitatum) dengan kadar 4-20% dalam bentuk salep atau krim.
Preparat ini karena tidak efektif terhadap stadium telur, maka penggunaanya tidak boleh
kurang dari 3 hari. Kekurangannya yang lain ialah berbau dan mengotori pakaian dan kadang-
kadang menimbulkan iritasi. Dapat dipakai pada bayi berumur kurang dari 2 tahun.
2. Emulsi benzyl-benzoas (20-25%), efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam
selama tiga hari. Obat ini sulit diperoleh, sering memberi iritasi, dan kadang-kadang makin
gatal setelah dipakai.

3. Gama Benzena Heksa Klorida (gameksan = gammexane) kadarnya 1% dalam krim atau losio,
termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua stadium, mudah digunakan, dan jarang
memberi iritasi. Obat ini tidak dianjurkan pada anak dibawah enam tahun dan wanita hamil,
karena toksis terhadap susunan saraf pusat. Pemberiannya cukup sekali, kecuali jika masih
ada gejala diulangi seminggu kemudian.

4. Krotamiton 10% dalam krim atau losio juga merupakan obat pilihan, mempunyai dua efek
sebagai antiskabies dan antigatal ; harus dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra.

5. Permetrin dengan kadar 5% dalam krim, kurang toksik jika dibandingkan gameksan,
efektifitasnya sama, aplikasi hanya sekali dan dihapus setelah 10 jam. Bila belum sembuh
diulangi selama seminggu. Tidak dianjurkan pada bayi dibawah umur 2 bulan.

Bila disertai infeksi sekunder dapat diberikan antibiotika. Untuk rasa gatal dapat diberikan
antihistamin per oral. Perlu diperhatikan jika diantara anggota keluarga ada yang menderita
skabies juga harus diobati.¹

Karena sifatnya yang sangat mudah menular, maka apabila ada salah satu anggota keluarga
terkena scabies, sebaiknya seluruh anggota keluarga tersebut juga harus menerima
pengobatan. Pakaian, alat-alat tidur, dan lain-lain hendaknya dicuci dengan air panas.³

Cara pemberantasannya adalah :

1. Penyuluhan tenang penyakit scabies.


2. Pendidikan kesehatan pada masyarakat.

3. Peningkatan kebersihan

4. Pengobatan masal untuk penduduk.

Bisakah disembuhkan?
Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat, serta syarat pengobatan dan
menghilangkan faktor predisposisi (antara lain hygiene yang buruk), maka penyakit ini dapat
diberantas dan memberi prognosis yang baik.¹

DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda Adhi . Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed. 3. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta : 2002.
2. Bag./SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin.Atlas Penyakit Kulit dan Kelamin. FK. Unair/RSU
Dr. Soetomo. Surabaya : 2007.

3. Lab/SMF. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Pedoman Diagnosis dan Terapi Penyakit Kulit dan
Kelamin. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/RSUP Sanglah. Denpasar : 2000.

4. 4. Sularsito Sri Adi , Soebaryo Retno Widowati, Kuswadji . Dermatologi Praktis . Ed. 1.
PERDOSKI. 1989.

5. Wiederkehr, M., Schwart, R. A. 2006. Scabies. Available at:


http://www.emedicine.com/DERM/topic471.htm. Accessed: June 28, 2007.

Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap
Sarcoptes scabiei varian hominis dan produknya. Beberapa sinonim penyakit ini yaitu: Kudis,
The Itch, Gudig, Budukan, Gatal Agogo.

Epidemiologi

Skabies merupakan penyakit epidemik pada banyak masyarakat. Ada dugaan bahwa setiap
siklus 30 tahun terjadi epidemik scabies. Penyakit ini banyak dijumpai pada anak dan orang
dewasa muda, tetapi dapat juga mengenai semua umur. Insidensi sama pada pria dan wanita.

Insidensi skabies di negara berkembang menunjukan siklus fluktasi yang sampai saat ini
belum dapat dijelaskan. Interval antara akhir dari suatu epidemic dan permulaan epidemik
berikutnya kurang lebih 10-15 tahun. Beberapa factor yang dapat membantu penyebarannya
adalah kemiskinan, hygiene yang jelek, seksual promiskuitas, diagnosis yang salah,
demografi, ekologi dan derajat sensitasi individual. Insidensinya di Indonesia masih cukup
tinggi, terendah di Sulawesi Utara dan tertinggi di Jawa Barat.

Etiologi

Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthopoda, kelas Arachnida, ordo Ackarina, superfamili
Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var. hominis, sedangkan varietas pada
mamalia lain dapat menginfestasi manusia, tetapi tidak dapat hidup lama.

Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan
bagian perutnya rata. Tungau ini transient, berwarna putih kotor, dan tidak bermata. Tungau
betina panjangnya 300-450 mikron, sedangkan tungau jantan lebih kecil, kurang lebih
setengahnya yakni 200 – 240 mikron x 150 – 200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4
pasang kaki dan bergerak dengan kecepatan 2,5 cm permenit di permukaan kulit.
Sarcoptes scabiei betina setelah dibuahi mencari lokasi yang tepat di permukaan kulit untuk
kemudian membentuk terowongan, dengan kecepatan 0,5 mm – 5 mm per hari. Terowongan
pada kulit dapat sampai ke perbatasan stratum korneum dan stratum granulosum. Di dalam
terowongan ini tungau betina akan tinggal selama hidupnya yaitu kurang lebih 30 hari dan
bertelur sebanyak 2-3 butir telur sehari.

Telur akan menetas setelah 3-4 hari menjadi larva yang akan keluar ke permukaan kulit untuk
kemudian masuk kulit lagi dengan menggali terowongan biasanya sekitar folikel rambut
untuk melindungi dirinya dan mendapat makanan. Setelah beberapa hari, menjadi bentuk
dewasa melalui bentuk nimfa. Waktu yang diperlukan dari telur hingga bentuk dewasa sekitar
10-14 hari. Tungau jantan mempunyai masa hidup yang lebih pendek dari pada tungau betina,
dan mempunyai peran yang kecil pada patogenesis penyakit. Biasanya hanya hidup
dipermukaan kulit dan akan mati setelah membuahi tungau betina.

Sarcoptes scabiei betina dapat hidup diluar pada suhu kamar selama lebih kurang 7 – 14 hari.
Yang diserang adalah bagian kulit yang tipis dan lembab, contohnya lipatan kulit pada orang
dewasa. Pada bayi, karena seluruh kulitnya masih tipis, maka seluruh badan dapat terserang.

Patogenesis

Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga oleh penderita
sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman atau bergandengan sehingga terjadi kontak
kulit yang kuat, menyebabkan kulit timbul pada pergelangan tangan. Gatal yang terjadi
disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekret dan ekskret tungau yang memerlukan waktu kira-
kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan
ditemukannya papul, vesikel, urtika dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi,
ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder. Kelainan kulit dan gatal yang terjadi dapat lebih luas
dari lokasi tungau.

Cara Penularan

Penyakit skabies dapat ditularkan melalui kontak langsung maupun kontak tak langsung.
Skabies ditularkan oleh kutu betina yang telah dibuahi, melalui kontak fisik yang erat
penularan melalui pakaian dalam, tempat tidur, handuk, setelah itu kutu betina akan menggali
lobang kedalam epidermis kemudian membentu terowongan didalam stratum korneum. Dua
hari setelah fertilisasi, skabies betina mulai mengeluarkan telur yang kemudian berkembang
melalui stadium larva, nimpa dan kemungkinan menjadi kutu dewasa dalam 10-14 hari.

Lama hidup kutu betina kira-kira 30 hari, kemudian kutu mati di ujung terowongan.
Terowongan lebih banyak terdapat didaerah yang berkulit tipis dan tidak banyak mengandung
folikel pilosebasea.

Penyakit ini sangat mudah menular, karena itu bila salah satu anggota keluarga terkena, maka
biasanya anggota keluarga lain akan ikut tertular juga.

Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kebersihan perseorangan dan lingkungan. Apabila
tingkat kesadaran yang dimiliki oleh banyak kalangan masyarakat masih cukup rendah,
derajat keterlibatan penduduk dalam melayani kebutuhan akan kesehatan yang masih kurang,
kurangnya pemantauan kesehatan oleh pemerintah, faktor lingkungan terutama masalah
penyediaan air bersih, serta kegagalan pelaksanaan program kesehatan yang masih sering kita
jumpai, akan menambah panjang permasalahan kesehatan lingkungan yang telah ada.

Faktor Predisposisi

Kebersihan lingkungan sangat penting pada penularan penyakit ini. Scabies pada umumnya
terdapat pada komunitas yang berpenghasilan rendah (low income communities) yang kurang
memperhatikan kebersihan diri (personal hygiene). Skabies juga dapat terjangkit pada mereka
yang tinggal berdesakan seperti pengungsi, anggota tentara pada saat perang, asrama, panti,
sekolah, dll.

Gejala Klinis
Terdapat empat tanda kardinal skabies:

1. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas
tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.
2. Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok, misalnya dalam sebuah
keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah
perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan
akan diserang oleh tungau tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang seluruh
anggota keluarganya terkena, walaupun mengalami infestasi tungau, tetapi tidak
memberikan gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa (carrier).
3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih
atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada
ujung terowongan ini ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam
kulitnya menjadi polimorf (pustule, ekskoriasi dan lain-lain). Tempat predileksinya
biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu sela-sela jari
tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan,
areola mammae (wanita), umbilicus, bokong, genitalia eksterna (pria) dan perut
bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki.
4. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat ditemukan satu
atau lebih stadium hidup tungau ini.

Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda kardinal tersebut.

Klasifikasi Skabies

Terdapat beberapa bentuk skabies apitik yang jarang ditemukan dan sulit dikenal, sehingga
dapat menimbulkan kesalahan diagnosis. Beberapa bentuk tersebut antara lain:

1. Skabies pada Orang Bersih


Terdapat pada orang yang tingkat kebersihannya cukup. Biasanya sangat sukar ditemukan
terowongan. Kutu biasanya hilang akibat mandi secara teratur. Bentuk ini ditandai dengan
lesi berupa papul dan terowongan yang sedikit jumlahnya sehingga sangat sukar ditemukan.

2. Skabies Inkognito
Obat steroid topikal atau sistemik dapat menyamarkan gejala dan tanda scabies, sementara
infestasi tetap ada. Sebaliknya pengobatan dengan steroid topical yang lama dapat pula
menyebabkan lesi bertambah hebat. Hal ini disebabkan mungkin oleh karena penurunan
respon imum seluler.

3. Skabies Nodular
Pada bentuk ini lesi berupa nodus coklat kemerahan yang agtal. Nodus biasanya terdapat di
daerah tertutup, terutama pada genitalia laki-laki, inguinal dan aksila. Nodus ini timbul
sebagai reaksi hipersensetivitas terhadap tungau scabies. Pada nodus yang berumur lebih dari
satu bulan tungau jarang ditemukan. Nodus mungkin dapat menetap selama beberapa bulan
sampai satu tahun meskipun telah diberi pengobatan anti skabies dan kortikosteroid.

4. Skabies yang ditularkan melalui hewan


Di Amerika, sumber utama skabies adalah anjing. Kelainan ini berbeda dengan skabies
manusia yaitu tidak terdapat terowongan, tidak menyerang sela jari dan genitalia eksterna.
Lesi biasanya terdapat pada daerah dimana orang sering kontak/memeluk binatang
kesayangannya yaitu paha, perut, dada dan lengan. Masa inkubasi lebih pendek dan transmisi
lebih mudah. Kelainan ini bersifat sementara (4 – 8 minggu) dan dapat sembuh sendiri karena
Sarcoptes scabiei pada binatang tidak dapat melanjutkan siklus hidupnya pada manusia.

5. Skabies Norwegia
Skabies Norwegia atau skabies krustosa ditandai oleh lesi yang luas dengan krusta, skuama
generalisata dan hyperkeratosis yang tebal. Tempat predileksi biasanya kulit kepala yang
berambut, telinga bokong, siku, lutut, telapak tangan dan kaki yang dapat disertai distrofi
kuku.
Berbeda dengan skabies biasa, rasa gatal pada penderita skabies Norwegia tidak menonjol
tetapi bentuk ini sangat menular karena jumlah tungau yang menginfestasi sangat banyak
(ribuan). Skabies Norwegia terjadi akibat defisiensi imunologik sehingga sistem imun tubuh
gagal membatasi proliferasi tungau dapat berkembangbiak dengan mudah.

6. Skabies pada bayi dan anak


Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala, leher, telapak
tangan, telapak kaki dan sering terjadi infeksi sekunder berupa impetigo, ektima sehingga
terowongan jarang ditemukan. Pada bayi, lesi di muka.

7. Skabies terbaring ditempat tidur (bed ridden).


Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus tinggal ditempat tidur dapat
menderita skabies yang lesinya terbatas.

8. Skabies yang disertai penyakit menular seksual yang lain


Skabies sering dijumpai bersama penyakit menular seksual yang lain seperti gonore, sifilis,
pedikulosis pubis, herpes genitalis dan lainnya.

Komplikasi

Bila skabies tidak diobati selama beberapa minggu atau bulan, dapat timbul dermatitis akibat
garukan. Erupsi dapat berbentuk impetigo, ektima, sellulitis, limfangitis, dan furunkel. Infeksi
bakteri pada bayi dan anak kecil yang diserang scabies dapat menimbulkan komplikasi pada
ginjal. Dermatitis iritan dapat timbul karena penggunaan preparat anti skabies yang
berlebihan, baik pada terapi awal ataupun pemakaian yang terlalu sering.

Pencegahan
Pencegahan skabies dapat dilakukan dengan berbagai cara:
 Mencuci bersih, bahkan sebagian ahli menganjurkan dengan cara direbus, handuk,
seprai maupun baju penderita skabies, kemudian menjemurnya hingga kering.
 Menghindari pemakaian baju, handuk, seprai secara bersama-sama.
 Mengobati seluruh anggota keluarga, atau masyarakat yang terinfeksi untuk
memutuskan rantai penularan.

Skabies

nama lain dari penyakit ini adalah The itch, gudik, budukan, gatal agogo, kada asoi.
skabies merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh investasi dan sensitisasi oleh
Sarcoptes scabiei var. hominis.
ada dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun terjadi epidemi skabies. beberapa faktor yang
menunjang penyakit ini a.l:
1. sosial ekonomi rendah
skabies banyak ditemukan pada masyarakat menengah ke bawah
2. higiene yang buruk
3. hubungan seksual yang sifatnya promiskuitas
penyakit ini juga dapat dimasukkan kedalam golongan PHS ( penyakit Hubungan seksual)

cara penularan
a. kontak langsung yaitu kontak antara kulit dengan kulit misalnya berjabat tangan, tidur
bersama dan hubungan seksual.
b. kontak tak langsung yaitu melalui benda seperti sprei, handuk, bantal , dll.
penularannya biasanya disebabkan oleh yang betina yang sudah dibuahi.

gejala klinis
- pruritus nokturna yaitu gatal pada malam hari, ini disebabkan karena aktivitas tungau lebih
tinggi pada cuaca dan suhu yang lembab
- penyakit ini biasanya menyerang manusia secara berkelompok, misalnya asrama, atau satu
keluarga.
- Kuniklus yaitu ditemukannya terowongan pada tempat2 predileksi yang berwarna putih
keabu abuan. berbentuk garis sepanjang sekitar 1 cm
- ditemukan tungau
diagnosis dapat ditegakkan jika ditemkan 2 dari 4 gejala klinis.
penyakit ini bisa kita diagnosis banding dengan prurigo, pedikulosis korporis, dermatitis.

pengobatan untuk skabies ;


syarat obat yang dipakai yaitu
* harus efektif terhadap semua stadium tungau
* tidak menimbulkan iritasi dan tidak bersifat toksik
* tidak berbau dan kotor
* mudah diperoleh dan murah
semua anggota keluarga harus diobati agar terputus rantai penularannya.
jenis obat topikal
1. belerang endap ( sulfur presipitatum)
pemakainnya tidak boleh kurang dari 3 hari karena obat ini tidak efektif terhadap semua
stadium. kekrangnya juga obat ini berbau. namun bisa dipakai untk anak kuarng dari 2 tahun.
2. emulsi benzil benzoas (20-25%)
obat ini efektif terhadap semua stadium, diberikan tiap malam selama 3 hari, akan tetapi obat
ini sulit diperoleh.
3. Gama Benzena Heksa klorida ( Gameksan)
merupakan obat pilihan untuk sakbies karena efektif untuk semua stadium dan tidak berbau.
obat ini tidak dianjurkan pada anak di bawah 6 tahun dan wanita hamil karena toksis terhadap
susunan saraf pusat. pemberiannya cukup sekali kecuali masih ada gejala diulangi seminggu
kemudian.
4. Krotamiton 10%
memiliki efek sebagai antiskabies dan antipruritus. obat ini hindari terkena mata, mult dan
uretra.
5. Permetrin 5%
pemakainnya hanya sekali dan dihapus setelah 10 jam pemakaian. bila belum sembuh
diulangi lagi seminggu kemudian. tidak dianjurkan pada bayi dibawah 2 bulan.

Definisi Skabies
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestisasi dan sensitisasi terhadap
sarcoptes scabiei varian hominis dan produknya. Sinnim dari penyakit ini adalah kudis, the
itch, gudig, budukan, dan gatal agogo. Penyakit scabies ini merupakan penyakit menular oleh
kutu tuma gatal sarcoptes scabei tersebut, kutu tersebut memasuki kulit stratum korneum,
membentuk kanalikuli atau terowongan lurus atau berkelok sepanjang 0,6 sampai 1,2
centimeter. Akibatnya, penyakit ini menimbulkan rasa gatal yang panas dan edema yang
disebabkan oleh garukan. Kutu betina dan jantan berbeda. Kutu betina panjangnya 0,3 sampai
0,4 milimeter dengan empat pasang kaki, dua pasang di depan dengan ujung alat penghisap
dan sisanya di belakang berupa alat tajam. Sedangkan, untuk kutu jantan, memiliki ukuran
setengah dari betinanya. Dia akan mati setelah kawin. Bila kutu itu membuat terowongan
dalam kulit, tak pernah membuat jalur yang bercabang.

Di dalam terowongan ini, kutu bersarang dan mengeluarkan telurnya. Dalam waktu tujuh
sampai 14 hari, telur menetas dan membentuk larva yang dapat berubah menjadi nimfa,
selanjutnya terbentuk parasit dewasa. Hal yang paling disukai kutu betina adalah bagian kulit
yang tipis dan lembab, yaitu daerah sekitar sela jari longlegs dan tangan, siku, pergelangan
tangan, bahu, dan daerah kemaluan. Pada bayi yang memiliki kulit serba tipis, telapak tangan,
kaki, muka, dan kulit kepala sering diserang kutu tersebut.

Faktor penunjang penyakit ini antara lain social ekonomi rendah, hygiene buruk, sering
berganti pasangan seksual, kesalahan diagnosis, dan perkembangan demografis serta
ekologik. Penularan penyakit skabies inidapat terjadi scara langsung maupun tidak langsung,
karenanya tak heran jika penyakit gudik (skabies) dapat dijumpai di sebuah keluarga, di kelas
sekolah, di asrama, di pesantren. Adapun cara penularannya adalah sebagai berikut :
- Kontak langsung (kulit dengan kulit), misalnya berjabat tangan, tidur bersama, dan
hubungan seksual.
- Kontak tak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal, dll.
Penularan biasanya oleh sarcoptes betina yang telah dibuahi atau dalam bentuk larva. Dikenal
juga dengan Sarcoptes scabei varian animals yang kadang- kadang dapat menulari manusia,
terutama pada orang yang memelihara hewan seperti anjing.
Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kebersihan perseorangan dan lingkungan, atau
apabila banyak orang yang tinggal secara bersama-sama disatu tempat yang relative sempit.
Apabila tingkat kesadaran yang dimiliki oleh banyak kalangan masyarakat masih cukup
rendah, derajat keterlibatan penduduk dalam melayani kebutuhan akan kesehatan yang masih
kurang, kurangnya pemantauan kesehatan oleh pemerintah, faktor lingkungan terutama
masalah penyediaan air bersih, serta kegagalan pelaksanaan program kesehatan yang masih
sering kita jumpai, akan menambah panjang permasalahan kesehatan lingkungan yang telah
ada. Penularan scabies terjadi ketika orang-orang tidur bersama di satu tempat tidur yang
sama di lingkungan rumah tangga, sekolah-sekolah yang menyediakan fasilitas asrama dan
pemondokan, serta fasiltas-fasilitas kesehatan yang dipakai oleh masyarakat luas. Di Jerman
terjadi peningkatan insidensi, sebagai akibat kontak langsung maupun tak langsung seperti
tidur bersama. Faktor lainnya fasilitas umum yang dipakai secara bersama-sama di
lingkungan padat penduduk. Dibeberapa sekolah didapatkan kasus pruritus selama beberapa
bulan yang sebagian dari mereka telah mendapatkan pengobatan skabisid.
Pengklasifikasian dari skabes ini terbagi atas :
- Scabies pada orang bersih, yaitu ditandai dengan lesi berupa papul dn terowongan yang
sedikit jumlahnya sehingga jarang dijumpai.
- Scabies nodular, yaitu lesi berupa nodus coklat kemerahan yang gatal. Nodus biasanya
terdapat didaerah tertutup, terutama pada genetala laki-laki. Nodus ini timbul sebagai reaksi
hipersensitivitas terhadap tungau scabies.
- Scabies yang ditularkan melalui hewan,yaitu sumber utamanya adalah anjing, kelainan ini
berbeda dengan scabies manusia karena tidak terdapat terowongan, tidak menyeang sela jari
dan genetalia eksterna. Lesi biasanya terdapat pada daerah dimana orang sering kontak
dengan binatang kesayangannya. Kelainan ini hanya bersifat sementara karena kutu binatang
tidak dapat melanutkan siklus hidupnya pada manusia.
- Scabies pada bayi dan anak, yaitu lesi scabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh,
termasuk seluruh kepala, leher, telapak tangan dan kaki, dan sering trjadi infeksi sekunder
impetigo sehingga terowomgan jarang ditemukan.
- Scabies terbaring ditempat tidur, yaitu kelainan yang sering menyerang pada penderita
penyakit kronis dan pada orang yang lanut usia yang terpaksa harus tinggal ditempat tidur
terus. Sehingga orang itu dapat menderita scabies dengan lesi yang terbatas.
- Scabies Norwegia atau scabies krustosa, ini ditandai oleh lesi yang luas dengan
krusta,skuama generaisata dan hyperkeratosis yang tebal. Tempat predleksi biasanya kulit
kepala yang berambut, telinga, bokong,siku, lutut, telapak tangan dan longlegs yang disertai
distrofi kuku, namun rasa gatal tidak terlalu menonjl tetapi sangat menular karena jumlah
tungau yang menginfeksi sangat banyak (ribuan).

B. Etiologi Skabies
Scabies dapat disebabkan oleh kutu atau kuman sercoptes scabei varian hominis. Sarcoptes
scabieiini termasuk filum Arthopoda, kelas Arachnida, ordo Ackarina, superfamili Sarcoptes.
Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var. hominis. Kecuali itu terdapat S. scabiei yang
lainnya pada kambing dan babi. Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval,
punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini transient, berwarna putih kotor,
dan tidak bermata. Ukurannya yang betina berkisar antara 330-450 mikron x 250-350 mikron,
sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni 200-240 mikron x 150-200 mikron. Bentuk dewasa
mempunyai 4 pasang kaki, 2pasang longlegs di depan sebagai alat alat untuk melekat dan
2pasang longlegs kedua pada betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada yang jantan
pasangan longlegs ketiga berakhir dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat.
Siklus hidup tungau ini sebagai berikut. Setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi di atas
kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup dalam terowongan yang
digali oleh yang betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali terowongan dalam
stratum korneum, dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari dan sambil meletakkan telurnya 2
atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk betina yang telah dibuahi ini
dapat hidup sebulan lamanya. Telurnya akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan
menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan,
tetapi dapat juga keluar. Setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2
bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur
sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8-12 hari. Telur menetas menjadi larva
dalam waktu 3-4 hari, kemudian larva meninggalkan terowongan dan masuk ke dalam folikel
rambut. Selanjutnya larva berubah menjadi nimfa yang akan menjadi parasit dewasa. Tungau
betina akan mati setelah meninggalkan telur, sedangkan tungau jantan mati setelah kopulasi.
Sarcoptes scabiei betina dapat hidup diluar pada suhu kamar selama lebih kurang 7-14
hari.Yang diserang adalah bagian kulit yang tipis dan lembab, contohnya lipatan kulit pada
orang dewasa. Pada bayi, karena seluruh kulitnya masih tipis, maka seluruh badan dapat
terserang penyakit skabies ini.

C. Manifestasi klinis
Diagnosis dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardinal berikut :
- Pruritus nktuma (gatal pada malam hari) karena aktivitas tungau lebih tinggi pada suhu yang
lembab dan panas.
- Umumnya ditemukan pada sekelompok manusia, misalnya mengenai seliruhanggota
eluarga.
- Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau
keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1cm, pada uung menjadi
pimorfi (pustu, ekskoriosi). Tempat predileksi biasanya daerah dengan stratum komeum tpis,
yaitu sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak
bagian depan, aerola mammae dan lipat glutea, umbilicus, bokong, genitalia eksterna, dan
perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang bagian telapak tangan dan telapak longlegs
bahkan seluruh permukaan ulit. Pada remaja dan orang dewasa dapat timbul pada kulit kepala
dan wajah.
- Menemukan tungau merupakan hal yang paling diagnostk. Dapat ditemikan satu atau lebih
stadium hidup tungau ini.
Pada pasien yang selalu menjaga hgiene, lesi yang timbul hanya sedikit sehingga diagnosis
kadang kala sulit ditegakkan. Jia penyakit berlangsung lama, dapat tmbul likenifikasi,
impetigo, dan furunkulsis.

D. Patofisiologi Skabies
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya dari tungau scabies, akan tetapi juga oleh
penderita sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman atau bergandengan sehingga terjadi
kontak kulit yang kuat,menyebabkan lesi timbul pada pergelangan tangan. Gatal yang terjadi
disebabkan leh sensitisasi terhadap secret dan ekskret tungau yang memerlukan waktu kira-
kira sebulan setelah infestasi. Pada saat it kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan
ditemuannya papul, vesikel, dan urtika. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi,
krusta, dan infeksi sekunder. Kelainan kulit dan gatal yang terjadi dapat lebih luas dari lokasi
tungau.

E. Pemeriksaan penunjang
Cara menemukan tungau :
- Carilah mula-mula terowongan, kemudian pada ujung dapat terlihat papul atau vesiel.
Congkel dengan jarum dan letakkan diatas kaca obyek, lalu tutup dengan aca penutup dan
lhat dengan mikroskop cahaya.
- Dengan cara menyikat dengan siat dan ditampung diatas selembar kertas putih dan dilihat
dengan kaca pembesar.
- Dengan membuat bipsi irisan, caranya ; jepit lesidengan 2 jari kemudian buat irisa tipis
dengan pisau dan periksa dengan miroskop cahaya.
- Dengan biopsy eksisional dan diperiska dengan pewarnaan HE.

F. Penatalaksanaan
Syarat obat yang saint adalah efektif terhadap semua stadium tungau, tidak menimbulkan
iritasi dan toksik, tidak berbau atau kotor, tidak merusak atau mewarnai pakaian, mudah
diperoleh dan harganya murah.
Jenis obat topical :
- Belerang endap (sulfur presipitatum) 4-20% dalam bentuk salep atau krim. Pada bayi dan
orang dewasa sulfur presipitatum 5% dalam minyak sangat aman dan efektif. Kekurangannya
adalah pemakaian tidak boleh kurang dari 3 hari karena tidak efektif terhadap stadium telur,
berbau, mengotori pakaian dan dapat menimbulkan iritasi.
- Emulsi benzyl-benzoat 20-25% efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam
selama 3 kali. Obat ini sulit diperoleh, sering memberi iritasi, dan kadang-kadang makin gatal
setelah dipakai.
- Gama benzena heksa klorida (gameksan) 1% daam bentuk krim atau losio, termasuk obat
pilihan arena efektif terhadap semua stadium, mudah digunakan, dan jarang memberi iritasi.
Obat ini tidak dianurkan pada anak dibawah umur 6 tahun dan wanta hamil karena toksi
terhadap susunan saraf pusat. Pemberiannya cup sekali dalam 8 jam. Jika masihada gejala,
diulangi seminggu kemudian.
- Krokamiton 10% dalamkrim atau losio mempunyaidua efek sebagai antiskabies dan
antigatal. Harus dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra. Krim( eurax) hanya efetif pada 50-
60% pasien. Digunakan selama 2 malam berturut-turut dan dbersihkan setelah 24 wad
pemakaian terakhir.
- Krim permetrin 5% merupakan obat yang paling efektif dan aman arena sangat mematikan
untuk parasit S.scabei dan memiliki toksisitas rendah pada manusia.
- Pemberian antibitika dapat digunakan jika ada infeksi sekunder, misalnya bernanah di area
yang terkena (sela-sela jari, alat kelamin) akibat garukan.

Scabies (Sarcoptes scabiei)


Scabies (kudis) adalah infeksi menular kulit dicirikan oleh munculnya terowongan
kecil/halus dan berbentuk zigzag atau huruf ‘S’ dan rasa gatal pada kulit. Hal ini disebabkan
oleh tungau/kutu Sarcoptes scabiei.

Gambaran bentuk kutu Scabies

Tanda-tanda dan Gejala


Karakteristik gejala infeksi scabies yaitu
lubang-lubang yang kecil dan membentuk
terowongan pada kulit, intens pruritus (gatal),
ruam yang umum dan infeksi sekunder.
Acropustulosis, atau lepuhan dan jerawat di
telapak tangan dan kaki, adalah karakteristik
gejala kudis di bayi.

Bentuk jalur seperti huruf ‘S’ di kulit, sangat


halus, khas gigitan serangga yang seperti bengkak-bintil. Bintil dan terowongan ini seringkali
berlokasi di crevasses (celah-celah yang dalam) dari tubuh, seperti antar jari, kaki, pantat,
siku-siku, daerah pinggang, daerah kelamin, dan di bawah dada perempuan.

Gatal dan ruam yang berulang merupakan karakteristik dari infeksi scabies, hal ini disebabkan
oleh reaksi alergi dari tubuh terhadap munculnya terowongan kecil (mikroskopis) yang dibuat
oleh scabies. Ruam dapat ditemukan lebih banyak pada tubuh, yang berkaitan dengan gatal
dan paling sering terjadi pada malam hari.

Infeksi Sekunder sering karena impetigo yaitu sejenis infeksi bakteri setelah timbulnya
goresan pada kulit. Selulit mungkin juga terjadi, menyebabkan pembengkakan lokal,
kemerahan dan sakit panas. Pada individu yang belum pernah terkena scabies, tanda-tanda
dan gejala klinis adalah 4-6 minggu setelah dihinggapi tungau ini.

Penularan
Scabies sangat menular dan dapat disebarkan melalui garukan atau memungut (secara tak
sengaja) kemudian tersimpan di bawah kuku tangan lalu menyentuh kulit orang lain. Mereka
juga dapat menyebar ke objek lainnya seperti keyboard, toilet, pakaian, handuk, selimut,
mebel, dan obyek lain yang bisa membuat scabies keluar dari tubuh seseorang. Namun,
parasit ini cenderung mati jika di luar tubuh manusia selama lebih dari 72 jam.

Scabies dapat selalu siap ditularkan kepada seluruh anggota suatu rumah tangga, melalui
kontak kulit-kulit atau suatu kontak obyek yang sama dengan orang yang terinfeksi (misalnya
tempat tidur mitra, teman sekolah, dan lain sebagainya). Dapat juga menyebar melalui
pakaian, selimut, atau handuk. Mencuci pakaian di air yang sangat panas dan dikeringkan
dengan panas yang tinggi akan membantu mencegah penularan. Jika pakaian tidak boleh
dicuci, maka dapat menggunakan penyemprotan permethrin.

Diagnosis dan pengobatan


Mohon menanyakan hal ini pada dokter.

Kesehatan Umum dan Strategi Pencegahan


Tidak ada vaksin yang tersedia untuk Scabies. Karena itu, sebagian besar fokus dan strategi
ditujukan untuk mencegah infeksi ulang. Semua keluarga dan teman kontak harus dirawat
pada saat yang sama, meskipun tidak bergejala. Pembersihan lingkungan hidup harus
dilaksanakan secara bersamaan, karena ada risiko Infeksi kembali. Oleh karena itu dianjurkan
untuk mencuci dengan air panas (seperti pakaian, selimut, dan handuk) yang telah
bersentuhan dengan kutu Scabies.

Membersihkan lingkungan harus mencakup:

 Perlakuan terhadap mebel dan selimut.


 Vacuuming lantai, dan karpet/permadani.
 Pembersihan dan pemberian disinfektan pada lantai kamar mandi dan permukaan.
 Pembersihan shower / bath tub setiap kali digunakan.

Tambahan: Pilihan untuk melawan rasa gatal yaitu pemberian antihistamines seperti
chlorpheniramine. Resep: Hydroxyzine (Atarax).

Kudis (Scabies) Kulit Pada Kelinci

Tungau ini mulai menyerang sekitar mata, pipi,


hidung, kepala, jari kaki kemudian meluas ke seluruh permukaan tubuh. Penyebabnya
Sarcoptes scabiei dan Notoedres cati juga kutu Haemodipsus ventricosus (SMITH dan
MANGKOEWIDJOJO, 1988; MANURUNG et al., 1986; ISKANDAR et al., 1989).

Pada infestasi S.scabiei dan N. cati memperlihatkan gejala: kelinci menggaruk-garuk terus
sehingga bulu muka, kepala, pangkal telinga, sekeliling mata dan kaki rontok. Pada infestasi
berat, kulit di sekeliling telinga dan hidung dapat berubah bentuk. Tungau ini cepat menyebar
ke seluruh koloni kelinci. S. scabiei dapat menginfestasi ke manusia karena bersifat zoonosis,
jika menyerang sudut mulut kelinci maka kelinci sulit makan sehingga menimbulkan
kematian. Penyakit ini menyerang kelinci di Lombok

(ANONIMOUS, 1993). Sedangkan ISKANDAR et al. (1989) melaporkan skabies di


Sumedang (Jawa Barat).
Diagnosis dan pemeriksaan laboratorik Dasar diagnosis kudis adalah gejala klinis seperti
gatal-gatal seperti yang diuraikan di atas. Cara diagnosa kudis pada gambaran gejala klinik
dalam prakteknya sulit ditetapkan karena berbagai penyakit kulit lainnya memberikan
gambaran klinis yang mirip dengan kudis (SUNGKAR, 1991).

Diagnosis infestasi kutu dibuat dengan identifikasi kutu pada kelinci. Tungau dapat
diidentifikasi dengan pemeriksaan mikroskopis dengan kerokan kulit kemudian diletakkan di
gelas obyek dan dijernihkan dengan larutan KOH 5−10%, kemudian ditutup dengan kaca
tutup, selanjutnya diperiksa di bawah mikroskop (ISKANDAR, 1982; ISKANDAR et al.,
1984; SMITH dan MANGKOEWIDJOJO, 1988).

Membuat tes tinta terowongan dengan cara menggosok papula yang terdapat pada kulit
menggunakan ujung pena yang mengandung tinta. Etelah papula tertutup oleh tinta dan
didiamkan selama 20−30 menit, tinta kemudian diusap/diharus dengan kapas yang dibasahi
alkohol. Tes ini dinyatakan positif bila tinta masuk ke dalam terowongan dan membentuk
gambaran khas berupa garis-garis zig-zag (HOEDOJO, 1989; ISKANDAR, 2000).

Pengobatan dan pengendalian kudis Peninggalan sejarah menunjukkan bahwa kudis dan cara
pengobatannya telah dikenal sejak kira-kira tiga ribu tahun yang lalu (RONCALL, 1987).
Penyakit kudis pada kelinci dapat disembuhkan dengan Neguvon 0,15% dan Asuntol 0,05–
0,2% (MANURUNG et al.,1986). Salep Asuntol 0,1% dapat menyembuhkan scabies pada
kelinci

(ISKANDAR et al., 1989). Kelinci yang kena infestasi tungau harus diasingkan dan diobati
campuran belerang dengan kapur 5 berbanding 3 atau Pirantel pamoat (Canex) dicampur
vaselin (SMITH dan MANGKOEWIDJOJO, 1988).

Bisa diobati Ivermectin dengan dosis 0,2 mg/kg berat badan diberikan sub kutan dengan
selang waktu 7 hari. Kudis pada liang telinga dibersihkan dengan H2O2 3%, keropeng-
keropeng dibuang, tetesi dengan tetes telinga yang dicampur antibiotik dan
fungisida(ISKANDAR et al., 1989).

Dalam melakukan pencegahan dan pengendalian penyakit kudis perlu diperhatikan pola
hidup, sanitasi, pemindahan kelinci, karantina, dan pengobatan. Pola dan kebiasaan hidup
yang kurang bersih dan kurang benar memungkinkan berlangsungnya siklus hidup tungau (S.
scabiei) dengan baik. Sanitasi termasuk kualitas penyediaan air yang kurang dan ternak yang
terlalu padat perlu dihindari (SARDJONO et al., 1997).
Pemindahan hewan dari satu tempat ke tempat lain perlu penanganan yang serius. Perlu
diperhatikan Surat Keputusan Menteri Pertanian no. 422/kpts/LB-720/6/1988 yaitu peraturan
karantina tentang penyakit kudis yang menyatakan bahwa penyakit kudis, skabies, mange dan
demodekosis termasuk penyakit golongan 2 nomor 51. Hewan yang peka adalah ruminansia,
kuda, babi, dan kelinci dengan masa inkubasi 14 hari, lama hewan di karantina 14–30 hari.
Setiap hewan tersangka skabies harus diisolasi dan diobati.

Jika ada hewan terkena skabies, sebelum memulai terapi sebaiknya peternak diberi penjelasan
yang lengkap mengenai penyakit dan cara pengobatannya, sehingga dapat meningkatkan
keberhasilan terapi. Mengingat masa inkubasi yang lama, maka semua ternak kelinci yang
berkontak dengan hewan penderita perlu diobati meskipun tidak ada gejala klinis atau hewan
penderita diisolasi.

Hewan penderita yang berada di tengah keluarga sulit untuk diisolasi. Pakaian yang dicurigai
harus dicuci dengan air panas atau disetrika, alat rumah tangga dan kandang juga harus
dibersihkan, meskipun tungau tidak lama bertahan hidup di luar kulit hewan maupun manusia
(HAGEN, 1982; HARTADI, 1988; SUNGKAR, 1991; SOEDARTO, 1994; ISKANDAR,
2000). Penyakit ini sering dikacaukan dengan Ringworms dan Pavus.
Skabies juga disebut penyakit budukan atau gatal agogo, merupakan penyakit
yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap tungau Sarcoptes
scabiei var hominis dan tinjanya (skibala) pada kulit manusia.

Morfologi
Sarcoptes scabiei adalah tungau yang termasuk famili Sarcoptidae,
ordo Acari kelas Arachnida. Badannya transparan, berbentuk oval,
pungggungnya cembung, perutnya rata, dan tidak bermata. Ukurannya,yang
betina antara 300-450 mikron x 250-350 mikron, sedangkan yang
jantan lebih kecil, antara 200-240 mikron x 150-200 mikron. Bentuk
dewasa tungau ini memiliki 4 pasang kaki, 2 pasang merupakan pasangan
kaki depan dan 2 pasang lainnya kaki belakang. Pasangan kaki yang
pertama berakhir sebagai tabung panjang masing-masing dengan sebuah
alat penghisap berbentuk bel dan dengan kuku. Kaki belakang berakhir
menjadi bulu keras yang panjang kecuali pasangan kaki ke-4 pada jantan yang
mempunyai alat penghisap. Pada permukaan sebelah dorsal terdapat garis-garis
yang berjalan transversal yang mempunyai duri, sisik, dan bulu keras. Bagian
mulutnya terdiri atas selisera yang bergigi, pdipalpi berbentuk kerucut yang
bersegmen tiga dan palp bibir yang menjadi satu dengan hipostoma.
Siklus hidup
Siklus hidup Sarcoptes scabiei dari telur hingga dewasa berlangsung selama
satu bulan. Sarcoptes scabei memiliki empat fase kehidupan yaitu telur, larva
nimfa dan dewasa.Berikut ini siklus hidup Sarcoptes scabiei :
1. Betina bertelur pada interval 2-3 hari setelah menembus kulit .
2.Telur berbentuk oval dengan panjang 0,1-0,15 mm
3.Masa inkubasi selama 3-8 hari. Setelah telur menetas, terbentuk larva yang
kemudian bermigrasi ke stratum korneum untuk membuat lubang molting
pouches. Stadium larva memiliki 3 pasang kaki.,
4. Stadium larva terjadi selama 2-3 hari. Setelah stadium larva berakhir,
terbentuklah nimfa yang memiliki 4 pasang kaki..
5. Bentuk ini berubah menjadi nimfa yang lebih besar sebelum berubah menjadi
dewasa. Larva dan nimfa banyak ditemukan di molting pouches atau di folikel
rambut dan bentuknya seperti tungau dewasa tapi ukurannya lebih kecil.
Perkawinan terjadi antara tungau jantan dengan tungau betina dewasa.
6. Tungau betina memperluas molting pouches untuk menyimpan telurnya.
Tungau betina mempenetrasi kulit dan menghabiskan waktu sekitar 2 bulan di
lubang pada permukaan.
Patogenitas
Daerah predileksi adalah sela-sela jari-jari tangan bagian fleksor pergelangan
tangan , dan lenagn depan, siku, ketiak, punggung, daerah inguinal, dan alat
kelamin. Lukanya tampak sebagai garis kecil yang agak kemerah-merahan pada
kulit. Pembengkakan vesikuler kecil, mungkin timbul karena peletakkan tinja
yang memberikan irirtas atau ekskresi yang dibentuk di bawah terowongan yang
berwarna putih atau abu-abu tidak jauh dari tungaunya. Perasaan gatal yang
ditimbulkan oleh panas dan keringat menyebabkan penderita menggaruk-garuk
yang menyebabkan penyebaran infestasi, merangsang luka, dan menimbulkan
infeksi bakteri yang sekunder. Akibatnya, lesi yang berbentuk papel, vesikel dan
pustel yang multipel timbul kemudian terbentuk kerak kudis yang berwarna
coklat keabuan yang berbau anyir.. Mula-mula manifestasi klinik mungkin
ringan tetapi setelah beberapa minggu kulit mengalami sensitisasi yang
mengakibatkan suatu erupsi yang gatal tersebar luas dan berupa eritem.
Diagnosis penyakit ni diantaranya yaitu ;
1.Pruritus nokturna, atau rasa gatal di malam hari, yang disebabkan aktivitas
tungau yang lebih tinggi dalam suhu lembab.
2.Adanya terowongan-terowongan di bawah lapisan kulit (kanalikuli), yang
berbentuk lurus atau berkelok-kelok. Jika terjadi infeksi sekunder oleh bakteri,
maka akan timbul gambaran pustul (bisul kecil pen). Kanalikuli ini berada
pada daerah lipatan kulit yang tipis, seperti sela-sela jari tangan, daerah sekitar
kemaluan (pada anak-anak), siku bagian luar, kulit sekitar payudara, bokong
dan perut bagian bawah.
3. Menemukan tungau pada pemeriksaan kerokan kulit secara mikroskopis,
merupakan diagnosa pasti penyakitini. Daerah itu biasanya menjadi kemerah-
merahan. Kerokan yang baik bila dilakukan agak dalam akan membuat kulit
sedikit mengeluarkan darah karena di sanalah bermukim betina-betina yang
gravid dan banyak telur yang telah dikeluarkan tungau betina. Untuk
melarutkan kerak kudis digunakan larutan KOH 10 persen.
Pengobatan
Pengobatan penyakit ini menggunakan obat-obatan berbentuk krim atau
salep yang dioleskan pada bagian kulit yang terinfeksi. Banyak sekali obat-
obatan yang
tersedia di pasaran. Namun, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh obat
anti-skabies, antara lain yaitu; tidak berbau, efketif terhadap semua stadium
tungau (telur, larva, maupun tungau dewasa), tidak menimbulkan iritasi kulit,
juga mudah diperoleh serta murah harganya. Obat-obatan yang dapat digunakan
antara lain:
1.Salep 2-4, biasanya dalam bentuk salep atau krim. Kekurangannya, obat ini
menimbulkan bau tak sedap (belerang), mengotori pakaian, tidak efektif
membunuh
stadium telur, dan penggunaannya harus lebih dari 3 hari berturut-turut.
2.Emulsi benzil-benzoas 20-25%, efektif terhadap semua stadium tungau,
diberikan setiap malam selama 3 hari bertutut-turut. Kekurangannya, dapat
menimbulkan iritasi kulit.
3.Gamexan 1%, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua stadium
tungau, mudah digunakan, serta jarang menimbulkan iritasi kulit. Namun obat
ini tidak dianjurkan bagi wanita hamil, maupun anak dibawah usia 6 tahun,
karena bersifat toksik terhadap susunan saraf pusat. Pemakaiannya cukup satu
kali.
4.Krotamiton 10%, termasuk obat pilihan, karena selain memiliki efek anti-
skabies, juga bersifat anti gatal.
5. Permetrin HCl 5%, efektifitasnya seperti Gamexan, namun tidak terlalu
toksik. Penggunaannya cukup sekali, namun harganya relatif mahal.
6. Kwell, suatu salep terdiri atas Lindane 1% (heksaklorosikloheksan). Setelah
mandi dengan air panas dan sabun, salep dapat dipergunakan.
7. Preparat sulfur presipitatum 5-10 % efektif untuk stadium larva, nimfa dan
dewasa, tetapi tidak efektif untuk membunuh telur. Karena itu, pengobatan
minimal selama 3 hari agar larva yang menetas dari telurnya dapat mati oleh
obat tersebut.
8. Gama Benzen heksaklorida merupakan obat pilihan karena efektif untuk
semua stadium. Obat ini tidak digunakan terhadap anak dibawah 6 tahun
karena bersifat neurotoksik
Pemberantasan
Selain mengggunakan obat-obatan, yang tidak kalah penting untuk
diperhatikan adalah upaya peningkatan kebersihan diri dan lingkungan. Hal ini
dapat dilakukan dengan cara:
1. Mencuci bersih -bahkan sebagian ahli menganjurkan
dengan cara direbus, handuk, seprai maupun baju penderita skabies, kemudian
menjemurnya hingga kering.
2. Menghindari pemakaian baju, handuk, seprai secara bersama-sama.
3. Mengobati seluruh anggota keluarga, atau masyarakat
yang terinfeksi untuk memutuskan rantai penularan.
Epidemiologi
Penyakit scabies dapat terjadi pada satu keluarga, tetangga yang berdekatan
bahkan seluruh kampung.

Anda mungkin juga menyukai