Anda di halaman 1dari 31

Luka Bakar Derajat Tiga (Full Thickness Burn) Putri Lestari (406100093)

BAB I
PENDAHULUAN

I.A LATAR BELAKANG


Luka bakar merupakan salah satu kondisi yang paling hebat ditemui dalam dunia
kedokteran. Cedera ini mengenai semua aspek pasien, mulai dari fisik hingga ke
psikologis. Luka bakar dapat mengenai semua usia, dari bayi sampai orang tua, dan
merupakan salah satu masalah di negara maju dan berkembang. Kita semua telah
mengalami rasa sakit parah yang bahkan dapat diakibatkan dari luka bakar yang kecil.
Namun rasa sakit dan penderitaan yang disebabkan oleh luka bakar besar tidak terbatas
pada kejadian saat itu juga. Bekas luka yang terlihat secara fisik maupun yang tidak
terlihat (psikologis) dapat bertahan lama dan seringkali mengakibatkan kecacatan yang
kronis. Luka bakar merupakan tantangan untuk staf medis dan paramedis. Manajemen
yang benar memerlukan pendekatan multidisiplin yang terampil untuk semua
masalah yang dihadapi oleh pasien luka bakar.1
Kebanyakan luka bakar disebabkan oleh api. Luka bakar akibat air panas
merupakan penyebab luka bakar paling sering kedua. Luka bakar yang paling jarang
disebabkan oleh listrik dan cairan kimia. Selain itu, statistik menunjukkan bahwa 60%
luka bakar terjadi karena kecelakaan rumah tangga, 20% karena kecelakaan kerja, dan
20% sisanya karena sebab-sebab lain, misalnya bus terbakar, ledakan bom, dan gunung
meletus.2
Luka bakar merupakan masalah umum di negara maju dan berkembang. Di
Inggris sekitar 250.000 orang mengalami luka bakar tiap tahun. Dari jumlah tersebut,
175.000 datang ke unit gawat darurat, dan 13.000 di antaranya dirawat di rumah sakit.
Seribu pasien memiliki luka bakar yang cukup parah sehingga membutuhkan resusitasi
cairan; setengah dari jumlah ini adalah anak-anak berusia di bawah 12 tahun. Dalam satu
tahun rata-rata 300 kematian akibat luka bakar terjadi. Luka bakar juga merupakan
masalah utama di negara berkembang. Lebih dari dua juta luka bakar diperkirakan terjadi
setiap tahun di India (dengan populasi 500 juta). Kematian di negara berkembang jauh
lebih tinggi daripada di negara maju. Misalnya, di Nepal, kematian akibat luka bakar
sekitar 1700 jiwa dalam setahun dari populasi sekitar 20 juta. Hal ini menunjukkan
tingkat kematian akibat luka bakar lebih tinggi 17 kali dibandingkan dengan Inggris.1

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Sumber Waras
Periode 30 Mei 2011 – 6 Agustus 2011 1
Luka Bakar Derajat Tiga (Full Thickness Burn) Putri Lestari (406100093)

Di Indonesia sampai saat ini belum ada laporan tertulis mengenai jumlah
penderita luka bakar dan jumlah angka kematian yang diakibatkannya. Di unit luka bakar
RSCM Jakarta, pada tahun 1998 dilaporkan sebanyak 107 kasus luka bakar yang dirawat
dengan angka kematian 37,38%. Dari unit luka bakar RSU Dr. Soetomo Surabaya
didapatkan data bahwa kematian umumnya terjadi pada luka bakar dengan luas lebih dari
50% atau pada luka bakar yang disertai cedera pada saluran napas dan 50% terjadi pada 7
hari pertama perawatan. 2

I.B ANATOMI DAN FISIOLOGI KULIT3


Kulit adalah organ tubuh terluas yang menutupi otot dan mempunyai peranan
dalam homeostasis. Kulit merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit
beratnya sekitar 16 % berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 – 3,6 kg dan luasnya
sekitar 1,5 – 1,9 meter persegi. Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang
berbeda, lapisan luar adalah epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal dari
ektoderm sedangkan lapisan dalam yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau
korium yang merupakan suatu lapisan jaringan ikat.
I.B.1 Epidermis
Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri dari
epitel berlapis gepeng bertanduk, mengandung sel melanosit, Langerhans dan
Merkel. Tebal epidermis berbeda-beda pada berbagai tempat di tubuh. Ketebalan
epidermis hanya sekitar 5 % dari seluruh ketebalan kulit. Terjadi regenerasi setiap
4-6 minggu. Fungsi epidermis ialah proteksi barier, organisasi sel, sintesis
vitamin D dan sitokin, pembelahan dan mobilisasi sel, pigmentasi (melanosit) dan
pengenalan alergen (sel Langerhans). Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari
lapisan yang paling atas sampai yang terdalam):
 Stratum Korneum: terdiri dari sel keratinosit yang bisa mengelupas dan
berganti.
 Stratum Lusidum: berupa garis translusen, biasanya terdapat pada kulit tebal
telapak kaki dan telapak tangan. Tidak tampak pada kulit tipis.
 Stratum Granulosum: ditandai oleh 3-5 lapis sel poligonal gepeng yang intinya
ditengah dan sitoplasma terisi oleh granula basofilik kasar yang dinamakan
granula keratohialin, mengandung protein kaya akan histidin. Terdapat sel
Langerhans.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Sumber Waras
Periode 30 Mei 2011 – 6 Agustus 2011 2
Luka Bakar Derajat Tiga (Full Thickness Burn) Putri Lestari (406100093)

 Stratum Spinosum: terdapat berkas-berkas filament yang dinamakan


tonofibril, dianggap filamen-filamen tersebut memegang peranan penting
untuk mempertahankan kohesi sel dan melindungi terhadap efek abrasi.
 Stratum Basale (Stratum Germinativum): terdapat aktifitas mitosis yang hebat
dan bertanggung jawab dalam pembaharuan sel epidermis secara konstan.
I.B.2 Dermis
Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong epidermis dan
menghubungkannya dengan jaringan subkutis. Tebalnya bervariasi, yang paling
tebal pada telapak kaki sekitar 3 mm. Dermis terdiri dari dua lapisan:
 Lapisan papiler; tipis : mengandung jaringan ikat jarang.
 Lapisan retikuler; tebal : terdiri dari jaringan ikat padat.
Serabut-serabut kolagen menebal dan sintesis kolagen berkurang dengan
bertambahnya usia. Serabut elastin jumlahnya terus meningkat dan menebal,
kandungan elastin kulit manusia meningkat kira-kira 5 kali dari fetus sampai
dewasa. Dermis mempunyai banyak jaringan pembuluh darah. Dermis juga
mengandung beberapa derivat epidermis yaitu folikel rambut, kelenjar sebasea
dan kelenjar keringat. Fungsi dermis ialah sebagai struktur penunjang,
mechanical strength, suplai nutrisi, menahan shearing forces dan respon
inflamasi.
I.B.3 Subkutis
Merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari
lapisan lemak. Pada lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit
secara longgar dengan jaringan di bawahnya. Jumlah dan ukurannya berbeda-
beda menurut daerah di tubuh dan keadaan nutrisi individu. Berfungsi menunjang
suplai darah ke dermis untuk regenerasi.
Fungsi subkutis atau hipodermis ialah melekatkan ke struktur dasar,
isolasi panas, cadangan kalori, kontrol bentuk tubuh dan mechanical shock
absorber.
Ketika kulit terbakar, lapisan korneum yang rusak memungkinkan invasi
mikroorganisme, dan sel-sel Langerhans, yang memediasi respon imun lokal, juga rusak.
Pada pasien luka bakar yang parah, respons sistemik kekebalan tubuh mereka berkurang,
membuat mereka rentan terhadap infeksi serius.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Sumber Waras
Periode 30 Mei 2011 – 6 Agustus 2011 3
Luka Bakar Derajat Tiga (Full Thickness Burn) Putri Lestari (406100093)

I.C LUKA BAKAR


Luka bakar merupakan jenis luka, kerusakan jaringan atau kehilangan jaringan
yang diakibatkan oleh sumber panas, sumber listrik, bahan kimiawi, cahaya, dan radiasi.
Jenis luka dapat beraneka ragam dan memiliki penanganan yang berbeda tergantung jenis
jaringan yang terkena luka bakar, tingkat keparahan, dan komplikasi yang terjadi akibat
luka tersebut. Luka bakar dapat merusak jaringan otot, tulang pembuluh darah dan
jaringan epidermal yang mengakibatkan kerusakan yang berada di tempat yang lebih
dalam dari akhir sistem persarafan. Seorang korban luka bakar dapat mengalami berbagai
macam komplikasi yang fatal seperti syok, infeksi, ketidak seimbangan elektrolit
(inbalance elektrolit) dan masalah distress pernapasan. Selain komplikasi yang berbentuk
fisik, luka bakar dapat juga menyebabkan distress emosional (trauma) dan psikologis
yang berat dikarenakan cacat akibat luka bakar dan bekas luka (scar).4
I.C.1 Respon Tubuh Terhadap Luka Bakar1
Luka bakar dapat mencetuskan respon tubuh lokal dan sistemik.
 Respon Lokal
Tiga zona luka bakar dijelaskan oleh Jackson pada tahun 1947.
o Zona koagulasi- terjadi pada titik maksimum dari kerusakan. Di zona
ini terjadi kehilangan jaringan yang ireversibel karena koagulasi
protein konstituen.
o Zona stasis- zona sekitar stasis ditandai dengan penurunan perfusi
jaringan. Jaringan dalam zona ini berpotensi untuk diselamatkan.
Tujuan utama dari resusitasi luka bakar adalah untuk meningkatkan
perfusi jaringan di sini dan mencegah kerusakan menjadi ireversibel.
Keadaan yang mempersulit seperti hipotensi berkepanjangan, infeksi,
atau edema dapat mengkonversi zona ini menjadi area kehilangan
jaringan yang lengkap.
o Zona hiperemia- dalam zona terluar ini perfusi jaringan meningkat.
Jaringan di sini akan selalu sembuh kecuali jika sepsis berat atau
hipoperfusi berkepanjangan. Ketiga zona luka bakar ini merupakan
tiga dimensi, dan kehilangan jaringan di zona stasis akan
menyebabkan luka bertambah dalam serta bertambah lebar.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Sumber Waras
Periode 30 Mei 2011 – 6 Agustus 2011 4
Luka Bakar Derajat Tiga (Full Thickness Burn) Putri Lestari (406100093)

Gambar 1. Zona Luka Bakar

 Respon Sistemik
Pelepasan sitokin dan mediator inflamasi lainnya di tempat cedera memiliki
efek sistemik ketika luka bakar membakar mencapai 30% dari luas
permukaan tubuh total.
o Perubahan Kardiovaskular- permeabilitas kapiler meningkat,
menyebabkan hilangnya protein dan cairan intravaskular ke
kompartemen interstisial. Vasokonstriksi perifer dan splanknikus
terjadi. Kontraktilitas miokard menurun, mungkin karena pelepasan
Tumor Necrosis Factor (TNF). Perubahan ini, ditambah dengan
kehilangan cairan dari luka bakar, menghasilkan hipotensi sistemik dan
hipoperfusi organ.
o Perubahan Pernapasan- mediator inflamasi menyebabkan
bronkokonstriksi, dan pada orang dewasa dengan luka bakar yang
parah dapat terjadi sindrom gagal napas.
o Perubahan Metabolik- tingkat metabolisme basal akan meningkat
hingga tiga kali. Hal ini, jika ditambah dengan hipoperfusi splanknikus,
membutuhkan makanan enteral dini dan agresif untuk mengurangi
katabolisme dan menjaga integritas usus.
o Perubahan Imunologi- regulasi perubahan non-spesifik dari respon
imun terjadi, mempengaruhi baik jalur seluler maupun humoral.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Sumber Waras
Periode 30 Mei 2011 – 6 Agustus 2011 5
Luka Bakar Derajat Tiga (Full Thickness Burn) Putri Lestari (406100093)

I.C.2 Klasifikasi Luka Bakar5


Untuk membantu mempermudah penilaian dalam memberikan terapi dan
perawatan, luka bakar diklasifikasikan berdasarkan penyebab, kedalaman luka,
luas permukaan luka dan keseriusan luka, yakni :
 Berdasarkan Penyebab
o Luka bakar karena api
o Luka bakar karena air panas
o Luka bakar karena bahan kimia
o Luka bakar karena listrik
o Luka bakar karena radiasi
o Luka bakar karena suhu rendah (frost bite).
 Berdasarkan Kedalaman Luka Bakar
o Luka Bakar Derajat I (Superficial)
 Kerusakan terjadi pada lapisan epidermis.
 Kulit kering, hiperemi berupa eritema.
 Tidak dijumpai bulae.
 Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi.
 Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 5-10 hari.
o Luka Bakar Derajat II (Partial Thickness Burn)
 Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi
inflamasi disertai proses eksudasi.
 Dijumpai bulae.
 Nyeri karena ujung-ujung saraf teriritasi.
 Dasar luka berwarna merah atau pucat, sering terletak lebih tinggi
diatas kulit normal.
Luka bakar derajat II ini dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu:
 Derajat II dangkal (superficial dermal)
 Kerusakan mengenai bagian superfisial dari dermis.
 Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat,
kelenjar sebasea masih utuh.
 Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 10-14 hari.
 Derajat II dalam (deep dermal)
o Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Sumber Waras
Periode 30 Mei 2011 – 6 Agustus 2011 6
Luka Bakar Derajat Tiga (Full Thickness Burn) Putri Lestari (406100093)

o Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat,


kelenjar sebasea sebagian besar masih utuh.
o Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung epitel yang
tersisa. Biasanya penyembuhan terjadi lebih dari sebulan.
o Luka Bakar Derajat III (Full Thickness Burn)
 Kerusakan meliputi seluruh lapisan dermis dan lapisan yang lebih
dalam.
 Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat,
kelenjar sebasea mengalami kerusakan.
 Tidak dijumpai bulae.
 Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat. Karena kering,
letaknya lebih rendah dibandingkan dengan kulit sekitar.
 Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang dikenal
sebagai eskar.
 Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi, oleh karena ujung-
ujung saraf sensorik mengalami kerusakan/kematian.
 Penyembuhan terjadi lama karena tidak terjadi proses epitelisasi
spontan dari dasar luka.

Gambar 2. Derajat Kedalaman Luka Bakar

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Sumber Waras
Periode 30 Mei 2011 – 6 Agustus 2011 7
Luka Bakar Derajat Tiga (Full Thickness Burn) Putri Lestari (406100093)

 Berdasarkan Luas Permukaan Luka Bakar


Luka bakar juga dapat dinilai berdasarkan luas total permukaan
tubuh. Perkiraan cepat ini dapat dilakukan dengan menggunakan "rule of
nines" pada orang dewasa. Pada bayi dan anak-anak, digunakan presentase
yang berbeda oleh karena rasio luas permukaan area kepala dan leher
biasanya lebih besar dibandingkan dengan luas permukaan ekstrimitas pada
anak-anak daripada orang dewasa.
o Presentase luka bakar pada orang dewasa: Rule of Nines
Sebuah metode taksiran luas permukaan tubuh yang terbakar
pada orang dewasa, membagi tubuh menjadi bagian-bagian dari 9 persen
atau kelipatan 9 persen.

Gambar 3. Presentase Luka Bakar pada Dewasa: Rule of Nines

o Presentase luka bakar pada bayi dan anak: Lund-Browder


Merupakan metode paling akurat untuk menentukan luas luka
bakar, dan harus digunakan untuk mengevaluasi semua pasien pediatrik
yang mengalami luka bakar.

Gambar 4. Presentase Luka Bakar pada Bayi: Lund-Browder

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Sumber Waras
Periode 30 Mei 2011 – 6 Agustus 2011 8
Luka Bakar Derajat Tiga (Full Thickness Burn) Putri Lestari (406100093)

o Rule of Palms
Permukaan telapak tangan pasien mewakili sekitar 1 persen dari
total permukaan tubuh dan berguna untuk memperkirakan area dari luka
bakar kecil.

Gambar 5. Rule of Palms

o Parkland Formula
Formula ini memberikan perhitungan yang dibutuhkan untuk
mengetahui jumlah cairan yang harus diberikan pada pasien luka bakar.
V (volume cairan) = total luas permukaan tubuh yang terbakar (%) x
berat badan (kg) x 4
 Berdasarkan Tingkat Keseriusan Luka Bakar
American Burn Association menggolongkan luka bakar menjadi tiga
kategori, yaitu:
o Luka Bakar Mayor
 Luka bakar dengan luas lebih dari 25% pada orang dewasa dan
lebih dari 20% pada anak-anak.
 Luka bakar fullthickness lebih dari 20%.
 Terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan
perineum.
 Terdapat trauma inhalasi dan multiple injury tanpa
memperhitungkan derajat dan luasnya luka.
 Terdapat luka bakar listrik bertegangan tinggi.
o Luka Bakar Moderat
 Luka bakar dengan luas 15-25% pada orang dewasa dan 10-20%
pada anak-anak.
 Luka bakar fullthickness kurang dari 10%.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Sumber Waras
Periode 30 Mei 2011 – 6 Agustus 2011 9
Luka Bakar Derajat Tiga (Full Thickness Burn) Putri Lestari (406100093)

 Tidak terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki,
dan perineum.
o Luka Bakar Minor
 Luka bakar dengan luas kurang dari 15% pada orang dewasa dan
kurang dari 10 % pada anak-anak.
 Luka bakar fullthickness kurang dari 2%.
 Tidak terdapat luka bakar di daerah wajah, tangan, dan kaki.
 Luka tidak sirkumfer.
 Tidak terdapat trauma inhalasi, elektrik, fraktur.
I.C.3 Penilaian Kedalaman Luka Bakar1
Kedalaman luka bakar berhubungan dengan jumlah energi yang
menyebabkan cedera serta ketebalan relatif dari kulit (dermis lebih tipis pada
orang yang sangat muda dan sangat tua).
 Perkiraan Kedalaman Luka Bakar
Menilai kedalaman luka bakar dapat menjadi sulit. Anamnesa pasien
akan memberikan petunjuk untuk kedalaman yang diharapkan: luka bakar
cepat (flash) mungkin superficial, sedangkan luka bakar dari api yang tidak
cepat dipadamkan mungkin akan dalam (deep). Pada pemeriksaan langsung,
ada empat unsur yang harus dinilai-perdarahan pada tusukan jarum, sensasi,
penampilan, dan pucatnya kulit saat diberi tekanan.
o Perdarahan- test perdarahan dapat dilakukan dengan jarum 21 Gauge.
Cepatnya perdarahan pada tusukan dangkal menunjukkan luka bakar
superficial atau superficial dermal. Tertundanya (delayed) perdarahan
pada tusukan yang lebih dalam menandakan luka bakar yang dalam
(deep dermal), sementara tidak adanya pendarahan menunjukkan full
thickness burn.
o Sensasi- test sensasi dilakukan juga dengan ujung jarum. Nyeri setara
dengan luka bakar superficial atau superficial dermal, sensasi tidak
nyeri setara dengan luka bakar deep dermal, sementara mati rasa setara
dengan full thickness burn. Namun, tes ini sering tidak akurat di mana
edema dapat menumpulkan sensasi.
o Penampilan dan pucatnya kulit saat diberi tekanan- menilai dalamnya
luka bakar melalui penampilan seringkali sulit dikarenakan luka bakar

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Sumber Waras
Periode 30 Mei 2011 – 6 Agustus 2011 10
Luka Bakar Derajat Tiga (Full Thickness Burn) Putri Lestari (406100093)

dapat tertutup oleh jelaga atau kotoran. Lepuh harus dihilangkan ‘atap’-
nya untuk menilai dasar. Capillary refill harus dinilai dengan menekan
luka memakai cotton bud steril (seperti swab bakteriologi).
 Luka yang merah dan basah yang kemudian memucat lalu dengan
cepat memerah merupakan luka bakar superficial.
 Luka yang pucat dan kering namun mendapatkan kembali
warnanya perlahan-lahan setelah ditekan merupakan luka bakar
superficial dermal.
 Luka bakar deep dermal memiliki bintik-bintik warna merah ceri
(mottled cherry red colour) yang tidak pucat saat ditekan
(pewarnaan kapiler tetap). Darah tetap berada di sana karena
rusaknya kapiler pembuluh darah di pleksus dermal dalam.
 Luka yang kering, keras, kasar atau seperti lilin, yang tidak pucat
saat ditekan merupakan full thickness burn. Pada luka bakar yang
luas, penampilan full thickness burn seringkali dikelirukan dengan
kulit yang tidak terbakar. Kebanyakan luka bakar merupakan
campuran dari kedalaman yang berbeda.
Penilaian kedalaman penting untuk perencanaan pengobatan, karena
luka bakar yang dangkal cenderung untuk sembuh lebih spontan sedangkan
luka bakar dalam membutuhkan intervensi bedah; namun kedalaman luka
bakar ini tidak diperlukan untuk menghitung formula resusitasi cairan. Oleh
karena itu, dalam situasi akut, penilaian terhadap dalamnya luka bakar tidak
begitu sesuai. Luka bakar adalah luka yang dinamis, dan kedalamannya akan
berubah tergantung pada efektivitas resusitasi. Perkiraan awal perlu ditinjau
kemudian.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Sumber Waras
Periode 30 Mei 2011 – 6 Agustus 2011 11
Luka Bakar Derajat Tiga (Full Thickness Burn) Putri Lestari (406100093)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

LUKA BAKAR DERAJAT TIGA (FULL THICKNESS BURN)


Setiap tahun, lebih dari dua setengah juta orang menderita luka bakar. Lebih dari 35
persen luka bakar terjadi pada anak-anak. Luka bakar derajat tiga terjadi ketika cedera
mengenai epidermis, dermis dan membakar jaringan struktural yang mendasarinya, seperti
otot, jaringan tulang, saraf dan pembuluh darah. Luka bakar derajat tiga disebut juga sebagai
luka bakar ketebalan penuh (full thickness burn), yang menggambarkan kedalaman cedera.
Luka bakar derajat tiga bersifat kering dan kasar dalam penampilannya. Kulit mungkin
terlihat seperti mutiara putih dan berlilin, atau mungkin terlihat seperti mahoni, coklat atau
hitam. Kulit mungkin terlihat hangus dan pembuluh darah di bawah kulit juga dapat terlihat
hangus.6
Luka bakar derajat tiga atau luka bakar ketebalan penuh (full thickness burn) beresiko
tinggi untuk terjadinya infeksi karena adanya jaringan mati serta kurangnya aliran darah.
Eksisi bedah dan cangkok kulit (skin graft) dibutuhkan. Penggunaan awal pembalut perak
(silver dressing) atau krim juga diperlukan. Jangan mengoleskan agen apapun jika pasien
harus segera dipindahkan ke pusat luka bakar (burn center).6

II.A Definisi
Pada luka bakar ketebalan penuh atau luka bakar derajat ketiga terjadi
penghancuran seluruh epidermis dan dermis, tanpa meninggalkan sel epidermis sisa
untuk berproduksi kembali. Luka ini tidak akan ter-reepitelisasi dan area di mana
luka tersebut tidak tertutup oleh kontraksi luka maka akan membutuhkan skin
grafting.7
Luka bakar ketebalan penuh terjadi ketika semua lapisan kulit telah terbakar.
Hal ini juga dapat mencakup kerusakan pada tulang dan otot. Luka bakar ketebalan
penuh adalah tipe yang paling serius dari luka bakar dan biasanya terbentuk jaringan
parut/skar. Luka bakar ini sering menyebabkan cedera serius di dalam tubuh.8

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Sumber Waras
Periode 30 Mei 2011 – 6 Agustus 2011 12
Luka Bakar Derajat Tiga (Full Thickness Burn) Putri Lestari (406100093)

Gambar 6. Luka Bakar Ketebalan Penuh (Full Thickness Burn)

II.B Etiologi6
Luka bakar derajat tiga dapat disebabkan oleh beberapa jenis luka bakar, yaitu:
 Luka Bakar Termal, atau luka bakar yang disebabkan oleh panas atau api.
 Luka Bakar Kontak, luka bakar yang disebabkan oleh permukaan yang panas
seperti setrika, bola lampu atau knalpot.
 Luka Bakar Listrik, luka bakar yang disebabkan oleh arus listrik.
 Luka Bakar Kimia, luka bakar disebabkan oleh kontak dengan beberapa jenis
zat berbahaya atau kaustik.

II.C Patogenesis4
Luka bakar ketebalan penuh, yang sebelumnya dikenal sebagai luka bakar
derajat tiga, merusak epidermis dan dermis dan dapat menembus lapisan subkutan.
Kontak dengan benda yang sangat panas, paparan api, kontak listrik dan bahan kimia
kaustik cenderung mengakibatkan luka bakar ketebalan penuh. Derajat keparahannya
tergantung pada temperatur atau jenis bahan kimia serta lama kontak pajanan.
Kerusakan pembuluh darah yang terjadi dikenal juga sebagai kauterisasi panas
pembuluh darah. Proses penyembuhan luka bakar ketebalan penuh dapat disertai
dengan kehilangan ekstensif dari elastin, penggantian sel-sel kulit dengan kolagen dan
invasi oleh mikroorganisme. Regenerasi sel epitel terganggu karena adanya matriks
ekstraseluler. Jaringan parut yang terbentuk seringkali luas. Hilangnya elastisitas
disebabkan oleh kontraktur, yaitu area jaringan yang tebal, memendek, dan kaku.

II.D Penampilan7
Penampilan awal dari jaringan avaskuler yang terbakar pada luka bakar
ketebalan penuh (full thickness burn) ialah warna putih lilin. Jika luka bakar

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Sumber Waras
Periode 30 Mei 2011 – 6 Agustus 2011 13
Luka Bakar Derajat Tiga (Full Thickness Burn) Putri Lestari (406100093)

menghasilkan arang atau meluas ke jaringan lemak seiring dengan kontak


berkepanjangan pada sumber api, penampakan cokelat kasar atau hitam dapat terlihat
bersama dengan koagulasi pembuluh darah vena permukaan. Kontak langsung dengan
api merupakan penyebab utama luka bakar derajat ketiga. Namun, kontak dengan
cairan panas seperti minyak panas, tar atau bahan kimia kaustik juga akan
menghasilkan luka bakar ketebalan penuh. Luka bakar ini tidak menimbulkan rasa
sakit dan memiliki tekstur kasar bila disentuh. Kesulitan utamanya adalah
membedakan luka bakar deep dermal dari luka bakar full thickness yang sama-sama
meluas ke dermis.

Gambar 7. Penampilan Luka Bakar Ketebalan Penuh (Full Thickness Burn)

II.E Pertolongan Pertama Luka Bakar8


II.E.1 Untuk luka bakar yang disebabkan oleh panas:
o Tidak berlari jika pakaian yang dikenakan terbakar. Berlari dapat
mengibaskan api dan api dapat naik ke wajah. Menutup api dengan
selimut, jaket, atau karpet dan bergulung ke tanah.
o Tidak melepaskan pakaian yang menempel pada area yang terbakar.
o Menyiram luka dengan sejumlah besar air mengalir dingin atau memakai
kain lembab dingin.
o Tidak menggunakan es atau air es pada daerah yang terkena. Hal ini dapat
menyebabkan kerusakan pada kulit.
o Tidak mengoleskan mentega, petroleum jelly, atau pengobatan rumah lain
pada kulit yang terbakar.
o Menggunakan kain kering dan bersih untuk menutupi daerah yang
terkena.
o Meninggikan atau mengangkat tangan dibakar atau kaki lebih tinggi dari
jantung Anda ketika duduk atau berbaring.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Sumber Waras
Periode 30 Mei 2011 – 6 Agustus 2011 14
Luka Bakar Derajat Tiga (Full Thickness Burn) Putri Lestari (406100093)

II.E.2 Untuk luka bakar yang disebabkan oleh bahan kimia:


o Segera melepaskan pakaian atau perhiasan yang terkena tumpahan bahan
kimia.
o Menyiram cairan kimia dari kulit dengan air dingin mengalir dalam
jumlah yang banyak. Menghindari percikan bahan kimia ke mata.
o Menyikat bahan kimia kering dari kulit jika sejumlah besar air tidak
tersedia. Air dalam jumlah kecil akan mengaktifkan beberapa bahan
kimia, seperti kapur, dan menyebabkan lebih banyak kerusakan. Berhati-
hati untuk tidak terkena bahan kimia pada mata.
o Tidak mengoleskan mentega, petroleum jelly, atau pengobatan rumah
lainnya pada kulit terbakar oleh bahan kimia.
o Memberikan perban bersih yang tidak lengket untuk melindungi area yang
terbakar dari kotoran dan luka lainnya.
II.E.3 Untuk luka bakar yang disebabkan oleh tar:
o Melepaskan perhiasan atau pakaian ketat dari area yang terbakar sebelum
kulit mulai membengkak. Tidak melepaskan pakaian yang melekat pada
luka bakar.
o Mencuci tar dan daerah yang terkena dengan air mengalir dingin dalam
jumlah yang banyak.
o Setelah tar didinginkan, menghapus tar dengan menerapkan antibiotik,
petroleum jelly, atau mayones untuk kulit. Dapat juga digunakan
campuran minyak mineral dan air dingin.
II.E.4 Untuk luka bakar yang disebabkan oleh kontak listrik:
o Menggunakan alat/bahan yang terbuat dari kayu atau karet untuk
menggerakkan orang yang terkena jauh dari sumber listrik.
o Menutup luka bakar listrik dengan perban yang kering dan longgar.
o Pergi ke rumah sakit terdekat. Luka bakar listrik mungkin tidak jelas,
tetapi dapat meluas ke dalam jaringan.
Mencari pertolongan medis darurat bila luka bakar mengenai wajah, tangan, kaki,
inguinal, pantat, atau sendi besar.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Sumber Waras
Periode 30 Mei 2011 – 6 Agustus 2011 15
Luka Bakar Derajat Tiga (Full Thickness Burn) Putri Lestari (406100093)

II.F Prinsip-prinsip Perawatan Luka Bakar7


Ada sejumlah peraturan umum mengenai perawatan luka bakar ketebalan
penuh (full thickness burn) yang harus diikuti:
 Pertama, pemantauan kardiopulmoner harus terus dilakukan selama perawatan
luka bakar. Penambahan obat untuk perawatan luka itu sendiri dapat berpotensi
menyebabkan ketidakstabilan lebih lanjut.
 Kedua, kateter invasif, seperti pembuluh darah dan uretra, tidak boleh basah atau
terendam air pada daerah kulit yang terkena luka bakar. Kateter ini beresiko
tinggi menjadi sumber infeksi sistemik.
 Ketiga, pasien tidak boleh mengalami kehilangan panas yang signifikan.
Penghangat di atas kepala, air hangat, dan pengelolaan berurutan dari luka-luka
tersebut, merupakan metode yang lebih baik untuk menghindari kehilangan panas
dibandingkan dengan kontak langsung terhadap panas.
 Keempat, risiko kontaminasi silang bakteri harus dikontrol. Risiko yang berkaitan
dengan transmisi dari personil diminimalkan dengan mengenakan topi, masker,
sarung tangan, dan gaun. Transmisi dari luka kotor ke luka bersih dapat
diminimalkan dengan mengekspos dan membersihkan daerah tersebut secara
terpisah. Sebaiknya, daerah yang kurang terinfeksi dibersihkan terlebih dahulu
dan ditutup sebelum mendekati daerah yang kotor.
 Kelima, manajemen stres, analgesia dan sedasi yang memadai, harus dilakukan
lebih awal sebelum memulai perawatan luka bakar. Lebih mudah dilakukan
profilaksis pengontrolan nyeri dan kecemasan terlebih dahulu daripada
mengobatinya setelah nyeri dan kecemasan itu timbul. Antipiretik yang diberikan
sebelum perawatan luka bakar dapat menurunkan demam yang terlihat setelah
manipulasi luka. Profilaksis saat penggantian perban dengan antipiretik seperti
Ibuprofen, diindikasikan pada pasien yang menunjukkan lonjakan temperatur
(temperature spike), yaitu > 103º F setelah perawatan luka.
 Keenam, gerakan seharusnya tidak terganggu (kecuali: cangkok baru). Pasien
perlu mempertahankan gerak sendi dan aktivitas otot untuk menghindari
kekakuan dan atrofi.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Sumber Waras
Periode 30 Mei 2011 – 6 Agustus 2011 16
Luka Bakar Derajat Tiga (Full Thickness Burn) Putri Lestari (406100093)

II.G Pengelolaan Luka Bakar


Tim penanganan luka bakar melakukan semua pengelolaan luka bakar dengan
menggunakan sarung tangan bebas-bedak karena ditemukan adanya toksisitas serbuk
sarung tangan ke jaringan. Pengelolaan awal dari luka bakar meliputi pembersihan
luka dengan poloxamer 188, surfaktan non-toksik yang diberikan melalui spons sel
dengan ukuran pori-pori halus. Surfaktan ini cukup aman untuk dioleskankan ke mata
pasien dan dapat menghilangkan kotoran serta debris tanpa merusak luka bakar.
Setelah membersihkan luka, tutup luka dengan pembalut antimikroba topikal.
Antibiotik topikal menurunkan pertumbuhan mikroba dan mengurangi infeksi invasif.
Profilaksis antibiotik sistemik tidak dianjurkan karena tidak dapat mencegah sepsis
luka. Antibiotik sistemik dapat diindikasikan ketika jelas terdapat selulitis di sekitar
jaringan yang tidak terbakar.4
II.G.1 Non-Medikamentosa
 Balutan4
Berikan balutan setiap hari pada luka terus-menerus sampai
penyembuhan total terjadi atau intervensi bedah diperlukan untuk
penutupan luka. Di masa lalu, ahli bedah luka bakar mengganti balutan dua
kali sehari. Dalam prakteknya sekarang, penggantian balutan dilakukan
sehari sekali, menghasilkan penurunan yang signifikan dalam biaya, waktu
perawatan dan nyeri.
Penggantian balutan dua kali sehari masih diindikasikan untuk
pasien dengan luka yang sedang atau sudah terinfeksi atau dengan jumlah
eksudat yang berlebihan. Selama penggantian balutan, bersihkan luka
dengan spons halus ukuran pori sel yang direndam dalam poloxamer 188,
gel yang larut dalam air, untuk menghapus antibiotik topikal seluruhnya.
Eskar yang melekat longgar biasanya dapat dihilangkan dengan spons,
tetapi forsep mungkin diperlukan untuk memfasilitasi debridemen di
samping tempat tidur. Setelah membersihkan luka, luka ditutup dengan
krim antibiotik.
 Nutrisi1
Nutrisi merupakan aspek penting dalam penyembuhan luka,
terutama untuk luka bakar derajat ketiga. Sangatlah penting bahwa kita
memberikan tubuh kita nutrisi yang dibutuhkan untuk memperbaiki

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Sumber Waras
Periode 30 Mei 2011 – 6 Agustus 2011 17
Luka Bakar Derajat Tiga (Full Thickness Burn) Putri Lestari (406100093)

kerusakan, melawan infeksi dan menyembuhkan luka ketika berhadapan


dengan luka bakar. Nutrisi adalah kunci proses penyembuhan secara
keseluruhan, terutama selama tahap-tahap awal.
Pentingnya Karbohidrat, Protein dan Hidrasi yang Memadai dalam
Penyembuhan Luka Bakar Derajat Tiga (Full Thickness Burn)
Setelah terjadinya luka bakar, tim medis akan mengevaluasi luas
dan kedalaman cedera serta adnya infeksi luka. Kebutuhan kalori bervariasi
pada tiap-tiap pasien dan harus ditentukan oleh dokter atau ahli gizi.
Makanan cukup kalori, terutama karbohidrat, memungkinkan tubuh untuk
menggunakan protein untuk penyembuhan. Protein dan cairan adalah nutrisi
utama yang hilang saat luka. Tim medis akan menyarankan makanan tinggi
protein serta hidrasi yang cukup. Lemak sebaiknya hanya 30 persen atau
kurang dari total asupan. Lemak tertentu yang berlebihan dapat
mencetuskan inflamasi dan menurunkan imunitas.
Pentingnya Vitamin dan Mineral dalam Penyembuhan Luka Bakar
Multivitamin standar merupakan titik awal yang baik untuk
mencegah defisiensi pada pasien dengan luka bakar luas permukaan kecil.
Orang dengan luka bakar derajat tiga yang lebih luas memiliki defisiensi
vitamin dan mineral yang tinggi sehingga memerlukan suplemen yang lebih
banyak.
Menurut "The American Society for Parenteral and Enteral
Nutrition", belum ada bukti yang mendukung penggunaan rutin nutrisi
spesifik untuk penyembuhan luka, namun, dalam praktek kedokteran
umumnya digunakan nutrisi untuk memperbaiki defisiensi dan
mengantisipasi kekurangannya. Vitamin A membantu dalam pembentukkan
kulit baru dan jumlahnya dalam darah dapat terlalu rendah jika tubuh
sedang melawan infeksi atau mengkonsumsi steroid dosis tinggi untuk
cedera. Vitamin C, zinc, thiamin, riboflavin, vitamin B6 dan B12,
magnesium, kalsium, tembaga dan besi semua memainkan peran penting
dalam pembentukan kolagen dan penyembuhan luka.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Sumber Waras
Periode 30 Mei 2011 – 6 Agustus 2011 18
Luka Bakar Derajat Tiga (Full Thickness Burn) Putri Lestari (406100093)

II.G.2 Medikamentosa
 Antibiotika Topikal4
Sulfadiazin perak (Silvadene) tetap merupakan krim antimikroba
yang paling populer. Agen ini memiliki aktivitas antibakteri spektrum luas
dan memiliki komplikasi yang relatif sedikit pada luka bakar. Formulasi
sulfadiazin perak saat ini berisi karier larut lipid, polipropilen glikol, yang
memiliki kelemahan tertentu, termasuk pembentukan pseudoeschar.
Pseudo eschar merupakan lapisan permukaan eksudat yang melekat
pada luka, biasanya terdapat pada luka bakar yang menggunakan krim
antibiotik topikal. Lapisan ini sulit untuk dilepaskan dan juga sulit untuk
dibedakan dari proses konversi luka. Pseudo eschar terdapat pada
permukaan luka.

Gambar 8. Pseudo eschar

Saat ini Sulfadiazin perak diformulasikan dengan poloxamer 188


sehingga sulfadiazin perak dapat dicuci dengan mudah dari luka karena
kelarutan airnya, yang membuat penggantian balutan menjadi jauh lebih
nyaman. Jika pasien alergi terhadap sulfa, agen alternatifnya termasuk
Polysporin, Bacitracin, dan Bactroban. Sementara itu, agen-agen yang
relatif murah ini dapat mencetuskan alergi.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Sumber Waras
Periode 30 Mei 2011 – 6 Agustus 2011 19
Luka Bakar Derajat Tiga (Full Thickness Burn) Putri Lestari (406100093)

Gambar 9. Sulfadiazin Perak

Mafenide adalah agen alternatif yang dapat menembus eskar lebih


efektif daripada sulfadiazin perak. Oleh karena itu, sering digunakan pada
luka yang terinfeksi yang tidak merespon perak sulfadiazin. Mafenide
adalah pilihan perawatan untuk luka bakar serius di telinga untuk mencegah
infeksi chondritis. Mafenide digunakan dengan hati-hati karena dapat
menginduksi asidosis metabolik.

Gambar 10. Krim Mafenide

Poloxamer 188 mengandung bacitracin dan polimiksin B. Agen


antibakteri ini tidak mengganggu re-epitelisasi dari luka bakar. Nistatin
topikal ditambahkan ke dalam gel ini pada luka dengan kolonisasi
pertumbuhan jamur. Salah satu keuntungan utama dari gel ini adalah bahwa
gel ini dapat dicuci dengan mudah dari permukaan luka setelah penggantian
balutan.
Zat pembawa dalam krim luka bakar ini dapat memiliki dampak
yang cukup besar pada hasil akhir perawatan. Krim luka bakar nitrofurazon
mengandung polietilen glikol yang dapat menyebabkan penyerapan
polietilen glikol pada pasien dengan luka bakar yang luas. Penyerapan
polietilen glikol dapat meningkatkan kesenjangan anion dan osmolalitas
serum yang akan mengakibatkan kematian pasien. Hal ini menghasilkan
Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Sumber Waras
Periode 30 Mei 2011 – 6 Agustus 2011 20
Luka Bakar Derajat Tiga (Full Thickness Burn) Putri Lestari (406100093)

sindrom yang mirip dengan keracunan etilen glikol tetapi juga meliputi
peningkatan kalsium serum yang disertai dengan penurunan kalsium
terionisasi. Penyebab tingginya kesenjangan kalsium ini tampaknya
disebabkan oleh pengikatan kalsium oleh metabolit asam dikarboksilat
polietilen glikol. Akibatnya, hindari penggunaan krim luka bakar yang
mengandung polietilen glikol pada pasien dengan luka bakar luas.
Meskipun terdapat kemajuan besar dalam pengembangan
antimikroba topikal, invasi jamur pada luka masih merupakan penyebab
utama infeksi di pusat-pusat luka bakar. Meskipun pemakaian luas dari
agen antimikroba topikal, eksisi dini, dan praktik isolasi pasien dilakukan,
kejadian infeksi luka jamur tetap tidak berubah. Dengan kebanyakan pasien
luka bakar parah yang mengalami imunosupresi, kesulitan dalam mencegah
atau memberantas infeksi jamur pada pasien ini tidak mengherankan.
Infeksi jamur menyertai luka bakar yang luas dan berhubungan
dengan mortalitas pada pasien luka bakar, terutama pada pasien dengan
total area permukaan luka bakar antara 30% dan 60%. Asosiasi ini bebas
dari ukuran luka bakar, cedera inhalasi dan usia pasien. Dengan munculnya
strategi diagnostik baru, seperti serologi, teknik molekuler dan terapi
antijamur baru dengan toksisitas yang rendah dari perawatan standar seperti
amfoterisin B intravena; penting dilakukan prediksi akurat dari infeksi
jamur pada luka bakar.
 Pereda Nyeri9
Opioid dan benzodiazepin digunakan untuk menghilangkan rasa
sakit dan kecemasan, dengan penggunaan yang hati-hati karena mereka
dapat memperburuk hipotensi yang mengikuti luka bakar luas. Pemberian
opioid yang terlalu cepat juga dapat mengintervensi evaluasi cedera trauma
lainnya. Setelah cairan intravena diberikan dan status cairan telah stabil,
dosis opioid dapat ditingkatkan. Anestesi inhalasi atau intravena mungkin
diperlukan untuk nyeri berat pada penggantian balutan dini.
II.G.3 Operatif
Indikasi untuk operasi ialah luka bakar ketebalan penuh (full thickness
burn) yang tidak mungkin sembuh dalam 3 minggu. Jika luka bakar gagal
untuk sembuh dalam waktu 3 minggu, resiko parut hipertrofik dan

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Sumber Waras
Periode 30 Mei 2011 – 6 Agustus 2011 21
Luka Bakar Derajat Tiga (Full Thickness Burn) Putri Lestari (406100093)

pembentukan kontraktur meningkat, dan luka sembuh akan meninggalkan


bekas luka estetis yang tidak menyenangkan. Di daerah dengan cross section
yang padat dari jaringan pelengkap kulit (seperti wajah, kulit kepala, dan
telinga), luka bakar diamati selama 3 minggu untuk secara jelas
mengidentifikasi potensi penyembuhan. Ketika luka bakar ada yang
melingkari ekstrimitas, eskarotomi darurat dapat menyelamatkan anggota
badan yang iskemik.4

Gambar 11. Luka Bakar Ketebalan Penuh yang Telah Menyembuh

 Eskarotomi4
Luka bakar ketebalan penuh (full thickness burn) yang melingkari
ekstremitas dapat menghasilkan gangguan vaskular. Hilangnya sinyal
USG Doppler pada arteri radial dan ulnaris serta pembuluh darah jari
mengindikasikan untuk segera dilakukan eskarotomi pada ekstremitas
atas. Kehilangan sinyal arteri dorsalis pedis atau arteri tibialis posterior
menunjukkan kebutuhan untuk eskarotomi pada ekstremitas bawah.
Biasanya, tekanan jaringan interstisial sedikit negatif dan tekanan perfusi
arteri kapiler yang normal sekitar 5-7 mmHg.
Setelah cedera luka bakar, peningkatan tekanan pada jaringan
interstisial pertama kali akan menyumbat aliran vena, kemudian aliran
arteri kapiler. Periode waktu 3-8 jam diperlukan cukup bagi edema untuk
meningkatkan tekanan jaringan. Ketika tekanan kompartemen jaringan
lebih besar dari 40 mmHg, eskarotomi pada luka bakar ketebalan penuh
(full thickness burn) dapat mencegah cedera iskemik. Perlu diperhatikan
bahwa penyebab paling umum dari absensi pulsasi di ekstremitas adalah

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Sumber Waras
Periode 30 Mei 2011 – 6 Agustus 2011 22
Luka Bakar Derajat Tiga (Full Thickness Burn) Putri Lestari (406100093)

hipovolemia dengan vasokonstriksi perifer, bukan peningkatan tekanan


interstisial.
Eskarotomi dilakukan pada aspek medial dan lateral dari
ekstremitas dan memperluas panjang dari kontriksi eskar. Insisi dibuat
baik menggunakan pisau bedah atau arus listrik frekuensi tinggi, dengan
menghilangkan pembengkakan jaringan terlebih dahulu, dapat dipastikan
kedalaman yang cukup. Setelah kompresi pembuluh darah yang
berkepanjangan, eskarotomi dapat menyebabkan suatu cedera reperfusi
pada ekstrimitas dengan hiperemia reaktif dan edema dari otot-otot
kompartemen. Dalam kasus ini, fasciotomy diperlukan untuk
mengembalikan perfusi ke ekstremitas.
Untuk luka bakar ketebalan penuh (full thickness burn) yang
melingkari ekstremitas atas, pertama dilakukan dekompresi jari dengan
eskarotomi digital yang dilakukan sepanjang setiap sisi jari terbakar, diiris
hingga mencapai lemak. Dekompresi telapak tangan dengan sayatan
sepanjang lipatan palmaris. Pada pergelangan tangan, lanjutkan incisi ke
arah ulnar untuk menghindari cedera pada cabang kutaneus palmaris dari
nervus medianus. Ketika keterlibatan otot intrinsik dicurigai, dekompresi
interosei melalui incisi pendek longitudinal pada kulit yang dari ruang
intermetacarpal ke interosei dorsal. Dekompresi kaki dilakukan dengan
incisi midmedial dan midlateral. Dekompresi masing-masing kaki dengan
cara yang sama dengan yang digunakan untuk jari-jari tangan.

Gambar 12. Eskarotomi dan Fasciotomi

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Sumber Waras
Periode 30 Mei 2011 – 6 Agustus 2011 23
Luka Bakar Derajat Tiga (Full Thickness Burn) Putri Lestari (406100093)

 Debridemen4
Debridemen merupakan tindakan operatif yang dilakukan untuk
membersihkan dan menghilangkan benda asing, kotoran atau jaringan
mati pada area yang terbakar. Salah satu tantangan debridemen adalah
kehilangan darah operatif. Beberapa metode dapat mengurangi kehilangan
darah saat operatif. Dalam beberapa sektor, solusi cairan tumescent
digunakan. Area luka bakar diinfiltrasi dengan pengenceran larutan suntik
epinefrin 1:1.000.000. Debridemen ditunda selama 10 menit untuk
memungkinkan terjadinya efek vasokonstriksi dari epinefrin. Gunakan
torniket selama eksisi pada semua luka bakar ekstremitas. Ketika
dibandingkan, efek hemostatik solusi encer fenilefrin dengan trombin,
kedua obat tersebut dapat menurunkan kehilangan darah, namun,
fenilefrin terbukti menjadi agen hemostatik yang lebih efektif. Pengobatan
topikal dari luka bakar yang dieksisi dengan agen vasoaktif tidak
dikaitkan dengan efek tekanan sistemik atau irreguleritas jantung.

Gambar 13. Debridemen Luka Bakar

 Skin Graft
Standar perawatan untuk luka bakar ketebalan penuh (full
thickness burn) adalah eksisi luka bakar dan cangkok (graft). Kematian
pasien dengan luka bakar masif dikurangi dengan eksisi tangensial awal
dari keseluruhan luka, diikuti dengan penutupan kulit melalui skin graft.4
Cedera seperti luka bakar derajat tiga harus ditutup secepat
mungkin untuk mencegah infeksi atau kehilangan cairan. Luka yang
sembuh sendiri dapat berkontraksi, seringkali menghasilkan jaringan parut

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Sumber Waras
Periode 30 Mei 2011 – 6 Agustus 2011 24
Luka Bakar Derajat Tiga (Full Thickness Burn) Putri Lestari (406100093)

yang serius, jika lukanya cukup besar, bekas luka itu benar-benar dapat
mencegah gerakan anggota badan.10
Istilah “graft” biasanya mengacu ke salah satu baik autograft atau
allograft. Autograft adalah jenis graft yang menggunakan kulit dari daerah
lain tubuh pasien sendiri jika cukup tersedia kulit yang tidak rusak, dan
jika pasien cukup sehat untuk menjalani operasi tambahan yang
diperlukan. Allograft menggunakan kulit yang diperoleh dari manusia
lain. Donor kulit dari mayat dibekukan, disimpan dan siap digunakan
sebagai allograft. Kulit yang diambil dari hewan (biasanya babi) disebut
xenograft, karena berasal dari spesies bukan manusia. Allograft dan
xenograft hanya mampu memberikan penutupan sementara karena mereka
ditolak oleh sistem kekebalan tubuh pasien dalam waktu tujuh hari.
Mereka kemudian harus diganti dengan autograft. Allograft dan xenograft
juga dapat menjadi media penularan penyakit.10
SPLIT-THICKNESS GRAFT. Bagian paling penting dari setiap
prosedur cangkok kulit (skin graft) adalah persiapan luka yang tepat.
Cangkok kulit tidak akan bertahan hidup pada jaringan dengan suplai
darah yang terbatas (tulang rawan atau tendon) atau jaringan yang telah
rusak oleh radiasi. Luka pasien harus bebas dari jaringan mati, benda
asing atau kontaminasi bakteri. Setelah pasien dibius, dokter bedah
mempersiapkan luka dengan membilasnya dengan larutan garam atau
antiseptik yang diencerkan (betadine) dan menghilangkan jaringan yang
mati melalui debridemen. Selain itu, ahli bedah menghentikan aliran darah
ke luka dengan membuat tekanan, mengikat pembuluh darah atau
pemberian obat (epinefrin) yang menyebabkan pembuluh darah
berkonstriksi.10
Setelah persiapan luka, ahli bedah kemudian memanen jaringan
untuk pencangkokan. Split-thickness graft melibatkan epidermis dan
sedikit dermis; area donor biasanya sembuh dalam beberapa hari. Ahli
bedah pertama akan menandai garis luka pada area kulit donor,
memperbesar sebanyak 3-5% untuk memungkinkan penyusutan jaringan.
Dokter bedah menggunakan dermatom (alat khusus untuk memotong tipis
irisan jaringan) untuk melepaskan split-thickness graft dari area donor.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Sumber Waras
Periode 30 Mei 2011 – 6 Agustus 2011 25
Luka Bakar Derajat Tiga (Full Thickness Burn) Putri Lestari (406100093)

Luka tidak boleh terlalu dalam jika split-thickness graft ingin berhasil,
karena pembuluh darah yang akan memelihara jaringan yang
dicangkokkan tersebut harus berasal dari dermis luka itu sendiri.10
Graft biasanya diambil dari suatu area yang biasanya tersembunyi
oleh pakaian, seperti pantat atau paha bagian dalam, dan meluas pada area
telanjang yang akan ditutupi. Tekanan lembut dari balutan berlapis
kemudian diterapkan, atau jahitan kecil digunakan untuk menahan graft di
tempat. Balutan steril non-adheren kemudian diterapkan ke area donor
sekitar tiga sampai lima hari untuk melindunginya dari infeksi.10

Gambar 14. Split-Thickness Skin Grafting

FULL-THICKNESS GRAFTS. Graft ini mungkin diperlukan untuk


luka bakar yang lebih parah. Graft ini melibatkan kedua lapisan kulit.
Full-thickness graft lebih rumit daripada partial-thickness graft, tetapi
memberikan kontur yang lebih baik, warna yang lebih alami, serta
kurangnya kontraksi pada area yang dicangkokkan. Flap kulit dengan otot
yang mendasarinya serta suplai darah ditransplantasikan ke area yang
akan dicangkokkan. Prosedur ini digunakan ketika terdapat kehilangan
jaringan yang sangat luas, seperti setelah patah tulang terbuka kaki bagian
bawah, dengan kehilangan kulit yang signifikan dan infeksi yang
Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Sumber Waras
Periode 30 Mei 2011 – 6 Agustus 2011 26
Luka Bakar Derajat Tiga (Full Thickness Burn) Putri Lestari (406100093)

mendasarinya. Bagian belakang dan perut adalah area donor umum untuk
full-thickness graft. Kerugian utama dari full-thickness graft ini ialah luka
pada area donor lebih besar serta membutuhkan pengelolaan yang lebih
hati-hati. Seringkali, split-thickness graft harus digunakan untuk menutup
area donor.10
Composite skin graft kadang-kadang digunakan, terdiri dari
kombinasi kulit dan lemak, kulit dan tulang rawan, atau dermis dan lemak.
Composite skin graft digunakan pada pasien dengan cedera yang
memerlukan rekonstruksi tiga dimensi. Misalnya, irisan telinga yang
mengandung kulit dan tulang rawan dapat digunakan untuk memperbaiki
hidung.10
Full-thickness graft dilepaskan dari area donor dengan skapel
bukan dermatom. Setelah dokter bedah telah mengiris tepi sekitar dari
pola yang digunakan untuk megukur graft, ia akan mengangkat kulit
dengan hook khusus dan memangkas setiap jaringan lemak. Cangkok
tersebut kemudian ditempatkan pada luka dan diamankan di tempat
dengan jahitan yang diserap.10

Gambar 15. Full-Thickness Skin Grafting

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Sumber Waras
Periode 30 Mei 2011 – 6 Agustus 2011 27
Luka Bakar Derajat Tiga (Full Thickness Burn) Putri Lestari (406100093)

 Cultured epidermal autografts4


Cultured epidermal autografts, walaupun kontroversial,
merupakan pendekatan lain untuk melingkupi kulit dari luka bakar yg
telah dieksisi. Banyak yang setuju bahwa healed grafts sangat rapuh dan
rentan terhadap infeksi, agen antimikroba, pergeseran, dan penggantian
balutan. Data menunjukkan bahwa mereka tidak meningkatkan
kelangsungan hidup pasien atau mengurangi biaya. Kebanyakan ahli
bedah luka bakar percaya pada pelaksanaan cultured epidermal autografts
untuk pengobatan luka bakar masif.
 Imobilisasi area skin graft
Kulit pada daerah cangkokkan harus diimobilisasi pasca operasi
untuk mencegah pergeseran yang mengganggu cangkokkan. Splinting
adalah metode yang luar biasa dari imobilisasi. Posisikan splint untuk
menempatkan sendi pada peregangan maksimalnya. Rekomendasi khusus
untuk posisi area cangkokkan yang meliputi: ketiak, 90° horisontal dengan
palung samping tempat tidur; pergelangan tangan, sedikit diekstensi 10°;
sendi metatarsophalangeal jari-jari tangan , difleksikan; sendi
interphalangeal, sepenuhnya diekstensi; dan ibu jari dalam 40-50° abduksi
dengan sendi interphalangeal diekstensi.4

Gambar 16. Splint Tangan

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Sumber Waras
Periode 30 Mei 2011 – 6 Agustus 2011 28
Luka Bakar Derajat Tiga (Full Thickness Burn) Putri Lestari (406100093)

Saat luka bakar telah sembuh, pembentukan parut hipertrofik


sering terjadi. Bahan bertekanan (pressure garments) dirancang untuk
mengencangkan tekanan 25 mm, yang digunakan untuk mengurangi
intensitas pembentukan jaringan parut/skar. Lembaran silikon dalam
kontak langsungnya dengan bekas luka dapat lebih meningkatkan
penampilan mereka dan mengurangi kemerahan dan gatal-gatal.4
Salah satu jenis splint yang terbuat dari silikon ialah splint leher.
Splint leher ini digunakan untuk pasien dewasa yang menderita luka bakar
ketebalan penuh pada leher dan wajah yang memerlukan skin graft
multipel. Adanya komplikasi pada luka bakar memerlukan perpanjangan
masa perawatan di rumah sakit. Penggunaan splint leher secara dini
meningkatkan manfaatnya, untuk mencegah kontraktur servikal dan
meminimalkan pembentukan jaringan parut/skar.11

Gambar 17. Splint Leher

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Sumber Waras
Periode 30 Mei 2011 – 6 Agustus 2011 29
Luka Bakar Derajat Tiga (Full Thickness Burn) Putri Lestari (406100093)

BAB III

KESIMPULAN

Luka bakar derajat tiga disebut juga sebagai luka ketebalan penuh (full thickness
burn). Ini merupakan cedera kulit yang umumnya disebabkan oleh paparan terhadap suhu
yang sangat tinggi untuk waktu yang lama. Kulit yang terkena meliputi epidermis (lapisan
luar), dermis (lapisan kedua), dan jaringan subkutan (lemak dan otot; lapisan ketiga). Luka
bakar derajat tiga ini dapat tampak putih seperti lilin, hangus, hitam, coklat, atau kasar. Jenis
luka bakar ini sering tidak menimbulkan rasa sakit karena saraf pada area luka bakar tersebut
sudah rusak.
Pengelolaan luka bakar derajat tiga ini meliputi terapi non-medikamentosa berupa
penggantian pembalut setiap hari serta pemberian nutrisi karbohidrat, protein, lemak, vitamin,
mineral dan hidrasi yang cukup. Terapi medikamentosa berupa antibiotik topikal (Sulfadiazin
perak) dan pereda nyeri yaitu opioid atau benzodiazepin.
Terapi operatif untuk luka bakar derajat tiga dapat berupa eskarotomi untuk luka
bakar yang melingkari ekstrimitas dan mengganggu vaskularisasi; debridemen untuk
membersihkan dan menghilangkan benda asing, kotoran atau jaringan mati pada area yang
terbakar; dan skin graft untuk menutup luka terbuka dan mencegah infeksi atau kehilangan
cairan.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Sumber Waras
Periode 30 Mei 2011 – 6 Agustus 2011 30
Luka Bakar Derajat Tiga (Full Thickness Burn) Putri Lestari (406100093)

DAFTAR PUSTAKA

1. Hettiaratchy S. ABC of Burns. Chickhester: John Wiley & Sons Ltd.; 2004.
2. Rivai AT. Luka Bakar. 2010. http://www.exomedindonesia.com/referensi-
kedokteran/artikel-ilmiah-kedokteran/bedah-plastik-surgery/2010/11/14/luka-bakar/.
3. Wasitaatmadja SM. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Balai Penerbit FKUI;
2006.
4. Edlich RF. Burns, Thermal Medscape. 2010.
http://emedicine.medscape.com/article/1278244-overview#showall.
5. Kunnammo I. Evidence-based Medicine Guidelines.
6. Swanson. Third-Degree Burn (Full Thickness Burn). Wounds. 2000.
http://www.wounds1.com/care/condition20.cfm/9.
7. Demling RH. Managing the Burn Wound. Burn Surgery. 2010.
http://www.burnsurgery.org/Modules/BurnWound%201/index.htm.
8. Reuters T. Full Thickness Burn. 2010. http://www.drugs.com/cg/full-thickness-
burn.html.
9. Taylor RB. Family Medicine: Principle and Practice. 6th ed. Berlin: Springer; 2003.
10. Christenson L. Skin Grafting Encyclopedia of Surgery. 2011.
http://www.surgeryencyclopedia.com/Pa-St/Skin-Grafting.html.
11. Sher M. Modified Neck Conformer. Burn Therapies. 2011.
http://www.burntherapist.com/QuarterlySplints.htm.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Sumber Waras
Periode 30 Mei 2011 – 6 Agustus 2011 31

Anda mungkin juga menyukai