BAB I
PENDAHULUAN
Di Indonesia sampai saat ini belum ada laporan tertulis mengenai jumlah
penderita luka bakar dan jumlah angka kematian yang diakibatkannya. Di unit luka bakar
RSCM Jakarta, pada tahun 1998 dilaporkan sebanyak 107 kasus luka bakar yang dirawat
dengan angka kematian 37,38%. Dari unit luka bakar RSU Dr. Soetomo Surabaya
didapatkan data bahwa kematian umumnya terjadi pada luka bakar dengan luas lebih dari
50% atau pada luka bakar yang disertai cedera pada saluran napas dan 50% terjadi pada 7
hari pertama perawatan. 2
Respon Sistemik
Pelepasan sitokin dan mediator inflamasi lainnya di tempat cedera memiliki
efek sistemik ketika luka bakar membakar mencapai 30% dari luas
permukaan tubuh total.
o Perubahan Kardiovaskular- permeabilitas kapiler meningkat,
menyebabkan hilangnya protein dan cairan intravaskular ke
kompartemen interstisial. Vasokonstriksi perifer dan splanknikus
terjadi. Kontraktilitas miokard menurun, mungkin karena pelepasan
Tumor Necrosis Factor (TNF). Perubahan ini, ditambah dengan
kehilangan cairan dari luka bakar, menghasilkan hipotensi sistemik dan
hipoperfusi organ.
o Perubahan Pernapasan- mediator inflamasi menyebabkan
bronkokonstriksi, dan pada orang dewasa dengan luka bakar yang
parah dapat terjadi sindrom gagal napas.
o Perubahan Metabolik- tingkat metabolisme basal akan meningkat
hingga tiga kali. Hal ini, jika ditambah dengan hipoperfusi splanknikus,
membutuhkan makanan enteral dini dan agresif untuk mengurangi
katabolisme dan menjaga integritas usus.
o Perubahan Imunologi- regulasi perubahan non-spesifik dari respon
imun terjadi, mempengaruhi baik jalur seluler maupun humoral.
o Rule of Palms
Permukaan telapak tangan pasien mewakili sekitar 1 persen dari
total permukaan tubuh dan berguna untuk memperkirakan area dari luka
bakar kecil.
o Parkland Formula
Formula ini memberikan perhitungan yang dibutuhkan untuk
mengetahui jumlah cairan yang harus diberikan pada pasien luka bakar.
V (volume cairan) = total luas permukaan tubuh yang terbakar (%) x
berat badan (kg) x 4
Berdasarkan Tingkat Keseriusan Luka Bakar
American Burn Association menggolongkan luka bakar menjadi tiga
kategori, yaitu:
o Luka Bakar Mayor
Luka bakar dengan luas lebih dari 25% pada orang dewasa dan
lebih dari 20% pada anak-anak.
Luka bakar fullthickness lebih dari 20%.
Terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan
perineum.
Terdapat trauma inhalasi dan multiple injury tanpa
memperhitungkan derajat dan luasnya luka.
Terdapat luka bakar listrik bertegangan tinggi.
o Luka Bakar Moderat
Luka bakar dengan luas 15-25% pada orang dewasa dan 10-20%
pada anak-anak.
Luka bakar fullthickness kurang dari 10%.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Sumber Waras
Periode 30 Mei 2011 – 6 Agustus 2011 9
Luka Bakar Derajat Tiga (Full Thickness Burn) Putri Lestari (406100093)
Tidak terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki,
dan perineum.
o Luka Bakar Minor
Luka bakar dengan luas kurang dari 15% pada orang dewasa dan
kurang dari 10 % pada anak-anak.
Luka bakar fullthickness kurang dari 2%.
Tidak terdapat luka bakar di daerah wajah, tangan, dan kaki.
Luka tidak sirkumfer.
Tidak terdapat trauma inhalasi, elektrik, fraktur.
I.C.3 Penilaian Kedalaman Luka Bakar1
Kedalaman luka bakar berhubungan dengan jumlah energi yang
menyebabkan cedera serta ketebalan relatif dari kulit (dermis lebih tipis pada
orang yang sangat muda dan sangat tua).
Perkiraan Kedalaman Luka Bakar
Menilai kedalaman luka bakar dapat menjadi sulit. Anamnesa pasien
akan memberikan petunjuk untuk kedalaman yang diharapkan: luka bakar
cepat (flash) mungkin superficial, sedangkan luka bakar dari api yang tidak
cepat dipadamkan mungkin akan dalam (deep). Pada pemeriksaan langsung,
ada empat unsur yang harus dinilai-perdarahan pada tusukan jarum, sensasi,
penampilan, dan pucatnya kulit saat diberi tekanan.
o Perdarahan- test perdarahan dapat dilakukan dengan jarum 21 Gauge.
Cepatnya perdarahan pada tusukan dangkal menunjukkan luka bakar
superficial atau superficial dermal. Tertundanya (delayed) perdarahan
pada tusukan yang lebih dalam menandakan luka bakar yang dalam
(deep dermal), sementara tidak adanya pendarahan menunjukkan full
thickness burn.
o Sensasi- test sensasi dilakukan juga dengan ujung jarum. Nyeri setara
dengan luka bakar superficial atau superficial dermal, sensasi tidak
nyeri setara dengan luka bakar deep dermal, sementara mati rasa setara
dengan full thickness burn. Namun, tes ini sering tidak akurat di mana
edema dapat menumpulkan sensasi.
o Penampilan dan pucatnya kulit saat diberi tekanan- menilai dalamnya
luka bakar melalui penampilan seringkali sulit dikarenakan luka bakar
dapat tertutup oleh jelaga atau kotoran. Lepuh harus dihilangkan ‘atap’-
nya untuk menilai dasar. Capillary refill harus dinilai dengan menekan
luka memakai cotton bud steril (seperti swab bakteriologi).
Luka yang merah dan basah yang kemudian memucat lalu dengan
cepat memerah merupakan luka bakar superficial.
Luka yang pucat dan kering namun mendapatkan kembali
warnanya perlahan-lahan setelah ditekan merupakan luka bakar
superficial dermal.
Luka bakar deep dermal memiliki bintik-bintik warna merah ceri
(mottled cherry red colour) yang tidak pucat saat ditekan
(pewarnaan kapiler tetap). Darah tetap berada di sana karena
rusaknya kapiler pembuluh darah di pleksus dermal dalam.
Luka yang kering, keras, kasar atau seperti lilin, yang tidak pucat
saat ditekan merupakan full thickness burn. Pada luka bakar yang
luas, penampilan full thickness burn seringkali dikelirukan dengan
kulit yang tidak terbakar. Kebanyakan luka bakar merupakan
campuran dari kedalaman yang berbeda.
Penilaian kedalaman penting untuk perencanaan pengobatan, karena
luka bakar yang dangkal cenderung untuk sembuh lebih spontan sedangkan
luka bakar dalam membutuhkan intervensi bedah; namun kedalaman luka
bakar ini tidak diperlukan untuk menghitung formula resusitasi cairan. Oleh
karena itu, dalam situasi akut, penilaian terhadap dalamnya luka bakar tidak
begitu sesuai. Luka bakar adalah luka yang dinamis, dan kedalamannya akan
berubah tergantung pada efektivitas resusitasi. Perkiraan awal perlu ditinjau
kemudian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.A Definisi
Pada luka bakar ketebalan penuh atau luka bakar derajat ketiga terjadi
penghancuran seluruh epidermis dan dermis, tanpa meninggalkan sel epidermis sisa
untuk berproduksi kembali. Luka ini tidak akan ter-reepitelisasi dan area di mana
luka tersebut tidak tertutup oleh kontraksi luka maka akan membutuhkan skin
grafting.7
Luka bakar ketebalan penuh terjadi ketika semua lapisan kulit telah terbakar.
Hal ini juga dapat mencakup kerusakan pada tulang dan otot. Luka bakar ketebalan
penuh adalah tipe yang paling serius dari luka bakar dan biasanya terbentuk jaringan
parut/skar. Luka bakar ini sering menyebabkan cedera serius di dalam tubuh.8
II.B Etiologi6
Luka bakar derajat tiga dapat disebabkan oleh beberapa jenis luka bakar, yaitu:
Luka Bakar Termal, atau luka bakar yang disebabkan oleh panas atau api.
Luka Bakar Kontak, luka bakar yang disebabkan oleh permukaan yang panas
seperti setrika, bola lampu atau knalpot.
Luka Bakar Listrik, luka bakar yang disebabkan oleh arus listrik.
Luka Bakar Kimia, luka bakar disebabkan oleh kontak dengan beberapa jenis
zat berbahaya atau kaustik.
II.C Patogenesis4
Luka bakar ketebalan penuh, yang sebelumnya dikenal sebagai luka bakar
derajat tiga, merusak epidermis dan dermis dan dapat menembus lapisan subkutan.
Kontak dengan benda yang sangat panas, paparan api, kontak listrik dan bahan kimia
kaustik cenderung mengakibatkan luka bakar ketebalan penuh. Derajat keparahannya
tergantung pada temperatur atau jenis bahan kimia serta lama kontak pajanan.
Kerusakan pembuluh darah yang terjadi dikenal juga sebagai kauterisasi panas
pembuluh darah. Proses penyembuhan luka bakar ketebalan penuh dapat disertai
dengan kehilangan ekstensif dari elastin, penggantian sel-sel kulit dengan kolagen dan
invasi oleh mikroorganisme. Regenerasi sel epitel terganggu karena adanya matriks
ekstraseluler. Jaringan parut yang terbentuk seringkali luas. Hilangnya elastisitas
disebabkan oleh kontraktur, yaitu area jaringan yang tebal, memendek, dan kaku.
II.D Penampilan7
Penampilan awal dari jaringan avaskuler yang terbakar pada luka bakar
ketebalan penuh (full thickness burn) ialah warna putih lilin. Jika luka bakar
II.G.2 Medikamentosa
Antibiotika Topikal4
Sulfadiazin perak (Silvadene) tetap merupakan krim antimikroba
yang paling populer. Agen ini memiliki aktivitas antibakteri spektrum luas
dan memiliki komplikasi yang relatif sedikit pada luka bakar. Formulasi
sulfadiazin perak saat ini berisi karier larut lipid, polipropilen glikol, yang
memiliki kelemahan tertentu, termasuk pembentukan pseudoeschar.
Pseudo eschar merupakan lapisan permukaan eksudat yang melekat
pada luka, biasanya terdapat pada luka bakar yang menggunakan krim
antibiotik topikal. Lapisan ini sulit untuk dilepaskan dan juga sulit untuk
dibedakan dari proses konversi luka. Pseudo eschar terdapat pada
permukaan luka.
sindrom yang mirip dengan keracunan etilen glikol tetapi juga meliputi
peningkatan kalsium serum yang disertai dengan penurunan kalsium
terionisasi. Penyebab tingginya kesenjangan kalsium ini tampaknya
disebabkan oleh pengikatan kalsium oleh metabolit asam dikarboksilat
polietilen glikol. Akibatnya, hindari penggunaan krim luka bakar yang
mengandung polietilen glikol pada pasien dengan luka bakar luas.
Meskipun terdapat kemajuan besar dalam pengembangan
antimikroba topikal, invasi jamur pada luka masih merupakan penyebab
utama infeksi di pusat-pusat luka bakar. Meskipun pemakaian luas dari
agen antimikroba topikal, eksisi dini, dan praktik isolasi pasien dilakukan,
kejadian infeksi luka jamur tetap tidak berubah. Dengan kebanyakan pasien
luka bakar parah yang mengalami imunosupresi, kesulitan dalam mencegah
atau memberantas infeksi jamur pada pasien ini tidak mengherankan.
Infeksi jamur menyertai luka bakar yang luas dan berhubungan
dengan mortalitas pada pasien luka bakar, terutama pada pasien dengan
total area permukaan luka bakar antara 30% dan 60%. Asosiasi ini bebas
dari ukuran luka bakar, cedera inhalasi dan usia pasien. Dengan munculnya
strategi diagnostik baru, seperti serologi, teknik molekuler dan terapi
antijamur baru dengan toksisitas yang rendah dari perawatan standar seperti
amfoterisin B intravena; penting dilakukan prediksi akurat dari infeksi
jamur pada luka bakar.
Pereda Nyeri9
Opioid dan benzodiazepin digunakan untuk menghilangkan rasa
sakit dan kecemasan, dengan penggunaan yang hati-hati karena mereka
dapat memperburuk hipotensi yang mengikuti luka bakar luas. Pemberian
opioid yang terlalu cepat juga dapat mengintervensi evaluasi cedera trauma
lainnya. Setelah cairan intravena diberikan dan status cairan telah stabil,
dosis opioid dapat ditingkatkan. Anestesi inhalasi atau intravena mungkin
diperlukan untuk nyeri berat pada penggantian balutan dini.
II.G.3 Operatif
Indikasi untuk operasi ialah luka bakar ketebalan penuh (full thickness
burn) yang tidak mungkin sembuh dalam 3 minggu. Jika luka bakar gagal
untuk sembuh dalam waktu 3 minggu, resiko parut hipertrofik dan
Eskarotomi4
Luka bakar ketebalan penuh (full thickness burn) yang melingkari
ekstremitas dapat menghasilkan gangguan vaskular. Hilangnya sinyal
USG Doppler pada arteri radial dan ulnaris serta pembuluh darah jari
mengindikasikan untuk segera dilakukan eskarotomi pada ekstremitas
atas. Kehilangan sinyal arteri dorsalis pedis atau arteri tibialis posterior
menunjukkan kebutuhan untuk eskarotomi pada ekstremitas bawah.
Biasanya, tekanan jaringan interstisial sedikit negatif dan tekanan perfusi
arteri kapiler yang normal sekitar 5-7 mmHg.
Setelah cedera luka bakar, peningkatan tekanan pada jaringan
interstisial pertama kali akan menyumbat aliran vena, kemudian aliran
arteri kapiler. Periode waktu 3-8 jam diperlukan cukup bagi edema untuk
meningkatkan tekanan jaringan. Ketika tekanan kompartemen jaringan
lebih besar dari 40 mmHg, eskarotomi pada luka bakar ketebalan penuh
(full thickness burn) dapat mencegah cedera iskemik. Perlu diperhatikan
bahwa penyebab paling umum dari absensi pulsasi di ekstremitas adalah
Debridemen4
Debridemen merupakan tindakan operatif yang dilakukan untuk
membersihkan dan menghilangkan benda asing, kotoran atau jaringan
mati pada area yang terbakar. Salah satu tantangan debridemen adalah
kehilangan darah operatif. Beberapa metode dapat mengurangi kehilangan
darah saat operatif. Dalam beberapa sektor, solusi cairan tumescent
digunakan. Area luka bakar diinfiltrasi dengan pengenceran larutan suntik
epinefrin 1:1.000.000. Debridemen ditunda selama 10 menit untuk
memungkinkan terjadinya efek vasokonstriksi dari epinefrin. Gunakan
torniket selama eksisi pada semua luka bakar ekstremitas. Ketika
dibandingkan, efek hemostatik solusi encer fenilefrin dengan trombin,
kedua obat tersebut dapat menurunkan kehilangan darah, namun,
fenilefrin terbukti menjadi agen hemostatik yang lebih efektif. Pengobatan
topikal dari luka bakar yang dieksisi dengan agen vasoaktif tidak
dikaitkan dengan efek tekanan sistemik atau irreguleritas jantung.
Skin Graft
Standar perawatan untuk luka bakar ketebalan penuh (full
thickness burn) adalah eksisi luka bakar dan cangkok (graft). Kematian
pasien dengan luka bakar masif dikurangi dengan eksisi tangensial awal
dari keseluruhan luka, diikuti dengan penutupan kulit melalui skin graft.4
Cedera seperti luka bakar derajat tiga harus ditutup secepat
mungkin untuk mencegah infeksi atau kehilangan cairan. Luka yang
sembuh sendiri dapat berkontraksi, seringkali menghasilkan jaringan parut
yang serius, jika lukanya cukup besar, bekas luka itu benar-benar dapat
mencegah gerakan anggota badan.10
Istilah “graft” biasanya mengacu ke salah satu baik autograft atau
allograft. Autograft adalah jenis graft yang menggunakan kulit dari daerah
lain tubuh pasien sendiri jika cukup tersedia kulit yang tidak rusak, dan
jika pasien cukup sehat untuk menjalani operasi tambahan yang
diperlukan. Allograft menggunakan kulit yang diperoleh dari manusia
lain. Donor kulit dari mayat dibekukan, disimpan dan siap digunakan
sebagai allograft. Kulit yang diambil dari hewan (biasanya babi) disebut
xenograft, karena berasal dari spesies bukan manusia. Allograft dan
xenograft hanya mampu memberikan penutupan sementara karena mereka
ditolak oleh sistem kekebalan tubuh pasien dalam waktu tujuh hari.
Mereka kemudian harus diganti dengan autograft. Allograft dan xenograft
juga dapat menjadi media penularan penyakit.10
SPLIT-THICKNESS GRAFT. Bagian paling penting dari setiap
prosedur cangkok kulit (skin graft) adalah persiapan luka yang tepat.
Cangkok kulit tidak akan bertahan hidup pada jaringan dengan suplai
darah yang terbatas (tulang rawan atau tendon) atau jaringan yang telah
rusak oleh radiasi. Luka pasien harus bebas dari jaringan mati, benda
asing atau kontaminasi bakteri. Setelah pasien dibius, dokter bedah
mempersiapkan luka dengan membilasnya dengan larutan garam atau
antiseptik yang diencerkan (betadine) dan menghilangkan jaringan yang
mati melalui debridemen. Selain itu, ahli bedah menghentikan aliran darah
ke luka dengan membuat tekanan, mengikat pembuluh darah atau
pemberian obat (epinefrin) yang menyebabkan pembuluh darah
berkonstriksi.10
Setelah persiapan luka, ahli bedah kemudian memanen jaringan
untuk pencangkokan. Split-thickness graft melibatkan epidermis dan
sedikit dermis; area donor biasanya sembuh dalam beberapa hari. Ahli
bedah pertama akan menandai garis luka pada area kulit donor,
memperbesar sebanyak 3-5% untuk memungkinkan penyusutan jaringan.
Dokter bedah menggunakan dermatom (alat khusus untuk memotong tipis
irisan jaringan) untuk melepaskan split-thickness graft dari area donor.
Luka tidak boleh terlalu dalam jika split-thickness graft ingin berhasil,
karena pembuluh darah yang akan memelihara jaringan yang
dicangkokkan tersebut harus berasal dari dermis luka itu sendiri.10
Graft biasanya diambil dari suatu area yang biasanya tersembunyi
oleh pakaian, seperti pantat atau paha bagian dalam, dan meluas pada area
telanjang yang akan ditutupi. Tekanan lembut dari balutan berlapis
kemudian diterapkan, atau jahitan kecil digunakan untuk menahan graft di
tempat. Balutan steril non-adheren kemudian diterapkan ke area donor
sekitar tiga sampai lima hari untuk melindunginya dari infeksi.10
mendasarinya. Bagian belakang dan perut adalah area donor umum untuk
full-thickness graft. Kerugian utama dari full-thickness graft ini ialah luka
pada area donor lebih besar serta membutuhkan pengelolaan yang lebih
hati-hati. Seringkali, split-thickness graft harus digunakan untuk menutup
area donor.10
Composite skin graft kadang-kadang digunakan, terdiri dari
kombinasi kulit dan lemak, kulit dan tulang rawan, atau dermis dan lemak.
Composite skin graft digunakan pada pasien dengan cedera yang
memerlukan rekonstruksi tiga dimensi. Misalnya, irisan telinga yang
mengandung kulit dan tulang rawan dapat digunakan untuk memperbaiki
hidung.10
Full-thickness graft dilepaskan dari area donor dengan skapel
bukan dermatom. Setelah dokter bedah telah mengiris tepi sekitar dari
pola yang digunakan untuk megukur graft, ia akan mengangkat kulit
dengan hook khusus dan memangkas setiap jaringan lemak. Cangkok
tersebut kemudian ditempatkan pada luka dan diamankan di tempat
dengan jahitan yang diserap.10
BAB III
KESIMPULAN
Luka bakar derajat tiga disebut juga sebagai luka ketebalan penuh (full thickness
burn). Ini merupakan cedera kulit yang umumnya disebabkan oleh paparan terhadap suhu
yang sangat tinggi untuk waktu yang lama. Kulit yang terkena meliputi epidermis (lapisan
luar), dermis (lapisan kedua), dan jaringan subkutan (lemak dan otot; lapisan ketiga). Luka
bakar derajat tiga ini dapat tampak putih seperti lilin, hangus, hitam, coklat, atau kasar. Jenis
luka bakar ini sering tidak menimbulkan rasa sakit karena saraf pada area luka bakar tersebut
sudah rusak.
Pengelolaan luka bakar derajat tiga ini meliputi terapi non-medikamentosa berupa
penggantian pembalut setiap hari serta pemberian nutrisi karbohidrat, protein, lemak, vitamin,
mineral dan hidrasi yang cukup. Terapi medikamentosa berupa antibiotik topikal (Sulfadiazin
perak) dan pereda nyeri yaitu opioid atau benzodiazepin.
Terapi operatif untuk luka bakar derajat tiga dapat berupa eskarotomi untuk luka
bakar yang melingkari ekstrimitas dan mengganggu vaskularisasi; debridemen untuk
membersihkan dan menghilangkan benda asing, kotoran atau jaringan mati pada area yang
terbakar; dan skin graft untuk menutup luka terbuka dan mencegah infeksi atau kehilangan
cairan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Hettiaratchy S. ABC of Burns. Chickhester: John Wiley & Sons Ltd.; 2004.
2. Rivai AT. Luka Bakar. 2010. http://www.exomedindonesia.com/referensi-
kedokteran/artikel-ilmiah-kedokteran/bedah-plastik-surgery/2010/11/14/luka-bakar/.
3. Wasitaatmadja SM. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Balai Penerbit FKUI;
2006.
4. Edlich RF. Burns, Thermal Medscape. 2010.
http://emedicine.medscape.com/article/1278244-overview#showall.
5. Kunnammo I. Evidence-based Medicine Guidelines.
6. Swanson. Third-Degree Burn (Full Thickness Burn). Wounds. 2000.
http://www.wounds1.com/care/condition20.cfm/9.
7. Demling RH. Managing the Burn Wound. Burn Surgery. 2010.
http://www.burnsurgery.org/Modules/BurnWound%201/index.htm.
8. Reuters T. Full Thickness Burn. 2010. http://www.drugs.com/cg/full-thickness-
burn.html.
9. Taylor RB. Family Medicine: Principle and Practice. 6th ed. Berlin: Springer; 2003.
10. Christenson L. Skin Grafting Encyclopedia of Surgery. 2011.
http://www.surgeryencyclopedia.com/Pa-St/Skin-Grafting.html.
11. Sher M. Modified Neck Conformer. Burn Therapies. 2011.
http://www.burntherapist.com/QuarterlySplints.htm.