Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kesehatan merupakan hak azasi sekaligus sebagai investasi, yang

perlu diupayakan, diperjuangkan, dan ditingkatkan oleh setiap individu dan oleh

seluruh komponen bangsa, agar masyarakat dapat menikmati hidup sehat, dan

pada akhirnya dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Kesehatan bukanlah tanggung jawab pemerintah saja, namun merupakan

tanggung jawab bersama pemerintah, masyarakat, termasuk swasta. Sumber daya

manusia yang sehat dan berkualitas, merupakan modal utama atau investasi dalam

pembangunan kesehatan. Kesehatan bersama-sama dengan pendidikan dan

ekonomi merupakan tiga pilar yang sangat mempengaruhi kualitas hidup

sumberdaya manusia. Dalam laporan UNDP tahun 2011 menunjukkan bahwa

pada tahun 2011 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia yaitu sebesar

0,617 dan menduduki peringkat 124 dari 187 Negara.

Sejalan dengan perkembangan paradigma pembangunan, telah

ditetapkan arah kebijakan pembangunan kesehatan, yang tertuang dalam Rencana

Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2010-2014 Bidang Kesehatan. Kondisi

pembangunan kesehatan diharapkan telah mampu mewujudkan kesejahteraan

masyarakat yang ditunjukkan dengan membaiknya berbagai indikator

pembangunan Sumber Daya Manusia, seperti: meningkatnya derajat kesejahteraan

dari status gizi masyarakat, meningkatnya kesetaraan gender, meningkatnya

tumbuh kembang optimal, kesejahteraan dan perlindungan anak, terkendalinya


jumlah dan laju pertumbuhan penduduk, serta menurunnya kesenjangan antar

individu, antar kelompok masyarakat dan antar daerah dengan tetap lebih

mengutamakan pada upaya pereventif, promotif serta pemberdayaan keluarga dan

masyarakat dalam bidang kesehatan. Salah satu bentuk upaya pemberdayaan

masyarakat di bidang kesehatan adalah menumbuhkembangkan Posyandu. Sistim

pelayanan kesehatan yang berbasis masyarakat seperti Posyandu dapat dilakukan

secara efektif dan efisien serta dapat menjangkau semua sasaran yang

membutuhkan layanan kesehatan anak, ibu hamil, ibu menyusui dan ibu nifas.

Jumlah kelahiran penduduk dunia yang terus meningkat secara global

turut menyumbangkan jumlah angka kematian ibu dan bayi. Pada 2013, sekitar

6,5 juta anak meninggal karena penyebab kematian yang sebenarnya bisa dicegah.

Angka tersebut berkurang dari 6,6 juta pada 2012 (Menkes: Angka Kematian Ibu

dan Anak Masih Tinggi). Dalam menghadapi kondisi tersebut, posyandu menjadi

sangat penting untuk menyelamatkan kesehatan ibu dan bayi, baik saat kehamilan

sampai kelahiran. Laporan yang dirilis oleh UNFPA bekerja sama dengan

Konfederasi Bidan Internasional (ICM) dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)

diberi judul “The State of the World's Midwifery (SoWMy) 2014: A Universal

Pathway. A Woman's Right to Health”. Laporan ini memaparkan tantangan yang

dialami tenaga kerja kebidanan di 73 negara Afrika, Asia, dan Amerika Latin di

mana layanan kebidanan sangat dibutuhkan. Ke-73 negara yang terwakili dalam

laporan tersebut menyumbang 96 persen dari jumlah kematian ibu melahirkan, 91

persen kematian bayi baru lahir, 93 persen kematian bayi baru lahir secara global
dalam acara "Sosialisasi Hasil Kongres Bidan Internasional dan Laporan Situasi

Kebidanan Dunia Tahun 2014" di Jakarta.

Di Indonesia, secara kuantitas perkembangan jumlah Posyandu sangat

menggembirakan, karena di setiap desa ditemukan sekitar 3- 4 Posyandu. Pada

saat Posyandu dicanangkan, jumlah Posyandu tercatat sebanyak 25.000 Posyandu,

dan pada tahun 2009, meningkat menjadi 266.827 Posyandu dengan rasio 3,55

Posyandu per desa/kelurahan. Hingga tahun 2013, jumlah posyandu yang tersebar

di 33 provinsi di Indonesia sekitar 330.000. Posyandu digerakkan oleh para kader

secara sukarela yang peduli dengan perkembangan kesehatan dan gizi anak

Indonesia (Penulis: Firsta Putri Nodia/AF).

Berkat dari perkembangan jumlah posyandu, Provinsi Sumatera Utara

mencatat pada September 2013 angka kematian ibu tercatat mencapai 126 jiwa,

turun 148 jiwa bila dibandingkan akhir 2012 yang mencapai 274 jiwa. Jumlah

kematian ibu juga tercatat turun tajam sebanyak 287 jiwa dibandingkan pada 2011

yang mencapai 313 jiwa. Adapun angka kematian bayi hingga September 2013

mencapai 828 jiwa, turun 1.043 jiwa dibandingkan pada 2012 lalu yang mencapai

1.971 jiwa. Begitu pula jika dibandingkan dengan 2011, angka kematian bayi saat

itu mencapai 2.021 jiwa, artinya turun 1.193 jiwa. (Dinkes Provinsi Sumut, 2013).

Sementara dalam acara peresmian Badan Layanan Umum Daerah

RSUD Gunungsitoli, Nias, Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi meminta agar

petugas kesehatan mulai dari tingkat Puskesmas pembantu hingga rumah sakit
mencatat dengan detil setiap penyebab kematian ibu dan bayi saat ini masih 549

orang perseratus ribu kematian (Gunungsitoli, KOMPAS.com).

Tingkat partisipasi masyarakat memeriksakan kesehatan balitanya ke

Pos Pelayanan Kesehatan Terpadu (Posyandu) masih rendah. Kondisi ini salah

satunya dipengaruhi oleh cara pandang orang tua yang merasa anaknya tidak perlu

lagi dibawa ke posyandu seiring dengan pertambahan umur, selain itu, minimnya

kepercayaan para orang tua terhadap kinerja kader Posyandu juga berkorelasi

positif terhadap jumlah kunjungan balita ke posyandu. Padahal posyandu

merupakan ujung tombak layanan kesehatan dasar masyarakat. Penimbangan rutin

dan penyuluhan kesehatan dari kader posyandu juga penting disadari oleh para

orang tua khususnya yang memiliki balita untuk memantau perkembangan

kesehatan buah hatinya (Prof. Ali Khomsan, Guru Besar Pangan dan Gizi Institut

Pertanian Bogor).

Berdasarkan data Riskesdas 2010, 50% balita di Indonesia tidak

melakukan penimbangan teratur di posyandu. Riset ini sekaligus menunjukkan

kecenderungan semakin bertambah umur seorang balita, maka tingkat kunjungan

ke posyandu untuk melakukan penimbangan rutin semakin menurun.

Dari uraian latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti

apakah ada hubungan komunikasi kader posyandu dengan tingkat keberhasilan

pelaksanaan posyandu di kecamatan wilayah Puskesmas Tuhemberua.


1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah

pada penelitian ini adalah bagaiamana Hubungan Komunikasi Kader terhadap

Masyarakat dengan tingkat Keberhasilan Pelaksanaan Posyandu di wilayah

Puskesmas Tuhemberua tahun 2014.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui bagaimana Hubungan Komunikasi Kader terhadap

Masyarakat dengan tingkat Keberhasilan Pelaksanaan Posyandu di wilayah

Puskesmas Tuhemberua tahun 2014.

1.3.2. Tujuan Khusus

A. Untuk menganalisis Hubungan Komunikasi Kader Posyandu terhadap

Masyarakat dengan tingkat Keberhasilan Pelaksanaan Posyandu di wilayah

Puskesmas Tuhemberua tahun 2014

B. Untuk mengetahui bagaimana Komunikasi Kader Posyandu terhadap

Masyarakat di wilayah Puskesmas Tuhemberua tahun 2014

C. Untuk mengetahui bagaimana tingkat Keberhasilan Pelaksanaan Posyandu di

wilayah Puskesmas Tuhemberua tahun 2014


1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Bagi Keilmuan

Diharapkan dengan penelitian ini dapat memperkaya bahasan masalah

dan sumber informasi tentang Komunikasi Kader komunikasi Kader Posyandu

terhadap Masyarakat dengan tingkat Pelaksanaan Keberhasilan Pelaksanaan

Posyandu.

1.4.2. Manfaat Bagi Puskesmas Tempat Meneliti

Sebagai bahan masukan dalam upaya meningkatkan kemampuan

Kader dalam berkomunikasi terhadap Masyarakat.

1.4.3. Manfaat Bagi Pelayanan Masyrakat

Diharapkan Penelitian in dapat menjadi sumber informasi yang benar

bagi masyarakat tentang hubungan komunikasi kader terhadap masyarakat dengan

tingkat kebrhasilan pelaksanaan posyandu. Sehingga masyarakat juga dapat

mengerti dan peduli dengan kasehatan pribadi sendiri dan buah hati mereka.

1.4.4. Manfaat Bagi Peneliti

Diharapakan malalui penelitian ini dapat mengaplikasikan ilmu yang

diperoleh dibangku Pendidikan sekaligus untuk menambah khasanah Ilmu

Pengetahuan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Posyandu

2.1.1. Devenisi Posyandu

Posyandu adalah salah satu bentuk upaya kesehatan berbasis

masyarakat yang sudah menjadi milik masyarakat serta menyatu dalam kehidupan

dan budaya masyarakat (Mentri Kesehatan RI, desember 2011)

Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Berbasis

Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan disenggarakan dari, oleh, untuk dan

bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan guna

memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada kepada

masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar/sosial dasar untuk

mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian

bayi.(kemenkes RI, 2011)

Posyandu yang terintegrasi adalah kegiatan peleyanan social dasar

keluarga dalam aspek pemantauan tumbuh kembang anak. Dalam pelaksanaannya

dilakukan secara koordinatif dan intregatif serta saling memperkuat antar kegiatan

dan program untuk kelangsungan pelayanan di posyandu sesuai dengan

situasi/kebutuhan lokal yang dalam kegiatannya tetap memperhatikan aspek

pemberdayaan masyarakat.(Kemenkes RI, 2011)


2.1.2. Manfaat Posyandu

Posyandu memiliki banyak manfaat untuk masyarakat, diantaranya

(Kemenkes RI, 2011) :

A. Mendukung perbaikan perilaku, keadaan gizi dan kesehatan keluarga.

B. Mendukung perilaku hidup bersih dan sehat.

C. Mendukung pencegahan penyakit yang berbasis lingkungan dan penyakit

yang dapat di cegah dengan imunisasi.

D. Mendukung pelayanan keluarga berencana (KB).

E. Mendukung pemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam

penganekaragaman pangan melalui pemamfaatan pekarangan untuk

memotivasikelompok dasa wisma berperan aktif.

2.1.3. Tujuan Posyandu

Posyandu diselenggarakan dengan tujuan sebagai berikut (Nita, 2011):

A. Menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Ibu (Ibu Hamil,

melahirkan dan nifas).

B. Mempercepat penerimaan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera

(NKKBS), sebagai salah satu upaya mewujudkan derajat kesehatan masyarakat

yang optimal dan merupakan salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan

nasional.

C. Meningkatkan peran serta dan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan

kegiatan kesehatan dan keluarga berencana (KB) beserta kegiatan lainnya yang

menunjang untuk tercapainya masyarakat sehat sejahtera.


2.1.4. Sasaran Posyandu

Posyandu merupakan program pemerintah dibidang kesehatan,

sehingga semua anggota masyarakat dapat memanfaatkan Pos Pelayanan Terpadu

(Posyandu) terutama (Nita,2011) :

A. Bayi (dibawah satu tahun)

B. Balita (dibawah lima tahun)

C. Ibu hamil, ibu melahirkan, ibu nifas, dan ibu menyusui

D. Pasangan Usia Subur (PUS)

2.1.5. Perkembangan Posyandu

Perkembangan masing – masing Posyandu tidak sama, dengan

demikian pembinaan yang dilakukan untuk masing – masing Posyandu juga

berbeda. Posyandu dibedakan menjadi 4 tingkatan (Depkes RI, 2006) yaitu:

A. Posyandu Tingkat Pratama

Merupakan Posyandu yang kegiatannya masih belum optimal dan belum

bisa melaksanakan kegiatan rutinnya setiap bulan serta jumlah kader

sangat terbatas yaitu kurang dari lima orang. Intervensi yang dapat

dilakukan dengan memotivasi masyarakat serta menambah jumlah kader.

B. Posyandu Tingkat Madya

Merupakan Posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari

8 kali pertahun, dengan rata – rata jumlah kader 5 orang atau lebih, tetapi

cakupan program utamanya masih rendah yaitu kurang dari 50%.

Intervensi yang dapat dilakukan adalah meningkatkan cakupan dengan

mengikutsertakan tokoh masyarakat sebagai motivator serta lebih


menggiatkan kader dalam mengelola kegiatan Posyandu.

C. Posyandu Tingkat Purnama

Merupakan Posyandu yang frekuensi pelaksanaannya lebih dari 8 kali

pertahun, rata – rata jumlah kader yang bertugas 5 orang atau lebih,

cakupan program utamanya lebih dari 50% sudah dilaksanakan, serta

sudah ada program tambahan dana sehat yang dikelola oleh masyarakat

yang pesertanya masih terbatas.

D. Posyandu Tingkat Mandiri

Merupakan Posyandu yang sudah bisa melaksanakan programnya secara

mandiri, cakupan program utamanya sudah bagus serta sudah ada

program tambahan. Dana sehat dan telah menjangkau lebih dari 50%

Kepala Keluarga (KK).

2.1.6. Kegiatan Posyandu

Kegiatan pelayanan posyandu dilaksanakan setiap satu bulan sekali

dengan menggunakan system lima meja, yaitu :

A. Meja I (Pendaftaran)

a. Mendaftar bayi/balita yaitu ; menuliskan nama balita pada KMS dan secarik

kertas yang diselipkan pada KMS.

b. Mendaftar ibu hamil yaitu : menuliskan nama ibu hamil pada formulir atau

register ibu hamil.

B. Meja II (Penimbangan dan Pengukuran)

a. Menimbang bayi dan balita.


b. Mencatat hasil penimbangan pada secarik kertass yang akan dipindahkan

pada Kartu Menuju Sehat (KMS).

C. Meja III (Pengisian KMS)

Mengisi KMS atau memindahkan catatan hasil penimbangan balita dari secarik

ketas kedalam KMS anak tersebut.

D. Meja IV (Penyuluhan Pelayanan Kesehatan dan Rujukan)

a. Menjelaskan data KMS pada ibu.

b. Memberikan penyuluhan kepada setiap ibu.

c. Memberikan rujukan ke puskesmas apabila diperlukan untuk balita,

bumil/buteki, BGM, tidak naik 2 kali penimbangan, sakit, bumil/buteki

sakit.

E. Meja V (Pelayanan Kesehatan)

a. Pelayanan Imunisasi.

b. Pelayanan Keluarga Berencana.

c. Pengobatan.

d. Pemberian pil tambah darah, vitamin A, dan obat-obatan.


2.2. Kader

2.2.1. Pengertian Kader

Kader adalah tenaga suka rela yang dipilih oleh masyarakat dan

bertugas mengembangkan masyarakat. Dalam hal ini kader juga disebut sebagai

penggerak atau promoter kesehatan.(Rita,2009).

Direktorat Bina Peran Serta Masyarakat Depkes RI memberikan

batasan kader : “Kader adalah warga masyarakat setempat yang dipilih dan

ditinjau oleh masyarakat dan dapat bekerja secara sukarela”.

Pengertian kader adalah seorang tenaga sukarela yang direkrut dari,

oleh dan untuk masyarakat, yang bertugas membantu kelancaran pelayanan

kesehatan. Kader kesehatan masyarakat adalah laki-laki atau wanita yang dipilih

oleh masyarakat dan dilatih untuk menangani masalah-masalah kesehatan

perseorangan maupun masyarakat untuk berkerja dalam hubungan yang amat

dekat dengan tempat-tempat pemberian pelayanan kesehatan. Kader merupakan

tenaga masyarakat yang dianggap paling dekat dengan masyarakat, departemen

kesehatan membuat kebijakan mengenai latihan untuk kader yang dimaksudkan

untuk meningkatkan pengetahuan, menurunkan angka kematian ibu dan anak.

Para kader kesehatan masyarakat itu seyogyanya memiliki latar belakang

pendidikan yang cukup sehingga memungkinkan mereka untuk membaca, menulis

dan menghitung secara sederhana. Kader kesehatan masyarakat bertanggung

jawab atas masyarakat setempat serta pimpinan yang ditujuk oleh pusat-pusat

pelayanan kesehatan. Diharapkan mereka dapat melaksanakan petunjuk yang

diberikan oleh para pembimbing dalam jalinan kerja dari sebuah tim kesehatan.
Para kader kesehatan masyarakat untuk mungkin saja berkerja secara fulltime atau

partime dalam bidang pelayanan kesehatan dan mereka tidak dibayar dengan uang

atau bentuk lainnya oleh masyarakat setempat atau oleh puskesmas. Namun ada

juga kader kesehatan yang disediakan sebuah rumah atau sebuah kamar serta

beberapa peralatan secukupnya oleh masyarakat setempat. Dengan terbentuknya

kader kesehatan, pelayanan kesehatan yang selama ini dikerjakan oleh petugas

kesehatan saja dapat dibantu oleh masyarakat. Dengan demikian masyarakat

bukan hanya merupakan objek pembangunan, tetapi juga merupakan mitra

pembangunan itu sendiri. Selanjutnya dengan adanya kader, maka pesan-pesan

yang disampaikan dapat diterima dengan sempurna berkat adanya kader, jelaslah

bahwa pembentukan kader adalah perwujudan pembangunan dalam bidang

kesehatan (Published 12 Agustus 2014 by nurulekow)

2.2.2. Macam Kader Kesehatan Dalam Pelayanan Puskesmas

Keberadaan kader sering dikaitkan dengan pelayanan rutin di

posyandu. Padahal ada beberapa macam kader bisa dibentuk sesuai dengan

keperluan menggerakkan partisipasi masyarakat atau sasarannya dalam program

pelayanan kesehatan.

A. Kader Posyandu Balita

Kader yang bertugas di pos pelayanan terpadu (posyandu) dengan kegiatan

rutin setiap bulannya melakukan pendaftaran, pencatatan, penimbangan bayi

dan balita.

B. Kader Posyandu Lansia


Kader yang bertugas di posyandu lanjut usia (lansia) dengan kegiatan rutin

setiap bulannya membantu petugas kesehatan saat pemeriksaan kesehatan

pasien lansia.

C. Kader Masalah Gizi

Kader yang bertugas membantu petugas puskesmas melakukan pendataan,

penimbangan bayi dan balita yang mengalami gangguan gizi (malnutrisi).

D. Kader Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

Kader yang bertugas membantu bidan puskesmas melakukan pendataan,

pemeriksaan ibu hami dan anak-anak yang mengalami gangguan kesehatan

(penyakit).

E. Kader Keluarga Berencana (KB)

Kader yang bertugas membantu petugas KB melakukan pendataan,

pelaksanaan pelayanan KB kepada pasangan usia subur di lingkungan tempat

tinggalnya.

F. Kader Juru Pengamatan Jentik (Jumantik)

Kader yang bertugas membantu petugas puskesmas melakukan pendataan dan

pemeriksaan jentik nyamuk di rumah penduduk sekitar wilayah kerja

puskesmas

G. Kader Upaya Kesehatan Kerja (UKK)

Kader yang membantu petugas puskesmas melakukan pendataan dan

pemeriksaan kesehatan tenaga kerja di lingkungan pos tempat kerjanya

H. Kader Promosi Kesehatan (Promkes)


Kader yang bertugas membantu petugas puskesmas melakukan penyuluhan

kesehatan secara perorangan maupun dalam kelompok masyarakat

I. Kader Upaya Kesehatan Sekolah (UKS)

Kader yang bertugas membantu petugas puskesmas melakukan penjaringan

dan pemeriksaan kesehatan anak-anak usia sekolah pada pos pelayanan UKS.

2.2.3. Pembentukan Kader

Mekanisme pembentukan kader membutuhkan kerjasama tim. Hal ini

disebabkan karena kader yang akan dibentuk terlebih dahulu harus diberikan

pelatihan kader. Pelatihan kader ini diberikan kepada para calon kader didesa

yang telah ditetapkan. Sebelumnya telah dilaksanakan kegiatan persiapan tingkat

desa berupa pertemuan desa, pengamatan dan adanya keputusan bersama untuk

terlaksanakan acara tersebut. Calon kader berdasarkan kemampuan dan kemauan

berjumlah 4-5 orang untuk tiap posyandu. Persiapan dari pelatihan kader ini

adalah:

A. Calon kader yang kan dilatih.

B. Waktu pelatihan sesuai kesepakatan bersama.

C. Tempat pelatihan yang bersih, terang, segar dan cukup luas.

D. Adanya perlengkapan yang memadai.

E. Pendanaan yang cukup.

F. Adanya tempat praktik (lahan praktik bagi kader).


2.2.4. Tujuan Pembentukan Kader

Dalam rangka mensukseskan pembangunan nasional, khusus di

bidang kesehatan, bentuk pelayanan kesehatan diarahkan pada prinsip bahwa

masyarakat bukanlah sebagai objek akan tetapi merupakan subjek dari

pembangunan itu sendiri. Pada hakekatnya kesehatan dipolakan mengikut

sertakan masyarakat secara aktif dan bertanggung jawab.

Keikutsertaan masyarakat dalam meningkatkan efisiensi pelayanan

adalah atas dasar terbatasnya daya, dan upaya dalam operasional pelayanan

kesehatan masyarakat akan memanfaatkan sumber daya yang ada di masyarakat

seoptimal mungkin. Pola pikir yang semacam ini merupakan penjabaran dari karsa

pertama yang berbunyi, “Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menolong

dirinya dalam bidang kesehatan”.

Menurut Santoso Karo-Karo, kader yang dinamis dengan pendidikan

rata-rata tingkat desa teryata mampu melaksanakan beberapa hal yang sederhana,

akan tetapi berguna bagi masyarakat sekelompoknya meliputi :

A. Pengobatan/ringan sederhana, pemberian obat cacing pengobatan terhadap

diare dan pemberian larutan gula garam, obat-obatan sederhan dan lain-lain.

B. Penimbangan dan penyuluhan gizi.

C. Pemberantasan penyakit menular, pencarian kasus, pelaporan vaksinasi,

pemberian distribusi obat/alat kontrasepsi KB penyuluhan dalam upaya

menanamkan NKKBS.
D. Penyediaan dan distribusi obat/alat kontrasepsi KB penyuluhan dalam upaya

menamakan NKKBS.

E. Penyuluhan kesehatan dan bimbingan upaya keberhasilan lingkungan,

pembuatan jamban keluarga dan sarana air sederhana.

F. Penyelenggaraan dana sehat dan pos kesehatan desa dan lain-lain.

2.2.5. Kriteria Kader Posyandu Menurut dr. Suparyanto, M.Kes :

A. Dapat membaca dan menulis.

B. Berjiwa sosial dan mau bekerja secara relawan.

C. Mengetahui adat istiadat serta kebiasaan masyarakat.

D. Mempunyai waktu yang cukup.

E. Bertempat tinggal di wilayah posyandu.

F. Berpenampilan ramah dan simpatik.

G. Diterima masyarakat setempat.

Setelah kader posyandu terbentuk, maka perlu adanya strategi agar

mereka dapat selalu eksis membantu masyarakat dibidang kesehatan.

A. Refresing kader posyandu pada saat posyandu telah selesai dilaksanakan oleh

bidan desa maupun petugas lintas sektor yang mengikuti kegiatan posyandu.

B. Adanya perubahan kader posyandu tiap desa dan dilaksanakan pertemuan rutin

tiap bulan secara bergilir disetiap posyandu.


C. Revitalisasi kader posyandu baik tingkat desa maupun kecamatan. Dimana

semua kader di undang dan diberikan penyegaran materi serta hiburan dan bisa

juga diberikan rewards.

D. Pemberian rewards rutin misalnya berupa kartu berobat gratis ke puskesmas

untuk kader dan keluarganya dan juga dalam bentuk materi yang lain yang

diberikan setiap tahun.

2.2.6. Tugas Kader

Menurut Rita dan Johan (2009), tugas kader meliputi :

A. Pada persiapan hari buka Posyandu


a. Menyiapkan alat penimbangan bayi, Kartu Menuju Sehat (KMS), alat

peraga, alat pengukur lingkar lengan atas untuk ibu hamil dan bayi/anak,

obat-obatan yang dibutuhkan (misalnya, tablet tambah darah/ zat besi,

vitamin A, oralit), bahan atau materi penyuluhan.

b. Mengundang dan menggerakan masyarakat, yaitu dengan memberitahu

ibu-ibu untuk datang ke Posyandu, serta melakukan pendekatan dengan

tokoh-tokoh masyarakat yang dapat memotivasi masyarakat untuk datang

ke Posyandu.

c. Menghubungi kelompok kerja (pokja) Posyandu, yaitu menyampaikan

rencana kegiatan kepada kantor desa dan meminta untuk memastikan

apakah petugas sektor dapat hadir pada hari buka Posyandu.

d. Melaksanakan pembagian tugas diantara kader Posyandu baik untuk

persiapan maupun pelaksanaan kegiatan.

B. Pada hari buka Posyandu atau tugas pelayanan pada lima meja

a. Meja 1 (Pendaftaran)

b. Meja 2 (Penimbangan dan Pengukuran).

c. Meja 3 (Pengisian KMS)

d. Meja 4 (Pelayanan dan penyuluhan).

e. Meja 5 (Pemberian makanan tambahan)

C. Tugas kader setelah membuka Posyandu


a. Memindahkan catatan-catatan pada KMS kedalam buku register atau

buku bantu kader.

b. Menilai hasil kegiatan dan merencanakan kegiatan hari Posyandu bulan

berikutnya.

c. Kegiatan diskusi kelompok bersama ibu-ibu.

d. Kegiatan kunjungan rumah, sekaligus memberikan tindak lanjut dan

mengajak ibu-ibu datang ke Posyandu pada kegiatan bulan berikutnya.

D. Tugas kader diluar hari buka Posyandu

a. Mengadakan pemutakhiran data sasaran Posyandu : bayi, anak balita,

b. Membuat grafik SKDN, yaitu : jumlah semua balita yang bertempat

tinggal di wilayah kerja Posyandu (S), jumlah balita yang mempunyai

KMS atau buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) (K), jumlah balita yang

datang pada hari buka Posyandu (D) dan jumlah balita yang timbangan

berat badannya naik (N).

c. Melakukan tindak lanjut terhadap : sasaran yang tidak datang dan sasaran

yang memerlukan penyuluhan lanjutan.

d. Memberitahukan kepada kelompok sasaran agar berkunjung ke Posyandu

saat hari buka.

e. Melakukan kunjungan tatap muka ke tokoh masyarakat, dan menghadiri

pertemuan rutin kelompok masyarakat atau organisasi keagamaan.

2.2.3. Kader

2.3.1. Pengertian Komunikasi


Komunikasi merupakan salah satu bentuk upaya diantara dua orang

individu maupunn lebih guna menciptakan kebersamaan. Menurut beberapa

pakar, apabila komunikasi diletakkan sebagai kata kerja, maka akan memiliki

beberapa bentuk kandungan makna, yaitu sebagai berikut:

A. Guna bertukar pikiran, perasaan, dan informasi

B. Guna bertukar informasi sehingga saling tahu

C. Menciptakan kesamaan

D. Menciptkan sebuah hubungan simpatik

(Panduan Komunikasi Efektif Keperawatan Profesional, 2013)

Komunikasi secara umum dapat diartikan sebagai interaksi sosial

melalui simbol dan sistem penyampain pesan dari satu pihak kepada pihak lain

agar terjadi pengertian bersama.

Definisi Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi

(pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain. Pada umumnya, definisi

komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua

belah pihak. apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh

keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik

badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala,

mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut definisi komunikasi nonverbal

2.3.2. Fungsi Komunikasi

A. Mencapai pengertian satu sama lain


B. Membina kepercayaan

C. Mengkoordinir tindakan

D. Merencanakan strategi

E. Melakukan pembagian pekerjaan

F. Berbagi rasa

2.3.3. Bentuk-bentuk Bomunikasi

A. Komunikasi Intra personal

Komunikasi Intra personal, secara harfiah dapat diartikan sebagai

komunikasi dengan diri sendiri. Hal ini menyangkut proses disaat diri (self)

menerima stimulus dari lingkungan untuk kemudian melakukan proses

internalisasi. Hal ini sering dijelaskan dengan proses ketika seseorang melakukan

proses persepsi, yaitu proses ketika seseorang mengintrepretasikan dan

memberikan makna pada stimulus atau objek yang diterima panca inderanya.

Adapun fungsi dari komunikasi intra personal adalah :

a. Untuk mengembangkan kreativitas imajinasi, mamahami dan

mengendalikan diri, serta meningkatkan kematangan berpikir sebelum

mengambil keputusan.

b. Komunikasi ini akan membantu seseorang / individu agar tetap sadar akan

kejadian sekitarnya.
B. Komunikasi Interpersonal

Secara umum komunikasi interpersonal (komunikasi antar pribadi)

dapat diartikan sebagai proses pertukaran makna orang-orang yang saling

berkomunikasi. Komunikasi ini dilakukan oleh dua orang atau lebih dan terjadi

kontak langsung dalam bentuk percakapan. Dapat berlangsung dengan berhadapan

muka atau melalui media komunikasi, antara lain dengan menggunakan pesawat

telepon atau radio komunikasi. Komunikasinya bersifat dua arah, yaitu

komunikator dan komunikan yang saling bertukar fungsi.

Dalam proses komunikasi antar pribadi kemampuan komunikator

diperlukan untuk mengekspresikan diri pada peranan orang lain (empati). Untuk

mencapai keberhasilan dalam komunikasi tatap muka perlu didukung dengan

penggunaan komunikasi kebahasaan, bahasa kial dan bahasa sikap. Ketiga peran

bahasa dilaksanakan secara gabungan sehingga muncul keserasian. Contoh

penggunaan ketiga peran bahasa tersebut adalah :

a. Komunikasi kebahasaan, “saya senang dapat berjumpa dengan anda”

b. Bahasa kial , “komunikator mengajak berjabat tangan, atau

membungkukkan badan”

c. Bahasa sikap, komunikator mengekspresikan perasaan senang dengan

memandang penuh perhatian dan senyum dikulum.


Adapun komunikasi interpersonal mencakup beberapa hal sebagai berikut :

a. Pertama komunikasi interpersonal dimulai dengan diri pribadi (self).

Berbagai persepsi komunikasi yang menyangkut pengamatan dan

pemahaman berangkat dari diri sendiri.

b. Kedua, komunikasi interpersonal bersifat transaksional, hal ini mengacu

pada tindakan pihak-pihak yang berkomunikasi secara serempak mengirim

dan menerima pesan.

c. Ketiga, komunikasi interpersonal, mencangkup isi pesan dan hubungan

yang bersifat pribadi (intimacy). Maksudnya, komunikasi interpersonal

tidak hanya sekedar berkenaan dengan isi pesan, tapi juga menyangkut siapa

partner kita dalam berkomunikasi.

d. Keempat, komunikasi interpersonal mensyaratkan adanya kedekatan fisik

anatar pihak-pihak yang berkomunikasi.

e. Kelima, partisipan dalam komunikasi interpersonal terlibat secara

interdependent atau saling bergantung satu dengan lainnya.

f. Keenam, Komunikasi tidak dapat diubah atau diulang, jika kita sudah salah

mengucapkan sesuatu kepada lawan bicara kita, mungkin kita bisa minta

maaf, tetapi tidak berarti menghapus apa yang pernah kita ucapkan.

C. Komunikasi kelompok

Adalah interaksi tatap muka antara tiga orang atau lebih degan tujuan

yg telah diketahui, seperti berbagi informasi, pemecahan masalah yang mana

anggota-anggotnya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota yang lain secara

tepat. (Michael Burgoon, 1978) Suatu bidang studi, penelitian dan penerapan yang
menitikberatkan tidak hanya pada proses kelompok secara umum tetapi juga pada

prilaku komunikasi individu2 pada tatap muka kelompok diskusi kecil.

a. Komunikasi Kelompok kecil (Small Group Discussion)

Komunikasi yang ditujukan kepada kognisi komunikan Prosesnya

berlangsung secara biologis. Dalam komunikasi kelompok kecil,

komunikator menunjukkan pesan langsung dalam benak pikiran komunikan.

Proses komunikasi berlangsung secara dialogis,tidak linier melainkan

sirkular. Komunikasi kelompok kecil adalah sekumpulan perorangan yang

relative kecil yang masing-masing dihubungkan oleh beberapa tujuan yang

sama dan mempunyai derajat organisasi tertentu diantara mereka. Contoh :

rapat, diskusi. Sifat-sifat kelompok kecil yaitu:

Tatap muka Memiliki sedikit partisipan

Membagi tujuan bersama Saling mempengaruhi (perubahan)

b. Komunikasi Kelompok Besar (Large Group Discussion)

Komunikasi kelompok besar adalah komunikasi yang ditujukan kepada

efeksi komunikan. Prosesnya berlangsung secara linier. Pesan disampaikan

komunikator dalam situasi komunikasi kelompok besar, ditujukan kepada

afeksi komunikan. Contoh : rapat raksasa. Tidaklah slalu sama dengan

komunikasi dalam kelompok kecil meskipun setiap kelompok besar pasti

terdiri atas beberapa kelompok kecil.hal ini antara lain dikarenakan

beberapa hal sbb. Komunikasi dalam kelompok besar jumlahnya yang besar

(ratusan atau ribuan orang) di mana dalam suatu situasi komunikasi yang
sedang berlangsung hampir tidak terdapat kesempatan untuk memberikan

tanggapan secara verbal dan personal karna sedikit sekali kemungkinannya

bagi komunikator untuk bertannya jawab.

1.Situasi dialogis hampir tidak ada.

2.Sebaiknya pembicara senantiasa perlu lebih fokus dalam arah

pembicaraannya sehingga pendengar akan dapat mudah mencerna pesan

pembicara.

Sifat-sifat komunikasi kelompok besar yaitu:

1.Sekumpulan banyak orang.

2.Kurang adanya interaksi tatap muka.

3.Cenderung kurang saling mengenal.

D. Komunikasi Organisasi

Komunikasi organisasi secara sederhana dapat didefinisikan sebagai

komunikasi antar manusia (human communication) yang terjadi dalam konteks

organisasi. Dari pengertian tersbut, maka kita dapat memahami bahwasannya

komunikasi organisasi adalah proses komunikasi yang berlangsung secara formal

maupun non formal dalam sebuah system yang disebut organisasi. Yang

bentuknya bisa diidentifikasikan dalam :

a. Downward Communication

b. Upward Communication

c. Horizontal Communication
E. Komunikasi massa

Suatu proses dimana organisasi media memproduksi dan

menyebarkan pesan kepada public secara luas. Disisi lain komunikasi massa juga

diartikan sebagai proses komunikasi dimana, pesan dari media dicari, digunkan

dan dikonsumsi oleh audiens. Dari batasan singkat tersebut, kita dapat melihat

bahwasannya karakteristik utama komunikasi massa adalah adanya media massa

sebagai alat dalam penyebaran pesannya.

Kehadiran tenaga kesehatan Puskesmas yang diwajibkan di Posyandu

satu kali dalam sebulan. Dengan perkataan lain kehadiran tenaga kesehatan

Puskesmas tidak pada setiap hari buka Posyandu (untuk Posyandu yang buka

lebih dari 1 kali dalam sebulan). Peran petugas Puskesmas pada hari buka

Posyandu antara lain sebagai berikut :

a. Membimbing kader dalam penyelenggaraan Posyandu.

b. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dan Keluarga Berencana di langkah

5 (lima). Sesuai dengan kehadiran wajib petugas Puskesmas, pelayanan

kesehatan dan KB oleh petugas Puskesmas hanya diselenggarakan satu kali

sebulan. Dengan kata lain, jika hari buka Posyandu lebih dari satu kali

dalam sebulan, pelayanan tersebut diselenggarakan hanya oleh kader

Posyandu sesuai dengan kewenangannya.

c. Menyelenggarakan penyuluhan dan konseling kesehatan, KB, dan gizi

kepada pengunjung Posyandu dan masyarakat luas.


d. Menganalisis hasil kegiatan Posyandu, melaporkan hasilnya kepada

Puskesmas, serta menyusun rencana kerja dan melaksanakan upaya

perbaikan sesuai dengan kebutuhan Posyandu.

e. Melakukan deteksi dini tanda bahaya umum terhadap ibu hamil, melakukan

pengukuran tinggi badan, lingkar kepala dan deteksi perkembangan pada

bayi dan anak balita, serta melakukan rujukan ke Puskesmas apabila

dibutuhkan. (Kementerian Kesehatan RI. Sekretariat Jenderal Pedoman

Umum Pengelolaan Posyandu.- Jakarta : Kementerian Kesehatan RI. 2011)

Anda mungkin juga menyukai