Anda di halaman 1dari 13

HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN TINGKAT KEPATUHAN

PERAWAT DAN BIDAN DALAM PENANGANAN ASFIKSIA


PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD BAJAWA
FLORES NTT

ARTIKEL ILMIAH
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan

Oleh :
KRISTINA YASINTA REDO
NIM. ST 151069

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2017
HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PERAWAT DAN
BIDAN DALAM PENANGANAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR
DI RSUD BAJAWA
FLORES NTT
Kristina Yasinta Redo1), Anita Istiningtyas2), Martina Ekacahyaningtyas3)
1)
Mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan STikes Kusuma Husada Surakarta
2) 3)
Dosen Program Studi Sarjana Keperawatan STikes Kusuma Husada Surakarta
Abstrak
Motivasi merupakan faktor pendukung penting yang harus dimiliki oleh setiap perawat
karena motivasi yang baik dapat membawa seseorang melakukan suatu tindakan yang
optimal. Kepatuhan seorang perawat dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti usia,
pendidikan, pengetahuan, masa kerja, dan motivasi dalam pelayanan. Asfiksia merupakan
kegawatan pada bayi baru lahir yang tidak dapat bernafas secara spontan yang dapat
menimbulkan kematian pada bayi baru lahir. Berdasarkan kasus asfiksia yang terjadi di
RSUD Bajawa pada tahun 2014 sebanyak 157 kasus dan tahun 2015 sebanyak 167 kasus,
oleh karena itu motivasi dan kepatuhan perawat dan bidan sangat penting dalam
penanganan bayi baru lahir dengan asfiksia di RSUD Bajawa. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui hubungan motivasi dengan kepatuhan perawat dan bidan pelaksana
dalam penanganan asfiksia pada bayi baru lahir di RSUD Bajawa. Desain penelitian
menggunakan observational analitik dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan
sampel dilakukan dengan teknik total sampling dengan jumlah sampel sebanyak 35
responden. Hasil uji Kendall tau diperoleh ada hubungan motivasi dengan kepatuhan
perawat pelaksana dalam melaksanakan penanganan asfiksia pada bayi baru lahir di
RSUD Bajawa (ρ = 0,017) sedangkan r hitungnya adalah 0,48 yang berarti hubungan
antara motivasi dengan tingkat kepatuhan adalah sedang.
Kata kunci : Motivasi, Kepatuhan, Asfiksia

CORRELATION BETWEEN MOTIVATION AND OBEDIENCE LEVEL OF


NURSES AND MIDWIVES IN IMPLEMENTING NEONATAL ASPHYXIA AT
BAJAWA HOSPITAL FLORES NTT

Kristina Yasinta Redo1), Anita Istinyngtyas2), Martina Ekacahyaningtyas3)


)
Student of Bachelor Program in Nursing Science of Kusuma Husada Health Science
College of Surakarta
2) 3)
Leacturer Bachelor Program in Nursing Science of Kusuma Husada Health Science
College of Surakarta

Abstract
Motivation is an important contributing factor that should be achieved by a nurse
because a good motivation can lead a person to do an action optimally. Nurses’
obedience can be influenced by factors of age, education, knowledge, working period,
and working motivation. Asphyxia is an emergency situation of the neonatal who cannot
breathe spontaneously, it can cause a death. Asphyxia cases that occurred at Bajawa
hospital in 2014 were 157 cases and 167 cases in 2015. Motivation and obedience of
nurses and midwives are very important in the treatment of neonatal with asphyxia in
Bajawa hospital. This research aims to determine the correlation between motivation and
obedience level of nurses and midwives in implementing neonatal asphyxia at Bajawa

1
hospital. The research design used analytical observational with cross-sectional
approach. The sampling was done by using total sampling technique, the total sample
was 35 respondents consisted of nurses and midwives who implementing neonatal
asphyxia in Bajawa hospital. The result of Kendall test, it was obtained that there is
correlation between motivation and nurses and midwives obedience in implementing
neonatal asphyxia at Bajawa hospital (ρ = 0.017). The r value was 0.48, so it means that
the correlation between the variables is moderate. Based on the description above, it can
be concluded that motivation and obedience of nurses and midwives are very important in
reducing the asphyxia incidence. Hospital institutions are expected to have some policies
in order to improve nurses and midwives motivation and obedience such as periodic
seminars, increasing supervision nurses, and giving reward. Thus, nurses and midwives
can implement neonatal asphyxia correctly.

Keywords : Motivation, Obedience, Asphyxia

2 2
pernafasan dan jika ada asfiksia segera
PENDAHULUAN lakukan hal-hal berikut: Segera
Asifiksia Bayi Baru Lahir adalah keringkan bayi dengan kepala sedikit
merupakan kegagalan nafas secara ekstensi dan penolong berdiri di sisi
spontan dan teratur pada saat lahir atau kepala bayi, miringkan kepala bayi,
beberapa saat setelah lahir (IDAI). Bayi bersihkan mulut dengan kasa yang
dengan gawat janin sebelum lahir dibalut pada jari telunjuk, isap lendir
umumnya akan mengalami asfiksia dari mulut dan hidung bayi dari sisa
pada saat dilahirkan. Masalah ini erat ketuban (vivian, 2014). Menurut Open
hubungannya dengan kesehatan ibu Journal Of Nursing, urutan
hamil, kelainan tali pusat, atau masalah penatalaksanaan resusitasi pada bayi
yang mempengaruhi kesejahteraan bayi memiliki 19 poin yang pada dasarnya
selama atau setelah persalinan. sama dengan penatalaksanaan asfiksia
Secara global 23% kematian bayi pada umumnya (Bertha Chikuse et all,
di indonesia dikaitkan dengan asfiksia 2012). Hal ini dilakukan untuk
bayi baru lahir. Kejadian asfiksia masih meminimalkan terjadinya asfiksia pada
menjadi masalah serius di Indonesia, bayi baru lahir. Pelaksanaan
kejadian asfiksia pada tahun 2009 manajemen asfiksia pada bayi baru
sebanyak 151 kasus, dan pada tahun lahir sesuai dengan prosedur tetap
2011 mengalami peningkatan yaitu (protap) yang ada, salah satunya adalah
terdapat 212 kasus Riskesdas (2007). penentuan nilai Apgar Score.
Penyebab dari tingginya angka Kejadian asfiksia ini bisa dikurangi
kejadian baru lahir dengan asfiksia apabila perawat dan bidan yang bekerja
banyak tor dipengaruhi oleh beberapa di ruang perinatologi dituntut untuk
faktor yaitu keadaan ibu, keadaan tali memiliki kepatuhan yang baik terhadap
pusat, keadaan bayi. Salah satunya penerapan prosedur tetap (protap)
adalah faktor ibu, yaitu kurangnya pelaksanaan bayi baru lahir dengan
kesadaran ibu untuk memeriksakan asfiksia. Kepatuhan petugas profesional
kehamilannya (vivian, 2014). (perawat) adalah sejauh mana perilaku
Penanganan asfiksia secara umum seorang perawat sesuai dengan
pada bayi baru lahir yaitu bersihkan ketentuan yang telah diberikan
jalan nafas dengan penghisap lendir dan pimpinanan perawat atau pihak rumah
kasa steril, potong tali pusat bayi, sakit (Niven,2002). Kepatuhan tenaga
keringkan tubuh bayi, nilai status keseshatan terutama perawat dan bidan

3
terhadap protap penanganan asfiksia kurangnya tenaga dan beban kerja serta
pada bayi baru lahir adalah hal yang kurang reward yang diberikan ke
paling penting karena dapat membantu petugas tersebut.
mengurangi angka kejadian bayi baru Berdasarkan uraian tersebut
lahir dengan asfiksia. peneliti tertarik untuk melakukan
Berdasarkan hasil studi penelitian tentang hubungan antara
pendahuluan yang dilakukan oleh motivasi perawat dan bidan dengan
peneliti menunjukkan bahwa angka tingkat kepatuhan dalam penanganan
kejadian asfiksia di RSUD Bajawa asfiksia pada bayi baru lahir di RSUD
semakin meningkat, hal ini berdasarkan Bajawa.
data yang diperoleh dari bagian rekam Tujuan Penelitian
medik RSUD Bajawa didapatkan Tujuan Umum dari penelitian
bahwa, pada 2 tahun terakhir terjadi ini adalah untuk mengetahui Hubungan
peningkatan angka asfiksia pada bayi Motivasi dengan Tingkat Kepatuhan
bayi baru lahir. Pada tahun 2014 Perawat dan Bidan Dalam penanganan
terdapat 157 kasus dan pada tahun 2015 asfiksia Pada Bayi Baru Lahir di RSUD
sebanyak. Berdasarkan hasil wawancara Bajawa Flores NTT.
pada lima perawat dan dua bidan, Tujuan Khusus
didapatkan beberapa ungkapan yang Tujuan khusus dari penelitian ini
mengatakan bahwa, mereka sering tidak adalah untuk:
melakukan protap penanganan asfiksia 1. Mengidentifikasi karakteristik
pada bayi baru lahir dengan baik, responden
seperti contohnya langkah pertama 2. Mengidentifikasi motivasi
tidak dilakukan terlebih dahulu tetapi perawat dan bidan dalam
langsung melakukan langkah yang penanganan bayi asfiksia.
kedua, alasan yang mempengaruhi 3. Mengidentifikasi tingkat
motivasi dan kepatuhan perawat adalah kepatuhan perawat dan bidan
beban kerja yang cukup tinggi, dalam penanganan bayi
sehingga memyebabkan kelelahan pada asfiksia.
petugas kesehatan yang akan 4. Menganalisis hubungan
menangani kondisi tersebut, hal ini motivasi dengan tingkat
menyebabkan motivasi perawat dan kepatuhan perawat dan bidan dalam
bidan disana semakin kurang yang penanganan bayi asfiksia.
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu

4 4
METODE PENELITIAN Tabel Karakteristik Responden dalam
Metode penelitian yang penananganan asfiksia pada bayi baru
digunakan merupakan penelitian lahir di RSUD Bajawa tahun 2017
kuantitatif observasional analitik Flores NTT (n = 35)
dengan pendekatan cross sectional.
Penelitian ini dilakukan di Ruang bayi Variabel Frekuensi Persentase
dan ruang bersalin di RSUD Bajawa (f) (%)
Umur
Flores NTT pada tanggal 8 – 14 Remaja 7 20,0
Akhir 19 54,3
Oktober 2016. Sampel dalam penelitian Dewasa 9 25,7
ini berjumlah 35 sampel. Teknik Awal
Dewasa
pengambilan sampel menggunakan Akhir
Pendidikan
total sampling. D3 28 80,0
S1 7 20,0
Instrumen pengumpulan data Berapa kali
pelatihan 17 48,6
menggunakan kuesioner terstruktur Satu kali 13 37,1
Dua kali 5 14,3
yang terdiri dari kuesioner motivasi dan
Tiga kali
kuesioner tingkat kepatuhan perawat Status
Perkawinan 25 71,4
dan bidan dalam penanganan asfiksia Belum 10 28,6
pada bayi baru lahir di RSUD Bajawa. Kawin
Kawin
Cara analisis data yaitu univariat untuk Masa Kerja
Baru 10 28,6
menjelaskan atau mendeskripsikan Lama 25 71,4
karakteristik setiap variabel penelitian Motivasi
Tidak baik - -
dengan menggunakan distribusi Kurang baik 7 20,0
Cukup 28 80,0
frekuensi dan analisis bivariat untuk Baik - -
mengetahui hubungan keterkaitan dua Kepatuhan
Tidak patuh 5 14,3
variabel dengan menggunakan uji Patuh 30 85,7
Kendall Tau
Total 35 100,0

HASIL PENELITIAN DAN


PEMBAHASAN

1. Analisa Univariat

a. Karakteristik responden

Tabel 1 Karakteristik Responden

5
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan kebaikan dan keuntungan bersama. Hal
bahwa distribusi frekuensi untuk umur ini diperkuat oleh Purwadi dan Sofiana
sebagian besar responden berumur (2006) yang membuktikan bahwa
dewasa awal dengan julah responden 19 perawat dengan pendidikan D3 dan
orang (54,3%), hasil penelitian ini dengan tingkat pendidikan tinggi
sesuai dengan penelitian Lumatauw dkk lainnya mempunyai efisiensi kerja dan
(2014) yang dilakukan terhadap 15 penampilan kerja yang lebih baik
orang perawat di ruang NICU RSUP daripada perawat dan bidan yang
Prof. Dr. R. D. Kandou Manado memiliki tingkat pendidikan yang
penelitian ini mendapatkan rata-rata rendah. Menurut peneliti pendidikan
responden berumur 32-39 tahun. setingkat D3 atau sederajat maka
Menurut Notoatmodjo (2010) pengalaman dan pengetahuan yang
mengatakan bahwa usia seseorang akan didapatkan juga tinggi dan mampu
mempengaruhi daya tangkap dan pola menerima informasi dengan baik.
pikir seseorang terhadap informasi yang
Distribusi frekuensi untuk status
diberikan.
perkawinan sebagian besar responden
Distribusi frekuensi pendidikan sudah kawin dengan jumlah 25 orang
sebagian besar berpendidikan D3 (71,4%). Berdasarkan status
dengan jumlah 28 orang (80,0%), perkawinan tidak cukup studi untuk
pendidikan D3 merupakan kategori menggambarkan status perkawinan
pendidikan tinggi dan menurut John terhadap produktivitas, tetapi fakta
Taylor dan Gatto (2009) ciri-ciri orang menunjukkan bahwa perawat yang
dengan pendidikan tinggi adalah sudah menikah memiliki angka absensi
memiliki prinsip dan nilai-nilai pribadi, yang lebih kecil, menjalani perpindahan
memahami, dan menghargai prinsip dan lebih sedikit, dan kepuasan kerja lebih
nilai yang dimiliki oleh komunitas besar dibandingkan pegawai yang
disekelilingnya, merasa nyaman saat belum menikah, ini menurut peneliti
sendiri, menciptakan hal-hal-hal baru sebelumnya Setyaningsih (2015). Hal
dan menemukan pengalaman baru, ini sejalan dengan penelitian yang
menganalisa, dan menemukan dilakukan oleh Purwadi dan Sofiana
kebenaran tanpa harus bergantung pada (2006) yang membuktikan bahwa,
opini orang lain, memiliki aktivitas dan individu yang telah menikah akan
pekerjaan yang berkontribisi pada meningkat meningkat dalam kinerja,

6 6
karena mempunyai pemikiran yang sekarang dan membantu pegawai untuk
lebih matang dan bijaksana yang sangat menguasai keterampilan dan
diperlukan dalam prinsip etik. Peneliti kemampuan yang spesifik untuk
mengambil kesimpulan bahwa status berhasil dalam pekerjaannya.
perkawinan merupakan faktor
Distribusi frekuensi masa kerja
pendorong timbulnya motivasi perawat
sebagian besar responden memiliki
dan bidan dan berpengaruh signifikan
masa kerja lama dengan jumlah 25
terhadap pelaksanaan penanganan bayi
orang (71,4%), hal ini tidak sesuai
baru lahir dengan asfiksia. Menurut M.
dengan penelitian yang dilakukan oleh
Taufik (2007) mengatakan bahwa
Trywidyawati (2013) di salah satu
setiap manusia pasti punya cita-cita
rumah sakit di daerah Semarang,
(expentency) hal ini tergantung usia.
sebagian besar perawat adalah dengan
Distribusi frekuensi pelatihan masa kerja yang baru yaitu sebanyak 61
resusitasi sebagian besar responden orang (82,4%), hal ini tentu
pernah mendapatkan pelatihan berpengaruh karena belum banyak
sebanyak satu kali dengan jumlah 25 pengetahuan-pengetahuan dan
orang (71,4%), hal ini menurut peneliti pengalaman yang dimiliki
adalah salah satu faktor yang dibandingkan dengan perawat yang
mempengaruhi semangat kerja sudah bekerja lama.
seseorang, mereka akan cenderung
Pengalaman merupakan salah
nerasa takut salah dalam bekerja karena
satu faktor dalam diri manusia yang
kurangnya pelatihan yang didapat.
sangat menentukan saat penerimaan
Seorang perawat yang sering rangsangan. Menurut Simamora (2012)
mendapat pelatihan akan lebih percaya pada proses persepsi langsung orang
diri dan mampu melakukan resusitasi yang mempunyai pengalaman akan
pada bayi dengan asfiksia. Hal ini selalu lebih pandai dalam menyikapi
sesuai dengan pendapat Ivancevich segala hal daripada mereka yang belum
(2008), bahwa pelatihan adalah sebuah memiliki banyak pengalaman. Menurut
proses sistematis untuk mengubah peneliti lama masa kerja sangat
perilaku kerja seseorang atau berpengaruh terhadap kinerja
sekelompok pegawai untuk kemampuan petugas kesehatan tersebut
meningkatkan kinerja organisasi. karena banyaknya pengalaman yang
Pelatuhan berorientasi pada masa didapatkan saat bekerja.

7
Distribusi frekuensi motivasi menurut Douglas Mc Gregor bahwa
sebagian besar responden memiliki motivasi itu penting untuk mendorong
motivasi yang cukup dengan jumlah 28 seseorang dalam bekerja karena
orang (80,0%). Motivasi sering motivasi merupakan energi yang
diartikan dengan istilah dorongan. mendorong seseorang untuk bangkit
Setiap tindakan yang dilakukan oleh menjalankan tugas pekerjaan mencapai
manusia selalu dimulai dengan motivasi tujuan yang telah ditetapkan (Siagian,
(niat). Seorang petugas akan memiliki 2009).
semangat tinggi dalam melaksanakan
Distribusi frekuensi tingkat
tugas yang dibebankan kepadanya, hasil
kepatuhan sebagian besar responden
observasi yang didapatkan saat
patuh dengan jumlah 30 orang (85,7%).
penelitian gambaran motivasi perawat
Kepatuhan petugas profesional
dan bidan di RSUD Bajawa masih
(perawat) adalah sejauh mana perilaku
cukup, ini dibuktikan oleh kenyataan
seorang perawat sesuai dengan
bahwa ada perawat dan bidan yang
ketentuan yang telah ditetapkan oleh
melakukan pekerjaan hanya karena
pimpinan perawat atau pihak rumah
karena tuntutan pekerjaan dan juga
sakit (Niven, 2002). Hal ini sesuai
merasa takut akan atasan tetapi tidak
dengan pendapat Simamora (2012)
memiliki kemauan dari dalan diri
bahwa dalam pelayanan keperawatan,
sendiri untuk bekerja dengan baik.
kepatuhan terhadap standar sangat
Hasil kajian dari beberapa membantu perawat untuk mencapai
sumber terdapat banyak faktor yang asuhan yang berkualitas, sehingga
memyebabkan para perawat dan bidan perawat dan bidan harus berpikir
di ruang bayi dan ruang bersalin RSUD realistis tentang pentingnya evaluasi
Bajawa memiliki motivasi yang cukup sistematis terhadap semua aspek asuhan
dalam penanganan bayi baru lahir yang berkualitas tinggi.
dengan asfiksia dipengaruhi oleh
2. Analisa Bivariat
sebagian besar pendidikan perawat dan
bidan adalah D3 dengan pengalaman Tabel 2 Hubungan motivasi dengan
kerja paling lama. Kedua hal ini tingkat kepatuhan perawat dan bidan
menunjang para perawat dan bidan dalam penanganan asfiksia pada bayi
untuk termotivasi dalam melaksanakan baru lahir di RSUD Bajawa Flores
asuhan keperawatan. Teori motivasi NTT tahun 2017 (n = 35)

8 8
Kepatuhan lahir. Nilai r hitung sebesar 0,48 yang
motivasi
bermakna bahwa tingkat hubungan
perawat dan P
Tidak r
bidan dalam
Patuh patuh Total
antara variabel dalam kategori sedang
penanganan
karena nilai interval koefisien
asfiksia
korelasinya adalah 0,40 – 0,599
Baik
0 0 (%) 0 (%) - - Sugiyono (2015). Nilai korelasi dari
penelitan ini adalah korelasi positif
Cukup 26 2 28 0,408 0,017
(92,9%) (7,1%) (100%) dengan hubungan satu arah yang
4 3 7
Kurang baik artinya semakin tinggi motivasi kerja
(57,1%) (42,9%) (100%)
perawat dan bidan maka semakin tinggi
Tidak baik 0 0 (%) 0 (%) - -
tingkat kepatuhan dalam penanganan
30 5 35
Total
(87,5%) (14,3%) (100%)
asfiksia pada bayi baru lahir.

Hasil penelitian ini didukung oleh

Berdasarkan tabel 2 Mayoritas penelitian yang dilakukan oleh Devi

motivasi perawat dan bidan cukup dan Wijayanti (2013) yaitu motivasi

dalam penanganan asfikisa pada bayi kerja perawat dan bidan mempunyai

baru lahir sebanyak 28 orang (80,0%), hubungan bermakna dengan kepatuhan

untuk kepatuhan mayoritas patuh perawat diperoleh p value = 0,009 (p

dalam penanganan asfiksia pada bayi lebih kecil dari alpha yaitu 0,05) maka

baru lahir sebanyak 30 orang (85,7%). Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti
ada hubungan yang bermakna antara
Temuan penelitian ini
motivasi perawat dengan kepatuhan
menunjukkan bahwa motivasi perawat
perawat dalam melaksanakan SOP.
dalam penanganan asfiksia pada bayi
Menurut Abraham Maslow motivasi
bayi baru lahir di RSUD Bajawa Flores
adalah dorongan yang dirangsang
NTT sudah cukup baik dalam
ataupun tidak, harus tumbuh sebagai
menunjang asuhan keperawatan.
subjek yang memenuhi kebutuhannya
Hasil uji statistik Kendall Tau masing-masing yang harus dicapainya
diperoleh p value sebesar 0,017 yang dan sekaligus selaku subyek yang
berarti p value < 0,05, sehingga Ho
mencapai hasil untuk sasaran
ditolak dan Ha diterima yang artinya ada
organisasi-organisasi (Uno, 2016).
hubungan antara motivasi dan tingkat
kepatuhan perawat dan bidan dalam Melihat hasil penelitian ini

penanganan asfiksia pada bayi baru diharapkan perawat dan bidan

9
pelaksana lebih meningkatkan motivasi 2. Bagi RSUD Bajawa
dan kepatuhannya dalam melaksanakan
Sebagai bahan yang dapat memberikan
penanganan bayi baru lahir dengan
gambaran tentang manfaat hubungan
asfiksia, untuk mencegah meningkatnya
motivasi dengan tingkat kepatuhan
angka bayi yang dirawat dengan
dalam penanganan asfiksia pada bayi
asfiksia, maka penanganan bayi baru
baru lahir, dimana perlu dilakukannya
lahir dengan asfiksia harus sesuai
seminar secara berkala maupun
dengan SOP untuk meningkatkan mutu
penambahan perawat supervisi.
pelayanan rumah sakit.
3. Bagi Institusi Pendidikan
SIMPULAN
Sebagai bahan refrensi, bahan acuan
Hasil penelitian diperoleh bahwa
dalam menambah ilmu pengetahuan
sebagian besar perawat dan bidan
tentang pentingnya motivasi dan tingkat
(92,9%) mempunyai motivasi dengan
kepatuhan dalam menunjang
kategori cukup akan mempunyai
keberhasilan dalam menangani asfiksia
kepatuhan dalam pelaksanaan
pada bayi baru lahir, sehingga mampu
penanganan bayi baru lahir di RSUD
menciptakan perawat dan bidan yang
Bajawa. Nilai p value sebesar 0,017 ,
memiliki kualitas yang baik.
berarti terdapat hubungan yang
signifikan antara motivasi dengan 4. Bagi Peneliti Selanjutnya
tingkat kepatuhan dalam penanganan
Sebagai bahan acuan untuk
asfiksia pada bayi baru lahir di RSUD
menembangkan penelitian yang serupa
Bajawa Flores NTT.
dengan mengembangkan variabel yang
SARAN sudah ada, seperti meneliti tentang
pengaruh keterampilan perawat dan
1. Bagi perawat dan bidan.
bidan terhadap tingkat keberhasilan
Sebagai bahan bahan evaluasi dalam resusitasi pada bayi baru lahir dengan
meningkatkan kinerja dalam bekerja, asfiksia.
menambah pengetahuan perawat dan
bidan bahwa motivasi dan tingkat
kepatuhan merupaka faktor yang paling
penting dalam melaksanakan asuha
keperawatan.

10 10
DAFTAR PUSTAKA Keperawatan di ICU RSUD
Gambiran Kota Kediri. Jurnal
Chikuse, B. Et all. (2012). Midwives Kesehatan. Universitas
adherence to guidilines on the Brawijaya Malang. www.e –
management of birth asphyxia jurnal.com/2015/05/faktor-
in Malawi. Open Journal Of yang –mempengaruhi
Nursing. Vol 2, 351-357”. kepatuhan.html. Diakses pada
http://dx.doi.org/10.4236/ojn. tanggal 28 oktober 2016.
2012.24052 diakses pada
tanggal 7 juni 2016 Niven, Neil. (2002). Psikologi
Kesehatan Keperawatan
Devi, Wijayanti (2013). Hubungan Pengantar untuk Perawat dan
Motivasi dengan Tingkat Profesional Kesehatan lain.
Kepatuhan Perawat Pelaksana Jakarta: EGC.
Dalam melaksanakan
Perawatan Luka Post Notoatmodjo. S. 2010. Ilmu Perilaku
OperasiSsesuai Dengan SOP Kesehatan. Jakarta : PT
di RSUD Batang. www.e – Rineka Cipt.
skripsi. Stikesmuh – pkj.ac.id
/ e – skripsi / index . php?? Purbadi, D. & Sofiana, N. A (2006).
Diakses pada tanggal 6 Analisis Faktor Lingkungan
november 2016 dan Individu Berpengaruh
Terhadap Peningkatan Kinerja
Ivancevich, John M, Roberto Perawat. (Tesis) Institut
Konopaske dan Michael T Teknologi
Matteso, 2009. Perilaku dan Bandung.http://digilib.itb.ac.i
Manajemen Organisasi, Edisi d/dgl.php?mod=browse&op=r
Ketujuh, Erlangga, Jakarta. ead&id=jbptsbmit-dgl-
nooraridas-86. Diakses pada
Jaringan Nasional Pelatihan Klinik tanggal 26 januari 20017.
Kesehatan Reproduksi JNPK-
KR. (2014). Asuhan Titis, S. (2014). Hubungan Motivasi
Persalianan Normal. Jakarta : Kerja Perawat Dengan Mutu
Departemen Kesehatan Pendokumentasian Asuhan
Republik Indonesia. Keperawatan di Ruang rawat
Inap Penyakit Dalam RSUD
Lumatauw ,S. Kumaat, L. Karundeng, Panembahan Senopati Bantul
M. (2014). Hubungan Yogyakarta. http://opac.
Pengetahuan Dan sikap Unisayogya.ac.id/
Perawat Dengan 480/I/Naskah Publikasi
Penaganganan Asfiksia Berat Baru.pdf
Pada Bayi Baru Lahir Di
Ruang NICU RSUP Prof Dr Triwidyawati, Kristyawati dan
R.D Kandou Manado. Jurnal Purnomo (2013). Hubungan
Keperawatan Home > vol 2, Kepatuhan Perawat dalam
no 2. http:// di akses pada menjalankan SOP
tanggal 1 juni 2016. Pemasangan Infus dengan
Navzia. Natasia. (2013). Faktor Yang Kejadian Plebhitis. Jurnal
Mempengaruhi Kepatuhan Keperawatan. Semarang:
Pelaksanaan SOP Asuhan

11
STIKES Telogorejo
Semarang.

Taufik, M. (2007). Prinsip – Prinsip


Promosi Kesehatan Dalam
Bidang Keperawatan Untuk
Perawat dan Mahasiswa
Keperawatan. Jakarta:
Infomedika.

Uno, B.H (2016) Teori Motivasi Dan


Pengukurannya. Jakarta :
Bumi Aksara

Vivian, Dewi N.L. (2014). Asuhan


Neonatus Bayi Dan Anak
Balita. Jakarta : Salemba
Medika.

12 12

Anda mungkin juga menyukai