Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan
kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah,
dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan
gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan
menggunakan media cetak, media elektronik, media siber dan segala jenis saluran
yang tersedia. Perusahaan pers adalah badan hukum Indonesia yang
menyelenggarakan usaha pers meliputi perusahaan media cetak, media elektronik, dan
kantor berita, serta perusahaan media lainnya yang secara khusus menyelenggarakan,
menyiarkan, atau menyalurkan informasi. Wartawan adalah orang yang secara teratur
melaksanakan kegiatan jurnalistik.
Tentu dari pengertian pers menurut undang-undang ini dapat kita lihat bahwa
Soeharto sudah melanggar peraturan dari perundang-undangan ini, yaitu ia telah
menahan dan bahkan menghentikan secara paksa kegiatan jurnalistik yang meliputi
mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan
informasi dalam bentuk apapun melalui media cetak. Soeharto adalah pemimpin
Indonesia, seharusnya ia menjadi panutan bagi rakyat Indonesia tetapi ia malah
mencontohkan pelaggaran aturan-aturan yang ada.
Hak untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dari media cetak yang
dalam kasus ini majalah Tempo. Dengan pelarangan pemberitaan informasi tersebut
tentunya secara tidak langsung masyarakat indonesia tidak akan tahu kasus pembelian
kapal perang ex-Jerman Timur oleh B.J.Habibie tersebut. Hal ini membuat masyarakat
tidak memperoleh informasi penting bagi mereka agar mereka bisa mengkritik
pemerintah agar dapat berubah menjadi lebih baik lagi. Dengan terhalangnya kita
untuk memepreoleh informasi, menunjukkan bahwa terjadi pelanggaran HAM dalam
UUD 1945 pada pasal 28 F, yaitu untuk memperoleh informasi yang seharusnya kita
yang sebagai bagian dari Indonesia yang sangat berperan penting bagi kemajuan
bangsa ini tahu.
4. Pasal 28 E ayat 3
Berisi tentang kebebasan setiap orang untuk mengeluarkan pendapat.
Hak untuk bebas berpendapat dan mengeluarkan suara sebagai masyarakat
Indonesia. Sebuah majalah seperti majalah tempo ini tentunya tidak hanya berisi segala
sesuatu yang baik-baik saja yang terkadang harus berbohong agar mendapatkan hasil
yang baik dan disenangi oleh berbagai pihak melainkan berisi tentang pendapat-
pendapat mereka juga yang menceritakan kasus-kasus yang menjadi topik mereka di
majalah tersebut. Masyarakat yang membacanya pun pasti akan tergerak untuk
mengeluarkan pendapat mereka baik melalui media surat maupun langsung datang ke
tempat perusahaan majalah tersebut berdiri. Dengan pembredelan majalah tersebut
oleh pemerintah tentunya sudah melarang setiap orang untuk berekspresi dengan
mengeluarkan pendapat mereka. Seperti kasus ini, masyarakat menjadi tidak dapat
atau bahkan tidak berani untuk mengeluarkan pendapatnya dan bahkan mengkritik
sistem pemerintahan karena mereka sudah tahu apa yang akan mereka terima jika
mereka melakukan hal tersebut. Mereka akan diculik dan hilang keberadaanya pada
masa pemerintahan Soeharto.
5. Pasal 28 E ayat 1
Berisi tentang setiap orang berhak untuk medapatkan ilmu pengetahuan demi
mengembangkan kualitas diri.
Hak untuk meningkatkan kualitas diri. Hal ini bisa terjadi karena Pemerintah
yang terlalu melarang keras kritikan dari masyarakat dan juga penyebaran informasi-
informasi yang mengkritik sistem pemerintahan pada saat itu. Soeharto yang terlalu
keras dan bersifat antidemokratis dan terlalu ingin “menang sendiri” inilah yang
membuat Indonesia tidak akan maju jika sistem pemerintahannya diterapkan sampai
sekarang ini. Rakyat tidak dizinkan untuk belajar budaya luar membuat pengetahuan
rakyat sangt minim dan tidak dapat mengejar ketertinggalan dengan negara-negara lain
yang sudah maju. Indonesia hanya akan diam ditempat dan rakyat akan merasa
terpenjara di negara sendiri seperti yang dirasakan oleh masyarakat di Korea Utara saat
ini. Dengan penutupan informasi tersebut akan membuat kita sulit untuk
mengembangkan kualitas kita yang secara tidak langsung akan membawa nama negara
kita ke manca negara.
Dilihat dari segi moral merupakan perbuatan tidak baik yakni bertentangan dengan
nilai–nilai kemanusiaan;
Dilihat dari segi hukum, bertentangan dengan prinsip hukum yang mewajibkan bagi
siapapun untuk menghormati dan mematuhi instrumen HAM;
Dilihat dari segi politik membelenggu kemerdekaan bagi setiap orang untuk
melakukan kritik dan kontrol terhadap pemerintahannya. Akibat dari kendala ini, maka
pemerintahan yang demokratis sulit untuk di wujudkan.
Perilaku aktif yakni berupa ikut menyelesaikan masalah pelanggaran HAM di
Indonesia, sesuai dengan kemampuan dan prosedur yang dibenarkan. Hal ini sesuai dengan
amanat konstitusi kita (dalam Pembukaan UUD 1945) bahwa kemerdekaan yang
diproklamasikan adalah dalam rangka mengembangkan kehidupan yang bebas. Juga sesuai
dengan “Deklarasi Pembela HAM” yang dideklarasikan oleh Majelis Umum PBB pada
tangal 9 Desember 1998. Isi deklarasi itu antara lain menyatakan “setiap orang mempunyai
hak secara sendiri–sendiri maupun bersama– sama untuk ikut serta dalam kegiatan
menentang pelanggaran HAM”.
Mendukung upaya lembaga yang berwenang untuk menindak secara tegas pelaku
pelanggaran HAM. Misalnya mendukung digelarnya peradilan HAM, mendukung
upaya penyelesaian melalui lembaga peradilan HAM internasional, apabila peradilan
HAM nasional mengalami jalan buntu.
Mendukung dan berpartisipasi dalam setiap upaya yang dilakukan pemerintah dan
masyarakat untuk memberikan bantuan kemanusiaan. Bantuan kemanusiaan itu bisa
berwujud makanan, pakaian, obat-obatan atau tenaga medis. Partisipasi juga bisa
berwujud usaha menggalang pengumpulan dan penyaluran berbagai bantuan
kemanusiaan.
Dalam hal agama Pancasila sedikit berbeda dengan paham-paham ideologi bangsa
lain seperti Liberal dan Komunis. Dalam negara Liberal tidak dibatasi setiap warganya
untuk melakukan pemahaman terhadap agama atau menciptakan sebuah ajaran baru,
meskipun ajaran tersebut menyimpang dari ajaran agama. Sedangkan dalam negara
Komunis tidak ada perlindungan terhadap agama, bahkan dalam kenyataannya negara
membantu dalam pratek-propaganda anti agama.
3. Persatuan Indonesia
Bentuk nyata pengamalan sila ketiga Pancasila yang dapat kita lakukan untuk
memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia adalah dengan menjunjung
tinggi bahasa persatuanbangsa Indonesia. Mengamalkan sila ketiga Pancasila dengan
berbahasa Indonesia secara baik dan benar, maksudnya adalah kita selalu konsisten
untuk menggunakan bahasa Indonesia sesuai dengan situasi pemakaian dan sesuai
dengan kaidah kebahasaan dalam bahasa Indonesia. Bangsa Indonesia sudah bersatu
padu sejak tanggal 28 Oktober 1928 silam.DenganSumpahPemuda yang terjadi pada
tanggal 28 Oktober 1928 tersebut, terbentuklah bangsa Indonesia yang lebih kuat
daripada sebelumnya yang masih tercerai-berai.
Salah satu unsur penyatu bangsa kitaadalah penggunaan bahasa Indonesia sebagai
bahasa persatuan bangsa kita.Darisabang sampai Marauke seluruh warga negara
Indonesia dapat berkomunikasiantarbudaya, antarsuku, danantaragama satu sama lain
dengan menggunakan bahasa Indonesia. Hal ini membuktikan bahwadengan
menggunakan bahasa Indonesa, kita dapat memperkukuh persatuan dan kesatuan
bangsakita. Dengan kata lain, menggunakan bahasa Indonesia adalah bentuk nyata
pengamalan kitaterhadap sila ketiga Pancasila.
Jadi, sebenarnya dengan berbahasa Indonesia, kita sudah mengamalkan sila ketiga
Pancasila. Bentuk pengamalan ini berarti, dengan berbahasa Indonesia, kita sudah
berusaha memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa kita dan sekaligus kita sudah
ikut membangun bangsa ini ke arah kemajuan dengan salah satu landasan tujuan
negara untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dan juga
memahami segala bentuk paham antar golongan maupun perseorangan yang berbeda
sehingga tercipta suatu keharmonisan dalam masyarakat melalui Bahasa Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmad kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan
Hakikat sila ini adalah demokrasi dan demokrasi merupakan salah satu bentuk
dalam menghargai Hak Asasi Manusia. Demokrasi dalam arti umum yaitu
pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Secara sederhana, demokrasi
yang dimaksud adalah melibatkan segenap bangsa dalam pemerintahan baik yang
tergabung dalam pemerintahan dan kemudian adalah peran rakyat yang diutamakan.
Hal ini tidak menjadi kebiasaan bangsa Indonesia, bagi kita apabila pengambilan
keputusan secara bulat itu tidak bisa tercapai dengan mudah, baru diadakan
pemungutan suara. Kebijaksanaan ini merupakan suatu prinsip bahwa yang diputuskan
itu memang bermanfaat bagi kepentingan rakyat banyak. Jika demokrasi diartikan
sebagai kekuatan, maka kekuatan terbesar dalam suatu Negara berada di
tangan rakyat.
Pemikiran Bung Karno tentang keadilan sosial ini sungguh jelas, tepat, sistematis
dan tegas. Tampak sekali bahwa Seoekarno sangat memprioritaskan nilai keadilan
dan menjunjung tinggi nilai hak-hak asasi manusia dalam konsep hidup berbangsa
dan bernegara. Sudah tentu, lahirnya gagasan tentang definisi keadilan sosial ini
merupakan hasil refleksi Soekarno tentang masa gelap sejarah bangsa Indonesia.
Bangsa Indonesia telah mengalami penderitaan, penindasan, penghinaan dan
penghisapan oleh penjajahan Belanda dan Jepang. Pernyataan teks di atas
membuktikan bahwa Soekarno ingin mencanangkan keadilan sosial sebagai warisan
dan etika bangsa Indonesia yang harus diraih.
Di dalam bentuk keadilan sosial setiap orang berhak atas “kebutuhan manusia yang
mendasar” tanpa memandang perbedaan “buatan manusia” seperti ekonomi, kelas, ras,
etnis, agama, umur, dan sebagainya. Untuk mencapai itu antara lain harus dilakukan
penghapusan diskriminasi sebagai bentuk penghargaan terhadap Hak Asasi Manusia
dan dengan demikian warga negara Indonesia dapat hidup layak, adil dan tentram di
dalam Negara Indonesia.