Anda di halaman 1dari 10

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013,

Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013


Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MALARIA


DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG KABUPATEN PURBALINGGA

Rian Anjasmoro
1.
Mahasiswa Peminatan Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro
2.
Staf Pengajar Peminatan Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Diponegoro

ABSTRACT

Malaria is reemerging disease and still a serious public health problem in


Indonesia. In Purbalingga in 2011 recorded 207 positive cases of malaria with the
Slide Positive Rate (SPR) reached 26.37% and the morbidity rate 0.23 ‰. The
purpose of this research was to analyze the factors associated with the incidence
of malaria in work area Puskesmas Rembang Kabupaten Purbalingga. It was an
observational research using case control design. Total sample research was 58
respondents, 29 respondent the sample case is the total cases and controls
drawn randomly much as 29 respondents based Puskesmas Rembang register
patient data. Statistical test used in this study was Chi-square test with an error
rate 5% (α=5%) and calculate the odds ratios (OR). From research result known
there was a correlation between condition of wall (p = 0.016, OR = 4.452) and
existence of cattle (p = 0,023, OR = 0,141) with incidence of malaria. Factors not
related to the incidence of malaria was the existence of ventilation screen,
existence of bushes, existence of water bodies, salak garden conditions around
the house, use of mosquito nets, use insect repellent, and night going out habit.
However, the existence of water bodies factor, the existence bushes and the
night going out habit enough to contribute to the incidence of malaria views from
each of the Odds Ratio are 2.160, 1.630, and 2.318.

Keywords : Malaria, Incidence Risk Factors, Behaviour, Condition of Home


Environment

PENDAHULUAN pada 2010. Secara global angka


Malaria adalah penyakit infeksi kematian malaria telah turun lebih dari
yang disebabkan oleh parasit 25% sejak tahun 2000 dan 33 % pada
Plasmodium yang hidup dan negara-negara di Afrika 2.
berkembang biak dalam sel darah Dari keempat spesies yang
merah manusia dan secara alami menginfeksi manusia yaitu
ditularkan melalui gigitan nyamuk Plasmodium vivax, Plasmodium
1
Anopheles betina . Berdasarkan falciparum, Plasmodium ovale dan
World malaria report 2011 ada sekitar Plasmodium malariae, 95% biasanya
216 juta kasus malaria dan disebabkan oleh Plasmodium vivax
diestimasikan terjadi 655.000 kematian dan Plasmodium falciparum. Beberapa
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013,
Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

penelitian menunjukkan bahwa infeksi positif malaria dengan SPR (Slide


Plasmodium vivax dapat mencapai Positive Rate) mencapai 26,37% dan
80%. Distribusinya juga paling luas, angka kesakitan 0,23‰. Jumlah kasus
tersebar di daerah tropis, subtropis, malaria tertinggi yaitu di Kecamatan
dan beriklim sedang. Plasmodium Rembang dengan 112 kasus.
falciparum umumnya terbatas pada Bila dilihat sebagian besar wilayah
daerah tropis 3. kerja Puskesmas Rembang terdiri atas
Di Indonesia malaria masih perkebunan dan persawahan. Selain
merupakan masalah kesehatan itu wilayah kerja Puskesmas Rembang
masyarakat yang serius. Di Pulau memiliki curah hujan 2500-3000 mm
Jawa dan Bali, Annual Parasite per tahun dengan kelembaban
Insidence (API) selama periode waktu berkisar antara 70-90% dan
0
1995 – 2000 per 1000 penduduk temperatur 22-30 C. Beberapa faktor
meningkat pesat dari 0,07 menjadi juga diduga merupakan faktor risiko
0,81 (2000). Pada tahun 2002 API adalah seperti adanya tempat
turun dari 0,47 dan menjadi 0,32 pada perindukan nyamuk berupa genangan
4
tahun 2003 per 1000 penduduk . air, semak-semak, kebun salak. Selain
Di Provinsi Jawa Tengah Penyakit itu perilaku masyarakat seperti
Malaria masih menjadi permasalahan aktivitas di malam hari diduga turut
Kesehatan masyarakat. Saat ini tidak mempengaruhi tingginya penularan
ditemukan baik kabupaten maupun malaria. Berdasarkan keadaan-
kecamatan High Case Incidence ( HCI keadaan tersebut di atas, peneliti
) namun masih ditemukan desa High termotivasi untuk melakukan penelitian
Case Incidence ( HCI )sebanyak 16 tentang faktor-faktor yang
desa yang tersebar di 5 Kabupaten berhubungan dengan kejadian malaria
yaitu Purworejo, Kebumen, di wilayah kerja Puskesmas Rembang,
Purbalingga, Banyumas dan Jepara 5. Kabupaten Purbalingga.
Angka kesakitan malaria di METODE PENELITIAN
Kabupaten Purbalingga pada tahun Penelitian ini merupakan
2011 mengalami penurunan menjadi penelitian observasional dengan
0,23‰ dari 1,06‰ pada tahun 2010 6. menggunakan design case control.
Berdasarkan laporan bulanan Dinas Populasi dalam penelitian ini adalah
Kesehatan Kabupaten Purbalingga semua orang yang tercantum pada
pada tahun 2011 tercatat 207 kasus data register pasien malaria
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013,
Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

Puskesmas Rembang Kabupaten Analisis data menggunakan uji


Purbalingga, periode Januari-Oktober statistik Chi-Square (X2).
2012. Sampel kasus yaitu semua HASIL DAN PEMBAHASAN
orang yang dinyatakan positif malaria 1. Karakteristik Responden
sejumlah 29 orang. Dan sampel Responden dalam penelitian ini
kontrol yaitu semua orang yang sebanyak 58 responden dengan
dinyatakan negatif malaria. persentase laki-laki 55,2% dan
Pengambilan sampel dilakukan persentase perempuan 44,8%. Hal ini
dengan menggunakan total sampling. bisa dilihat pada gambar 1.
Dengan perbandingan sampel kasus : Rerata umur responden dalam
kontrol = 1 : 1, maka jumlah sampel penelitian ini adalah 36 tahun
yaitu 58 responden. Variabel dalam (minimum 5 tahun dan maksimum 70
penelitian ini meliputi keberadaan kasa tahun). Karakteristik responden
ventilasi, kondisi dinding rumah, berdasarkan pendidikan diketahui
keberadaan ternak, genangan air, bahwa sebagian besar tidak/belum
semak-semak, kondisi kebun salak, tamat SD (43,1%). Dan karakteristik
penggunaan obat nyamuk, responden berdasarkan pekerjaan
penggunaan kelambu dan kebiasaan diketahui bahwa sebagian besar
keluar pada malam hari. merupakan petani (43,1%).

Gambar 1 Diagram Distribusi Jenis Kelamin Responden di Wilayah Kerja


Puskesmas Rembang Kabupaten Purbalingga

2. Hubungan Keberadaan Kasa Ventilasi dengan Kejadian Malaria


JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013,
Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

Tabel 1 Hubungan Keberadaan Kasa Ventilasi dengan Kejadian Malaria di


Wilayah Kerja Puskesmas Rembang Kabupaten Purbalingga
Kejadian malaria
No. Keberadaan kasa ventilasi Kasus Kontrol
f % f %
1 Tidak 20 80,0 26 96,3
2 Ya 5 20,0 1 3,7
Jumlah 25 100,0 27 100,0
pvalue = 0,161 OR = 0,154 95% CI = 0,017-1,423

Berdasarkan analisis bivariat bahwa proporsi rumah tidak


didapatkan hasil bahwa tidak ada memakai kasa nyamuk pada
hubungan antara keberadaan kelompok kasus (80,0%),
kasa ventilasi dengan kejadian sedangkan pada kelompok kontrol
malaria (p= 0,161). Banyak rumah (96,3%). Melihat kondisi tersebut,
penduduk di wilayah Puskesmas nampaknya pemasangan kasa
Rembang tidak memasang kasa pada ventilasi jendela maupun
pada ventilasi rumahnya. Hal ini pintu belum menjadi budaya dan
dapat dilihat dari hasil penelitian belum dianggap penting.
3. Hubungan Kondisi Dinding Rumah dengan Kejadian Malaria
Tabel 2 Hubungan Kondisi Dinding Rumah dengan Kejadian Malaria di
Wilayah Kerja Puskesmas Rembang Kabupaten Purbalingga
Kejadian Malaria
No. Kondisi Dinding Rumah Kasus Kontrol
f % f %
1 Tidak rapat 17 58,6 7 24,1
2 Rapat 12 41,4 22 75,9
Jumlah 29 100 29 100
pvalue = 0,016 OR = 4,452 95%CI= 1,443-13,738

Berdasarkan analisis bivariat Hasil penelitian ini sesuai


diperoleh hasil bahwa terdapat dengan dengan penelitian Hayati
hubungan antara kondisi dinding (2007) di wilayah kerja kerja
rumah dengan kejadian malaria (p Puskesmas Pangandaran
= 0,016, OR = 4,452). Hal ini Kabupaten Ciamis, bahwa dinding
berarti orang yang tinggal di rumah banyak berlubang
rumah dengan kategori dinding mempunyai risiko terjadinya
kondisi tidak rapat mempunyai penularan malaria 3,9 kali
risiko terkena malaria 4,5 kali lebih dibandingkan dengan rumah yang
7
besar. rapat . Selain itu, disebutkan
pada laporan WHO dalam
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013,
Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

Pusdatin (2003), ketidaklengkapan nyamuk masuk, beristirahat, dan


rumah diantaranya dinding rumah menggigit manusia dalam rumah 8.
tidak rapat akan menyebabkan
4. Hubungan Keberadaan Ternak di Sekitar Rumah dengan Kejadian Malaria
Tabel 3 Hubungan Keberadaan Ternak di Sekitar Rumah dengan Kejadian
Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Rembang Kabupaten
Purbalingga
Kejadian malaria
No. Keberadaan ternak Kasus Kontrol
f % f %
1 Ada 19 65,5 27 93,1
2 Tidak ada 10 34,5 2 6,9
Jumlah 29 100,0 29 100,0
pvalue = 0,023 OR = 0,141 95% CI = 0,028-0,717

Berdasar hasil analisis bivariat Loka Litbang P2B2 Kabupaten


diperoleh bahwa ada hubungan Ciamis di wilayah Puskesmas
keberadaan ternak dengan Pangandaran di rumah penduduk
kejadian malaria (p = 0,023). yang memiliki kandang ternak
Berdasarkan hasil penelitian dan diketahui bahwa kepadatan
observasi dilapangan yang nyamuk lebih tinggi di luar rumah
dilakukan Kusumawati (2008) di (penangkapan di kandang ternak)
Bangka menunjukkan nyamuk yaitu dengan MBR (Man Bitting
lebih banyak didapat di luar rumah Rate) 1,29 dibanding
9
dari pada di dalam rumah . Hal ini penangkapan di dalam rumah
diperkuat lagi dengan Survey dengan angka MBR 0,71 10.
entomologi yang dilakukan oleh

5. Hubungan Keberadaan Genangan Air di Sekitar Rumah dengan Kejadian


Malaria
Tabel 4 Hubungan Keberadaan Genangan Air di Sekitar Rumah dengan
Kejadian Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Rembang Kabupaten
Purbalingga
Kejadian malaria
No. Keberadaan genangan air Kasus Kontrol
f % f %
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013,
Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

1 Ada 9 31,0 5 17,2


2 Tidak ada 20 69,0 24 82,8
Jumlah 29 100,0 29 100,0
pvalue = 0,357 OR = 2,160 95% CI = 0,623-7,493

Berdasarkan hasil analisis besar dibandingkan dengan orang


bivariat diketahui tidak ada yang disekitar rumahnya tidak
11
hubungan antara keberadaan dijumpai air tergenang .
genangan air dengan kejadian Akan tetapi, dalam penelitian
malaria (p = 0,357). Hal ini ini hasil perhitungan OR didapat
berlawanan dengan penelitian OR = 2,160, hasil ini
Harmendo (2008) dimana orang menunjukkan bahwa orang yang
yang di sekitar rumahnya terdapat di sekitar rumahnya terdapat
air yang tergenang mempunyai genangan air punya risiko terkena
risiko terkena malaria 3,1 kali lebih malaria 2,16 kali lebih besar.
6. Hubungan Keberadaan Semak-semak di Sekitar Rumah dengan Kejadian
Malaria
Tabel 5 Hubungan Keberadaan Semak-semak di Sekitar Rumah dengan
Kejadian Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Rembang Kabupaten
Purbalingga
Kejadian malaria
Keberadaan semak-
No. Kasus Kontrol
semak
f % f %
1 Ada 25 86,2 23 79,3
2 Tidak ada 4 13,8 6 20,7
Jumlah 29 100,0 29 100,0
pvalue = 0,728 OR = 1,630 95% CI = 0,408-6,521

Berdasar hasil analisis bivariat hubungan antara keberadaan


diketahui tidak ada hubungan semak-semak di sekitar rumah
keberadaan semak-semak dengan dengan kejadian malaria di Desa
kejadian malaria (p = 0,728). Pagedongan, Kecamatan
Hasil penelitian ini sesuai Pagedongan, Kabupaten
dengan penelitian Dewi (2011) Banjarnegara (p=0,417, OR=1,6,
yang menyatakan tidak ada 95% CI = 0,65-3,95) 12.
7. Hubungan Kondisi Kebun Salak di Sekitar Rumah dengan Kejadian Malaria
Tabel 6 Hubungan Kondisi Kebun Salak di Sekitar Rumah dengan Kejadian
Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Rembang Kabupaten
Purbalingga
Kejadian malaria
No. Kondisi kebun salak Kasus Kontrol
f % f %
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013,
Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

1 Tidak terawat 12 66,7 10 66,7


2 Terawat 6 33,3 5 33,3
Jumlah 18 100,0 15 100,0
pvalue = 1,000 OR = 1,000 95% CI = 0,234-4,278

Berdasarkan hasil analisis tinggal pada lingkungan yang


bivariat diketahui bahwa tidak ada terdapat perkebunan salak
hubungan antara kondisi kebun dengan pencahayaan yang tidak
salak dengan kejadian malaria (p memenuhi syarat (≤ 60 lux)
= 1,000). Berdasarkan mempunyai risiko terjadinya
pengamatan di lapangan penyakit malaria sebesar 4,079
didapatkan bahwa kondisi kebun kali dibandingkan orang yang
salak yang tidak terawat pada tinggal pada lingkungan
kelompok kasus (66,7%) dan pada perkebunan salak dengan
kelompok kontrol (66,7%). Hasil pencahayaan yang memenuhi
penelitian Ika Umu (2010) syarat 13.
menyatakan bahwa orang yang
8. Hubungan Penggunaan Obat Nyamuk dengan Kejadian Malaria
Tabel 7 Hubungan Penggunaan Obat Nyamuk dengan Kejadian Malaria di
Wilayah Kerja Puskesmas Rembang Kabupaten Purbalingga
Kejadian malaria
Penggunaan obat
No. Kasus Kontrol
nyamuk
f % f %
1 Tidak 21 72,4 23 79,3
2 Ya 8 27,6 6 20,7
Jumlah 29 100,0 29 100,0
pvalue = 0,759 OR = 0,685 95% CI = 0,204-2,302

Berdasar hasil analisis bivariat biasanya menggunakan obat anti


diperoleh bahwa tidak ada nyamuk yang diletakkan di dalam
hubungan antara penggunaan kamar tidur. Sedangkan peluang
obat nyamuk dengan kejadian terjadinya kontak antara nyamuk
malaria (p = 0,759). Alasan yang dengan orang sehat tidak hanya di
dapat diberikan adalah dalam kamar tidur tetapi juga di
berdasarkan hasil wawancara di ruangan lain.
lapangan, dimana responden
9. Hubungan Kebiasaan Menggunakan Kelambu dengan Kejadian Malaria
Tabel 8 Hubungan Kebiasaan Menggunakan Kelambu dengan Kejadian
Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Rembang Kabupaten
Purbalingga
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013,
Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

Kejadian malaria
Kebiasaan
No. Kasus Kontrol
menggunakan Kelambu
f % f %
1 Tidak 9 31,0 12 41,4
2 Ya 20 69,0 17 58,6
Jumlah 29 100,0 29 100,0
pvalue = 0,585 OR = 0,638 95% CI = 0,217-1,876

Berdasar hasil analisis bivariat hubungan antara kebiasaan


diketahui bahwa tidak ada menggunakan kelambu dengan
hubungan kebiasaan kejadian malaria dengan risiko 7,8
menggunakan kelambu dengan kali lebih besar pada orang yang
kejadian malaria (p = 0,479). tidak menggunakan kelambu (p <
11
Penelitian Dewi (2011) di Desa 0,05, OR = 7,8) . Walaupun
Pagedongan juga menyatakan terdapat kontroversi hasil
tidak ada hubungan antara penelitian, kebiasaan
kebiasaan penggunaan kelambu menggunakan kelambu
dengan kejadian malaria 12. merupakan upaya yang efektif
Penelitian yang dilakukan oleh untuk mencegah dan menghindari
Harmendo (2008) menyatakan hal kontak antara nyamuk Anopheles
yang sebaliknya, dimana ada sp disaat tidur malam.

10. Hubungan Kebiasaan Keluar Rumah pada Malam Hari dengan Kejadian
Malaria
Tabel 9 Hubungan Kebiasan Keluar pada Malam Hari dengan Kejadian
Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Rembang Kabupaten
Purbalingga
Kejadian malaria Jumlah
Kebiasaan keluar
No. Kasus Kontrol
pada malam hari
f % f % N %
1 Ya 18 62,1 13 43,3 31 100,0
2 Tidak 11 37,9 17 56,7 28 100,0
pvalue = 0,189 OR = 2,318 95% CI = 0,809-6,644

Berdasar hasil analisis bivariat orang yang punya kebiasaan


diketahui bahwa tidak ada keluar pada malam hari punya
hubungan antara kebiasaan keluar risiko terkena malaria 2,32 kali
pada malam hari dengan kejadian lebih besar. Berdasarkan
malaria (p = 0,189). Hasil penelitian Elvi Sunarsih (2009)
OR=2,318 menunjukkan bahwa dimana kebiasaan keluar rumah
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013,
Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

pada malam hari berhubungan wilayah kerja Puskesmas


dengan kejadian malaria dan Rembang Kabupaten Purbalingga.
meningkatkan risiko 4,4 kali bagi UCAPAN TERIMA KASIH
orang yang punya kebiasaan Terima kasih kepada staf di
14
keluar pada malam hari . Puskesmas Rembang dan Kelurahan
Proporsi orang yang punya yang telah memberikan ijin dan banyak
kebiasaan di luar rumah pada membantu jalannya proses penelitian.
malam hari lebih besar pada DAFTAR PUSTAKA
kelompok kasus (62,1%) 1. Departemen Kesehatan RI.
dibanding kelompok kontrol Pedoman Penatalaksanaan Kasus
Malaria di Indonesia. Direktorat
(41,4%). Hal ini menunjukkan Jenderal P2MPL, Jakarta, 2006.
bahwa kebiasaan di luar rumah 2. World Health Organization (WHO).
Malaria (online).
pada malam hari berisiko (http://www.who.int/mediacentre/fa
terjadinya kontak antara orang ctsheets/fs094/en/index.html,
diakses pada tanggal 30 juli 2012)
sehat dengan nyamuk Anopheles 3. Soemirat, J. Kesehatan
spp. dikarenakan nyamuk bersifat Lingkungan. UGM press,
Yogyakarta, 2002
eksofagik dimana aktif mencari 4. Achmadi, UF. Peran Lintas
darah di luar rumah pada malam Sektoral dalam penanggulangan
penyakit yang Ditularkan Nyamuk
hari. Vektor di Indonesia. Buku
KESIMPULAN Prosiding Seminar Peringatan Hari
Hari Nyamuk IV-2004, Surabaya,
1. Ada hubungan antara kondisi 21 Agustus 2004. 2004.
dinding rumah dan keberadaan 5. Dinas Kesehatan Provinsi Jateng.
Profil Kesehatan Provinsi Jateng.
ternak dengan kejadian malaria di 2009.
wilayah kerja Puskesmas 6. Dinas Kesehatan Kabupaten
Purbalingga. Laporan Bulanan
Rembang Kabupaten Purbalingga. Kasus Malaria. Bagian
2. Tidak ada hubungan antara pencegahan dan pemberantasan
(P2) DKK Purbalingga,
keberadaan kasa ventilasi, Purbalingga, 2011
keberadaan semak-semak, 7. Hayati. F, Wahyuningsih, N.E.
Hubungan Kondisi Fisik Rumah,
keberadaan genangan air, kondisi
Lingkungan Sekitar Rumah dan
kebun salak, penggunaan obat Praktik Pencegahan dengan
Kejadian Malaria di Wilayah Kerja
nyamuk, penggunaan kelambu,
Puskesmas Pangandaran
dan kebiasaan keluar pada malam Kabupaten Ciamis, 2007.
hari dengan kejadian malaria di
8. Pusdatin. Malaria dan Kemiskinan,
Jurnal dan Informasi Kesehatan
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013,
Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

Nomor 3, November, Depkes RI, (Tesis). Program Pascasarjana


Jakarta 2003 UNDIP, 2008.
9. Kusumawati. Studi Efikasi 12. Dewi Rofiatul. Hubungan
Kelambu Olyset di Kabupaten Lingkungan Rumah dan Perilaku
Bangka, Bagian Parasitologi dan dengan Kejadian Malaria di Desa
Entomologi Fakultas Kedokteran Pagedongan Kecamatan
Hewan Institut Pertanian Bogor, Pagedongan Kabupaten
Bogor 2008 Banjarnegara (Skripsi). FKM
10. Loka Litbang P2B2 Ciamis. Undip, Semarang, 2011.
Laporan Hasil Survey Entomologi 13. Ika Umu, Oktia Woro. Hubungan
Pasca Tsunami di Pesisir pantai Sanitasi Lingkungan Perkebunan
Selatan Kabupaten Ciamis, Badan Salak dengan Kejadian Malaria.
Penelitian dan Pengembangan Jurnal Kesehatan Masyarakat,
Kesehatan Depkes RI. 2010
Pangandaran 2006 14. Elvi sunarsih. Faktor Risiko
11. Harmendo. Faktor Risiko Kejadian Lingkungan dan Perilaku yang
Malaria di Wilayah Kerja Berkaitan dengan kejadian Malaria
Puskesmas Kenanga Kecamatan di Pangkalbalam, Pangkalpinang.
Sungailiat Kabupaten Bangka jurnal Kesehatan Lingkungan
Indonesia Vol.8 No.1 April 2009.

Anda mungkin juga menyukai