Anda di halaman 1dari 12

Pendapatan dan Kontrak Konstruksi

Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas
normal perusahaan selama satu periode yang mengakibatkan kenaikan ekuitas (PSAK No. 26.
06).
Kontrak konstruksi adalah suatu kontrak yang dinegosiasikan secara khusus untuk
konstruksi suatu aset atau suatu kombinasi aset yang berhubungan erat satu sama lain atau
saling tergantung dalam hal rancangan, teknologi dan fungsi atau tujuan atau penggunaan
pokok (PSAK No. 34. 02). Kontrak konstruksi adalah salah satu konsep dan standar yang
paling sulit untuk bisa diterapkan di lapangan.
Dalam pengertian lain, kontrak konstruksi merupakan kontrak kerja pembangunan asset
(bangunan gedung, jalan, dan jembatan, lapangan golf, dan sebagainya) antara kontraktor dan
pemberi kerja.
Ada dua hal yang lazim dilakukan dalam kontrak konstruksi, yaitu :
· Pemberian uang muka, yaitu : bagian nilai kontrak yang diterima kontraktor dari pemberi
kerja sebelum pekerjaan dilaksanakan. Uang muka ini akan diperhitungkan (dipotong dari
pembayaran tersisa secara proporsional dengan % pembayaran termin).
· Retensi, yaitu : jumlah pembayaran termin yang ditahan oleh pemberi kerja sebagai
jaminan untuk pemeliharaan atau perbaikan bagian pekerjaan yang telah selesai. Retensi ini
akan dibayarkan kembali oleh pemberi kerja kepada kontraktor setelah konstruksi/pekerjaan
100% selesai dan diserahterimakan.
PSAK 34, Paragraf 22 menyebutkan:
“Jika hasil kontrak konstruksi dapat diestimasi secara andal, maka pendapatan kontrak dan
biaya kontrak yang berhubungan dengan kontrak konstruksi diakui masing-masing sebagai
pendapatan dan beban dengan memerhatikan tahap penyelesaian aktivitas kontrak pada
tanggal akhir periode pelaporan. Taksiran rugi pada kontrak konstruksi tersebut segera diakui
sebagai beban.”
Ada 3 kunci utama yang perlu dipahami dari pernyataan standar ini, yaitu:
ü Pendapatan dan biaya kontrak konstruksi dapat diakui jika hasil kontrak dapat diestimasi
secara handal;
ü Pengakuan pendapatan dan biaya kontrak konstruksi memperhatikan tahap penyelesaian
aktivitas (sesuai kontrak tentunya); dan
ü Jika diperkirakan biaya aktivitas konstruksi diperkirakan lebih tinggi dari hasilnya, maka
segera diakui sebagai biaya (atau beban).
Rumusan kontrak konstruksi dibagi menjadi 2 macam yaitu: (a) kontrak harga tetap; dan (b)
kontrak biaya-plus. PSAK 34 memberikan panduan mengenai kriteria yang harus dipenuhi
oleh pendapatan dan biaya kontrsuksi agar bisa dikatakan “dapat diestimasi secara handal”,
yaitu:
(a) Kontrak Harga Tetap
Kontrak Harga Tetap adalah kontrak konstruksi dengan syarat bahwa kontraktor telah
menyetujui nilai kontrak yang telah ditentukan, atau tarif tetap yang telah ditentukan per unit
output, yang dalam beberapa hal tunduk pada ketentuan-ketentuan kenaikan. Pada rumusan
ini, hasil kontrak konstruksi dapat diestimasi secara andal jika semua kondisi berikut ini dapat
terpenuhi :
§ Total pendapatan kontrak dapat diukur secara andal;
§ Kemungkinan besar manfaat ekonomi yang berhubungan dengan kontrak tersebut akan
mengalir ke entitas;
§ Baik biaya kontrak untuk menyelesaikan kontrak maupun tahap penyelesaian kontrak pada
akhir periode pelaporan dapat diukur secara andal; dan
§ Biaya kontrak yang dapat diatribusi pada kontrak dapat diidentifikasi dengan jelas dan diukur
secara andal sehingga biaya kontrak aktual dapat dibandingkan dengan estimasi sebelumnya.
(b) Kontrak Biaya-Plus
Kontrak Biaya-Plus adalah kontrak konstruksi di mana kontraktor mendapatkan penggantian
untuk biaya-biaya yang telah diizinkan atau telah ditentukan, ditambah imbalan dengan
persentase terhadap biaya atau imbalan tetap.
Pada rumusan ini, hasil kontrak konstruksi dapat diestimasi secara andal 2 kondisi berikut ini
terpenuhi :
· Kemungkinan besar manfaat ekonomi yang berhubungan dengan kontrak tersebut akan
mengalir ke entitas; dan
· Biaya kontrak yang dapat diatribusi pada kontrak, apakah dapat ditagih atau tidak ke
pelanggan, dapat diidentifikasi dengan jelas dan diukur secara andal.

II.2 Metode Pengakuan Pendapatan Kontrak Konstruksi


Ada dua metode pengakuan pendapatan pada kontrak konstruksi, yaitu :
a. Metode Kontrak Selesai (Completion Method/ Completed Contract Method)
Yaitu pendapatan kontrak konstruksi diakui setelah pekerjaan selesai 100%.
b. Metode Persentase Penyelesaian (Percentage of Completion Method)
Yaitu pendapatan kontrak konstruksi diakui pada setiap periode pelaksanaa pekerjaan
berdasarkan % penyelesaian pekerjaan periode yang bersangkutan.
Untuk penerimaan uang muka, pengeluaran biaya konstruksi, penagihan jasa konstruksi dan
hasil penagihan pencatatan/ jurnal dalam buku kontraktor untuk kedua metode pengakuan
pendapatan (metode kontrak selesai dan metode persentase penyelesaian) sama, yang berbeda
adalah jurnal penutup untuk pengakuan pendapatan dan biaya :
v Pada metode kontrak selesai, jurnal penutup pengakuan pedapatan dan biaya dilakukan pada
periode kontrak selesai, sehingga pendapatan, biaya dan L/R proyek terakumulasi pada
periode kontrak selesai.
v Pada metode persentase penyelesaian, jurnal penutup pengakuan pendapatan dan biaya
dilakukan setiap periode sesuai dengan % termin dan biaya yang dikeluarkan masing-masing
periode, sehingga pendapatan, biaya, dan L/R proyek teralokasi pada tiap periode kontrak.
Contoh kasus :
Pada 10 Maret 2005 PT. A (kontraktor) menandatangani kontrak dengan pemberi kerja untuk
membangun gedung perkantoran. Nilai kontrak Rp 3.000.000.000,- masa penyelesaian 3
tahun, (10/3/2005) uang muka 20%, pembayaran 3 termin sesuai dengan tingkat penyelesaian
kontrak/pekerjaan, retensi 5% untuk setiapa termin. Tingkat penyelesaian pekerjaan tahun
2005 40%, tahun 2006 75%, dan tahun 2007 100%.
Penyelesaian:
Uang muka = 20%x Rp 3.000.000.000 = Rp 600.000.000,-
Jurnal penerimaan uang muka (dicatat oleh PT. A sebagai kontraktor) :
Kas Rp 600.000.000,-
-Uang muka kontrak konstruksi Rp 600.000.000,-
Biaya konstruksi (asumsi) penagihan dan hasil penagihan adalah sebagai berikut :
Tahun Biaya Konstruksi Penagihan Hasil Penagihan
2005 Rp 1.040.000.000 Rp 1.200.000.000 (40%) Rp 900.000.000 x)
2006 Rp 910.000.000 Rp 1.050.000.000 (35%) Rp 787.500.000 x)
2007 Rp
650.000.000 Rp 750.000.000 (25%) Rp 712.500.000 xx)
Rp 2.600.000.000 Rp 3.000.000.000 Rp2.400.000.000
Retensi :
I: 5% x Rp 1.200.000.000 = Rp 60.000.000
II: 5% x Rp 1.050.000.000 = Rp
52.500.000
5% x Rp 2.250.000.000 = Rp 112.500.000

Jurnal pengeluaran biaya, penagihan, dan hasil penagihan dalam buku PT. A akan Nampak
sebagai berikut : (dalam jutaan rupiah)
Keterangan : 2005 2006 2007

Konstruksi dalam pelaksanaan 1.040 910 650


- Bahan baku, kas, dan lain-lain 1.040 910 650
( mencatat biaya konstruksi)
Piutang usaha 1.200 1.050 750
- Penagihan Kontrak Konstruksi 1.200 1.050 750
( mencatat tagihan )
Kas 900 787,5 712,5
Uang Muka Kontrak Konstruksi 240 210 150
- Piutang Usaha 1.140 997,5 862,5
( mencatat hasil penagihan )

x) tagihan-uang muka-retensi
xx) jumlah pembayaran dari pemberi kerja setelah serah terima penyelesaian pekerjaan = tagihan-
uang muka+pengembalian retensi

Metode Kontrak Selesai


Jurnal penutup untuk pengakuan pendapatan dan biaya tahun 2007 (periode kontrak selesai ) :
Penagihan kontrak konstruksi Rp 3.000.000.000,-
- Pendapatan kontrak konstruksi Rp 3.000.000.000,-
Biaya kontrak konstruksi Rp 2.600.000.000,-
- Konstruksi dalam pelaksanaan Rp 2.600.000.000,-
Laporan L/R kontrak konstruksi untuk menjelaskan pengalokasian pendapatan, biaya, dan
L/R pada periode kontrak, ilustrasinya sebagai berikut : (dalam Rp)
2005 2006 2007
Pendapatan kontrak konstruksi - - 3.000.000.000
Biaya kontrak konstruksi - -
(2.600.000.000)
Laba kontrak konstruksi - - 400.000.000
Metode Persentase Penyelesaian
Metode biaya ke biaya ( cost to cost method ). Pada metode ini perhitungan biaya kontrak
tidak dihubungkan secara proporsional dengan tingkat penyelesaian kontrak setiap periode
tapi didasarkan pada biaya actual. Pendapatan diakui setiap periode berdasarkan tingkat
penyelesaian kontrak dan biaya actual.

Jurnal penutup untuk mengakui pendapatan dan biaya kontrak konstruksi setiap periode
kontrak adalah sebagai berikut :
31 Desember 2005 : Penagihan kontrak konstruksi Rp 1.200.000.000
-Pendapatan kontrak konstruksi Rp 1.200.000.000
Biaya kontrak konstruksi Rp 1.040.000.000
-Konstruksi dalam pelaksanaan Rp 1.040.000.000
31 Desember 2006 : Penagihan kontrak konstruksi Rp 1.050.000.000
-pendapatan kontrak konstruksi Rp 1.050.000.000
Biaya kontrak konstruksi Rp 910.000.000
-konstruksi dalam pelaksanaan Rp 910.000.000
2007(kontrak selesai) : Penagihan kontrak konstruksi Rp 750.000.000
-Pendapatan kontrak konstruksi Rp 750.000.000
Biaya kontrak konstruksi Rp 650.000.000
-konstruksi dalam pelaksanaan Rp 650.000.000

Laporan L/R kontrak konstruksi atas proyek tersebut selama periode kontrak, ilustrasinya
sebagai berikut : (Rp)
2005 2006 2007
Pendapatan kontrak konstruksi 1.200.000.000 1.050.000.000 750.000.000
Biaya kontrak konstruksi
(1.040.000.000) ( 910.000.000) (650.000.000)
Laba kontrak konstruksi 160.000.000 140.000.000 100.000.000
Jika metode biaya untuk biaya (cost to cost method) tidak digunakanuntuk mengukur
kewajaran kontrak akan tetapi menggunakan taksiran kerja teknik, maka pengakuan
pendapatan, biaya, dan laba akan didasarkan pada taksiran tersebut.
Misal kewajaran kontrak tahun 2005 menurut kerja teknik adalah 42% , ,aka pendapatan,
biaya dan laba tahun 2005 akan dihitung dan dilaporkan sebagai brikut :
Pendapatan kontrak konstruksi (42% x Rp 3.000.000.000) Rp 1.260.000.000
Biaya kontrak konstruksi (42% x Rp 2.600.000.0000) (Rp
1.092.000.000)
Laba kontrak konstruksi ( laba kotor) (42%xRp 400.000.000) Rp 168.000.000
Akan tetapi bila biaya actual tahun 2005 adalah sebesar Rp 1.040.000.000 (seperti pada
contoh lalu) dan perusahaan tetap ingin melaporkan laba kotor Rp 168.000.000, maka akan
mengurangi taksiran pedapatan yang diakui dan akan dilaporkan sebagai berikut :
Biaya kontrak konstruksi (actual) Rp 1.040.000.000
Laba kontrak konstruksi/laba kotor Rp 168.000.000
Pendapatan kontrak konstruksi (yang diakui) Rp 1.208.000.000
II. 3 Pengakuan Taksiran Rugi
Bila besar kemungkinan terjadi bahwa total biaya kontrak akan melebihi total pendapatan
kontrak, taksiran rugi harus segera diakui sebagai beban (PSAK No. 34. Paragraph 34).
Contoh : Seperti pada contoh lalu biaya actual pada akhir tahun 2006 (2005 s/d 2006) adalah
sebesar Rp 1.950.000.000 (Rp 1.040.000.000+Rp 910.000.000) dan ditaksir untuk
menyelesaikan kontrak tersebut masih diperlukan biaya Rp 1.300.000.000, maka estimasi
biaya kontrak sebesar Rp 3.250.000.000, sedangkan nilai kontrak Rp 3.000.000.000. Taksiran
kerugian Rp 250.000.000 harus diakui sebagai kerugian tahun 2006, dengan jurnal :
Kerugian yang diantisipasi Rp 250.000.000,-
-Konstruksi dalam pelaksanaan Rp 250.000.000,
PEMBAHASAN SOAL AKUNTANSI KEUANGAN 2
MATERI MODAL SAHAM

SOAL 1 (L 15-2, Mencatat Penerbitan Saham Biasa dan Saham Preferen)


Kathleen Battle Coporation didirikan pada tanggal 1 Januari 2007. Perusahaan ini diotorisasi
untuk menerbitkan 10.000 lembar saham preferen 8%, dengan nilai pari $100, dan 500.000
lembar saham biasa tanpa nilai pari dengan nilai ditetapkan $1 per saham. Transaksi-transaksi
saham berikut telah selesai dalam tahun pertama.
10 Januari Menerbitkan 80.000 lembar saham biasa secara tunai pada $5 per saham.
1 Maret Menerbitkan 5.000 lembar saham biasa secara tunai pada $108 per saham.
1 April Menerbitkan 24.000 lembar saham biasa untuk memperoleh tanah. Harga penawaran
untuk tanah tersebut adalah $90.000; nilai pasar wajar tanah tersebut adalah $80.000
1 Mei Menerbitkan 80.000 lembar saham biasa secara tunai pada $7 per saham.
1 Agustus Menerbitkan 10.000 lembar saham biasa kepada pengacara sebagai pembayaran atas tagihan
sebesar $50.000 untuk jasa yang diberikan dalam membantu pembentukan perusahaan.
1 September Menerbitkan 10.000 lembar saham biasa secara tunai pada $9 per saham.
1 November Menerbitkan 1.000 lembar saham preferen secara tunai pada $112 per saham.
Diminta :
Buatlah ayat jurnal untuk mencatat transaksi di atas.

JAWABAN :
Jurnal Transaksi :
10 Januari 2007
Kas $400.000
Saham Biasa $ 80.000
Modal Disetor Melebihi Nilai Ditetapkan $320.000

1 Maret 2007
Kas $ 540.000
Saham Biasa $ 5.000
Modal Disetor Melebihi Nilai Ditetapkan $ 535.000
1 April 2007
Tanah $ 80.000
Saham Biasa $ 24.000
Agio Saham Biasa $ 56.000

1 Mei 2007
Kas $ 560.000
Saham Biasa $ 80.000
Modal Disetor Melebihi Nilai Ditetapkan $ 480.000

1 Agustus 2007
Biaya jasa pengacara $ 50.000
Saham Biasa $ 10.000
Agio Saham Biasa $ 40.000

1 September 2007
Kas $ 90.000
Saham Biasa $10.000
Modal Disetor Melebihi Nilai Ditetapkan $ 80.000

1 November 2007
Kas $ 112.000
Saham Preferen $100.000
Modal Disetor Melebihi Nilai Pari $ 12.000

SOAL 2 (L 15-4, Penjualan Lump Sum Saham dan Obligasi)


Faith Evans Corporation adalah sebuah perusahaan regional yang terdaftar di SEC. Sekuritas
perusahaan sangat sedikit yang diperdagangkan dalam NASDAQ (National Association of
Securities Dealers Quotes). Faith Evans Corporation telah menerbitkan 10.000 unit. Setiap
unit terdiri dari surat hutang subordinasi 12%, dengan nilai pari $500, dan 10 lembar saham
biasa bernilai pari $5. Bank investasi telah menahan 400 unit sebagai biaya penjaminan.
Sisanya sebanyak 9.600 unit dijual kepada investor luar secara tunai dengan harga $880 per
unit. Sebelum penjualan ini, harga permintaan untuk saham biasa selama dua minggu adalah
$40 per saham. Tingkat hasil pasar yang wajar untuk surat hutang tersebut adalah dua belas
persen, sehingga nilai pari obligasi sama dengan nilai wajar.
Diminta :
(a.) Buatlah ayat jurnal untuk mencatat transaksi Evans’ menurut kondisi berikut ini :
1. Dengan menggunakan metode incremental
2. Dengan menggunakan metode proposional dan menggunakan daftar harga terbaru untuk
saham biasa mencerminkan nilai wajar.
(b.) Secara singkat jelaskan metode mana, menurut pendapat Anda, yang lebih baik.
JAWABAN :
(a.) Ayat Jurnal Transaksi:
a) Metode Inkremental
Nilai nominal obligasi (9.600 x $500) $4.800.000
Nilai nominal saham (9.600 x $5) 480.000

Penerimaan Lump Sum (9.600 x $880) $ 8.448.000


Alokasi obligasi (9.600 x $500) 4.800.000
Saldo yang dialokasikan ke saham biasa $ 3.648.000

Saham Biasa Obligasi


Nilai Jual $3.648.000 $4.800.000
Nilai Nominal 480.000 4.800.000
Tambahan Modal Disetor $3.168.000 $ 0

Jurnal :
Kas $ 8.448.000
Agio Saham Biasa $ 3.168.000
Saham Biasa 480.000
Utang obligasi 4.800.000

b) Metode Proporsional
Nilai pasar wajar saham biasa (9.600 x 10 x $40) $ 3.840.000
Nilai pasar wajar obligasi (9.600 x 500) 4.800.000
Nilai pasar wajar agregat $ 8.640.000
Alokasi saham biasa = 3.840.000 x 8.448.000 = $ 3.754.667
8.640.000

Alokasi obligasi = 4.800.000 x 8.448.000 = $ 4.693.333


8.640.000

Saham Biasa Obligasi


Nilai Jual $3.754.667 $ 4.693.333
Nilai Nominal 480.000 4.800.000
Tambahan Modal Disetor $3.274.667 ($ 106.667)

Jurnal :
Kas $ 8.448.000
Diskonto utang obligasi 106.667
Agio Saham Biasa $ 3.274.667
Saham Biasa 480.000
Utang obligasi 4.800.000
(b.) Menurut pendapat kami, metode proporsional lebih baik digunakan karena alokasi terhadap
saham biasa atau utang obligasi lebih dapat dipertanggung jawabkan karena melalui
perhitungan yang benar-benar dialokasikan.
SOAL 3 (S 15-2, Transaksi dan Penyajian Saham Treasuri)
Andruw Jones Company mempunyai ekuitas pemegang saham per 1 Januari 2007 sebagai
berikut :
Saham biasa, nilai pari $ 5, diterbitkan 20.000 lembar $100.000
Agio Saham 300.000
Laba ditahan 320.000
Total ekuitas pemegang saham $720.000

Selama tahun 2007, transaksi berikut telah terjadi :


1 Feb. Jones membeli kembali 2.000 lembar saham treasuri pada harga $ 18 per
saham
1 Maret 800 lembar saham treasuri yang dibeli kembali di atas diterbitkan kembali dengan harga $ 17
per saham
18 Maret 500 lembar saham treasuri yang dibeli kembali di atas diterbitkan kembali dengan harga $14
per saham
22 April 600 lembar saham treasuri yang dibeli kembali di atas diterbitkan kembali dengan harga $20
per saham.
Diminta :
(a.) Buatlah ayat jurnal untuk mencatat transaksi saham treasuri dalam tahun 2007, dengan
mengasumsikan bahwa Jones menggunakan metode biaya.
(b.) Buatlah kelompok ekuitas pemegang saham per 30 April 2007. Laba bersih untuk 4 bulan
pertama tahun 2002 adalah $110.000
JAWABAN :
(a.) Ayat jurnal menggunakan metode biaya :
1 Februari 2007
Saham Treasuri (2.000 x $18) $36.000
Kas (2.000 x $18) $36.000
1 Maret 2007
Kas (800 x $ 17) $ 13.600
Modal Disetor dari saham treasuri $ 800
Saham Treasuri (800 x $18) $ 14.400

18 Maret 2007
Kas (500 x $14) $ 7.000
Modal Disetor dari saham treasuri $ 2.000
Saham Treasuri ( 500 x $ 18) $ 9.000

22 April 2007
Kas (600 x $20) $ 12.000
Modal Disetor dari saham treasuri $ 1.200
Saham Treasuri (600 x $18) $10.800

(b.) Kelompok ekuitas pemegang saham per 30 April 2007


Tambahan modal disetor = Saldo modal disetor dari saham treasuri
= 800 + 2.000 – 1.200 = (1.600) (Saldo debet)

JONES COMPANY
Per 30 April 2007

Ekuitas pemegang saham


Modal disetor
Saham biasa, nilai pari $5; 20.000 lembar $ 100.000
diterbitkan dan 18.000 lembar beredar
Tambahan modal disetor (1.600)
Agio Saham 300.000
Total modal disetor $ 398.000
Laba ditahan 430.000
Total modal disetor dan laba ditahan $ 828.400
(-) Biaya saham treasuri (2.000 lembar) (36.000)
$ 792.400

Anda mungkin juga menyukai