Anda di halaman 1dari 38

HASIL DISKUSI KELOMPOK PEMICU 4

MODUL SARAF JIWA

FASILITATOR : dr. FRANCISCA DIANA A, M.SC

KELOMPOK 4
Finkainarae FAA 113 038
Inda Yanti FAA 113 039
Jean Stepani Saragih FAA 113 042
Theresia Alfionita Sinulingga FAA 113 043
Alamul Huda FAA 113 044
Muhammad Yamin FAA 113 046
Azka Rizky Pamula FAA 113 047
Rera Richard Rabi Mewo FAA 113 048
Anggini Tsamaratul Qolby FAA 113 049
Al Fattah Nandayu Setiawan FAA 113 050

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS

PALANGKA RAYA

2015
Pemicu 4 (Discussion problem) :

Rara, 22 tahun, seorang mahasiswi, datang ke IGD, dibawa oleh keluarganya. Mereka berasal dari
provinsi Lampung. Ia mengalami diare dan muntah-muntah sejak 5 hari yang lalu dan masih
berlangsung sampai saat ini. Ia juga terlihat lebih sering berada di kamarnya, berbaring, enggan
berbicara, dan hanya minum sesekali. Sejak 2 hari yang lalu ia berbicara kacau, mudah marah, dan
memukul orang-orang di dekatnya. Ibu pasien berusaha menenangkan Rara, namun ia tetap gelisah,
dan mencengkeram tangan ibunya serta terus berbicara meracau. Orangtuanya merasa bingung karena
Rara biasanya bersifat sopan dan santun. Mereka bertambah kaget setelah Rara berulang kali
mengatakan bahwa orang-orang di sekitarnya berbuat jahat kepadanya dan ia yakin ada orang yang
telah meracuni makanannya.

Saat masuk IGD, Rara tampak gelisah, mudah menjadi marah, berulangkali turun dari tempat tidur
periksa, bicara kacau. Ia berulang kali menyatakan bahwa ia melihat bayangan putih yang
menakutkan, kemudian memeluk ibunya erat-erat.

Dalam pemeriksaan fisik dijumpai tanda vital seperti; tekanan darah 130/90 mmHg, denyut nadi 110
kali/menit, dan suhu 38,50C.

Orang tuanya menceritakan bahwa Rara adalah mahasiswi yang baik dan rajin. Dia selalu mematuhi
aturan dan berusaha mendapatkan nilai yang baik. Rara hanya mempunyai sedikit teman, sangat
tertutup, dan selalu berusaha menyenangkan hati teman-temannya.

DK1P4

 Kata Kunci

 Perempuan 22 tahun.

 Berasal dari Lampung.


 Mengalami diare & Muntah sejak 5 hari yang lalu sampai sekarang.

 Lebih sering berada di kamarnya.

 Berbaring, enggan berbicara, & hanya minum sesekali.

 2 hari yang lalu :

 Berbicara kacau

 Mudah marah

 Memukul orang-orang didekatnya

 Gelisah

 Sering mencengkram tangan ibunya dan terus meracau

 Biasanya bersifat sopan dan santun

 Sering merasa ada yang berbuat jahat padanya

 Masuk IGD :

 Tampak gelisah

 Mudah marah

 Berulangkali turun dari tempat tidur periksa

 Berbicara kacau

 Merasa melihat bayangan putih menakutkan

 Pemeriksaan fisik :

 TD 130/90 mmHg

 Nadi 110 X /menit

 Suhu 38,5 derajat

 Sebelumnya Rara adalah Mahasiswa baik dan rajin

 Mempunyai sedikit teman dan tertutup

 Identifikasi Masalah

Rara 22 Tahun mengalami diare dan muntah-muntah, perubahan sikap, berbicara kacau,
mudah marah, dan sering memukul orang disekitarnya serta berhalusinasi.
 Analisis Masalah

R. 22 tahun

Keluhan utama

IGD

Status sosial Pemeriksaan fisik


Tampak gelisah TD 130/90 mmHg
Mudah marah Nadi 110 kali / menit
Beruang kali turun dari tempat tidur periksa Suhu 38,5˚ C
Bicara kacau
Berhalusinasi

Pemeriksaan Penunjang

Psikiatri Non-Psikiatri

Organik Non-Organik

Delirium

Definisi Epidemiologi Etiologi Patofisilogi Tanda dan GejalaFaktor Resiko Tata laksana Prognosis Edukasi
 Hipotesis

Rara 22 tahun berdasarkan keluhan status mental dan pemeriksaan fisik mengalami gangguan
kejiwaan yang disebabkan oleh faktor organik.

 Pertanyaan Terjaring

1. Interpretasi data pada pemicu !

2. Bagaimana mekanisme gangguan psikis dengan hubungannya pada diare?

3. Bagaimana mekanisme gangguan psikis dengan hubungannya pada muntah-muntah?

4. Bagaimana mekanisme halusinasi ?

5. Apa perbedaan gangguan kejiwaan yang dipengaruhi oleh faktor organik dan non-organik,
serta bagaimana kaitannya pada pemicu ?

6. Jelaskan mengenai delirium :

a. Definisi

b. Epidemiologi

c. Etiologi

d. Patofisiologi

e. Tanda & gejala

f. Faktor risiko

g. Tatalaksana

h. Edukasi

i. Prognosis

7. Apa saja infeksi yang menyerang sistem saraf dan bagaimana hubungannya pada pemicu ?

8. Apa gangguan pikiran yang dialami pasien pada pemicu ?


9. Apa saja pemeriksaan penunjang pada gangguan kejiwaan ?

10. Apakah riwayat sosial pasien sebelumnya berpengaruh pada gangguan yang dialami pasien ?

11. Bagaimana proses perubahan sikap yang dialami pasien ?

12. Apa diagnosis banding pada pemicu ?

13. Bagaimana mekanisme kerja obat psikofarmako pada pemicu ?

DK2P4

1. Interpretasi data pada pemicu !

Pemeriksaan Fisik Keterangan

Tekanan Darah 130/90 mmHg Hipertensi, Normalnya: ≤120/≤80 mmHg

Denyut Nadi 110 kali/menit Takikardi, Normalnya: 60-100x/menit

Suhu 38,50C Febris (dapat menunjukkan adanya infeksi)


Normalnya: 36,5-37,50C

Diare dan muntah Bisa terjadi karena ada infeksi bakteri, virus,
parasit.

Status Mental Keterangan

- Tampak gelisah Delirium hiperaktif


- Mudah marah
- Berulang kali turun dari
tempat tidur periksa
- Bicara kacau
- berhalusinasi
2. Bagaimana mekanisme gangguan psikis dengan hubungannya pada diare?

Penderita dapat mengalami gangguan pencernaan walaupun penyebab dan mekanisme


terjadinya gangguan tersebut secara pasti belum diketahui secara pasti, namun gangguan
tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor psikologis. Sindrom fungsional pada gangguan saluran
cerna tersebut, antara lain adalah : gastritis (upper abdominal syndrome), sindrom fungsional
hipogastrium (lower abdominal syndrome), dan aerofagi.Ada hubungan usus dengan otak,
karena stres memberikan impuls-impuls ke usus untuk meningkat gerakan peristaltiknya.
Keadaan ini bisa menyebabkan diare. Anak sekolah menjelang ujian timbul diare akibat faktor
psikis. Biasanya hanya sebentar, setelah faktor stres hilangnya, diare berhenti. Kalau diare terus
menerus terjadi sampai dehidrasi diperlukan obat juga.Stres dapat juga menyebabkan kondisi
jangka panjang, seperti hipertensi, diabetes, tingkat tinggi kolesterol jahat dan kondisi jantung
yang tidak sehat. Dalam jangka panjang Stres juga dikenal dapat mempengaruhi sistem
kekebalan tubuh seseorang, yang akan membuat kita rentan terhadap penyakit. Dalam beberapa
kasus, stres bisa melemahkan kerja vaksinasi. ini adalah bentuk stres yang paling umum yang
ditemukan pada manusia. Stres ini umumnya tentang tekanan dari masa lalu, atau yang baru-
baru ini. Sedikit dosis dari stres tersebut bisa menciptakan rasa yang mendebarkan, seperti
ketika meluncur menuruni tebing. Tapi, banyak orang mungkin tidak bisa merasakan ini jika
dosis lebih tinggi dari biasanya. Stres akut biasa menyebabkan mudah marah, kecemasan, sakit
kepala, nyeri rahang, sakit punggung, hati panas, asam lambung, sembelit, diare dan tekanan
darah tinggi. Sembelit dan diare juga bisa dirasakan oleh orang dengan stres. Stres
menyebabkan otot-otot rektum memperketat, dan menyebabkan sembelit. Sementara itu pada
beberapa orang, stres juga bisa menyebabkan sebaliknya atau tidak dapat mengontrol otot-otot
rektum. Ada juga yang mengalami diare dan sembelit yang bergantian. Sembelit dan diare lebih
lanjut dapat menyebabkan wasir.

3. Bagaimana mekanisme gangguan psikis dengan hubungannya pada muntah-muntah ?

Muntah

Muntah merupakan reflek protektif tubuh karena dapat berfungsi melawan toksin yang tidak
sengaja tertelan. Selain itu, muntah merupakan usaha mengeluarkan racun dari tubuh dan bisa
mengurangi tekanan akibat adanya sumbatan atau pembesaran organ yang menyebabkan
penekanan pada saluran pencernaan.

Stimulus psikologis, naurologi, reflex, endokrin, dan kmiawi dapat menyebabkan muntah.
Sinyal sensori yang mencetuskan muntah terutama berasal dari faring, esophagus, perut, dan
bagian atas usus halus. Dan impuls saraf yang ditransmisikan oleh serbut saraf eferen fagal dan
saraf simpatis ke berbagai nuclei yang tersebar dibatang otak yang semuanya bersama – sama
disebut “Pusat muntah”. Dari sini, impuls motorik yang menyababkan muntah sebenarnya
ditransmisikan dari pusat muntah melalui jalur saraf cranial V, VII, IX, X, dan XII ke saluran
pencernaan bagin atas, melalui saraf fagal dan simpatis ke saluran yang lebih bawah, dan
melalui saraf spinalis ke diafragma dan otot perut.

Gangguan Psikis

Gangguan psikis pada pasien di pemicu berkaitan dengan kadar nurotransmitter terutama
norepinefrin dan serotonin di dalam otak. Kadar norepinefrin dan serotonin yang rendah dapat
menyebabkan gangguan psikis pada pasien, seperti depresi dan gangguan afek/mood. Reseptor
serotonin atau 5-Hydroxytriptamine (5-HT) merupakan senyawa neurotransmitter monoamine
yang terlibat pada penyakit depresi. Serotonin di otak disekresikan oleh raphe nuclei di batang
otak. Serotonin disintesis oleh perkusornya yaitu triptofan dengan dibantu enzim triptofan
hidroksilase dan asam amino aromatic dekarboksilase, serotonin yang terbentuk kemudian
disimpan di dalam monoamine vesikuler, selanjutnya jika ada picuan serotonin akan terlepas
menuju celah sinaptik. Serotonin yang terlepas akan mengalami difusi menjauh dari sinaptik,
dimetabolisir oleh MAO, mengaktivasi reseptor presinaptik, mengaktivasi reseptor post-
sinaptik dan mengalami re-uptake dengan bantuan transporter serotonin presinaptik.

Hubungan muntah dengan gangguan psikis.

Pada pemicu, pasien mengalami muntah. Selain itu pasien juga mengalami diare dan hanya
minum sesekali. Berkurangnya cairan yang masuk dan tidak diimbangi dengan pengganti
cairan, maka pasien dapat mengalami dehidrasi. Dehidrasi pada pasien menyebabkan perasaan
yang tidak nyaman/gangguan afek atau mudah marah, berhubungan dengan kadar serotonin
dalam otak berkurang. Hal ini juga dapat dipengaruhi bersama faktor lainnya pada
pemicu. Sistem serotonin berperan penting dalam mengatur suasana hati, agresi, aktivitas
seksual, tidur, dan kepekaan terhadap rasa sakit, termasuk karena muntah.

4. Bagaimana mekanisme halusinasi ?

Fase halusinasi ada 4 yaitu :

a) Comforting

Pasien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas sedang, kesepian, rasa bersalah dan
takut serta mencoba untuk berfokus pada pikiran yang menyenangkan untuk meredakan
ansietas. Di sini klien tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan lidah tanpa
suara, pergerakan mata yang cepat, diam dan asyik.

b) Condemning

Pada ansietas berat pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan. Pasien mulai lepas
kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan sumber yang
dipersepsikan. Disini terjadi peningkatan tanda-tanda sistem saraf otonom akibat ansietas
seperti peningkatan tanda-tanda vital (denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah), asyik
dengan pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan untuk membedakan halusinasi
dengan realita.

c) Controling

Pada ansietas berat, pasien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan
menyerah pada halusinasi tersebut. Di sini pasien sukar berhubungan dengan orang lain,
berkeringat, tremor, tidak mampu mematuhi perintah dari orang lain dan berada dalam
kondisi yang sangat menegangkan terutama jika akan berhubungan dengan orang lain.

d) Consquering

Terjadi pada panik Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti perintah
halusinasi. Di sini terjadi perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri, tidak mampu berespon
terhadap perintah yang kompleks dan tidak mampu berespon lebih dari 1 orang. Kondisi
pasien sangat membahayakan.

5. Apa perbedaan gangguan kejiwaan yang dipengaruhi oleh faktor organik dan non-
organik, serta bagaimana kaitannya pada pemicu ?
 Gangguan kejiwaan yang disebabkan faktor organik

Gangguan mental organik atau simpatomatik digolongkan dalam Blok F0. Gangguan
kejiwaannya disebabkan oleh penyakit atau gangguan fisik/kondisi medik yang secara
primer atau secara sekunder (sistemik) mempengaruhi otak secara fisiologis sehingga
terjadi disfungsi otak. Demensia merupakan salah satu kelainan yang paling mendapatkan
perhatian. Diperlukan bukti riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, dan laboratorium untuk
menyokong hal tersebut.

Didalam DSM IV diputusakan bahwa perbedaan lama antara gangguan organik dan
fungsional telah ketinggalan jaman dan dikeluarkan dari tata nama. Bagian yang disebut
“Gangguan Mental Organik” dalam DSM III-R sekarang disebut sebagai Delirium,
Demensia, Gangguan Amnestik Gangguan Kognitif lain, dan Gangguan Mental karena
suatu kondisi medis umum yang tidak dapat diklasifikasikan di tempat lain.

Menurut PPDGJ III gangguan mental organik meliputi berbagai gangguan jiwa yang
dikelompokkan atas dasar penyebab yang lama dan dapat dibuktikan adanya penyakit,
cedera atau ruda paksa otak, yang berakibat disfungsi otak Disfungsi ini dapat primer
seperti pada penyakit, cedera, dan ruda paksa yang langsung atau diduga mengenai otak,
atau sekunder, seperti pada gangguan dan penyakit sistemik yang menyerang otak sebagai
salah satu dari beberapa organ atau sistem tubuh4

PPDGJ II membedakan antara Sindroma Otak Organik dengan Gangguan Mental Organik.
Sindrom Otak Organik dipakai untuk menyatakan sindrom (gejala) psikologik atau
perilaku tanpa kaitan dengan etiologi. Gangguan Mental Organik dipakai untuk Sindrom
Otak Organik yang etiolognnya (diduga) jelas Sindrom Otak Organik dikatakan akut atau
menahun berdasarkan dapat atau tidak dapat kembalinya (reversibilitas) gangguan jaringan
otak atau Sindrom Otak Organik itu dan akan berdasarkan penyebabnya, permulaan gejala
atau lamanya penyakit yang menyebabkannya. Gejala utama Sindrom Otak Organik akut
ialah kesadaran yang menurun (delirium )dan sesudahnya terdapat amnesia, pada Sindrom
Otak Organik menahun (kronik) ialah demensia.

 Gangguan kejiwaan yang disebabkan faktor nonorganik

Gangguan psikotik nonorganik digolongkan dalam Blok F2. Gangguan psikotik


nonorganik diantaranya Skizofrenia, Gangguan skizotipal, Gangguan waham (dan
gangguan psikotik lainnya). Ciri khasnya adalah disingkirkannya kemungkinan blok F0
dan F1, terutama berdasarkan etiologinya. Gejala yang muncul berupa gejala psikotik :
halusinasi, waham, perilaku kataton, perilaku kacau, pembicaraan kacau (tidak selalu),
disertai tilikan yang buruk. Namun, ada pula gangguan mental dalam blok ini yang tidak
disertai gejala psikotik yaitu gangguan skizotipal. Meskipun begitu, secara genetik,
gangguan tersebut tergabung dalam keluarga skizofrenia.

6. Jelaskan mengenai delirium :


a) Definisi
Delirium adalah diagnosis klinis, gangguan otak difus yang dikarasteristikkan
dengan variasi kognitif dan gangguan tingkah laku. Delirium ditandai oleh gangguan
kesadaran, biasanya terlihat bersamaan dengan fungsi gangguan kognitif secara
global. Kelainan mood, persepsi dan perilaku adalah gejala psikiatrik yang umum;
tremor, asteriksis, nistagmus, inkoordinasi dan inkontinensia urin merupakan gejala
neurologis yang umum.

b) Epidemiologi
- Penyebab dari pasca operasi delirium termasuk stress dari pembedahan, sakit
pasca operasi, pengobatan anti nyeri, ketidakseimbangan elektrolit, infeksi,
demam, dan kehilangan darah.
- Sekitar 20% pasien dengan luka bakar berat dan 30-40 % pasien dengan sindrom
imunodefisiensi didapat (AIDS)
- Usia lanjut merupakan faktor resiko dari terjadinya delirium, sekitar 30 – 40
persen dari pasien yang dirawat berusia 65 tahun dan memiliki episode delirium

c) Etiologi
Penyebab utama delirium :

1. Penyakit pada CNS – encephalitis, space occupying lesions, tekanan tinggi


intrakranial setelah episode epilepsi.

2. Demam - penyakit sistemik

3. Intoksikasi dari obat-obatan atau zat toksik

4. Withdrawal alkohol

5. Kegagalan metabolik – kardiak, respiratori, renal, hepatik, hipoglikemia

d) Patofisiologi
Delirium merupakan manifestasi dari gangguan neuronal, biasanya melibatkan area
di korteks serebri dan reticular activating sistem. Dua mekanisme yang terlibat
langsung dalam terjadinya delirium adalah pelepasan neurotransmiter yang
berlebihan (kolinergik muskarinik dan dopamin) serta jalannya impuls yang
abnormal. Aktivitas yang berlebih dari neuron kolinergik muskarinik pada reticular
activating sistem, korteks, dan hipokampus berperan pada gangguan fungsi kognisi
(disorientasi, berpikir konkrit, dan inattention) dalam delirium. Peningkatan
pelepasan dopamin serta pengambilan kembali dopamin yang berkurang misalnya
pada peningkatan stress metabolik. Adanya peningkatan dopamin yang abnormal ini
dapat bersifat neurotoksik melalui produksi oksiradikal dan pelepasan glutamat,
suatu neurotransmiter eksitasi. Adanya gangguan neurotransmiter ini menyebabkan
hiperpolarisasi membran yang akan menyebabkan penyebaran depresi membran.
e) Tanda & gejala
 Gangguan kesadaran : disorientasi; konsentrasi kurang
 Tingkah laku : hiperaktif; hipoaktif
 Pikiran : bizzare; ideas of reference; waham
 Mood : cemas, irritable; depresi
 Persepsi : Ilusi; halusinasi (visual)
 Memori : terganggu

f) Tatalaksana

Dua gejala utama dari delirium yang mungkin memerlukan pengobatan


farmakologis adalah psikosis dan insomnia. Obat yang terpilih untuk psikosis adalah
Haloperidol. Droperidol (Inapsine) adalah suatu butyrophenone yang tersedia
sebagai suatu formula intravena alternative , walaupun monitoring
elektrokardiogram adalah sangat penting pada pengobatan ini. Golongan
phenothiazine harus dihindari pada pasien delirium karena obat tersebut disertai
dengan aktifitas antikolinergik yang bermakna.Insomnia paling baik diobati dengan
golongan benzodiazepine dengan waktu paruh pendek atau dengan hydroxyzine
(Vistaril), 25 sampai 100mg.

1. Pengobatan termasuk pengobatan pada penyakit yang mendasari dan


identifikasi medikasi yang mempengaruhi derajat kesadaran.

2. Olanzapine (Zyprexa) : adalah obat neuroleptic atipikal, dengan efek


ekstrapiramidal yang ringan, efektif untuk pengobatan delirium yang disertai
agitasi. Dosisnya dimulai dengan 2,5mg, dan meningkat sampai 20 mg po jika
dibutuhkan. Olanzepine dapat menurunkan ambang kejang, namun sisanya
dapat ditoleransi dengan cukup baik.

3. Risperidone (risperidal), juga efektif dan dapat ditoleransi dengan baik,


dimulai dengan 0,5 mg dua kali sehari atau 1mg sebelum waktu tidur,
meningkat sampai 3 mg 2 kali sehari jika dibutuhkan.

4. Haloperidol (haldol), dpat digunakan dengan dosis yang rendah (0.5 mg


sampai dengan 2 mg 2 kali sehari), jika dibutuhkan secara intravena. Efek
samping ekstra pyramidal dapat terjadi, dapat ditambahkan sedative, misalnya
lorazepam diawali 0,5 mg sampai 1 mg setiap 3 sampai 8 jam jika dibutuhkan.
g) Edukasi

- Pasien perlu penentraman hati, dan reorientasi untuk mengurangi anxietas, cara
ini perlu dilakukan dengan sering.

- Keluarga pasien perlu diberitahukan dan diterangkan secara jelas mengenai


penyakit pasien agar mengurangi kecemasannya sehingga keluarga pasien dapat
menolong pasien dalam perawat menjadi lebih tentram.

- Pada perawatan di rumah sakit pasien sebaiknya dirawat di ruangan yang tenang
juga cukup cahaya agar pasien dapat tahu dimana dia berada namun dengan
penerangan dimana tidak mengganggu tidur pasien.

- Keluarga maupun teman perlu menemani dan menjenguk pasien.

h) Prognosis
Setelah identifikasi dan menghilangkan faktor penyebab, gejala delirium biasanya
menghilang dalam periode 3-7 hari, walaupun beberapa gejala mungkin
membutuhkan waktu sampai 2 minggu untuk menghilang secara lengkap. Semakin
lanjut usia pasien dan semakin lama pasien mengalami delirium semakin lama waktu
yang diperlukan bagi delirium untuk menghilang. Ingatan tentang apa yang dialami
selama delirium, jika delirium telah berlalu, biasanya hilang timbul, dan pasien
mungkin menganggapnya sebagai mimpi buruk, sebagai pengalaman yang
mengerikan yang hanya diingat secara samar-samar.

7. Apa saja infeksi yang menyerang sistem saraf dan bagaimana hubungannya pada pemicu
?

Infeksi SSP bisa disebabkan berbagai bakteri, fungi, virus, dan parasit. Sebab paling
umum dari meningitis bakteri termasuk Streptococcus pneumoniae, Haemophilus
influenza, dan Neisseria meningitidis.

1. Infeksi Bakteri

Jenis Penyakit akibat Infeksi Bakteri


Bakteri dapat menginfeksi berbagai struktur yang terdapat di sistem saraf pusat.
Untuk mencapai otak dan struktur sekitarnya, mikroorganisme menggunakan cara
berikut :

 hematogen, jalur ini paling sering. Biasanya melalui arteri, tetapi penyebaran
lewat vena juga dapat terjadi, khususnya vena dari wajah. Mikroorganisme dapat
menembus blood-brain barrier melalui salah satu cara berikut : transfer pasif
melalui vakuola intraselular, dibawa leukosit, bereplikasi di stroma BBB dan
menembus barier

 implantasi langsung, contohnya saat terjadi trauma kepala atau kelainan


kongenital(contohnya meningomyelokel)

 ekstensi lokal, yaitu penyebaran dari struktur di dekatnya, misalnya sinus, gigi,
atau osteomyelitis cranial/spinal

Contoh penyakit pada sistem saraf pusat akibat infeksi bakteri antara lain sebagai
berikut:

1. Meningitis.

Meningitis adalah adanya radang pada meninges. Berdasarkan anatomisnya, dapat


dibagi menjadi leptomeningitis (piamater dan arachnoid) dan
pachymeningitis(lapisan dura saja). Meningitis terutama disebabkan oleh infeksi,
walaupun ada penyebab lainnya. Meningitis dapat dibagi menjadi akut pyogenik,
kronik, dan aseptik.
Meningitis akut pyogenik adalah meningitis akut yang disebabkan oleh bakteri. Pada
penampakan makroskopik terlihat eksudat pada leptomeninges. Cairan serebrospinal
terlihat purulen atau berkabut. Pada penampakan mikroskopis terlihat banyak
neutrofil sedangkan mikroorganisme beragam tergantung penyebabnya.

Bakteri yang menyebabkan meningitis antara lain :

 gram positif: M. tuberculosis, S.pneumoniae, L. monocytogenes, Streptococcus


grup B, dll.

 gram negatif: H.influenza, N.meningitidis, E.coli, Proteus, Enterobacter,


Citrobacter, dll.

2. Infeksi Jamur

Infeksi jamur biasanya merupakan infeksi oportunistik.Beberapa jenis jamur yang


dapat menginfeksi sistem saraf adalah: Candida albicans, Mucor species,
Aspergillus fumigatus, dan Cryptococcus neoformans. Di area endemiknya, beberapa
jenis jamur merupakan pathogen penting, misalnya Histoplasma capsulatum,
Coccidioides immitis, dan Blastomyces dermatitidis. Infeksi jamur di sistem saraf
pusat dapat berupa vaskulitis, meningitis kronik, dan infeksi parenkim. Vaskulitis
biasanya disebabkan oleh Aspergilus dan Mucor. Infeksi parenkim biasanya
disebabkan oleh Candida dan Cryptococcus.

Infeksi jamur pada sistem saraf pusat paling sering diakibatkan oleh Cryptococcus.
C.neoroformans masuk melalui inhalasi, lalu menyebabkan infeksi paru. Dari paru
C.neoroformans dapat menyebar ke jaringan lain, termasuk otak. Meningitis yang
disebabkan jamur ini menyebabkan penampakan gelatin. Jika terjadi ensefalitis,
jaringan otak terlihat mikrokista(soap-bubbles lesion), biasanya terjadi di daerah
basal ganglia.
3. INFEKSI PARASIT DIFUS
Trichinosis
Trichinosis adalah infestasi usus dan jaringan (pada manusia dan binatang
menyusui) yang disebabkan oleh cacing bulat Trichinella spiralis. Tuan rumah (host)
cacing ini adalah babi dan kadang beruang. Dalam jumlah yang banyak cacing ini
menyebabkan diare dan saat migrasi larvae ke jaringan menyebabkan myositis,
demam, eosinofilia, myocarditis dan kadang ensefalitis. Larvae trichinella
menyebabkan nekrose otot dan klasifikasi fokal. Larvae ini mampu bertahan sampai
5-10 tahun setelah encystasi. Bila mengenai otak membentuk granulomatus nodul
dan vaskulitis pembuluh darah kecil.

Klinis

Berat ringannya gejala tergantung dari jumlah larvae. Semua jaringan saraf dapat
terkena invasi cacing ini, termasuk saraf tepi. Invasi di susunan saraf pusat
meneybabkan kejang, delirium dan psikosa. Pemeriksaan jantung Diagnosa
trichinella ditentukan oleh adanya leukositosis eosinofilik, tes serologi antibodi , x
foto otot dan biopsi.Liquor biasanya normal. Pencegahan dengan merebus ulang
(refraining) daging sebelum dimakan.

Pengobatan

Thiabendazole 25 mg/koagulan bb/hari, selama 7 hari dan kortikosteroid


mengurangi reaksi inflamasi.

Prognosa

Mortalitas mencapai 2% pada kasus sistemik, sedang pada infeksi susunan saraf
pusat mencapai 10%.

INFEKSI PARASIT FOKAL

Cysticercosis

Cysticerosis merupakan penyakit akibat parasit/larva dari Taenia solium yang


mempunyai afinitas khusus terhadap jaringan saraf dan menimbulkan bermacam
sindroma tergantung dari lokasi dalam neuraxis.
Patogenesa

Manusia dan babi dapat terserang larva pada jaringan tubunhya. Penularan lewat
makan daging yang tidak dimasak dengan baik. Saat ini diketahui paling tidak ada
lima tipe cycticercosis otak. Lokasi cysticerosis adalah recemose meningobasal,
cystic parenchimal, cerebromeningeal, ventricular dan spinal. Gambaran khas
recemose cycticercosis adalah vesikel kecil yang multipel (encysted larvae) di ruang
subarakmoid, terutama di sisterna basalis. Gejala lain adalah parese saraf otak dan
hidrosefalus. Larva bersifat iritatif dan menyebabkan proses desak ruang sehingga
menimbulkan araknoiditis dan sumbatan daerah sisterna. Bentuk khas lesi
intraparenkim adalah kista multipel yang kadang mengalami kalsifikasi. Karena
sifatnya yang iritatif maka mudah menimbulkan kejang dan defisit sensorimotor.
SOL akibat cysticercosis tidak berbahaya.

Diagnosa

Diagnosa cysticerosis dibuat berdasarkan gambaran radiologis dantes serologis.


Gambaran darah tepi adalah eosinofilia. Pada liquor ditemukan pleositosis
eosinofilia, dengan kadar gula dan protein normal.

Pengelolaan

Penanganan dengan pengangkatan kista, sedang obat untuk kista parenkimal adalah
praziquantel (10-20 mg/koagulan bb) atau albendazol (400 mg), sedang cacingnya
sendiri dapat dikeluarkan dari usus dengan pemberian niclosamide (2 gr).

4. Infeksi virus
Definisi
Infeksi sistem saraf pusat teramat gawat. Meningitis mempengaruhi selaput yang
melindungi otak dan spinal cord. Encephalitis mempengaruhi otak sendiri. Virus
yang menulari sistem saraf pusat (otak dan spinal cord) termasuk virus herpes, virus
arbo, coxsackie virus, echo virus, dan entero virus. Beberapa infeksi ini
mempengaruhi terutama meninges (jaringan yang menutupi otak dan spinal cord)
dan menghasilkan radang selaput/meningitis. Yang lain mempengaruhi terutama otak
dan menyebabkan radang otak. Infeksi yang mempengaruhi baik meninges maupun
otak mengakibatkan meningoencephalitis. Radang selaput jauh lebih sering terjadi
pada anak daripada radang otak.
Virus mempengaruhi sistem saraf pusat dengan dua cara. Mereka secara langsung
menginfeksi dan menghancurkan sel di sistem saraf pusat selama sakit yang akut.
Sesudah sembuh dari infeksi - di sistem saraf pusat atau di tempat lain pada tubuh -
respon kekebalan tubuh atas infeksi kadang-kadang menyebabkan kerusakan
sekunder pada sel di sekitar syaraf. Kerusakan sekunder ini (pasca-infeksi
encephalomyelitis atau penyebaran encephalomyelitis akut) menyebabkan anak
mempunyai gejala beberapa minggu sesudah kesembuhan dari sakit yang akut.
Anak memperoleh infeksi sistem saraf pusat lewat berbagai rute. Bayi baru lahir bisa
terinfeksi herpesvirus lewat kontak dengan secret yang tertular di liang kelahiran.
Infeksi virus lain diperoleh dari udara pernafasan yang tercemar dengan virus berisi
droplets yang dikeluarkan oleh napas orang terinfeksi. Infeksi Arbovirus diperoleh
dari gigitan oleh serangga terinfeksi.
Gejala dan pengobatan radang selaput dan radang otak virus pada anak dan remaja
sama dengan pada orang dewasa. Karena sistem kekebalan tubuh masih berkembang
pada bayi baru lahir dan bayi, infeksi berbeda bisa terjadi, dan ketidakmampuan bayi
untuk menceritakan secara langsung mempersulit untuk mengerti gejala mereka.
Namun demikian, biasanya bayi dengan infeksi sistem saraf pusat menyebabkan
beberapa gejala digambarkan di bawah ini
Gejala
Infeksi sistem saraf pusat virus di bayi baru lahir dan bayi biasanya mulai dengan
demam. Bayi baru lahir mungkin tidak mempunyai gejala lain dan pada awalnya
mungkin tidak kelihatan sakit. Bayi usia lebih dari sebulan biasanya menjadi cepat-
marah dan rewel dan menolak untuk makan. Muntah sering terjadi. Kadang-kadang
ada area kecil di atas kepala bayi baru lahir (fontanelle) yang menonjol,
menunjukkan pertambahan tekanan pada otak. Karena gangguan meninges
diperburuk oleh gerak-gerik, seorang bayi dengan radang selaput mungkin menangis
lebih sering, daripada menjadi tenang, kalau diambil dan digoncangkan. Beberapa
bayi membuat jeritan yang tinggi yang aneh. Bayi dengan radang otak sering
mengalami pingsan atau melakukan gerakan aneh. Bayi dengan radang otak hebat
mungkin menjadi lesu dan koma lalu meninggal. Infeksi dengan herpes virus
simpleks, yang sering dipusatkan hanya satu bagian otak, mungkin menyebabkan
pingsan atau kelemahan muncul hanya satu bagian badan.
Post-Infectious encephalomyelitis mungkin menghasilkan banyak masalah
neurologic, bergantung pada bagian otak yang rusak. Anak mungkin mempunyai
kelemahan pada lengan atau kaki, kehilangan pandangan atau mendengar,
keterbelakangan mental, atau pingsan berulang. Gejala ini mungkin tidak nyata
sampai anak cukup tua untuk masalah untuk muncul selama pemeriksaan. Sering
kali gejala hilang dengan berjalannya waktu, tetapi kadang-kadang permanen.
Diagnosa
Dokter mencermati tentang radang selaput atau radang otak pada setiap bayi baru
lahir yang mengalami demam, seperti pada bayi yang lebih tua yang mengalami
demam dan cepat-marah atau bertingkah tidak seperti biasanya. Bayi menjalani
ketukan tulang belakang (lumbar menusuk untuk mendapatkan cairan cerebrospinal
(CSF) untuk analisa laboratorium. Pada infeksi virus, jumlah lymphocytes (sejenis
sel darah putih) bertambah di CSF, dan tak ada bakteri terlihat. Tes Immunologic
yang mendeteksi antibodi melawan virus pada sampel CSF mungkin dilakukan,
tetapi tes ini memakan waktu berhari-hari untuk selesai. Teknik reaksi Polymerase
berantai (PCR) digunakan untuk mengenali jasad seperti herpesvirus dan
enterovirus.
Tes gelombang otak (electroencephalogram bisa digunakan untuk menolong
mendiagnosa radang otak yang disebabkan oleh herpesvirus. Magnetic resonance
imaging (MRI) dan computerized tomography (CT) mungkin membantu
menetapkan diagnosa. Sangat jarang, biopsi (pengambilan jaringan sampel untuk
pemeriksaan) jaringan otak diperlukan untuk memutuskan apakah herpesvirus
adalah penyebabnya.
Pengobatan
Prognosis sangat bervariasi tergantung jenis infeksi. Beberapa tipe radang selaput
dan radang otak virus ringan, dan anak sembuh dengan cepat dan benar-benar
sembuh. Tipe lain adalah parah. Infeksi oleh herpes virus simpleks benar-benar
serius. Dengan pengobatan pun, 15% bayi baru lahir dengan infeksi herpes simpleks
pada otak meninggal. Jika infeksi herpes melibatkan bagian badan lain seperti otak,
kematian mencapai 50%. Hampir 30% dari orang yang selamat mempunyai satu
macam cacat permanen neurologik.
Kebanyakan bayi hanya memerlukan perawatan pendukung - mereka perlu dijaga
supaya tetap hangat dan diberi banyak cairan. Obat Antiviral tidak efektif untuk
kebanyakan infeksi sistem saraf pusat. Tetapi, infeksi yang disebabkan oleh herpes
virus simpleks bisa diobati dengan acyclovir yang diberikan dengan infus.

Hubungan infeksi dengan gangguan yang dialami pasien pada pemicu


Pada pemicu pasien tidak langsung mengalami infeksi pada sistem saraf, tetapi
pasien mengalami infeksi Virus (Rotavirus, Adenovirus enteritis), bakteri atau toksin
(Salmonella. E. colli), dan parasit (Biardia, Lambia) sehingga menyebabkan diare
seperti pada keterangan dipemicu. Akibat diare serta diperparah dengan pasien
hanya minum sesekali sehingga menyebabkan pasien mengalami dehidrasi.
Dehidrasi adalah salah satu faktor penyebab terjadinya Delirium atau kegelisahan
seperti yang dialami pasien pada pemicu.

Delirium
Delirium terjadi ketika pengiriman dan penerimaan sinyal normal di otak menjadi
terganggu. Penurunan ini kemungkinan besar disebabkan oleh kombinasi faktor
yang membuat otak rentan dan memicu kerusakan dalam aktivitas otak.
Setiap kondisi yang menyebabkan seseorang harus tinggal di rumah sakit, terutama
di ruang perawatan intensif, meningkatkan resiko delirium. Penyebab umum
termasuk dehidrasi dan infeksi, seperti infeksi saluran kemih, pneumonia, dan
infeksi kulit dan perut. Contoh kondisi lain yang meningkatkan risiko delirium
meliputi:

 Demensia

 Usia yang lebih tua

 Demam dan infeksi akut, terutama pada anak-anak

 Episode delirium sebelumnya

 Gangguan visual atau pendengaran

 Kurang gizi atau dehidrasi

 Penyakit parah, kronis atau terminal

 Beberapa masalah atau prosedur medis

 Pengobatan dengan beberapa obat

 Penyalahgunaan obat atau alkohol atau penarikan

Sejumlah obat atau kombinasi obat dapat memicu delirium, termasuk jenis:
 Obat nyeri

 Obat tidur

 Obat alergi (antihistamin)

 Obat untuk gangguan mood, seperti kecemasan dan depresi

 Obat penyakit Parkinson

 Obat untuk mengobati kejang atau kejang-kejang

 Obat asma

Delirium mungkin memiliki lebih dari satu penyebab, seperti kondisi medis dan
toksisitas obat.

8. Apa gangguan pikiran yang dialami pasien pada pemicu ?


Proses berpikir dinyatakan dengan bicara atau menulis. Kita harus membedakan antara
gangguan berbicara dan berbahasa dengan gangguan dalam proses berpikir. Sebelum
menyatakan gangguan proses berpikir harus disingkirkan adanya gangguan berbicara dan
berbahasa ini. Tiga kriteria dapat dipakai untuk membantu mengevaluasi proses berpikir, yaitu
konsep kata, tightness of association dan ‘goal-directedness’.
Proses berpikir dibagi menjadi proses atau bentuk dan isi. Proses atau bentuk menunjukkan, di
mana seseorang dapat menyatukan ide dan asosiasi dalam bentuk pikirnya. Proses pikir atau
bentuk pikir dapat logis dan koheren atau tak logis bahkan tidak dapat dipahami sama sekali (=
inkomprehensibel). Bentuk proses berpikir dinilai dari produktivitas dan kontinuitasnya atau
arus berpikirnya. Ini menunjukkan pada apa yang sesungguhnya menjadi pemikiran seseorang
tentang ide-idenya, kepercayaan/keyakinannya, preokupasinya, obsesinya.

Proses berpikir meliputi proses pertimbangan (judgement), pemahaman (comprhension),


ingatan serta penalaran (reasoning). Proses berpikir yang normal mengandung arus idea, simbol
dan asosiasi yang terarah kepada tujuan, dibangkitkan oleh suatu masalah atau tugas dan yang
menghantarkan kepada suatu penyelesaian yang berorientasikepada kenyataan.

Berbagai macam faktor memengaruhi proses berpikir, misalnya faktor somatik (gangguan otak,
kelelahan), faktor psikologis (gangguan emosi, psikosis) dan faktor sosial (kegaduhan dan
keadaan sosial yang lain) yang sangat memengaruhi perhatian atau konsentrasi individu.
Gangguan bentuk pikiran: dalam kategori ini termasuk semua penyimpangan dari pemikiran
rasional, logis dan terarah kepada tujuan.

1. Dereisime atau pikiran dereistik : tidak adanya snagkut paut antara proses mental
individu dan pengalamannya yang sedang berjalan. Proses mentalnya tidak sesuai dengan
atau tidak mengikuti kenyataan, logika atau pengalaman.

2. Pikiran autistik : penyebab distorsi arus asosiasi adalah dari dalam pasien itu sendiri
dalam bentuk lamunan, fantasi, waham, atau halusinasi. Cara berpikir seperti ini hanya
memuaskan keinginannya yang tak terpenuhi tanpa memperdulikan keadaan sekitarnya.

3. Bentuk pikiran yang nonrealistik : bentuk pikiran yang sama sekali tidak berdasarkan
kenyataan, umpamanya : menyelidiki sesuatu yang spektakuler/revolusioner bila
ditemukan; mengambil kesimpulan yang aneh serta tidak masuk akal.

Pada pasien di pemicu dapat disimpulkan gangguan bentuk pikiran yang dialami adalah
pikiran autistik.

9. Apa saja pemeriksaan penunjang pada gangguan kejiwaan ?


Pemeriksaan, secara obyektif didapatkan dari penilaian status mentalis, penilaian
kognitif, bila diindikasikan dapat dilakukan pemeriksaan fisik, pemeriksaan
laboratorium, dan scan otak. Penilaian status psikiatri perlu disesuaikan dengan sosio
ekonomi dan latar belakang pendidikan.
 Status Internistik
Pemeriksaan kardiologi sederhana berupa denyut nadi dan tekanan darah.
 Status Neurologik
Pemeriksaan neurologis sederhana antara lain tonus otot, refleks, dan nervus cranialis.
 Status Psikiatri (autoanamnesa)
Status Praesens (tanggal, jam)

Kesan Umum, amati wajah, apakah sesuai dengan usia, kontak mata, cara berpakaian,
rambut, hygiene pribadi salah satunya dari bau, cara duduk, bersikap dan perilaku terhadap
pemeriksa, cara berjalan, psikomotor yang melambat atau agitasi.

Kontak

Verbal : lancar, tidak lancar, relevan, irrelevan

Non verbal : tulis, gambar, isyarat (misalnya beri minum lihat responnya).

Kesadaran :
Orientasi, terhadap waktu, ruang, nama, identitas dan orang lain

Atensi, perhatian dan konsentrasi terhadap pertanyaan yang diajukan. Dapat ditanyakan
dengan pertanyaan pasien datang dengan siapa, dimana ia memarkir kendaraannya, atau
kapan ia membuat janji untuk datang pada pemeriksa saat ini. Dari pertanyaan tersebut,
pemeriksa dapat menentukan seberapa besar atensi, konsentrasi, orientasi dan memori.

Memori, penilaian daya ingat pasien dapat dilakukan secara informal. Saat pemeriksa
memperkenalkan diri dan pasien dapat mengulang menyebut nama pemeriksa (immediate
recall). Untuk menilai memori jangka sedang dan panjang pasien dapat diajak menceritakan
kejadian yang telah lama terjadi.

Afek – Emosi : amati keadaan emosional pasien (misalnya: depresi, gembira, cemas) yang
biasanya dikemukkan sendiri oleh pasien. Afek adalah penilaian terhadap keadaan emosi
pasien yang terdiri dari:

Tingkatan afek, atau spektrum mood yang ditunjukkan pasien. Terdiri dari: (a) penuh
(normal) yaitu emosi yang berubah sesuai dengan keadaan yang dibicarakan, (b) terbatas,
yang sering tampak sedih (pasien depresi) dan dapat juga tiba-tiba meningkat (pasien manik),
dan (c) datar, yaitu pasien yang menunjukkan sedikit sekali emosi, terutama pada pasien
skizoprenia.

Kelabilan, yaitu kecepatan perubahan mood pasien.

Kesesuaian, yaitu seberapa sesuai keadaan emosi dengan subyek pembicaraan. Jika pasien
membicarakan kesedihan malah bergembira berarti termasuk tidak sesuai.

Proses Berfikir : bentuk (adanya ide aneh; normalnya realistis ditanya menjawab sesuai
pertanyaan), arus, isi. Terbagi menjadi :

Linear : menjawab langsung sesuai pertanyaan

Circumstance : jawaban berputar-putar dari pertanyaan yang sebenarnya

Tangensial : jawaban tidak berhubungan dengan pertanyaan, terjadi bila pasien cemas, atau
mengalami demensia.

Flight of idea : tampak pada mania, pikiran pasien melompat-lompat dari ide satu ke ide
lainnya yang sulit untuk diikuti.

Asosiasi longgar : pasien menunjukkan ide-ide yang tidak berhubungan

Pikiran blocking : pikiran pasien tiba-tiba terhenti tanpa tujuan yang jelas, kadang muncul
pada psikosis.

Berfikir kongkrit : pasien tidak dapat berfikir abstrak, sehingga responnya sering ekstrim.

Preservasi : perilaku, sikap dan pola bicara yang berulang. Sering merupakan tanda dari
disfungsi sistem saraf.
Isi pikiran, jenisnya antara lain:

Waham : keyakinan pribadi yang salah (tidak sesuai dengan pendekatan rasional) yang
dipertahankan.

Waham paranoid : termasuk keyakinan bahwa pasien sedang dikejar kelompok tertentu.

Waham kebesaran : keyakinan bahwa pasien lebih berbakat, terkenal daripada keadaan yang
sesungguhnya. Waham somatik : keyakinan bahwa ada ssesuatu yang salah pada bagian
tubuhnya, atau ia menderita penyakit tertentu.

Waham bersama : terjadi bila salah satu anggota keluarga juga mengalami waham yang sama.

Paranoia : perasaan kecurigaan secara umum, kecenderungan untuk menganggap sesuatu


yang diluar dirinya berbahaya.

Ide bunuh diri : pikiran yang selalu mengarah pada rasa ingin bunuh diri.

Ide membunuh : pikiran untuk membunuh orang lain.

Ide referensi : pasien merasa pernah mengalami hal tertentu atau pergi ke tempat tertentu.

Intelegensi, sesuai dengan tingkat pendidikan (angka, pengetahuan umum, beda jeruk dengan
bola).

Persepsi

Halusinasi : presepsi sensoris tanpa adanya input sensoris. Dapat terjadi pada sebuah indra
sensoris antara lain halusinasi auditorius (mendengar sesuatu tanpa ada sumber bunyi),
halusinasi visual (melihat sesuatu yang tidak ada). Terjadi pada pasien scizophrenia, delirium,
mania.

Ilusi : presepsi yang salah terhadap input sensoris. Misalnya menganggap batu yang dilihat
sebagai buah. Terutama terjadi pada delirium.

Derealisasi dan depersonalisasi : perasaan tidak nyaman karena diri sendiri atau dunia luar
berubah dan menjadi tidak nyata.

Kemauan/volition : motivasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari, berhubungan


dengan perawatan diri, pekerjaan, pergaulan sosial.

Psikomotor : terdiri dari postur yaitu tonus otot tubuh pasien yang berkaitan dengan energi
dan ketegangan dan gerakan psikomotor haruslan bertujuan yang dibedakan atas bahasa
tubuh ekspresif untuk menekankan apa yang ingin disampaiakan secara verbal dan simbolik
yang tergantung budaya untuk mewakili apa yang ucapakan oleh verbal.

Pemeriksaan penunjang pada gangguan kejiwaan antara lain:

Darah rutin
CT-SCAN

MRI

EEG

10. Apakah riwayat sosial pasien sebelumnya berpengaruh pada gangguan yang dialami
pasien ?
Kepribadian adalah keseluruhan pola pikiran, perasaan dan perilaku yang sering digunakan oleh
seseorang sebagai usaha adaptasi yang terus menerus dalam hidupnya.
Pada pemicu, pasien memiliki kepribadian yang baik di lingkungannya. Tetapi pasien memiliki
teman yang sedikit, oleh karena itu pasien selalu termotivasi untuk selalu memberikan yang
terbaik untuk orang yang ada disekitarnya. Gangguan yang dimiliki oelh pasien mungkin bisa
disebabkan oleh kepribadian pasien itu sendiri, dengan penjelasan ketika pasien terus
termotivasi untuk selalu melakukan hal yang terbaik untuk orang yang ada disekitarnya, disatu
sisi mungkin dia merasa sedikit terbebani oleh motivasinya itu sendiri. Kemudian hal ini akan
diperberat ketika motivasi pasien itu tidak tercapai, ada suatu pribadi yang mudah untuk
menerima dan ada juga pribadi yang sulit menerima dan membutuhkan waktu untuk menerima
keadaan itu dan menyikapinya dengan berbagai cara.

11. Bagaimana proses perubahan sikap yang dialami pasien ?

Agitasi adalah gejala perilaku yang bermanifestasi dalam penyakit-penyakit psikiatrik yang
luas. Agitasi memiliki manifestasi yang bermacam-macam. Umumnya komponen perilaku dari
agitasi dapat dikenali sebagai agresif secara fisik atau verbal (seperti berkelahi, melempar,
merebut, menghancurkan barang-barang, memaki dan berteriak) dan juga yang nonagresif
(tidak dapat tenang, mondar-mandir, bertanya berulang-ulang, bercakap-cakap dan
inappropriate disrobing).

Dasar neuroanatomi dan neurokimia agitasi masih belum banyak diketahui. Agitasi sering
sebagai bagian dari suatu episode psikotik akut dan kebanyakan terkait dengan domain simtom
positif. Sistem neurotransmitter yang mendasari dalam patofisiologi simtom psikotik telah
diimplikasikan pada pathway dopaminergik, serotonergik, GABAergik dan glutamatergik.
Obat-obat yang menurunkan dopaminergik atau noradrenergik, atau meningkatkan serotonergik
dan GABAergik akan melemahkan agitasi. Neurotransmisi glutamatergik di striatum
mempunyai peran utama dalam regulasi fungsi psikomotor.

Psikosis akut mungkin dapat dikonseptualisasikan sebagai suatu sindrom diskoneksi


mesokortikal disebabkan karena hiperaktif dopaminergik di limbik dengan terputusnya
modulasi glutamatergik dari neurotransmisi dopaminergik dengan mereduksi inhibisi
GABAergik dimana akan menurunkan aktifitas prefrontal kortikal, simtom positif dan negatif,
dan simtom kognitif. Oleh sebab itu fokus dari antiagitasi adalah antagonis dopaminergik oleh
antipsikotik dengan bermacam variasi profil binding reseptor dopamin-2 (D ) dan 5-
2
hydroxytryptamine type 2 (5-HT ). Obat yang secara spesifik mempunyai afinitas ikatan
2
reseptor D dan afinitas yang tinggi pada reseptor 5HT akan meminimalkan gejala
2 2
ekstrapiramidal, dan tambahan kualitas sedasi diperoleh dari afinitas yang tinggi histamin-1
(H ) dibutuhkan untuk tujuan meredakan agitasi.
1

Proses terjadinya perubahan sikap pasien pada kasus kemungkinan diawali dengan terjadinya
perubahan pada sistem neurotransmitter pathway dopaminergik, serotonergik, GABAergik dan
glutamatergik. Pada psikosis akut → sindrom diskoneksi mesokortikal → kerena hiperaktif
dopaminergik di limbik → dengan terputusnya modulasi glutamatergik dari NT dopaminergik
→ Reduksi inhibisi GABAergik → ↓ aktivitas prefrontal kortikal, simtom positif dan negatif,
dan simtom kognitif.

12. Apa diagnosis banding pada pemicu ?

Delirium

Delirium adalah sindrom otak organik karena gangguan fungsi atau metabolisme otak secara
umum atau karena keracunan yng menghambat metabolisme otak. Delirium dapat disebabkan
oleh kondisi medis umum maupun diinduksi oleh zat tertentu.

Demensia

Demensia adalah suatu sindrom yang bersifat kronis progresif dan menandakan adanya
penurunan fungsi kognitif. Disebabkan oleh karena penyakit organik difus pada hemisfer
serebri maupun kelainan struktur subkortikal. Pada demensia tidak ditemukan adanya ganguan
kesadaran, dan dipertimbangkan jika demensia muncul minimal sudah 6 bulan.

Skizofrenia

Skizofrenia adalah merupakan suatu sindrom psikotik kronis yang ditandai oleh gangguan
pikiran dan persepsi, afek tumpul, anhedonia, deteriorasi, serta dapat ditemukan uji kognitif
yang buruk.

Gangguan suasana dan perasaan


Gangguan suasana dan perasaan adalah hilangnya kontrol penderita terhadap mood atau afek
disertai perubahan tingkat aktivitas kemampuan kognitif bicara dan vegetatif. Perubahan ood
dapat terjadi ke arah depresi maupun elasi (mekanik)

Gangguan kepribadian

Gangguan kepribadian adalah suatu kekhasan kepribadian yang cenderung menetap, tidak
fleksibel dan maladaptif dalam interaksi sosial sehingga timbul hendaya atau ganguan yang
bersifat subjektif.

13. Bagaimana mekanisme kerja obat psikofarmako pada pemicu ?

ANTIPSIKOSIS
Hipotesis: Terjadi berkaitan dengan aktivitas neurotransmitter Dopamine yang
meningkat

Efek samping

1. Tardive dyskinesia ( ireversibel )


 Bila terjadi gejala tersebut obat anti psikosis perlahan dihentikan, bisa dicoba
Reserpine (2.5mg/hari).
 Obat anti psikosis pengganti adalah Clozapine 50 – 100 mg/hari
2. Cholinergic rebound ( pada penghentian mendadak )
 Gejala gangguan lambung, mual, muntah, diare, pusing, gemetar
 Membaik dengan “anticholinergic agent” – Trihexyphenidyl 3x2mg/h atau
Sulfas atropin 0.25mg ( I.M )
3. Hipotensi Ortostatik ( pada penggunaan CPZ )
 Membaik dengan Nor-adrenaline / Nor-epinephrine ( 4mg/4cc dalam 1000
ml D5% dengan kecepatan 2-3cc/menit)
4. Gejala extrapiramidal / Sindrom Parkinson (Pada penggunaan Haloperidol)
 Terapi : Trihexyphenidyl 3-4 x 2 mg/hari
 Sulfas Atropin 0.50 – 0.75 mg I.M
5. Sindrom Neuroleptik Maligna ( Reaksi idiosinkrasi )
 Gejala klinik : - Hyperpyrexia ( > 38°C )
- Rigidity ( Sindrom extrapiramidal berat )
- Incontinentia urine ( Gejala disfungsi otonomik )
- Perubahan status mental atau tingkat kesadaran
- Gejala muncul dan berkembang dengan cepat
 Terapi : - Hentikan segera obat anti psikosis dengan perawatan suportif
- Dopamine agonist --Bromokriptin 7.5 – 60 mg/ hari ,
terbagi dalam 3 dosis
- --L-Dopa 2 x 100 mg/ hari

--Amantadin 200 mg/h

Cara Pemberian

Rapid Neuroleptization ( Pemberian obat neuroleptik berulang dalam kontrol ketat


untuk menghentikan gejala psikosis fungsional akut )

 Haloperidol 5 – 10 mg ( I.M ) dapat diulangi setiap 2 jam, dosis maksimum 100 mg


dalam 24 jam
 Kontra indikasi : penyakit hati, darah, epilepsi, ketergantungan alkohol, penyakit
SSP.
Perhatikan : - Onset efek primer ( efek klinis ) : sekitar 2 – 4 minggu

- Onset efek sekunder ( efek samping) : sekitar 2 – 6 jam


- Waktu paruh : 12 – 14 jam ( pemberian
obat 1 – 2 x/hari) Dosis boleh berbeda ( malam lebih besar)

Mulai dengan “ dosis awal “ sesuai dosis anjuran, dinaikkan setiap 2 -3 hari sampai
“dosis efektif”  evaluasi setiap 2 minggu, bila perlu naikkan ke dosis optimal
Pertahankan 8 – 12 minggu ( stabilisasi)  Turunkan setiap 2 minggu , “dosis
maintenance”  dipertahankan 6 bulan sampai 2 tahun, diselingi “drug holiday” 1 –
2 hari/ minggu teppering off (dosis diturunkan tiap 2 – 4 minggu )  stop

Cara Pemilihan Obat

 Pilih sesuai gejala psikosis dan dominan dan efek saming obat
 CPZ dan Thioridazine memiliki efek sedasi kuat, gunakan pada Sindrom
Psikosis dengban gejala dominan gaduh gelisah, hiperaktif, sulit tidur,
kekacauan pikiran, persaan perilaku, dll.
 Haloperidol memiliki efek sedasi lemah, gunakan pada SindromPsikosis
dengan gejala positif ( waham, halusinasi), dan gejala negatif ( hipo aktif,
perasaan tumpul, hilang minat dan inisiatif) Dominan.
 Apabila Gejala Negatif (afek tumpul, penarikan diri, isis pikiran miskin, dll) Lebih
Menonjol daripada Gejala Positif (waham, halusinasi, bicara kacau) pada pasien
Skizofrenia, Pilihan Obat Anti Psikosis Atipikal perlu dipertimbangkan, Terutama
bila pasien tidak dapat mentolerir gejala ekstrapiramidal ( neuroleptic induced
medical complication)

INTERAKSI OBAT

1. Anti psikosis + anti psikosis lain : Potensiasi efek

Contoh : CPZ + Reserpine = Potensiasi efek hipotensif

2. Anti psikosis + Anti depresan trisiklik : Efek samping kolinergik meningkat (Hati
– hati pasien BPH, glaukoma, ileus, peny. Jantung)
3. Anti psikosis + Anti anxietas : Efek sedasi meningkat, bermanfaat untuk
gaduh gelisah hebat (acute adjunctive therapy)
4. Antipsikosis + ECT : Dianjurkan tidak memberi antipsikosis
pada pagi hari sebelum ECT karena mortalitas tinggi
5. Anti psikosis + Anti konvulsan : Ambang konvulsi menurun, kemungkinan
kejang meningkat ( anti konvulsan dosisnya lebih besar).
Contoh : Pilih Haloperidol ( paling minimal menurunkan ambang kejang)
6. Antipsikosis + Antasida : Efektivitas menurun ( gangguan absorpsi )

ANTI DEPRESI
Hipotesis : Defisiensi “Aminergic Receptor” ( nor adrenaline, serotonin, dopamin)
pada celah sinaps neuron sehingga aktivitas serotonin menurun
Kriteria Diagnosis
 Paling sedikit berlangsung selama 2 minggu dan hampir setiap hari mengalami
1. Rasa hati yang murung
2. Hilang minat dan rasa senang
3. Kurang tenaga hingga mudah lelah dan kendur kegiatan
 Keadaan di atas disertai gejala – gejala
1. Penurunan konsentrasi pikiran dan perhatian
2. Pengurangan rasa harga diri dan percaya diri
3. Pikiran perihal dosa dan tidak berguna lagi
4. Pandangan suram dan pesimistik terhadap masa depan
5. Gagasan atau tindakan mencenderai diri / bunuh diri
6. Gangguan tidur
7. Pengurangan / Penambahan nafsu makan
 Hendaya dalam fungsi kehidupan sehari – hari bermanifestasi dalam gejala :
Penurunan kemampuan bekerja, hubungan sosial, dan melakukan kegiatan rutin

Efek Samping

 Sedasi
 Efek anti kolinergik (mulut kering, retensi urin, penglihatan kabur, konstipasi, sinus
takikardia, dll)
 Efek Anti – adrenergik – Alfa ( perubahan EKG, Hipotensi)
 Efek neurotoksis ( tremor halus, gelisah, agitasi, insomnia )
 Intoksikasi Overdosis / Trisiklik ATROPIN TOXIC SYNDROME ( Eksitasi
SSP, hipertensi, hiperpireksia, konvulsi, gangguan kesadaran)
 Lakukan tindakan dengan cepat :
- Gastric lavage Hemodialisis dan diuresis tidak bermanfaat)
- Diazepam 10 mg I.M untuk mengatasi konvulsi
- Prostigmine 0.5 – 1 mg I.M untuk mengatasi efek anti – kolinergik ( ulangi 30
– 45 menit sampai reda)
- Monitoring EKG
 Kematian karena Cardiac Arrest
 Lethal Dose Trisiklik = 10 kali Therapeutic dose, Karena itu jangan berikan obat
dalam jumlah besar ( lebih dari seminggu).’
Interaksi Obat

1. Trisiklik + Haloperidol / Phenothiazine : Mengurangi kecepatan ekskresi dari


Trisiklik
Potensiasi efek antikolinergik ( ileus paralitik, disuria, gangguan absorpsi)
2. SSRI/TCA + MAOI : Serotonin Malignant Syndrome
- Gastrointestinal distress – Mual, muntah, diare),
- Agitasi ( mudah marah – ganas)
- Restlessness (gelisah)
- Gerakan kedutan otot, dll
3. MAOI + “ Sympathomimetic drug” : Efek potensiasi dapat menjurus ke
Krisis Hipertensi ( acute paroxysmal hypertension )
(Phenylpropanolamine, pseudoefedrine, obat asma, noradrenaline pada anestesi
lokal, derivat amfetamin)

Pemilihan Obat

 Trisiklik memiliki efek samping sedatif, otonomik, kardiologi relatif besar


 Diberikan pada pasien muda
Meredakan agitated depression
 Tetrasiklik dan atipikal memiliki efek samping otonomik, kardiologik relatif kecil,
efek sedatif lebih kuat
Diberikan pada pasien yang kurang tahan terhadap efek otonomik dan kardiologik
( usia lanjut )
Sindrom depresi dengan gejala anxietas dan insomnia yang menonjol
 SSRI memiliki efek sedasi, otonomik, kardiologik sangat minimal
 Pasien dengan “retarded depression” pada usia dewasa dan usia lanjut
 Pasien dengan gangguan jantung, berat badan berlebih
 MAOI – Reversible
Efek samping hipotensi ortostatik
 Lithium Carbonate
Alternatidf dalam mencegah kekambuhan pada Unipolar Recurent Depression
 Jangan menggunakan TCA pada pasien hamil dan menyusui

ANTI MANIA
Hipotesis : “Dopamine receptor supersensitivity” (Karena tingginya kadar
serotoninpada celah sinaps neuron)
Lithium Carbonate mengurangi Dopamine receptor supersensitivitydengan
meningkatkancholinergic muscarinic activoty dan menghambatcyclic AMP dan
phosphoinositides

Kriteria Diagnosis
 Paling sedikit berlangsung selama 1 minggu dan hampir setiap hari mengalami :
Afek ( mood, suasana perasaan ) yang meningkat, ekspresif dan iritabel
 Keadaan di atas disertai minimal 4 dari gejala – gejala :
1. Peningkatan aktivitas dalam kehidupan sehari – hari
2. Lebih banyak bicara dari lazimnya atau dorongan bicara terus menerus
3. Flight of ideas atau penghayalan subjektif bahwa dirinya sedang berlomba
4. Rasa harga diri yang melambung (grandiositas sampai waham / delusi)
5. Berkurangnya kebutuhan tidur
6. Mudah teralih perhatian
7. Keterlibatan lebih pada aktivitas berisiko tinggi dan memiliki efek merugikan
(belanja berlebihan, mengebut tidak bertanggung jawab dan tanpa
perhitungan)
 Hendaya dalam fungsi kehidupan sehari – hari bermanifestasi dalam gejala :
Penurunan kemampuan bekerja, hubungan sosial, dan melakukan kegiatan rutin

Efek Samping

1. Gejala efek samping Dini ( Kadar serum Lithium 0.8 – 1.2 mEg/L)
- Mulut kering, haus, gastrointestinal distress, kelemahan otot, poliuria, tremor
halus  sering pada pasien usia lanjut dan penggunaan bersama neuroleptika
dan anti depresan
- Hipothyroid
- Peningkatan berat badan
- Kelainan hasil Lab : Penurunan thyroxine dan peningkatan LDH, leukositosis
- Oedem tungkai
- Metalic Taste
- Gangguan daya ingat dan konsentrasi
2. Gejala Intoksikasi ( Kadar serum Lithium > 1.5 mEg/L)
- Gejala dini diikuti kesadaran menurun

Faktor Predisposisi : - Demam dan keringat berlebih

- Diet rendah garam (hipertensi)

- Diare dan Muntah

- Pemakaian bersama Diuretika, Anti emetika, NSAID

 Bila ditemukan tanda intoksikasi :

- Kurangi faktor predisposisi


- Forced diuresis dengan NaCl 0.9% diberikan I V 10 cc
(1 ampul)
- Bila perlu hemodialisa

Interaksi Obat
1. Lithium + diuretika Thiazide : Meningkatkan konsentrasi Lithium
sebanyak 50 %  Efek Intoksikasi
Potensiasi efek antikolinergik ( ileus paralitik, disuria, gangguan absorpsi)
2. Lithium + ACE-I : Meningkatkan konsentrasi Lithium
sebanyak 50 %  Efek Intoksikasi
3. Lithium + NSAID : Meningkatkan konsentrasi Lithium
sebanyak 50 %  Efek Intoksikasi
 Pada pemberian analgesik ( Aspirin dan Paracetamol ) tidak ditemukan
interaksi
4. Lithium + Haloperidol (>20mg/h) : Neurotoksis ( dyskinesia, ataxia)
5. Lithium + Carbamazepin : Neurotoksis ( dyskinesia, ataxia)

Pemilihan Obat

 Pada mania akut diberikan Haloperidol I.M (untuk atasi hiperaktivitas,


impulsivitas, iritabilitas ) dengan teknik rapid neuroleptization dan Lithium
Carbonate (Efek anti mania dari Lithium muncul setelah 7 – 10 hari)
 Pda gangguan afektif bipolar dengan serangan episodik mania - depresi berat :
Lithium Carbonate merupakan profilaksis yang dapat mengurangi frekuensi, berat,
dan lamanya kekambuhan
 Alternatif dari pemberian Lithium Carbonate adalah Carbamazepine, Valproic Acid
Divalproex Na
 Pada Unipolar Recurent Depression dapat juga digunakan obat golongan SSRI
 Lithium Carbonate tidak boleh digunakan pada Pasien Hamil

Anti Anxietas

Jenis :

– Diazepam ( Valium ) : 2 mg/tab,5 mg/injeksi

– Chlordiazepoxide ( Etabrium ) : 5,10 mg / tab

– Frisium ( Clubazam ) : 10 mg

– Xanac ( AlphaZolam ) : 0,25mg & 0,5 mg/tab

– Sulfiride ( Dogmasil ) : 50 mg/tab

– Buspiron ( Buspar ) : 10 mg/tab

Hypotesis :
Anxietas disebabkan hiperaktivitas noerutransmitter pada sistem llimbik di otak

Neurotransmitter : Dopamin, serotonin, Non adrenaline

Kerja : Obat tersebut menekan kerja atau hiperaktivitas neurotransmitter ini

Efek Samping : – Sedasi ( Kantuk )

– Glaukoma

– Myastenia gravis

– Chronic Pulmonary Insufisiensi

– Chronic renal

– Hepatic Disease

– Kehamilan

Anti Insomnia

Jenis :

– Nitrazepam ( Magadon ) : 5 mg/tab

– Estazolam ( Esilgan ) : 1,2 mg / tab

Efek Samping : Supresi SSP pada saat tidur

Kontra indikasi :

– Kronik Respiratory Disease

– Congestive Heart Failure

– Sleep Apneu Syndrom

– Kehamilan ( Teratogenik )

Lama pemberian : 1 – 2 minggu untuk pencegahan pemakaian obat lama : Dapat


menimbulkan sleep EEG yang menetap selama 6 bulan
Anti Obsesif Kompulsif

Jenis :

– Flomoxamine ( Luvox ) : 50 mg/tab

– Clemipramine ( Ampranil ) : 25 mg/tab

–Setraline ( Zoloft ) : 20 mg/tab

Hipotesis :

Berkaitan dengan hipersensitivitas di serotoninergik reseptor di SSP

Mekanisme kerja :

Menghindari reuptake serotonin, sehingga hipersensitivitas berulang

Efek Samping :

– Sedasi

– Ancholinergik

– Neurotoxic

– Hypertensi ( Anti adrenergik alfha )

Kontra Indikasi : Idem dengan anti depresan

Anti Panik

Jenis :

 Idem dengan anti cemas / anxietas & depresi


 Lama Pemberian : 6 – 12 bln

Kekambuhan timbul biasanya setelah 3 bulan obat diberikan

Efek Samping :

- Sedasi
- Anti Cholinergik
- Anti adrenergik
- Neurotoksik

Kontra Indikasi :

- Kehamilan
- Menyusui
- Usia lanjut
- Penyakit organik

KESIMPULAN

Rara 22 tahun berdasarkan keluhan status mental dan pemeriksaan fisik mengalami gangguan
kejiwaan yang disebabkan oleh faktor organik dimana terdapat gangguan fungsi jaringan otak dan
mengenai fungsi mental pasien.
Hipotesis diterima.

DAFTAR PUSTAKA

1. http://www.medicinesia.com/kedokteran-klinis/neurosains-kedokteran-klinis/klasifikasi-
gangguan-jiwa/.
2. Maramis, Wily F; Maramis, Albert A. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 2. Surabaya:
Airlangga University Press.

3. Maramis, W, F. 2004. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Press. Surabaya.

4. Sadock B, Sadock V. Bukuajarpsikiatriklinis. Edisi 2. Jakarta: EGC; 2004. Halm. 189-219.

5. Maslim R. Bukusaku diagnosis gangguanjiwarujukanringkasdari PPDGJ-III. Jakarta:


BagianIlmuKedokteranJiwa FK UnikaAtma Jaya; 2001.

6. Brent D, Lipsa P. Depressive disorders (in childhood and adolescence). 1 sted. New York:
McGraw-Hill; 2008. Halm. 601-605.

7. Fatemi S, Clayton P. The medical basis of psychiatry. 3 rd ed. Switzerland: Humana Press; 2008.
Halm. 73-82.

8. Sadock B, Sadock V. Mood disorder. in: synopsis of psychiatry. 9 th ed. New York: Lippincott
Williams & Wilkins; 2003. Halm 534-580

9. Tomb, D. (2003). Buku Saku Psikiatri. Jakarta: EGC.

10. Keliat, B.A. (1994). Gangguan konsep diri. Jakarta: EGC.

11. Baihaqi dkk. 2005. Psikiatri (Konsep Dasar dan Gangguan-Gangguan). Refika Aditama:
Bandung.

12. Departemen Kesehatan R.I. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. 1993. Pedoman
Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III Cetakan Pertama. World
Health Organization. Departemen Kesehatan: Jakarta.

13. Hawari, Dadang. 2008. Menajemen Stres Cemas Dan Depresi. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta.

14. Maramis W.F., 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Cetakan IX. Airlangga University
Press. Surabaya.

15. Nevid, Jeffrey S dkk. 2003. Psikologi Abnormal Edisi Kelima Jilid 1. Erlangga: Jakarta.

16. Sundari, Siti. 2005. Kesehatan Mental Dalam Kehidupan.Rineka cipta: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai