Hasil Diskusi Kelompok Pemicu 4
Hasil Diskusi Kelompok Pemicu 4
KELOMPOK 4
Finkainarae FAA 113 038
Inda Yanti FAA 113 039
Jean Stepani Saragih FAA 113 042
Theresia Alfionita Sinulingga FAA 113 043
Alamul Huda FAA 113 044
Muhammad Yamin FAA 113 046
Azka Rizky Pamula FAA 113 047
Rera Richard Rabi Mewo FAA 113 048
Anggini Tsamaratul Qolby FAA 113 049
Al Fattah Nandayu Setiawan FAA 113 050
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS
PALANGKA RAYA
2015
Pemicu 4 (Discussion problem) :
Rara, 22 tahun, seorang mahasiswi, datang ke IGD, dibawa oleh keluarganya. Mereka berasal dari
provinsi Lampung. Ia mengalami diare dan muntah-muntah sejak 5 hari yang lalu dan masih
berlangsung sampai saat ini. Ia juga terlihat lebih sering berada di kamarnya, berbaring, enggan
berbicara, dan hanya minum sesekali. Sejak 2 hari yang lalu ia berbicara kacau, mudah marah, dan
memukul orang-orang di dekatnya. Ibu pasien berusaha menenangkan Rara, namun ia tetap gelisah,
dan mencengkeram tangan ibunya serta terus berbicara meracau. Orangtuanya merasa bingung karena
Rara biasanya bersifat sopan dan santun. Mereka bertambah kaget setelah Rara berulang kali
mengatakan bahwa orang-orang di sekitarnya berbuat jahat kepadanya dan ia yakin ada orang yang
telah meracuni makanannya.
Saat masuk IGD, Rara tampak gelisah, mudah menjadi marah, berulangkali turun dari tempat tidur
periksa, bicara kacau. Ia berulang kali menyatakan bahwa ia melihat bayangan putih yang
menakutkan, kemudian memeluk ibunya erat-erat.
Dalam pemeriksaan fisik dijumpai tanda vital seperti; tekanan darah 130/90 mmHg, denyut nadi 110
kali/menit, dan suhu 38,50C.
Orang tuanya menceritakan bahwa Rara adalah mahasiswi yang baik dan rajin. Dia selalu mematuhi
aturan dan berusaha mendapatkan nilai yang baik. Rara hanya mempunyai sedikit teman, sangat
tertutup, dan selalu berusaha menyenangkan hati teman-temannya.
DK1P4
Kata Kunci
Perempuan 22 tahun.
Berbicara kacau
Mudah marah
Gelisah
Masuk IGD :
Tampak gelisah
Mudah marah
Berbicara kacau
Pemeriksaan fisik :
TD 130/90 mmHg
Identifikasi Masalah
Rara 22 Tahun mengalami diare dan muntah-muntah, perubahan sikap, berbicara kacau,
mudah marah, dan sering memukul orang disekitarnya serta berhalusinasi.
Analisis Masalah
R. 22 tahun
Keluhan utama
IGD
Pemeriksaan Penunjang
Psikiatri Non-Psikiatri
Organik Non-Organik
Delirium
Definisi Epidemiologi Etiologi Patofisilogi Tanda dan GejalaFaktor Resiko Tata laksana Prognosis Edukasi
Hipotesis
Rara 22 tahun berdasarkan keluhan status mental dan pemeriksaan fisik mengalami gangguan
kejiwaan yang disebabkan oleh faktor organik.
Pertanyaan Terjaring
5. Apa perbedaan gangguan kejiwaan yang dipengaruhi oleh faktor organik dan non-organik,
serta bagaimana kaitannya pada pemicu ?
a. Definisi
b. Epidemiologi
c. Etiologi
d. Patofisiologi
f. Faktor risiko
g. Tatalaksana
h. Edukasi
i. Prognosis
7. Apa saja infeksi yang menyerang sistem saraf dan bagaimana hubungannya pada pemicu ?
10. Apakah riwayat sosial pasien sebelumnya berpengaruh pada gangguan yang dialami pasien ?
DK2P4
Diare dan muntah Bisa terjadi karena ada infeksi bakteri, virus,
parasit.
Muntah
Muntah merupakan reflek protektif tubuh karena dapat berfungsi melawan toksin yang tidak
sengaja tertelan. Selain itu, muntah merupakan usaha mengeluarkan racun dari tubuh dan bisa
mengurangi tekanan akibat adanya sumbatan atau pembesaran organ yang menyebabkan
penekanan pada saluran pencernaan.
Stimulus psikologis, naurologi, reflex, endokrin, dan kmiawi dapat menyebabkan muntah.
Sinyal sensori yang mencetuskan muntah terutama berasal dari faring, esophagus, perut, dan
bagian atas usus halus. Dan impuls saraf yang ditransmisikan oleh serbut saraf eferen fagal dan
saraf simpatis ke berbagai nuclei yang tersebar dibatang otak yang semuanya bersama – sama
disebut “Pusat muntah”. Dari sini, impuls motorik yang menyababkan muntah sebenarnya
ditransmisikan dari pusat muntah melalui jalur saraf cranial V, VII, IX, X, dan XII ke saluran
pencernaan bagin atas, melalui saraf fagal dan simpatis ke saluran yang lebih bawah, dan
melalui saraf spinalis ke diafragma dan otot perut.
Gangguan Psikis
Gangguan psikis pada pasien di pemicu berkaitan dengan kadar nurotransmitter terutama
norepinefrin dan serotonin di dalam otak. Kadar norepinefrin dan serotonin yang rendah dapat
menyebabkan gangguan psikis pada pasien, seperti depresi dan gangguan afek/mood. Reseptor
serotonin atau 5-Hydroxytriptamine (5-HT) merupakan senyawa neurotransmitter monoamine
yang terlibat pada penyakit depresi. Serotonin di otak disekresikan oleh raphe nuclei di batang
otak. Serotonin disintesis oleh perkusornya yaitu triptofan dengan dibantu enzim triptofan
hidroksilase dan asam amino aromatic dekarboksilase, serotonin yang terbentuk kemudian
disimpan di dalam monoamine vesikuler, selanjutnya jika ada picuan serotonin akan terlepas
menuju celah sinaptik. Serotonin yang terlepas akan mengalami difusi menjauh dari sinaptik,
dimetabolisir oleh MAO, mengaktivasi reseptor presinaptik, mengaktivasi reseptor post-
sinaptik dan mengalami re-uptake dengan bantuan transporter serotonin presinaptik.
Pada pemicu, pasien mengalami muntah. Selain itu pasien juga mengalami diare dan hanya
minum sesekali. Berkurangnya cairan yang masuk dan tidak diimbangi dengan pengganti
cairan, maka pasien dapat mengalami dehidrasi. Dehidrasi pada pasien menyebabkan perasaan
yang tidak nyaman/gangguan afek atau mudah marah, berhubungan dengan kadar serotonin
dalam otak berkurang. Hal ini juga dapat dipengaruhi bersama faktor lainnya pada
pemicu. Sistem serotonin berperan penting dalam mengatur suasana hati, agresi, aktivitas
seksual, tidur, dan kepekaan terhadap rasa sakit, termasuk karena muntah.
a) Comforting
Pasien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas sedang, kesepian, rasa bersalah dan
takut serta mencoba untuk berfokus pada pikiran yang menyenangkan untuk meredakan
ansietas. Di sini klien tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan lidah tanpa
suara, pergerakan mata yang cepat, diam dan asyik.
b) Condemning
Pada ansietas berat pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan. Pasien mulai lepas
kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan sumber yang
dipersepsikan. Disini terjadi peningkatan tanda-tanda sistem saraf otonom akibat ansietas
seperti peningkatan tanda-tanda vital (denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah), asyik
dengan pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan untuk membedakan halusinasi
dengan realita.
c) Controling
Pada ansietas berat, pasien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan
menyerah pada halusinasi tersebut. Di sini pasien sukar berhubungan dengan orang lain,
berkeringat, tremor, tidak mampu mematuhi perintah dari orang lain dan berada dalam
kondisi yang sangat menegangkan terutama jika akan berhubungan dengan orang lain.
d) Consquering
Terjadi pada panik Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti perintah
halusinasi. Di sini terjadi perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri, tidak mampu berespon
terhadap perintah yang kompleks dan tidak mampu berespon lebih dari 1 orang. Kondisi
pasien sangat membahayakan.
5. Apa perbedaan gangguan kejiwaan yang dipengaruhi oleh faktor organik dan non-
organik, serta bagaimana kaitannya pada pemicu ?
Gangguan kejiwaan yang disebabkan faktor organik
Gangguan mental organik atau simpatomatik digolongkan dalam Blok F0. Gangguan
kejiwaannya disebabkan oleh penyakit atau gangguan fisik/kondisi medik yang secara
primer atau secara sekunder (sistemik) mempengaruhi otak secara fisiologis sehingga
terjadi disfungsi otak. Demensia merupakan salah satu kelainan yang paling mendapatkan
perhatian. Diperlukan bukti riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, dan laboratorium untuk
menyokong hal tersebut.
Didalam DSM IV diputusakan bahwa perbedaan lama antara gangguan organik dan
fungsional telah ketinggalan jaman dan dikeluarkan dari tata nama. Bagian yang disebut
“Gangguan Mental Organik” dalam DSM III-R sekarang disebut sebagai Delirium,
Demensia, Gangguan Amnestik Gangguan Kognitif lain, dan Gangguan Mental karena
suatu kondisi medis umum yang tidak dapat diklasifikasikan di tempat lain.
Menurut PPDGJ III gangguan mental organik meliputi berbagai gangguan jiwa yang
dikelompokkan atas dasar penyebab yang lama dan dapat dibuktikan adanya penyakit,
cedera atau ruda paksa otak, yang berakibat disfungsi otak Disfungsi ini dapat primer
seperti pada penyakit, cedera, dan ruda paksa yang langsung atau diduga mengenai otak,
atau sekunder, seperti pada gangguan dan penyakit sistemik yang menyerang otak sebagai
salah satu dari beberapa organ atau sistem tubuh4
PPDGJ II membedakan antara Sindroma Otak Organik dengan Gangguan Mental Organik.
Sindrom Otak Organik dipakai untuk menyatakan sindrom (gejala) psikologik atau
perilaku tanpa kaitan dengan etiologi. Gangguan Mental Organik dipakai untuk Sindrom
Otak Organik yang etiolognnya (diduga) jelas Sindrom Otak Organik dikatakan akut atau
menahun berdasarkan dapat atau tidak dapat kembalinya (reversibilitas) gangguan jaringan
otak atau Sindrom Otak Organik itu dan akan berdasarkan penyebabnya, permulaan gejala
atau lamanya penyakit yang menyebabkannya. Gejala utama Sindrom Otak Organik akut
ialah kesadaran yang menurun (delirium )dan sesudahnya terdapat amnesia, pada Sindrom
Otak Organik menahun (kronik) ialah demensia.
b) Epidemiologi
- Penyebab dari pasca operasi delirium termasuk stress dari pembedahan, sakit
pasca operasi, pengobatan anti nyeri, ketidakseimbangan elektrolit, infeksi,
demam, dan kehilangan darah.
- Sekitar 20% pasien dengan luka bakar berat dan 30-40 % pasien dengan sindrom
imunodefisiensi didapat (AIDS)
- Usia lanjut merupakan faktor resiko dari terjadinya delirium, sekitar 30 – 40
persen dari pasien yang dirawat berusia 65 tahun dan memiliki episode delirium
c) Etiologi
Penyebab utama delirium :
4. Withdrawal alkohol
d) Patofisiologi
Delirium merupakan manifestasi dari gangguan neuronal, biasanya melibatkan area
di korteks serebri dan reticular activating sistem. Dua mekanisme yang terlibat
langsung dalam terjadinya delirium adalah pelepasan neurotransmiter yang
berlebihan (kolinergik muskarinik dan dopamin) serta jalannya impuls yang
abnormal. Aktivitas yang berlebih dari neuron kolinergik muskarinik pada reticular
activating sistem, korteks, dan hipokampus berperan pada gangguan fungsi kognisi
(disorientasi, berpikir konkrit, dan inattention) dalam delirium. Peningkatan
pelepasan dopamin serta pengambilan kembali dopamin yang berkurang misalnya
pada peningkatan stress metabolik. Adanya peningkatan dopamin yang abnormal ini
dapat bersifat neurotoksik melalui produksi oksiradikal dan pelepasan glutamat,
suatu neurotransmiter eksitasi. Adanya gangguan neurotransmiter ini menyebabkan
hiperpolarisasi membran yang akan menyebabkan penyebaran depresi membran.
e) Tanda & gejala
Gangguan kesadaran : disorientasi; konsentrasi kurang
Tingkah laku : hiperaktif; hipoaktif
Pikiran : bizzare; ideas of reference; waham
Mood : cemas, irritable; depresi
Persepsi : Ilusi; halusinasi (visual)
Memori : terganggu
f) Tatalaksana
- Pasien perlu penentraman hati, dan reorientasi untuk mengurangi anxietas, cara
ini perlu dilakukan dengan sering.
- Pada perawatan di rumah sakit pasien sebaiknya dirawat di ruangan yang tenang
juga cukup cahaya agar pasien dapat tahu dimana dia berada namun dengan
penerangan dimana tidak mengganggu tidur pasien.
h) Prognosis
Setelah identifikasi dan menghilangkan faktor penyebab, gejala delirium biasanya
menghilang dalam periode 3-7 hari, walaupun beberapa gejala mungkin
membutuhkan waktu sampai 2 minggu untuk menghilang secara lengkap. Semakin
lanjut usia pasien dan semakin lama pasien mengalami delirium semakin lama waktu
yang diperlukan bagi delirium untuk menghilang. Ingatan tentang apa yang dialami
selama delirium, jika delirium telah berlalu, biasanya hilang timbul, dan pasien
mungkin menganggapnya sebagai mimpi buruk, sebagai pengalaman yang
mengerikan yang hanya diingat secara samar-samar.
7. Apa saja infeksi yang menyerang sistem saraf dan bagaimana hubungannya pada pemicu
?
Infeksi SSP bisa disebabkan berbagai bakteri, fungi, virus, dan parasit. Sebab paling
umum dari meningitis bakteri termasuk Streptococcus pneumoniae, Haemophilus
influenza, dan Neisseria meningitidis.
1. Infeksi Bakteri
hematogen, jalur ini paling sering. Biasanya melalui arteri, tetapi penyebaran
lewat vena juga dapat terjadi, khususnya vena dari wajah. Mikroorganisme dapat
menembus blood-brain barrier melalui salah satu cara berikut : transfer pasif
melalui vakuola intraselular, dibawa leukosit, bereplikasi di stroma BBB dan
menembus barier
ekstensi lokal, yaitu penyebaran dari struktur di dekatnya, misalnya sinus, gigi,
atau osteomyelitis cranial/spinal
Contoh penyakit pada sistem saraf pusat akibat infeksi bakteri antara lain sebagai
berikut:
1. Meningitis.
2. Infeksi Jamur
Infeksi jamur pada sistem saraf pusat paling sering diakibatkan oleh Cryptococcus.
C.neoroformans masuk melalui inhalasi, lalu menyebabkan infeksi paru. Dari paru
C.neoroformans dapat menyebar ke jaringan lain, termasuk otak. Meningitis yang
disebabkan jamur ini menyebabkan penampakan gelatin. Jika terjadi ensefalitis,
jaringan otak terlihat mikrokista(soap-bubbles lesion), biasanya terjadi di daerah
basal ganglia.
3. INFEKSI PARASIT DIFUS
Trichinosis
Trichinosis adalah infestasi usus dan jaringan (pada manusia dan binatang
menyusui) yang disebabkan oleh cacing bulat Trichinella spiralis. Tuan rumah (host)
cacing ini adalah babi dan kadang beruang. Dalam jumlah yang banyak cacing ini
menyebabkan diare dan saat migrasi larvae ke jaringan menyebabkan myositis,
demam, eosinofilia, myocarditis dan kadang ensefalitis. Larvae trichinella
menyebabkan nekrose otot dan klasifikasi fokal. Larvae ini mampu bertahan sampai
5-10 tahun setelah encystasi. Bila mengenai otak membentuk granulomatus nodul
dan vaskulitis pembuluh darah kecil.
Klinis
Berat ringannya gejala tergantung dari jumlah larvae. Semua jaringan saraf dapat
terkena invasi cacing ini, termasuk saraf tepi. Invasi di susunan saraf pusat
meneybabkan kejang, delirium dan psikosa. Pemeriksaan jantung Diagnosa
trichinella ditentukan oleh adanya leukositosis eosinofilik, tes serologi antibodi , x
foto otot dan biopsi.Liquor biasanya normal. Pencegahan dengan merebus ulang
(refraining) daging sebelum dimakan.
Pengobatan
Prognosa
Mortalitas mencapai 2% pada kasus sistemik, sedang pada infeksi susunan saraf
pusat mencapai 10%.
Cysticercosis
Manusia dan babi dapat terserang larva pada jaringan tubunhya. Penularan lewat
makan daging yang tidak dimasak dengan baik. Saat ini diketahui paling tidak ada
lima tipe cycticercosis otak. Lokasi cysticerosis adalah recemose meningobasal,
cystic parenchimal, cerebromeningeal, ventricular dan spinal. Gambaran khas
recemose cycticercosis adalah vesikel kecil yang multipel (encysted larvae) di ruang
subarakmoid, terutama di sisterna basalis. Gejala lain adalah parese saraf otak dan
hidrosefalus. Larva bersifat iritatif dan menyebabkan proses desak ruang sehingga
menimbulkan araknoiditis dan sumbatan daerah sisterna. Bentuk khas lesi
intraparenkim adalah kista multipel yang kadang mengalami kalsifikasi. Karena
sifatnya yang iritatif maka mudah menimbulkan kejang dan defisit sensorimotor.
SOL akibat cysticercosis tidak berbahaya.
Diagnosa
Pengelolaan
Penanganan dengan pengangkatan kista, sedang obat untuk kista parenkimal adalah
praziquantel (10-20 mg/koagulan bb) atau albendazol (400 mg), sedang cacingnya
sendiri dapat dikeluarkan dari usus dengan pemberian niclosamide (2 gr).
4. Infeksi virus
Definisi
Infeksi sistem saraf pusat teramat gawat. Meningitis mempengaruhi selaput yang
melindungi otak dan spinal cord. Encephalitis mempengaruhi otak sendiri. Virus
yang menulari sistem saraf pusat (otak dan spinal cord) termasuk virus herpes, virus
arbo, coxsackie virus, echo virus, dan entero virus. Beberapa infeksi ini
mempengaruhi terutama meninges (jaringan yang menutupi otak dan spinal cord)
dan menghasilkan radang selaput/meningitis. Yang lain mempengaruhi terutama otak
dan menyebabkan radang otak. Infeksi yang mempengaruhi baik meninges maupun
otak mengakibatkan meningoencephalitis. Radang selaput jauh lebih sering terjadi
pada anak daripada radang otak.
Virus mempengaruhi sistem saraf pusat dengan dua cara. Mereka secara langsung
menginfeksi dan menghancurkan sel di sistem saraf pusat selama sakit yang akut.
Sesudah sembuh dari infeksi - di sistem saraf pusat atau di tempat lain pada tubuh -
respon kekebalan tubuh atas infeksi kadang-kadang menyebabkan kerusakan
sekunder pada sel di sekitar syaraf. Kerusakan sekunder ini (pasca-infeksi
encephalomyelitis atau penyebaran encephalomyelitis akut) menyebabkan anak
mempunyai gejala beberapa minggu sesudah kesembuhan dari sakit yang akut.
Anak memperoleh infeksi sistem saraf pusat lewat berbagai rute. Bayi baru lahir bisa
terinfeksi herpesvirus lewat kontak dengan secret yang tertular di liang kelahiran.
Infeksi virus lain diperoleh dari udara pernafasan yang tercemar dengan virus berisi
droplets yang dikeluarkan oleh napas orang terinfeksi. Infeksi Arbovirus diperoleh
dari gigitan oleh serangga terinfeksi.
Gejala dan pengobatan radang selaput dan radang otak virus pada anak dan remaja
sama dengan pada orang dewasa. Karena sistem kekebalan tubuh masih berkembang
pada bayi baru lahir dan bayi, infeksi berbeda bisa terjadi, dan ketidakmampuan bayi
untuk menceritakan secara langsung mempersulit untuk mengerti gejala mereka.
Namun demikian, biasanya bayi dengan infeksi sistem saraf pusat menyebabkan
beberapa gejala digambarkan di bawah ini
Gejala
Infeksi sistem saraf pusat virus di bayi baru lahir dan bayi biasanya mulai dengan
demam. Bayi baru lahir mungkin tidak mempunyai gejala lain dan pada awalnya
mungkin tidak kelihatan sakit. Bayi usia lebih dari sebulan biasanya menjadi cepat-
marah dan rewel dan menolak untuk makan. Muntah sering terjadi. Kadang-kadang
ada area kecil di atas kepala bayi baru lahir (fontanelle) yang menonjol,
menunjukkan pertambahan tekanan pada otak. Karena gangguan meninges
diperburuk oleh gerak-gerik, seorang bayi dengan radang selaput mungkin menangis
lebih sering, daripada menjadi tenang, kalau diambil dan digoncangkan. Beberapa
bayi membuat jeritan yang tinggi yang aneh. Bayi dengan radang otak sering
mengalami pingsan atau melakukan gerakan aneh. Bayi dengan radang otak hebat
mungkin menjadi lesu dan koma lalu meninggal. Infeksi dengan herpes virus
simpleks, yang sering dipusatkan hanya satu bagian otak, mungkin menyebabkan
pingsan atau kelemahan muncul hanya satu bagian badan.
Post-Infectious encephalomyelitis mungkin menghasilkan banyak masalah
neurologic, bergantung pada bagian otak yang rusak. Anak mungkin mempunyai
kelemahan pada lengan atau kaki, kehilangan pandangan atau mendengar,
keterbelakangan mental, atau pingsan berulang. Gejala ini mungkin tidak nyata
sampai anak cukup tua untuk masalah untuk muncul selama pemeriksaan. Sering
kali gejala hilang dengan berjalannya waktu, tetapi kadang-kadang permanen.
Diagnosa
Dokter mencermati tentang radang selaput atau radang otak pada setiap bayi baru
lahir yang mengalami demam, seperti pada bayi yang lebih tua yang mengalami
demam dan cepat-marah atau bertingkah tidak seperti biasanya. Bayi menjalani
ketukan tulang belakang (lumbar menusuk untuk mendapatkan cairan cerebrospinal
(CSF) untuk analisa laboratorium. Pada infeksi virus, jumlah lymphocytes (sejenis
sel darah putih) bertambah di CSF, dan tak ada bakteri terlihat. Tes Immunologic
yang mendeteksi antibodi melawan virus pada sampel CSF mungkin dilakukan,
tetapi tes ini memakan waktu berhari-hari untuk selesai. Teknik reaksi Polymerase
berantai (PCR) digunakan untuk mengenali jasad seperti herpesvirus dan
enterovirus.
Tes gelombang otak (electroencephalogram bisa digunakan untuk menolong
mendiagnosa radang otak yang disebabkan oleh herpesvirus. Magnetic resonance
imaging (MRI) dan computerized tomography (CT) mungkin membantu
menetapkan diagnosa. Sangat jarang, biopsi (pengambilan jaringan sampel untuk
pemeriksaan) jaringan otak diperlukan untuk memutuskan apakah herpesvirus
adalah penyebabnya.
Pengobatan
Prognosis sangat bervariasi tergantung jenis infeksi. Beberapa tipe radang selaput
dan radang otak virus ringan, dan anak sembuh dengan cepat dan benar-benar
sembuh. Tipe lain adalah parah. Infeksi oleh herpes virus simpleks benar-benar
serius. Dengan pengobatan pun, 15% bayi baru lahir dengan infeksi herpes simpleks
pada otak meninggal. Jika infeksi herpes melibatkan bagian badan lain seperti otak,
kematian mencapai 50%. Hampir 30% dari orang yang selamat mempunyai satu
macam cacat permanen neurologik.
Kebanyakan bayi hanya memerlukan perawatan pendukung - mereka perlu dijaga
supaya tetap hangat dan diberi banyak cairan. Obat Antiviral tidak efektif untuk
kebanyakan infeksi sistem saraf pusat. Tetapi, infeksi yang disebabkan oleh herpes
virus simpleks bisa diobati dengan acyclovir yang diberikan dengan infus.
Delirium
Delirium terjadi ketika pengiriman dan penerimaan sinyal normal di otak menjadi
terganggu. Penurunan ini kemungkinan besar disebabkan oleh kombinasi faktor
yang membuat otak rentan dan memicu kerusakan dalam aktivitas otak.
Setiap kondisi yang menyebabkan seseorang harus tinggal di rumah sakit, terutama
di ruang perawatan intensif, meningkatkan resiko delirium. Penyebab umum
termasuk dehidrasi dan infeksi, seperti infeksi saluran kemih, pneumonia, dan
infeksi kulit dan perut. Contoh kondisi lain yang meningkatkan risiko delirium
meliputi:
Demensia
Sejumlah obat atau kombinasi obat dapat memicu delirium, termasuk jenis:
Obat nyeri
Obat tidur
Obat asma
Delirium mungkin memiliki lebih dari satu penyebab, seperti kondisi medis dan
toksisitas obat.
Berbagai macam faktor memengaruhi proses berpikir, misalnya faktor somatik (gangguan otak,
kelelahan), faktor psikologis (gangguan emosi, psikosis) dan faktor sosial (kegaduhan dan
keadaan sosial yang lain) yang sangat memengaruhi perhatian atau konsentrasi individu.
Gangguan bentuk pikiran: dalam kategori ini termasuk semua penyimpangan dari pemikiran
rasional, logis dan terarah kepada tujuan.
1. Dereisime atau pikiran dereistik : tidak adanya snagkut paut antara proses mental
individu dan pengalamannya yang sedang berjalan. Proses mentalnya tidak sesuai dengan
atau tidak mengikuti kenyataan, logika atau pengalaman.
2. Pikiran autistik : penyebab distorsi arus asosiasi adalah dari dalam pasien itu sendiri
dalam bentuk lamunan, fantasi, waham, atau halusinasi. Cara berpikir seperti ini hanya
memuaskan keinginannya yang tak terpenuhi tanpa memperdulikan keadaan sekitarnya.
3. Bentuk pikiran yang nonrealistik : bentuk pikiran yang sama sekali tidak berdasarkan
kenyataan, umpamanya : menyelidiki sesuatu yang spektakuler/revolusioner bila
ditemukan; mengambil kesimpulan yang aneh serta tidak masuk akal.
Pada pasien di pemicu dapat disimpulkan gangguan bentuk pikiran yang dialami adalah
pikiran autistik.
Kesan Umum, amati wajah, apakah sesuai dengan usia, kontak mata, cara berpakaian,
rambut, hygiene pribadi salah satunya dari bau, cara duduk, bersikap dan perilaku terhadap
pemeriksa, cara berjalan, psikomotor yang melambat atau agitasi.
Kontak
Non verbal : tulis, gambar, isyarat (misalnya beri minum lihat responnya).
Kesadaran :
Orientasi, terhadap waktu, ruang, nama, identitas dan orang lain
Atensi, perhatian dan konsentrasi terhadap pertanyaan yang diajukan. Dapat ditanyakan
dengan pertanyaan pasien datang dengan siapa, dimana ia memarkir kendaraannya, atau
kapan ia membuat janji untuk datang pada pemeriksa saat ini. Dari pertanyaan tersebut,
pemeriksa dapat menentukan seberapa besar atensi, konsentrasi, orientasi dan memori.
Memori, penilaian daya ingat pasien dapat dilakukan secara informal. Saat pemeriksa
memperkenalkan diri dan pasien dapat mengulang menyebut nama pemeriksa (immediate
recall). Untuk menilai memori jangka sedang dan panjang pasien dapat diajak menceritakan
kejadian yang telah lama terjadi.
Afek – Emosi : amati keadaan emosional pasien (misalnya: depresi, gembira, cemas) yang
biasanya dikemukkan sendiri oleh pasien. Afek adalah penilaian terhadap keadaan emosi
pasien yang terdiri dari:
Tingkatan afek, atau spektrum mood yang ditunjukkan pasien. Terdiri dari: (a) penuh
(normal) yaitu emosi yang berubah sesuai dengan keadaan yang dibicarakan, (b) terbatas,
yang sering tampak sedih (pasien depresi) dan dapat juga tiba-tiba meningkat (pasien manik),
dan (c) datar, yaitu pasien yang menunjukkan sedikit sekali emosi, terutama pada pasien
skizoprenia.
Kesesuaian, yaitu seberapa sesuai keadaan emosi dengan subyek pembicaraan. Jika pasien
membicarakan kesedihan malah bergembira berarti termasuk tidak sesuai.
Proses Berfikir : bentuk (adanya ide aneh; normalnya realistis ditanya menjawab sesuai
pertanyaan), arus, isi. Terbagi menjadi :
Tangensial : jawaban tidak berhubungan dengan pertanyaan, terjadi bila pasien cemas, atau
mengalami demensia.
Flight of idea : tampak pada mania, pikiran pasien melompat-lompat dari ide satu ke ide
lainnya yang sulit untuk diikuti.
Pikiran blocking : pikiran pasien tiba-tiba terhenti tanpa tujuan yang jelas, kadang muncul
pada psikosis.
Berfikir kongkrit : pasien tidak dapat berfikir abstrak, sehingga responnya sering ekstrim.
Preservasi : perilaku, sikap dan pola bicara yang berulang. Sering merupakan tanda dari
disfungsi sistem saraf.
Isi pikiran, jenisnya antara lain:
Waham : keyakinan pribadi yang salah (tidak sesuai dengan pendekatan rasional) yang
dipertahankan.
Waham paranoid : termasuk keyakinan bahwa pasien sedang dikejar kelompok tertentu.
Waham kebesaran : keyakinan bahwa pasien lebih berbakat, terkenal daripada keadaan yang
sesungguhnya. Waham somatik : keyakinan bahwa ada ssesuatu yang salah pada bagian
tubuhnya, atau ia menderita penyakit tertentu.
Waham bersama : terjadi bila salah satu anggota keluarga juga mengalami waham yang sama.
Ide bunuh diri : pikiran yang selalu mengarah pada rasa ingin bunuh diri.
Ide referensi : pasien merasa pernah mengalami hal tertentu atau pergi ke tempat tertentu.
Intelegensi, sesuai dengan tingkat pendidikan (angka, pengetahuan umum, beda jeruk dengan
bola).
Persepsi
Halusinasi : presepsi sensoris tanpa adanya input sensoris. Dapat terjadi pada sebuah indra
sensoris antara lain halusinasi auditorius (mendengar sesuatu tanpa ada sumber bunyi),
halusinasi visual (melihat sesuatu yang tidak ada). Terjadi pada pasien scizophrenia, delirium,
mania.
Ilusi : presepsi yang salah terhadap input sensoris. Misalnya menganggap batu yang dilihat
sebagai buah. Terutama terjadi pada delirium.
Derealisasi dan depersonalisasi : perasaan tidak nyaman karena diri sendiri atau dunia luar
berubah dan menjadi tidak nyata.
Psikomotor : terdiri dari postur yaitu tonus otot tubuh pasien yang berkaitan dengan energi
dan ketegangan dan gerakan psikomotor haruslan bertujuan yang dibedakan atas bahasa
tubuh ekspresif untuk menekankan apa yang ingin disampaiakan secara verbal dan simbolik
yang tergantung budaya untuk mewakili apa yang ucapakan oleh verbal.
Darah rutin
CT-SCAN
MRI
EEG
10. Apakah riwayat sosial pasien sebelumnya berpengaruh pada gangguan yang dialami
pasien ?
Kepribadian adalah keseluruhan pola pikiran, perasaan dan perilaku yang sering digunakan oleh
seseorang sebagai usaha adaptasi yang terus menerus dalam hidupnya.
Pada pemicu, pasien memiliki kepribadian yang baik di lingkungannya. Tetapi pasien memiliki
teman yang sedikit, oleh karena itu pasien selalu termotivasi untuk selalu memberikan yang
terbaik untuk orang yang ada disekitarnya. Gangguan yang dimiliki oelh pasien mungkin bisa
disebabkan oleh kepribadian pasien itu sendiri, dengan penjelasan ketika pasien terus
termotivasi untuk selalu melakukan hal yang terbaik untuk orang yang ada disekitarnya, disatu
sisi mungkin dia merasa sedikit terbebani oleh motivasinya itu sendiri. Kemudian hal ini akan
diperberat ketika motivasi pasien itu tidak tercapai, ada suatu pribadi yang mudah untuk
menerima dan ada juga pribadi yang sulit menerima dan membutuhkan waktu untuk menerima
keadaan itu dan menyikapinya dengan berbagai cara.
Agitasi adalah gejala perilaku yang bermanifestasi dalam penyakit-penyakit psikiatrik yang
luas. Agitasi memiliki manifestasi yang bermacam-macam. Umumnya komponen perilaku dari
agitasi dapat dikenali sebagai agresif secara fisik atau verbal (seperti berkelahi, melempar,
merebut, menghancurkan barang-barang, memaki dan berteriak) dan juga yang nonagresif
(tidak dapat tenang, mondar-mandir, bertanya berulang-ulang, bercakap-cakap dan
inappropriate disrobing).
Dasar neuroanatomi dan neurokimia agitasi masih belum banyak diketahui. Agitasi sering
sebagai bagian dari suatu episode psikotik akut dan kebanyakan terkait dengan domain simtom
positif. Sistem neurotransmitter yang mendasari dalam patofisiologi simtom psikotik telah
diimplikasikan pada pathway dopaminergik, serotonergik, GABAergik dan glutamatergik.
Obat-obat yang menurunkan dopaminergik atau noradrenergik, atau meningkatkan serotonergik
dan GABAergik akan melemahkan agitasi. Neurotransmisi glutamatergik di striatum
mempunyai peran utama dalam regulasi fungsi psikomotor.
Proses terjadinya perubahan sikap pasien pada kasus kemungkinan diawali dengan terjadinya
perubahan pada sistem neurotransmitter pathway dopaminergik, serotonergik, GABAergik dan
glutamatergik. Pada psikosis akut → sindrom diskoneksi mesokortikal → kerena hiperaktif
dopaminergik di limbik → dengan terputusnya modulasi glutamatergik dari NT dopaminergik
→ Reduksi inhibisi GABAergik → ↓ aktivitas prefrontal kortikal, simtom positif dan negatif,
dan simtom kognitif.
Delirium
Delirium adalah sindrom otak organik karena gangguan fungsi atau metabolisme otak secara
umum atau karena keracunan yng menghambat metabolisme otak. Delirium dapat disebabkan
oleh kondisi medis umum maupun diinduksi oleh zat tertentu.
Demensia
Demensia adalah suatu sindrom yang bersifat kronis progresif dan menandakan adanya
penurunan fungsi kognitif. Disebabkan oleh karena penyakit organik difus pada hemisfer
serebri maupun kelainan struktur subkortikal. Pada demensia tidak ditemukan adanya ganguan
kesadaran, dan dipertimbangkan jika demensia muncul minimal sudah 6 bulan.
Skizofrenia
Skizofrenia adalah merupakan suatu sindrom psikotik kronis yang ditandai oleh gangguan
pikiran dan persepsi, afek tumpul, anhedonia, deteriorasi, serta dapat ditemukan uji kognitif
yang buruk.
Gangguan kepribadian
Gangguan kepribadian adalah suatu kekhasan kepribadian yang cenderung menetap, tidak
fleksibel dan maladaptif dalam interaksi sosial sehingga timbul hendaya atau ganguan yang
bersifat subjektif.
ANTIPSIKOSIS
Hipotesis: Terjadi berkaitan dengan aktivitas neurotransmitter Dopamine yang
meningkat
Efek samping
Cara Pemberian
Mulai dengan “ dosis awal “ sesuai dosis anjuran, dinaikkan setiap 2 -3 hari sampai
“dosis efektif” evaluasi setiap 2 minggu, bila perlu naikkan ke dosis optimal
Pertahankan 8 – 12 minggu ( stabilisasi) Turunkan setiap 2 minggu , “dosis
maintenance” dipertahankan 6 bulan sampai 2 tahun, diselingi “drug holiday” 1 –
2 hari/ minggu teppering off (dosis diturunkan tiap 2 – 4 minggu ) stop
Pilih sesuai gejala psikosis dan dominan dan efek saming obat
CPZ dan Thioridazine memiliki efek sedasi kuat, gunakan pada Sindrom
Psikosis dengban gejala dominan gaduh gelisah, hiperaktif, sulit tidur,
kekacauan pikiran, persaan perilaku, dll.
Haloperidol memiliki efek sedasi lemah, gunakan pada SindromPsikosis
dengan gejala positif ( waham, halusinasi), dan gejala negatif ( hipo aktif,
perasaan tumpul, hilang minat dan inisiatif) Dominan.
Apabila Gejala Negatif (afek tumpul, penarikan diri, isis pikiran miskin, dll) Lebih
Menonjol daripada Gejala Positif (waham, halusinasi, bicara kacau) pada pasien
Skizofrenia, Pilihan Obat Anti Psikosis Atipikal perlu dipertimbangkan, Terutama
bila pasien tidak dapat mentolerir gejala ekstrapiramidal ( neuroleptic induced
medical complication)
INTERAKSI OBAT
2. Anti psikosis + Anti depresan trisiklik : Efek samping kolinergik meningkat (Hati
– hati pasien BPH, glaukoma, ileus, peny. Jantung)
3. Anti psikosis + Anti anxietas : Efek sedasi meningkat, bermanfaat untuk
gaduh gelisah hebat (acute adjunctive therapy)
4. Antipsikosis + ECT : Dianjurkan tidak memberi antipsikosis
pada pagi hari sebelum ECT karena mortalitas tinggi
5. Anti psikosis + Anti konvulsan : Ambang konvulsi menurun, kemungkinan
kejang meningkat ( anti konvulsan dosisnya lebih besar).
Contoh : Pilih Haloperidol ( paling minimal menurunkan ambang kejang)
6. Antipsikosis + Antasida : Efektivitas menurun ( gangguan absorpsi )
ANTI DEPRESI
Hipotesis : Defisiensi “Aminergic Receptor” ( nor adrenaline, serotonin, dopamin)
pada celah sinaps neuron sehingga aktivitas serotonin menurun
Kriteria Diagnosis
Paling sedikit berlangsung selama 2 minggu dan hampir setiap hari mengalami
1. Rasa hati yang murung
2. Hilang minat dan rasa senang
3. Kurang tenaga hingga mudah lelah dan kendur kegiatan
Keadaan di atas disertai gejala – gejala
1. Penurunan konsentrasi pikiran dan perhatian
2. Pengurangan rasa harga diri dan percaya diri
3. Pikiran perihal dosa dan tidak berguna lagi
4. Pandangan suram dan pesimistik terhadap masa depan
5. Gagasan atau tindakan mencenderai diri / bunuh diri
6. Gangguan tidur
7. Pengurangan / Penambahan nafsu makan
Hendaya dalam fungsi kehidupan sehari – hari bermanifestasi dalam gejala :
Penurunan kemampuan bekerja, hubungan sosial, dan melakukan kegiatan rutin
Efek Samping
Sedasi
Efek anti kolinergik (mulut kering, retensi urin, penglihatan kabur, konstipasi, sinus
takikardia, dll)
Efek Anti – adrenergik – Alfa ( perubahan EKG, Hipotensi)
Efek neurotoksis ( tremor halus, gelisah, agitasi, insomnia )
Intoksikasi Overdosis / Trisiklik ATROPIN TOXIC SYNDROME ( Eksitasi
SSP, hipertensi, hiperpireksia, konvulsi, gangguan kesadaran)
Lakukan tindakan dengan cepat :
- Gastric lavage Hemodialisis dan diuresis tidak bermanfaat)
- Diazepam 10 mg I.M untuk mengatasi konvulsi
- Prostigmine 0.5 – 1 mg I.M untuk mengatasi efek anti – kolinergik ( ulangi 30
– 45 menit sampai reda)
- Monitoring EKG
Kematian karena Cardiac Arrest
Lethal Dose Trisiklik = 10 kali Therapeutic dose, Karena itu jangan berikan obat
dalam jumlah besar ( lebih dari seminggu).’
Interaksi Obat
Pemilihan Obat
ANTI MANIA
Hipotesis : “Dopamine receptor supersensitivity” (Karena tingginya kadar
serotoninpada celah sinaps neuron)
Lithium Carbonate mengurangi Dopamine receptor supersensitivitydengan
meningkatkancholinergic muscarinic activoty dan menghambatcyclic AMP dan
phosphoinositides
Kriteria Diagnosis
Paling sedikit berlangsung selama 1 minggu dan hampir setiap hari mengalami :
Afek ( mood, suasana perasaan ) yang meningkat, ekspresif dan iritabel
Keadaan di atas disertai minimal 4 dari gejala – gejala :
1. Peningkatan aktivitas dalam kehidupan sehari – hari
2. Lebih banyak bicara dari lazimnya atau dorongan bicara terus menerus
3. Flight of ideas atau penghayalan subjektif bahwa dirinya sedang berlomba
4. Rasa harga diri yang melambung (grandiositas sampai waham / delusi)
5. Berkurangnya kebutuhan tidur
6. Mudah teralih perhatian
7. Keterlibatan lebih pada aktivitas berisiko tinggi dan memiliki efek merugikan
(belanja berlebihan, mengebut tidak bertanggung jawab dan tanpa
perhitungan)
Hendaya dalam fungsi kehidupan sehari – hari bermanifestasi dalam gejala :
Penurunan kemampuan bekerja, hubungan sosial, dan melakukan kegiatan rutin
Efek Samping
1. Gejala efek samping Dini ( Kadar serum Lithium 0.8 – 1.2 mEg/L)
- Mulut kering, haus, gastrointestinal distress, kelemahan otot, poliuria, tremor
halus sering pada pasien usia lanjut dan penggunaan bersama neuroleptika
dan anti depresan
- Hipothyroid
- Peningkatan berat badan
- Kelainan hasil Lab : Penurunan thyroxine dan peningkatan LDH, leukositosis
- Oedem tungkai
- Metalic Taste
- Gangguan daya ingat dan konsentrasi
2. Gejala Intoksikasi ( Kadar serum Lithium > 1.5 mEg/L)
- Gejala dini diikuti kesadaran menurun
Interaksi Obat
1. Lithium + diuretika Thiazide : Meningkatkan konsentrasi Lithium
sebanyak 50 % Efek Intoksikasi
Potensiasi efek antikolinergik ( ileus paralitik, disuria, gangguan absorpsi)
2. Lithium + ACE-I : Meningkatkan konsentrasi Lithium
sebanyak 50 % Efek Intoksikasi
3. Lithium + NSAID : Meningkatkan konsentrasi Lithium
sebanyak 50 % Efek Intoksikasi
Pada pemberian analgesik ( Aspirin dan Paracetamol ) tidak ditemukan
interaksi
4. Lithium + Haloperidol (>20mg/h) : Neurotoksis ( dyskinesia, ataxia)
5. Lithium + Carbamazepin : Neurotoksis ( dyskinesia, ataxia)
Pemilihan Obat
Anti Anxietas
Jenis :
– Frisium ( Clubazam ) : 10 mg
Hypotesis :
Anxietas disebabkan hiperaktivitas noerutransmitter pada sistem llimbik di otak
– Glaukoma
– Myastenia gravis
– Chronic renal
– Hepatic Disease
– Kehamilan
Anti Insomnia
Jenis :
Kontra indikasi :
– Kehamilan ( Teratogenik )
Jenis :
Hipotesis :
Mekanisme kerja :
Efek Samping :
– Sedasi
– Ancholinergik
– Neurotoxic
Anti Panik
Jenis :
Efek Samping :
- Sedasi
- Anti Cholinergik
- Anti adrenergik
- Neurotoksik
Kontra Indikasi :
- Kehamilan
- Menyusui
- Usia lanjut
- Penyakit organik
KESIMPULAN
Rara 22 tahun berdasarkan keluhan status mental dan pemeriksaan fisik mengalami gangguan
kejiwaan yang disebabkan oleh faktor organik dimana terdapat gangguan fungsi jaringan otak dan
mengenai fungsi mental pasien.
Hipotesis diterima.
DAFTAR PUSTAKA
1. http://www.medicinesia.com/kedokteran-klinis/neurosains-kedokteran-klinis/klasifikasi-
gangguan-jiwa/.
2. Maramis, Wily F; Maramis, Albert A. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 2. Surabaya:
Airlangga University Press.
3. Maramis, W, F. 2004. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Press. Surabaya.
6. Brent D, Lipsa P. Depressive disorders (in childhood and adolescence). 1 sted. New York:
McGraw-Hill; 2008. Halm. 601-605.
7. Fatemi S, Clayton P. The medical basis of psychiatry. 3 rd ed. Switzerland: Humana Press; 2008.
Halm. 73-82.
8. Sadock B, Sadock V. Mood disorder. in: synopsis of psychiatry. 9 th ed. New York: Lippincott
Williams & Wilkins; 2003. Halm 534-580
11. Baihaqi dkk. 2005. Psikiatri (Konsep Dasar dan Gangguan-Gangguan). Refika Aditama:
Bandung.
12. Departemen Kesehatan R.I. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. 1993. Pedoman
Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III Cetakan Pertama. World
Health Organization. Departemen Kesehatan: Jakarta.
13. Hawari, Dadang. 2008. Menajemen Stres Cemas Dan Depresi. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta.
14. Maramis W.F., 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Cetakan IX. Airlangga University
Press. Surabaya.
15. Nevid, Jeffrey S dkk. 2003. Psikologi Abnormal Edisi Kelima Jilid 1. Erlangga: Jakarta.
16. Sundari, Siti. 2005. Kesehatan Mental Dalam Kehidupan.Rineka cipta: Jakarta.