Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Topik :
KEPEMIMPINAN TERHADAP PERUBAHAN BUDAYA ORGANISASI
Judul :
OPTIMALISASI KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL
KAPOLRES BOJONEGORO
GUNA MENCIPTAKAN BUDAYA PELAYANAN YANG INOVATIF
DALAM RANGKA TERWUJUDNYA KEPERCAYAAN MASYARAKAT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini harapan masyarakat semakin tinggi terhadap tata kelola
pemerintahan yang baik melalui program prioritas Nawa cita Presiden dengan
9 (sembilan) program prioritas pemerintah. Salah satunya (point kedua) adalah
membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola
pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya. Makna yang
terkandung dari poin kedua tersebut adalah memperkuat kualitas birokrasi
aparatur negara yang berorientasi kepada “melayani masyarakat” dalam
rangka memulihkan kepercayaan publik. Kepolisian Negara Republik Indonesia
(Polri) yang merupakan bagian dari pemerintahan, telah mendukung
perwujudan pelaksanaan program prioritas Presiden tersebut dalam
pelaksanaan tugas pokoknya melalui Reformasi Birokrasi Polri (RBP), dimana
sasaran reformasi birokrasi adalah mengubah pola pikir dan budaya kerja.
Salah satu agenda utama dalam RBP tersebut adalah manajemen
perubahan budaya, meningingat masih banyaknya isu-isu yang menjadi pusat
perhatian masyarakat. Birokrasi pelayanan yang berbelit-belit disertai budaya
koruptif masih melekat pada budaya kerja organisasi Polri. Artinya masih ada
anggota Polri yang mempertahankan budaya kerja yang konvensional, dalam
arti resisten terhadap inovasi dan perubahan sebagai budaya organisasi yang
modern. Budaya organisasi menurut Walter R. Freytag merupakan asumsi-
asumsi dan nilai-nilai yang disadari atau tidak disadari yang mampu mengikat
kepaduan suatu organisasi, asumsi dan nilai tersebut menentukan pola
perilaku para anggota di dalam organisasi. Terdapat contoh-contoh yang dapat
diambil dari budaya organiasasi menurut para ahli salah satunya inovasi,
artinya budaya organisasi biasanya akan mendorong anggota tim untuk
1
2
melahirkan suatu ide-ide kreatif dan inovasi baru untuk tujuan organisasi yaitu
kemajuan organisasi.
Oleh karena itu pembangunan budaya yang inovatif menjadi salah satu
aspek budaya birokrasi yang sangat penting bagi keberhasilan reformasi
birokrasi Polri, sehingga untuk mendukung hal tersebut diperlukan
kepemimpinan Polri yang mampu mengelola perubahan. Salah satu teori agen
perubahan yang paling komperehensif adalah kepemimpinan transformasional
yang dikembangkan pertama kali oleh James MacGregor Burns (1978:20).
Pada dasarnya kepemimpinan transformasional merupakan gaya
kepemimpinan yang berorientasi membawa suatu perubahan di dalam
organisasi, mentransformasikan individu agar mau berubah ke arah
peningkatan kualitas diri. Dalam hal ini peran kepemimpinan Kapolres
Bojonegoro sebagai top manager harus mampu membawa suatu perubahan
dalam organisasinya, mengingat Kapolres Bojonegoro dalam dua tahun
terakhir telah melakukan berbagai inovasi terhadap organisasinya, terutama
dengan memberdayakan teknologi informasi. Namun Kapolres sebagai top
manager dalam memberikan arah kebijakan kurang mampu disempurnakan
oleh seluruh anggotanya. Untuk itu maka diperlukan upaya dalam
mengoptimalkan kepemimpinan transformasional Kapolres Bojonegoro agar
dapat menciptakan budaya pelayanan yang inovatif sehingga kepercayaan
masyarakat terwujud.
B. Pokok Permasalahan
Mendasari uraian latar belakang tersebut di atas, maka pokok
permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan NKP ini adalah “Apakah
penerapan kepemimpinan transformasional Kapolres Bojonegoro dapat
menciptakan budaya pelayanan yang inovatif sehingga kepercayaan
masyarakat terwujud?”
C. Pokok Persoalan
Berdasarkan pokok permasalahan di atas, maka pokok-pokok persoalan
dalam penulisan NKP ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana kondisi peran kepemimpinan Kapolres Bojonegoro dalam
menciptakan budaya pelayanan yang inovatif?
2. Bagaimana kondisi sumber daya manusia Polres Bojonegoro dalam
menciptakan budaya pelayanan yang inovatif?
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Analisis Judul
1. Variabel Judul
a. Variabel 1 : Optimalisasi kepemimpinan transformasional.
b. Variabel 2 : Menciptakan budaya pelayanan yang inovatif.
c. Variabel 3 : Terwujudnya kepercayaan masyarakat.
33
4
B. Pokok Pembahasan
1. Kondisi Faktual
a. Kondisi peran kepemimpinan Kapolres Bojonegoro dalam
menciptakan budaya pelayanan yang inovatif
Pada dasarnya kepemimpinan Kapolres Bojonegoro
dengan membawahi para Kabag, Kasat, Kasi, Kapolsek dan
seluruh anggota yang ada di dalamnya serta dibantu oleh
seorang Wakapolres, telah memimpin melalui sikap dan perilaku
yang dapat menjadikan role model untuk merubah budaya kerja
para anggotanya, namun masih ada anggota yang belum mampu
menerjemahkan peran kepemimpinan Kapolres, ditandai dengan :
1) Peranan hubungan antar pribadi
Sebagai seorang pemimpin yang membawahi
1.442 anggota dari berbagai latar belakang dan
kemampuan, Kapolres telah mampu membina interaksi
dan hubungan positif dengan anggota untuk mewujudkan
perubahan budaya kerja, namun demikian masih ada
sebagian anggota kurang memiliki inisiatif dan kesulitan
beradaptasi untuk merealisasikan kebijakan Kapolres.
2) Peranan yang berhubungan dengan informasi
Peranan Kapolres sebagai pemantau
perkembangan pelaksanaan tugas selalu memberikan
pengarahan kepada seluruh anggota, melalui pelaksanaan
APP maupun kunjungan kerja guna meningkatkan motivasi
dalam rangka memaksimalkan kinerja pelayanan kepada
masyarakat, namun masih adanya keluhan masyarakat
terhadap kinerja anggota yang tidak profesional dalam
menjalankan tugas.
3) Peranan pembuat keputusan
Kapolres selalu aktif memberikan arahan kepada
para pejabat / unsur pimpinan terkait penyusunan program
kegiatan dan rencana kegiatan, namun para pejabat /
unsur pimpinan kurang menggiatkan anggotanya membuat
laporan kegiatan tahunan, bulanan, mingguan dan harian.
5
3. Kondisi Ideal
a. Kondisi ideal peran kepemimpinan Kapolres Bojonegoro dalam
menciptakan budaya pelayanan yang inovatif
Perubahan sebagaimana dijelaskan oleh Ivancevich,
John M (2007:31), sangat dipengaruhi oleh kualitas dan kinerja
para agen perubah dan kunci pembuat keputusan dalam
organisasi, agen perubahan seperti manajer atau pimpinan.
Mendasari uraian tersebut maka untuk mampu
menciptakan budaya organsasi yang inovatif, maka dibutuhkan
peran kepemimpinan yang handal, cakap dan cepat tanggap
terhadap segala hal, sesuai pendapat Mintzberg (1973), yang
telah mengelompokkan peran pemimpin dalam tiga peran.
1) Peranan hubungan antar pribadi
Kapolres membina interaksi dan hubungan positif
dengan seluruh anggotanya, melalui hubungan antar
pribadi sebagai seorang rekan kerja dan memposisikan diri
sebagai ayah, sehingga dapat memotivasi anggota untuk
melakukan kerjasama tim melalui kedekatan emosional.
.2) Peranan yang berhubungan dengan informasi
Kapolres dapat lebih banyak menggali informasi-
informasi atau isu yang berkembang di antara anggota
Polres terkait adanya pelayanan yang inovatif untuk
mengetahui hambatan/ kendalanya, serta rutin melakukan
dialogis yang berkesinambungan dengan seluruh
anggotanya, sehingga dapat memperbaiki sikap dan
perilaku, maupun mind set dan culture set.
3) Peranan pembuat keputusan
Kapolres mampu membangun motivasi anggota
dalam rangka menciptakan budaya pelayanan yang
inovatif dituangkan pada commander wish Kapolres, dan
8
e. Strategi
Untuk merumuskan strategi, maka terlebih dahulu
menentukan posisi organisasi yang kemudian diformulasikan
dengan Matriks TOWS (Terlampir), meliputi:
1) Strategi jangka pendek. (0 - 3 bulan).
f. Kebijakan
Percepatan proses transformasi budaya pelayanan yang
inovatif dan modern, serta mudah diakses oleh masyarakat
melalui kepemimpinan transformasional dan SDM yang unggul.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Dari pembahasan permasalahan dan pokok-pokok persoalan di atas,
maka penulis menarik beberapa kesimpulan:
1. Kondisi peran kepemimpinan Kapolres Bojonegoro dalam menciptakan
budaya pelayanan yang inovatif pada dasarnya sudah cukup baik, hal ini
terlihat dari peranannya dalam hubungan antar pribadi, hubungan
dengan informasi, dan pembuat keputusan, namun peranannya tersebut
belum mampu diterjemahkan maupun ditindaklanjuti oleh anggotanya.
Oleh karena itu sebagai pemimpin yang transformasional, maka
Kapolres harus mampu untuk melakukan peningkatan hubungan
interaksi, penguatan komitmen terhadap arah gerak perubahan pada
organisasi, penguatan transparansi kegiatan pelayanan, meningkatkan
motivasi dan kerjasama tim, menghapus budaya kerja yang negatif.
2. Kualitas sumber daya manusia Polres Bojonegoro dalam menciptakan
budaya pelayanan yang inovatif sejauh ini belum optimal, meskipun
secara kuantitas telah cukup memadai namun secara kualitas belum
seluruhnya memiliki kompetensi, sehingga menghambat terciptanya
budaya inovatif di Polres Bojonegoro, sehingga perlunya peran
kepemimpinan transformasional Kapolres Bojonegoro untuk mendorong
kreativitas dan inovasi melalui penguatan kompetensi personel dalam
menghadapi dan mengelola perubahan, penguatan kemampuan
berkomunikasi, serta penerapan teknologi canggih untuk memperkuat
kreativitas inovasi.
B. Rekomendasi
1. Mengajukan usulan kepada Kapolda agar para Perwira yang akan
menjabat atau ditunjuk sebagai unsur pimpinan/ pejabat diwajibkan telah
menguikuti dan lulus dalam assessment test sesuai jabatan yang akan
diemban.
2. Mengajukan usulan kepada Kapolda untuk membuat kompetisi
pelayanan kepolisian yang inovatif bagi seluruh Polres jajaran Polda,
dengan penanggung jawab adalah Kapolres masing-masing jajaran.
15