Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH BAHASA INDONESIA

PEMILIHAN KATA (DIKSI)

Disusun Oleh :

Kelompok 2

1. Arif Putri Ningsih 164140314111056


2. Jessika Santoso 164140314111008
3. Wulan Kusuma Sari Sanjaya 164140314111018
4. Syabrina Pramudya Wardani 164140314111036
5. Anita Yusuf 164140314111050
6. Kanyaka Raras Prasidya 164140314111032
7. Rizal Fatoni 164140314111038
8. Jundi Musa Al Asyari 164140314111054
9. Alberto Novan Meydo 164140314111058
10. Frans Christian Leonardo Luturmas 164140314111048

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PERHOTELAN

PROGRAM PENDIDIKAN VOKASI

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

TA 2016-2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat Nya sehingga makalah
ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi
maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI

BAB 1.Pendahuluan…………………………………………………………………………………….1

1.1 Latar Belakang


1.2 Perumusan Masalah
1.3 Manfaat
1.4 Tujuan

BAB 2. Isi……………………………………………………………………………………………….2

2.1 Pengertian Diksi atau Pilihan Kata

2.2 Syarat-syarat Pemilihan Kata

BAB 3. Pembentukan Kata…………………………………………………………..………………….3

3.1 Kesalahan Pembentukan dan Pemilihan Kata


BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa terbentuk dari beberapa tataran gramatikal, yaitu dari tataran terendah sampai tertinggi adalah kata,
frase, klausa, kalimat. Ketika anda menulis dan berbicara, kata adalah kunci pokok dalam membentuk
tulisan dan ucapan. Maka dari itu kata-kata dalam bahasa Indonesia harus dipahami dengan baik, supaya
ide dan pesan seseorang dapat dimengerti dengan baik. Kata-kata yang digunakan dalam komunikasi harus
dipahami dalam konteks alinea dan wacana. Tidak dibenarkan menggunakan kata-kata dengan sesuka hati,
tetapi harus mengikuti kaidah-kaidah yang benar.

Menulis merupakan kegiatan yang menghasilkan ide secara terus-menerus dalam bentuk tulisan yang
teratur yang mengungkapkan gambaran, maksud, gagasan, perasaan(ekspresif). Untuk itu penulis atau
pengarang membutuhkan keterampilan dalam hal struktur bahasa dan kosa kata. Yang terpenting dalam
menulis adalah penguasaan kosa kata yang merupakan bagian dari diksi. Ketepatan diksi dalam membuat
suatu tulisan atau karangan tidak dapat diabaikan demi menghasilkan tulisan yang mudah dimengerti.

Diksi dapat diartikan sebagai pilihan kata pengarang dalam mengggambarkan “cerita” pengarang.
Walaupun dapat diartikan begitu, diksi tidak hanya pilih-memilih kata saja atau mengungkapkan gagasan
pengarang, tetapi juga meliputi gaya bahasa, ungkapan-ungkapan.

B. Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut:
1. Pengertian diksi atau pilihan kata dalam bahasa Indonesia
2. Pembentukan kata atau istilah

C. Tujuan
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk mengetahui arti diksi atau pilihan kata dalam bahasa Indonesia dan
menghasilkan tulisan yang indah, enak dibaca, dan mudah dipahami pada setiap kata yang ingin
disampaikan.

D. Manfaat
Manfaat dibuatnya makalah ini adalah, sebagai berikut:
1. Mahasiswa dapat mengetahui pilihan kata yang baik dalam pengolahan kata.
2. Menguasai berbagai macam kosakata dan mempu memanfaatkan kata-kata tersebut menjadi kalimat
yang jelas, efektif dan efisien.
3. Ketepatan dalam pemilihan kata dalam menyampaikan suatu gagasan.

1
BAB 2
ISI
A. Pengertian Diksi atau Pilihan Kata
Diksi dapat diartikan sebagai pilihan kata, gaya bahasa, ungkapan-ungkapan pengarang untuk
mengungkapkan sebuah cerita.

Agar menghasilkan cerita yang menarik, diksi atau pemilihan kata harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut:
1. Ketepatan dalam pemilihan kata dalam menyampaikan gagasan.
2. Pengarang harus memiliki kemampuan dalam membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna, sesuai
dengan gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan menemukan bentuk yang sesuai dengan
situasi dan nilai rasa pembaca.
3. Menguasai berbagai macam kosakata dan mempu memanfaatkan kata-kata tersebut menjadi kalimat
yang jelas, efektif, dan efisien.
Contoh paragraf :

1. Hari ini Aku pergi ke pantai bersama dengan teman-temanku. Udara di sana sangat sejuk. Kami bermain
bola air sampai tak terasa hari sudah sore. Kamipun pulang tak lama kemudian.

2. Liburan kali ini Aku dan teman-temanku berencana untuk pergi ke pantai. Kami sangat senang ketika
hari itu tiba. Begitu sampai disana kami sudah disambut oleh semilir angin yang tak heti-hentinya bertiup.
Ombak yang berkejar-kejaran juga seolah tak mau kalah untuk menyambut kedatangan kami. Kami
menghabiskan waktu sepanjang hari di sana. Kami pulang dengan hati senang.

Kedua paragraph diatas memiliki makna yang sama, tetapi dalam pemilihan kata atau diksi, paragraph
kedua lebih menarik bagi pembaca karena enak dibaca dan tidak membosankan.

B. Syarat-Syarat Pemilihan Kata


1. Makna Denotatif dan Konotatif
Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit. Makna wajar ini adalah makna yang
sesuai dengan apa adanya. Denotatif adalah suatu pengertian yang terkandung sebuah kata secara objektif.
Makna denotatif sering disebut makna konseptual. Misalnya, kata makan yang bermakna memasukkan
sesuatu kedalam mulut, dikunyah dan ditelan.

Makna konotatif adalah makna asosiatif, makna yang timbul sebagai akibat dari sikap sosial, sikap pribadi
dan kriteria tambahan yang dikenakan pada sebuah makna konseptual. Kata makan pada makna konotatif
berarti untung atau pukul. Makna konotatif selalu berubah dari zaman ke zaman. Contoh lainnya misalnya
kamar kecil dapat bermakna konotatif jamban, sedangkan makna denotative adalah kamar yang kecil.

2. Makna Umum dan Makna Khusus


Kata umum adalah kata yang acuannya lebih luas. Kata khusus adalah kata yang acuannya lebih sempit
atau khusus. Misalnya ikan termasuk kata umum, sedangkan kata khusus dari ikan adalah mujair, lele,
gurami, gabus, koi. Contoh lainnya misalnya lele dapat menjadi kata umum, jika kata khususnya adalah
lele lokal, lele dumbo.

2
3. Kata Konkrit dan Kata Abstrak
Kata konkrit adalah kata yang acuannya dapat diserap oleh pancaindra. Misalnya meja, rumah, mobil, air,
cantik, hangat, wangi, suara. Sedangkan kata abstrak adalah kata yang acuannya sulit diserap oleh
pancaindra. Misalnya perdamaian, gagasan. Kegunaan kata astrak untuk mengungkapkan gagasan rumit.
Kata abstrak dapat membedakan secara halus antara gagasan yang bersifat teknis dan khusus. Pemakaian
kata abstrak yang banyak pada suatu karangan akan menjadikan karangan tersebut tidak jelas dalam
menyampikan gagasan penulis.

4. Sinonim
Sinonim adalah dua kata atau lebih yang pada asasnya mempunyai makna yang sama, tapi bentuknya
berlainan. Kesinoniman kata tidaklah mutlak, hanya ada kesamaan atau kemiripan. Misalnya kata cermat
dan cerdik yang keduanya bersinonim, tetapi keduanya tidaklah sama persis.

5. Kata Ilmiah dan Kata Populer


Kata ilmiah merupakan kata-kata logis dari bahasa asing yang dapat diterjemahkan kedalam bahasa
Indonesia. Kata-kata ilmiah biasa digunakan oleh kaum pelajar dalam berkomunikasi maupun dalam
tulisan-tulisan ilmiah seperti karya tulis ilmiah, laporan ilmiah, skripsi, tesis, desertasi. Selain itu digunakan
pada acara-acara resmi. Kata popular adalah kata yang biasa digunakan dalam komunikasi sehari-hari
masyarakat umum.

Berikut adalah contoh dari kata-kata tersebut.

Kata Ilmiah: Kata Popular:

Analogi kiasan
Final akhir
Diskriminasi perbedaan perlakuan
Prediksi ramalan
Kontradiksi pertentangan
Format ukuran
Anarki kekacauan
Biodata biografi singkat
Bibliografi daftar pustaka

C. Pembentukkan Kata
Terdapat dua cara dalam pembentukkan kata, yaitu dari luar dan dari dalam bahasa Indonesia.
Pembentukkan dari dalam yaitu terbetuknya kata baru dengan dasar kata yang sudah ada, sedangkan dari
luar melalui proses serapan.

1. Kesalahan Pembentukkan dan Pemilihan Kata


Pada subbab ini akan disebutkan kesalahan dalam pembentukkan kata, yang sering ditemukkan dalam
bahasa lisan maupun tulis.
1. Penanggalan awalan meng-
2. Penanggalan awalan ber-
3
3. Peluluhan bunyi /c/
4. Penyengauan kata dasar
5. Bunyi /s/, /k/, /p/, dan /t/ yang tidak luluh
6. Awalan ke- yang keliru pemakaian akhiran –ir
7. Padanan yang tidak serasi
8. Pemakaian kata depan di, ke, dari, bagi, pada, daripada, dan terhadap
9. Penggunaan kesimpulan, keputusan, penalaran, dan pemukiman
10. Penggunaan kata yang hemat
11. Analogi
12. Bentuk jamak dalam bahasa Indonesia

A. Gaya Bahasa Eufinisme

Majas yang mengungkapkan sesuatu dengan menggunakan kata-kata yang lebih sopan.

Contoh:

 Pramuwisma bukan pekerjaan hina. (pembantu rumah tangga)

 Orang itu telah berubah akal. (gila)

 Ia telah pergi mendahului kita. (meninggal)

B. Gaya Bahasa Hiperbola

Gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang melebih-lebihkan baik jumlah, ukuran, ataupun
sifatnya dengan tujuan untuk menekankan, memperhebat, meningkatakan kesan dan pengaruhnya.

Contoh: Angkatlah pandang matamu

ke swarga loka

ke sejuta lilin alit

yang gemetar

C. Gaya Bahasa Metafora

Gaya bahasa perbandingan yang membandingkan dua hala secara implicit. Metafora dibentuk
berdasarkan penyimpangan makna. Sebenarnya, seperti juga pada simile, dalam metafora terdapat
dua bentuk bahasa (penanda) yang maknanya diperban-dingkan. Namun, di sini, sebagaimana
dikatakan oleh Kerbrat Orecchioni, salah satu unsur bahasa yang dibandingkan itu tidak muncul,

4
melainkan bersifat implisit. Sifat implisit ini menyebabkan adanya perubahan acuan pada
penanda yang digunakan. Selain itu, tidak ada kata yang menunjukkan perbandingan seperti
dalam simile. Hal-hal inilah yang mungkin menjadi masalah dalam pemahaman metafora.

Contoh:

• Banyak mahasiswa yang mencoba memperebutkan mawar fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya
itu.

• Pada kalimat di atas, kata mawar digunakan untuk menyebut gadis. Ini berarti, keduanya
diperbandingkan. Komponen makna penyama: cantik/indah, segar, harum, berduri, cepat layu.

• Komponen makna pembeda: untuk “gadis” adalah manusia, berjenis wanita,

• untuk “mawar” adalah bagian dari tanaman

• Berikut ini akan dikemukakan pula bagan segitiga semantik metafora

Contoh: Aku adalah burung yang terbang bebas

D. Gaya Bahasa Personifikasi

Adalah gaya bahasa yang menampilkan binatang, tanaman, atau benda sebagai manusia.

Contoh:

• “Melambai-lambai, nyiur di pantai” (cuplikan lagu Tanah airku Indonesia)

• Unsur yang dibandingkan: “gerakan tangan” dengan “gerakan daun nyiur”.

• Komponen makna penyama: „gerakan‟, „bagian dari sesuatu yang besar‟ (tangan/daun)

• Komponen makna pembeda untuk tangan adalah bagian dari „manusia‟.

• Komponen makna pembeda untuk daun nyiur adalah „tanaman‟. Di sini yang muncul hanya
gerakan daun nyiur, sedangkan gerakan tangan manusia menjadi implisit. Acuan pun berubah,
yang melambai bukan lagi tangan manusia, melainkan daun nyiur.

E. Gaya Bahasa Sarkasme

Adalah gaya bahasa yang paling kasar, bahkan kadang-kadang merupakan kutukan.

Contoh : Mampuspun aku tak peduli, diberi nasihat aku tak peduli, diberi nasihat masuk ketelinga.

5
F. Gaya Bahasa Metonimia

Metonimia ialah gaya bahasa yang menggunakan nama barang, orang, hal, atau cirri sebagai
pengganti barang itu sendiri.

Contoh: Parker jauh lebih mahal daripada pilot

G. Gaya Bahasa Litotes

Gaya bahasa yang berupa pernyataan yang bersifat mengecilkan kenyataan yang sebenarnya.

Contoh: Apa yang kami berikan memang tidak berarti bagimu

H. Gaya Bahasa Pleonasme

Adalah gaya bahasa yang memberikan keterangan dengan kata-kata yang maknanya sudah
tercakup dalam kata yang diterangkan atau mendahului.

Contoh : Darah merah membasahi baju dan tubuhnya

Anda mungkin juga menyukai