Anda di halaman 1dari 14

PENGEMBANGAN PRODUKSI KERAJINAN SEBAGAI UPAYA

MENDUKUNG PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN


Siti Maisaroh
Fakultas Ekonomi Universitas PGRI Yogyakarta
e-mail: maisaroh_siti@yahoo.com

ABSTRACT

The research is aimed at finding the dominan factors do develop the small-scale industry as an effort
to the poor program to empower the society. By using the methodology participation action researh
(PAR) involving the active participation of the society, Especially to the small craftsment to clarify the
problems and how find the solution. The collecting is done by using the method of simple random
sampling against 100 respondents sample of the small-scale industrial housholds. The result of the
survey shows that skill factor and the marketing factor belong to the core variable. Which each of them
has the higest elasticity against the product to the amount of 0.4147 or 41,47% and 0.2517 or 25,17%.
Accordingly, the recomendation to develop the small-scale industry as reflected on the increasing
product, it is hoped to give priority to the skill factor and marketing factor then to the capital factor or
other factor.
Keywords: skill, marketing and capital factor to develop the small craftsment solution.

PENDAHULUAN masyarakat agar mampu ke luar dari lingkaran


kemiskinan serta lebih berkembang secara mandiri.
Latar Belakang Penelitian
Secara teoritis, semakin banyak program pe-
Tujuan akhir program pembangunan adalah nanggulangan kemiskinan akan menjadikan jumlah
peningkatan kesejahteraan masyarakat, yang antara orang miskin dapat ditekan seminimal mungkin.
lain terefleksi pada peningkatan pendapatan masya- Sistem pemerintah desentralisasi dan otonomi
rakat dan ketersediaan kebutuhan dasar bagi masya- daerah, semestinya juga memungkinkan pelayanan
rakat. Dalam rangka meningkatkan pendapatan dan kepada masyarakat miskin semakin cepat dan sesuai
kesejahteraan masyarakat tersebut, Pemerintah dengan kebutuhan masyarakat. Tetapi sayangnya,
telah menetapkan sasaran-sasaran indikator ekono- dari sejumlah hasil penelitian tentang berbagai
mi makro yang menjadi arah strategi pelaksanaan program pengentasan kemiskinan termasuk bantuan
kebijakan dalam tahun 2008 sebagaimana tertuang langsung tunai (BLT), ternyata hasilnya sama saja
dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2008, dengan kondisi sebelum digulirkannya program
yaitu: (i) percepatan pertumbuhan ekonomi; (ii) pen- pengentasan kemiskinan. Padahal, dananya sudah
ciptaan lapangan pekerjaan; dan (iii) penanggu- habis untuk program tersebut, tetapi jumlah orang
langan kemiskinan. miskin masih tetap saja tinggi. Karena itu, upaya
Penetapan program pengentasan kemiskinan program pengentasan kemiskinan harus dapat dilak-
diupayakan sejalan dengan komitmen pemerintah sanakan oleh pemerintah dan masyarakat setempat
untuk merealisasikan program millennium develop- sesuai dengan kondisi daerah yang bersangkutan,
ment goals (MDGs). Karena itu, pelaksanaan misalkan melalui salah satu model pendekatan
program tersebut dilakukan agar berbagai kebijakan gerakan pembangunan ekonomi rumah tangga.
dan program pemerintah yang lain secara langsung Industri kecil kerajinan pada hakekatnya adalah
dapat menyentuh lapisan bawah. Artinya, pelak- pembangunan suatu sistem yang mempunyai daya
sanaan program tersebut tidak hanya diarahkan hidup dan mampu berkembang secara mandiri serta
untuk meningkatkan pendapatan melalui berbagai mengakar pada struktur ekonomi dan struktur
kesempatan berusaha saja, melainkan juga untuk masyarakat. Pada saat ini, berbagai upaya pening-
memberikan akses yang lebih luas bagi seluruh katan produktivitas dan akses usaha mikro, kecil, dan

JEJAK, Volume 1, Nomor 1, September, 2008 1


menengah (UMKM) termasuk industri kecil kerajinan “buffer” untuk pengentasan kemiskinan dan
(IKK) semakin penting peranannya dalam men- pengangguran. Sayangnya, berbagai penelitian
dukung program pengentasan kemiskinan dan sebelumnya menjelaskan bahwa keberadaan usaha
pengangguran di Indonesia. Karena, harapan besar jenis ini selain fungsi dan perannya sangat penting,
bahwa pertumbuhan yang pesat dari sektor industri tetapi keberadaanya masih banyak menghadapi
modern akan dapat sebagai sumber pendapatan masalah dan hambatan baik secara internal maupun
serta mampu menyelesaikan masalah kemiskinan eksternal. Berbagai masalah dan hambatan tersebut
dan pengangguran secara tuntas ternyata masih berdampak pada hasil produksi menjadi tetap
berada pada rentang perjalanan yang panjang dan rendah. Padahal, rendahnya tingkat produksi ber-
melelahkan. dampak pada rendahnya pendapatan dan keun-
Pentingnya pengembangan IKK itu secara asasi tungan, yang pada akhirnya bermuara pada tetap
tidak terlepas dari data empiris ataupun berbagai rendahnya kesejahteraan masyarakat. Karena itu,
aspek nalariah yang melatarbelakanginya. Secara upaya pengembangan terhadap usaha ini adalah
empiris, ketika terjadi krisis ekonomi sejak Juli 1997 semakin mutlak untuk dilakukan. Problematikanya
hingga kini keberadaan ekonomi rakyat khususnya adalah; masalah apa saja yang harus ditingkatkan
jenis UMKM dan IKK telah banyak membantu untuk pengembangan produksi dalam usaha ini?
mengatasi masalah pengangguran termasuk yang Bagaimana model pengembangan produksi dan
terkena PHK. Dalam GBHN 1999-2004 dan RPJM strategi yang harus dilakukan dalam usaha tersebut
2005-2009 telah memberikan petunjuk bahwa agar keberadaanya mampu mendukung program
ekonomi rakyat termasuk IKK rumah tangga dan pengentasan kemiskinan?
koperasi serta usaha kecil lainnya, perlu lebih dibina
menjadi usaha yang semakin efisien dan mampu Tujuan Penelitian
berkembang mandiri untuk meningkatkan penda-
patan masyarakat, membuka lapangan kerja dan Sesuai dengan latar belakang dan pokok
berusaha, serta makin mampu meningkatkan pera- penelitian di atas, serta berdasarkan data potensi
nannya dalam menyediakan barang dan jasa dalam daerah dalam penelitian ini tulisan ini secara umum
berbagai komponen baik untuk keperluan pasar bertujuan untuk mengkaji dan sekaligus menganalisis
dalam negeri maupun luar negeri. tentang berbagai hal sebagai berikut.
1) Faktor yang paling dominan dapat meningkatan
kapasitas produksi sebagai upaya pengentasan
Pokok Masalah Penelitian
kemiskinan.
Program pengentasan kemiskinan akan dapat 2) Model dan strategi yang mungkin dan harus
berhasil lebih baik jika dapat dilakukan melalui salah dilakukan sebagai upaya untuk mendukung
satu upaya pemberdayaan dan pengembangan program kebijakan pengentasan kemiskinan.
ekonomi rakyat yang sesuai dengan kondisi serta
Artikel ini dihrapkan secara teoritis berorienasi
karakteristik daerah setempat. Dalam hal ini, tujuan
untuk pengembangan model dasar dan strategi
program dan masalah kemiskinan yang dihadapi oleh
pengembangan usaha. Sedangkan, secara empiris
si miskin di daerah setempat harus sinkron. Artinya,
praktis dapat sebagai informasi khsusnya bagi para
keterlibatan mayarakat miskin setempat melalui
perajin dan pemerintah dalam kaitanya melakukan
kreativitas manajerial (perencanaan, pelaksanaan,
kebijakan penanggulangan kemiskinan yang seder-
pengembangan/pengendalian hingga evaluasi serta
hana melalui model pengembangan usaha produktif,
monitoring) merupakan keharusan.
sederhana dan dapat dilakukan oleh masyarakat.
Salah satu bentuk program aktualisasi ekonomi
rakyat yang sesuai untuk progam pengentasan
kemiskinan adalah jenis UMKM termasuk IKK. Jenis
usaha ini merupakan perwujudan konkret ekonomi
rakyat yang mampu bertumpu pada kekuatan sendiri,
terdesentralisasi, beragam, serta mampu menjadi

2 Pengembangan Produksi Kerajinan . . . (Maisaroh: 70 - 82)


LANDASAN TEORI dan semakin melebarnya perbedaan antarpelaku
ekonomi (pengusaha besar dengan usaha UMKM).
Penelitian Sebelumnya
Belajar dari kelemahan pendekatan pada
Sebenarnya faktor apa yang menyebabkan generasi pertama, pendekatan pembangunan gene-
kemiskinan di Indonensia masih tetap tinggi? Fadjri rasi kedua mulai menggunakan keuangan mikro
(2002:31) mengatakan bahwa kondisi ini disebabkan sebagai metode utamanya. Kontribusi dari pende-
karena pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak katan generasi kedua ini yakni melalui; (1)
berkualitas kemudian disusul dengan keguncangan diversifikasi pelaku utama pembangunan; (2) pem-
krisis ekonomi yang sangat besar pada tahun 1997. biayaan pembangunan yang menggunakan sumber-
Sedangkan, hasil penelitian Tarumingkeng dan Coto sumber keuangan dari masyarakat sendiri ; (3)
(dalam Yustika, 2005: 34) dengan menggunakan pendekatan pembangunan yang memiliki potensi
analisis model Rostow, ditekankan bahwa pada untuk berlanjut (sustainable). Selanjutnya, lembaga
pergeseran aggregate supply yang disebabkan oleh keuangan mikro ini menurut hasil penelitian
meningkatnya produksi, khususnya produksi per Budiantoro, (2003:1) berfungsi memberikan dukung-
efektif tenaga kerja (y). Di mana faktor y sangat an modal bagi pengembangan produksi pengusaha
tergantung kepada kapital per efektif tenaga kerja. mikro untuk meningkatkan usahanya.
Secara matematis, model tersebut dapat ditulis Y = ƒ
Berdasarkan penelitian dasar sebelumnya,
(k), sedangkan k dipengruhi oleh investasi dan
industri kecil kerajinan bambu (IKK) secara umum
jumlah penduduk.
memiliki ciri-ciri sebagi berikut.
Berbagai hasil penelitian (Sumodiningrat, 2003;
1) Berbentuk industri rumah tangga dengan tenaga
Krisnamurti, 2003; Brata, 2003; Prasetyo, 2008)
kerja sebagian besar kurang dari 10 orang, dan
menjelaskan bahwa peran dan fungsi keberadaan
sebagian besar jumlah tenaga kerjanya meru-
ekonomi rakyat termasuk UMKM dan IKK sangat
pakan tenaga kerja keluarga sendiri yang tidak
penting, karena mampu mengurangi masalah
dibayar.
kemiskinan, pengangguran dan ketimpangan distri-
busi pendapatan serta arus urbanisasi berlebih. 2) Teknologi produksi yang digunakan masih
Dengan begitu, setiap upaya penanggulangan bersifat tradisional dan sangat sederhana serta
kemiskinan dan pemberdayan ekonomi rakyat (tidak banyak menggunakan tangan.
dapat tidak) harus dikaitkan dengan kegiatan 3) Bahan baku dasar produksi umumnya hanya
ekonomi yang dapat dikerjakan oleh sebagian besar didapat dari daerah pedesaan sendiri dan
rakyat Indonesia. Selain itu, hasil penelitian Ismail sekitarnya.
(2003:5) dalam Yustika (2005:46) menyebutkan 4) Pemasaran hasil produksi masih banyak yang
bahwa proses pembangunan ekonomi di Indonesia hanya berorientasi lokal saja, tanpa promosi dan
sebenarnya berjalan seperti banyak negara berkem- sebagian besar juga berupa pesanan.
bang lainnya, yakni meyikapi persoalan kemiskinan
5) Pada awalnya IKK ini merupakan kerja
dengan ekonomi rakyat (UKM), dan melihat sebagai
sampingan, selain bertani dan berladang secara
keadaan sementra yang secara otomatis menghilang
turun temurun.
melalui proses trickle down effect.
Dengan demikian, keberadaan IKK di daerah
Selanjutnya, model dasar ini disebut sebagai
sampel ini lebih tepat dapat digolongkan ke dalam
model pendekatan generasi pertama yang mampu
industri kecil rumah tangga (IKRT), karena selain
meningkatkan berbagai indikator sosial secara
batasan di atas, proses kerjanya dikerjakan secara
signifikan. Namun, harus diakui pula bahwa pende-
rajin, teliti dan rutin serta banyak menggunakan
katan ini telah menimbulkan berbagai persoalan
tangan dan peralatan yang tradisional dan tenaga
seperti; berkurangnya sikap kemandirian dan
kerjanya sebagian besar hanya tenaga kerja
lemahnya modal sosial yang dimiliki masyarakat,
keluarga (ayah, ibu,anak dan menantu) tanpa upah.
serta tidak dapat diselesaikannya akar masalah
Selain itu, tempat usahanya kebanyakan hanya
penyebab kemiskinan (ketimpangan distribusi penda-
dilakukan di dalam rumahnya sendiri. Namun begitu,
patan dan akses terhadap sumber daya ekonomi),

JEJAK, Volume 1, Nomor 1, September, 2008 3


misi utamanya yang terus berkembang secara rutin (produksi). Tuntutan menggunakan manajemen
adalah tetap diupayakan untuk dapat menambah konvensional baru dapat dilakukan jika para pelaku
produksi dan pendapatan keluarga. Dalam pengusaha kecil (perajin bambu) memiliki
perkembangannya sampai sekarang, keberadaan kemampuan dan ketrampilan (managerial skill) yang
usaha IKK ini telah banyak yang telah dijadikan memadahi pula, (Prasetyo, 2002; 2008).
sebagai mata pencaharian pokok mereka. Pada dasarnya UMKM termasuk IKK mem-
Keberadaan UMKM termasuk IKK sebagai punyai banyak fungsi: misalkan fungsi sosial yakni;
usaha yang produktif telah mendominasi lebih dari selain dapat mengurangi kemiskinan juga dapat
99% dalam struktur perekonomian Indonesia, memperluas lapangan pekerjaan dan kesempatan
(Anoraga, 2002; Tambunan, 2002; Kuncoro, 2003; berusaha serta meningkatkan pendapatan. Fungsi
Prasetyo, 2008). Berbagai pihak telah mengakui ekonomi yakni; mampu memanfaatkan sumber daya
pentingnya peranan dan fungsi UMKM ini dalam alam dan meningkatkan pendapatan daerah atau
perekonomian nasional, terutama dalam aspek- negara serta menghemat devisa. Fungsi budaya;
aspek seperti, peningkatan kesempatan kerja, dapat meningkatkan ketrampilan masyarakat serta
pemerataan pendapatan, pembangunan ekonomi mencerdaskan rakyat dalam melestarikan budaya
pedesaan dan peningkatan ekspor nonmigas serta bangsa. Fungsi ketahanan nasional yakni dapat
termmasuk mampu mengurangi kemiskinan, meningkatkan keuletan dan ketangguhan, memupuk
(Anoraga, 2002; Tambunan, 2002; Prasetyo, 2008). kepribadian dan kemampuan serta menumbuhkan
Namun, di sisi lain, sektor UMKM ini dianggap masih kepercayaan diri sendiri dan kepribadian.
banyak menghadapi masalah termasuk masalah Anehnya selain banyak fungsi dan manfaatnya,
produksi, permodalan, pemasaran dan manajemen keberadaan UMKM juga masih mengandung
administrasi, sehingga bank dan lembaga keuangan berbagai masalah mendasar yang perlu segera dikaji
sendiri kurang tertarik untuk membiayai sektor ini. dan diatasi. Selain masalah mendasar di bidang
Berbagai permasalah pokok yang lebih mendasar manajemen, pengusaha kecil (termasuk IKK) juga
tentu masih banyak jika kita masih mau dan mampu menghadapi masalah; pemasaran, sumber daya
menggalihnya secara lebih teliti dan sabar. manusia, permodalan, kemitraan serta masalah-
Permasalahan mendasar dalam bidang mena- masalah sosial, ekonomi, politik dan budaya lainnya,
jemen bagi pengusaha kecil pada berbagai sektor (Anoraga,2002; Tambunan, 2002; Kuncoro, 2003;
usaha secara umum adalah kekurangmampuan Prasetyo, 2008).
pengusaha menentukan pola manajemen yang Masalah pemasaran oleh banyak pengusaha
sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangan sering dianggap sebagai aspek yang paling penting.
usaha (Anoraga, 2002). Hal ini penting, karena setiap Menurut Prasetyo, (2008) bahwa kemampuan
periode tahap perkembangan usaha akan menuntut produksi tanpa diimbangi kemampuan pemasaran
tingkat pengelolaan usaha yang berbeda. Pada awal produk yang baik adalah suatu “kehancuran”.
perkembangan usaha dan skala usaha produksi Dengan kata lain, adanya faktor pemasaran yang
masih relatif kecil, gaya manajemen keluarga yang baik permasalahan yang lain seperti modal usaha
sederhana juga masih mendominasi, sehingga dan tenaga kerja juga akan semakin baik. Dengan
mengarah kepemusatan pengelolaan hanya pada pemasaran yang baik modal usaha dapat bertambah
seseorang (one man show) sebagai kepala keluarga dengan sendirinya, tanpa pinjam dari pihak lain. Oleh
mungkin masih akan tetap relevan. karena itu, masalah pemasaran hasil produksi sering
Sejalan dengan perkembangan dan lingkungan dianggap sebagai masalah yang paling utama
usaha (baik intern maupun ekstern), maka gaya diantara masalah-masalah lainnya.
manajemen konvensional tidak dapat dipaksakan Masalah permodalan pada dasarnya meru-
begitu saja, karena pemaksaan hal tersebut justru pakan masalah utama tetapi pada usaha kecil sering
akan dapat menjadi pangkal munculnya berbagai dianggap bukan yang paling pertama, karena modal
masalah baru. Dengan demikian, pengusaha kecil usaha kecil juga sedikit. Masalah sering dijumpai dan
dituntut harus selalu dinamis dalam menerapan dirasakan kekurangan modal pada dasarnya
manajemen sesuai dengan perkembangan usaha

4 Pengembangan Produksi Kerajinan . . . (Maisaroh: 70 - 82)


merupakan masalah derevatif dari akibat masih fasilitator, badan ini mampu menjadi penghubung
sempitnya jangkauan pemasaran serta masih antara para donor dengan pelaku utama (SMERU,
lemahnya sumber daya manusia yang terampil dalam Yustika, 2005: 29).
dalam usaha itu. Sempitnya pemasaran berakibat Pendekatan kelembagaan tersebut secara
pada perputaran modal juga menjadi seret, dan teoritis dapat diartikan bagaimana semangat “soli-
masih lemahnya SDM berakibat pada produk daritas sosial” dapat ditumbuhkembangkan pada
menjadi tidak efisien. Selain itu, adanya sumber daya golongan masyarakat menengah ke atas agar
manusia yang lemah dan tak mampu membuat mereka mau membantu golongan masyarakat bawah
administrasi yang baik berdampak kepada penam- atau miskin. Tolak ukur dari perubahan kelembagaan
bahan modal menjadi sulit dicari. Karena kelemahan ini diharapkan ada perubahan yang dapat
SDM pada dasarnya juga merupakan kelemahan meningkatkan pendapatan masyarakat miskin.
manajerial pengusaha.
Secara teori, masalah-masalah industri meru-
pakan bagian dari suatu sistem yang berkaitan
Lingkaran Kemiskinan (Vicious Circle) dengan masyarakat yang lebih luas. Karena itu,
menggambarkan masalah kegiatan industri tidak
Sejak terbentuknya badan koordinasi penang-
boleh hanya ditinjau dari timbal baliknya yang pen-
gulangan kemisinan (BKPK) pada tahun 2001 hingga
ting saja, akan tetapi perlu diperhatikan hubungan-
saat ini, ada empat peran yang harus disangga oleh
hubungannya di luar batas-batas sistem itu. Chistian
lembaga ini yakni; sebagai koordinator, katalisator,
Lempelius (1979) dalam bukunya berjudul “Industri
mediator dan fasilitator. Sebagai koordinator, badan
Kecil dan Kerajinan Rakyat” menyebutkan bahwa
ini bertugas mengoordinasi perumusan standar-
masalah-masalah yang menyangkut IKK baik secara
standar dasar mengenai konsep kemiskinan yang
langsung maupun tidak langsung harus didekati dari
digunakan oleh sebagian instansi di pusat dan
segi manajemen karyawan dan lingkungan. Ia
daerah. Sebagai katalisator, badan ini berupaya
mengambarkan lingkaran tak berujung (Vicious
memecahkan kendala utama dalam pelaksanaan
Circle) dari keterbelakangan usaha IKK sebagai
kebijakan program pengentasan kemiskinan. Seba-
berikut.
gai mediator, badan ini diharapkan menjadi wahana
untuk menampung beragam aspirasi. Sebagai

7 Peralatan sederhana, pendidikan 8


dan mutu bahan baku rendah

6 9

Tidak banyak Cara berproduksi masih


investasi baru. tradisional

5 1
Modal tak cukup dan tak
Hasil produksi
ada jaminan sederhana/kecil

Keuntungan yang diperoleh 2


4 hanya sedikit atau
pendapatannya rendah. 3

Gambar 1. Lingkaran Kemiskinan dari Usaha Industri Kecil dan Kerajinan

JEJAK, Volume 1, Nomor 1, September, 2008 5


1. Pasaran sempit, daya beli rendah dilakukan. Artinya, ide dasar model pemberdayaan
2. Persaingan dari perusahaan padat modal/ ekonomi rakyat secara battom up nampak lebih
modern mengenai sasaran dalam upaya pengentasan kemis-
3. Ketergantungan pada pedagang besar setempat kinan tanpa mengesampingkan peran dari pende-
katan kelembagaan di atas.
4. Kemungkinan untuk mendapatkan kridit tidak
memadai Apabila kendala dan kelemahan utama yang
5. Sedikitnya penawaran alat-alat produksi yang dihadapi oleh IKK tidak segera ditangani secara
sesuai dengan situasi usahanya. serius dan terpadu (kelembagaan dan battom up),
dikuatirkan berbagai peran dan fungsi IKK yang
6. Tempat kedudukannya di daerah pedesaan
sangat baik di atas tersebut tidak akan dapat tercapai
7. Kemungkinan pendidikan tidak mencukupi
seperti apa yang diharapkan bersama. Oleh karena
8. Kurangnya usaha penyuluhan dan pembinaan itu, pemerintah dan lembaga terkait seperti;
yang berpedoman pada masalah pendidikan termasuk para peneliti, perlu bekerja
9. Situasi budaya setempat. sama secara berkesinambungan dalam membangun
keberadaan sektor IKK ini agar ke depan mampu
Peran dan fungsi IKK seperti yang diungkapkan
tumbuh dan berkembang seperti yang diharapkan.
di atas sangat baik namun, untuk mendorong
pengembangan IKK agar lebih maju secara mandiri
dan tangguh bukanlah pekerjaan yang mudah. METODE PENELITIAN
Apalagi karakteristik seperti yang dijelaskan di atas
Penelitian ini mengambil obyek kasus pada
sangat berbeda-beda. Adanya berbagai keterbatasan
desa miskin yang memiliki usaha indutri kecil
seperti; lemahnya manajerial, pemasaran yang
kerajinan bambu dan kayu di kecamatan Dlingo
masih banyak bersifat lokal (lokal market oriented),
kabupaten Bantul. Obyek penelitian daerah yang
keterbatasan modal usaha, terbatasanya teknologi,
dijadikan sebagai sampel di khususkan pada rumah
rendahnya tingkat pendidikan tenaga kerja, meru-
tangga keluarga di daerah tertinggal yang khusus
pakan kendala yang utama dalam pengembangan
memiliki usaha kerajinan tersebut. Penarikan respen-
sektor IKK ini.
doen sebagai sampel dilakukan dengan metode
Dalam era globalisasi dunia yang semakin simple random sapling, sehingga setiap keluarga
maju, tantangan utama ke depan bagi pengem- perajin yang ada di wilayah daerah tersebut memiliki
bangan IKK tidak hanya sebatas untuk memenuhi kesempatan yang sama sebagai responden. Jumlah
pasar lokal. Namun, dapat dikembangkan lebih lanjut responden sebagai sampel ditentukan dengan rumus
untuk memasarkan hasilnya ke pasar global toleransi % = Z. p.q/n (Sosrodiharjo, 1995; Sugiarto,
(ekspor). Problem ini perlu dikaji dan digali lebih 2001). Di mana % adalah standar deviasi populasi,
lanjut melalui berbagai penelitian dan pengembang- Z adalah derajat kepercayaan, p adalah proporsi dari
an (research and development) secara lebih pemasaran lokal, dan q adalah proporsi dari
komperhensif, terpadu dan berkesinambungan. pemasaran non lokal serta n adalah jumlah sampel.
Dengan semangat demokrasi yang saat ini sedang
Mengingat penelitian ini di daerah pedesaan
berkembang, perencanaan pembangunan dari
yang tradisional di mana sepenuhnya belum mema-
bawah (battom up) barangkali akan lebih utama
suki ekonomi uang dan pasar secara bebas, maka
dilakukan untuk mendorong pengembangan IKK ini.
toleransi penyimpangan yang diinginkan ditetapkan
Rencana pembangunan dari tingkat dusun, kelu-
sebesar 10%, interval keyakinan 90% dan pengam-
rahan/desa, kecamatan dan selanjutnya ke tingkat
bilan proporsi untuk sampel terbesar adalah “fifty-
kabupaten dan propinsi adalah lebih baik untuk
fifty. Dengan memanfaatkan rumus toleransi T2 akan
diperioritaskan karena lebih menyangkut kepentingan
diperoleh besarnya sampel penelitian sebagai
rakyat banyak secara lebih riil, misalkan pemba-
berikut: T2 = Z.p.q./n. Dalam hal ini, nilai Z = 1,960
ngunan infrastruktur pasar, listrik, jembatan, dan
dibulatkan menjadi 2 berarti n = 2 2.p.q/T2 n =
jalan sebagai saran dan prasarana transpotasi
4.50.50/100 n = 100. Dengan pengambilan sampel
ekonomi pedesaan-kota di daerah pedesaan yang
sebesar 100 rumah tangga perajin dianggap telah
masih sangat kurang adalah mutlak untuk segera

6 Pengembangan Produksi Kerajinan . . . (Maisaroh: 70 - 82)


mewakili seluruh populasi perajin yang ada (respre- jinan kayu tetapi tidak tergolong desa tertinggal.
sentatif). Sementara untuk Desa Dlingo, Temuwuh dan
Setelah dilakukan koding, editing dan tabulating Jatimulyo tidak memiliki usaha kerajinan, baik kayu
serta verifikasi terhadap data, selanjutnya data akan maupun bambu.
diolah dan dianalisis serta dikaji lebih lanjut sebelum Usaha industri kecil kerajinan (IKK) di daerah
disajikan. Dalam upanyanya mencapai penyajian sampel merupakan usaha yang secara turun
atau laporan yang baik, maka sejalan dengan temurun dari nenek moyang mereka. Pada saat ini
permasalahan, tujuan dan hipotesis serta skala data usaha IKK ini telah berkembang cukup baik dan telah
yang diperoleh, data penelitian ini akan dianalisis dijadikan sebagai salah satu matapencaharian pokok
baik secara verbal kualitatif maupun kuantitatif. Untuk warga selain bertani. Berdasarkan eksistensi dan
menjawab persoalan penelitian yang secara kuali- dinamisasi perkembangan IKK tersebut, maka
tatif, akan digunakan teknik SWOTE Analysis mau- secara struktur usaha IKK di daerah ini dapat di
pun teknik tabulasi silang dan penjelasan verbal kelompokan ke dalam industri lokal dan dan industri
lainnya. sentra.
Sesuai dengan skala data yang diperoleh, Jenis produk yang utama diproduksi pada IKK
teknik analisis data yang bersifat kuantitatif akan bambu adalah dapat digolongkan menjadi dua
digunakan model regresi-korelasi berganda (Gujarati, kelompok yakni; jenis produk hiasan dan produk
2003). Adapun model dasar teknik analisis regresi kelengkapan dapur-rumah tangga. Jenis produk yang
berganda yang dimaksud dapat dirumuskan sebagai paling sering diproduksi adalah kemarang (bakul),
berikut. gorong-gorong (tempat pakaian kotor) dan barang-
barang souvenir lainnya yang mempunyai estetika.
Q = 0 + 1 X1 + 2 X2 + 3 X3 + 4 X4 +
Selain itu, jenis produknya ada yang berupa: tempat
5 X5 + 
1. pensil, tempat koran, tempat tisu, kap lampu, tenong,
Setelah dilakukan terhadap uji asumsi klasik serta tampah, tambir, irig dan sebagainya. Sedangkan,
untuk menghindari adanya pelanggaran terhadap pada IKK kayu yang paling banyak di produksi
asumsi kalsik, maka model regresi yang digunakan adalah; pintu, kusen, menja, kursi, dan lainnya.
sebagai alat analisis selanjutnya tersebut di atas Diferensiasi produk ini merupakan hasil pembinaan
dirubah menjadi: dan perkembangan dari dinas perindustrian dan
depnaker setempat. Secara universal, IKK bambu
Ln Q = 0 + 1 Ln X 1 + 2 Ln X2 + 3 Ln X3 + dan kayu ini tumbuh atas dorongan naluri ekonomi
4 Ln X4 + 5 Ln X5 + 
2. manusia untuk memiliki barang-barang dan jasa
yang dibutuhkan. Keberadaan IKK ini semula hanya
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, kini telah
HASIL DAN PEMBAHASAN
berkembang menjadi IKK dalam arti luas secara
Pada mulanya usaha industri kecil kerajinan ekonomi.
(IKK) di daerah sampel ini sifatnya hanya usaha Argumentasi mendasar dapat digolongkannya
sambilan saja. Namun demikian, usaha ini lama ke dalam industri lokal pada sebagian dusun di
kelamaan dapat dijadikan mata pencaharian pokok wilayah daerah tersebut karena hasil produksi pada
mereka selain bertani. Berdasarkan data potensi dusun tersebut pola pemasarannya masih meng-
desa inti yang ada di kecamatan Dlingo (2002), Desa gantungkan diri kepada pasar lokal setempat seperti
Muntuk adalah merupakan salah satu desa tertinggal pasar Imogiri, pasar Bantul dan pasar Bringharjo.
(miskin) dari enam desa yang ada di kecamatan Selain itu, secara skala usaha produksi, kelompok
Dlingo yakni; Muntuk, Dlingo, Temuwuh, Mangunan, industri lokal ini umumnya sangat kecil, dan masih
Jatimulyo dan Terong. Dari ketiga desa miskin yakni; berpola subsisten. Dalam pada itu, target pemasaran
Muntuk, Jatimulyo dan Temuwuh, hanya Desa dari jenis produk ini masih sangat terbatas, sehingga
Muntuk yang banyak memiliki usaha kerajinan alat transpotasinya masih sangat sederhana dan
bambu. Sedangkan, dua desa lain yakni; Desa tidak jarang mereka menggunakan alat pikul sendiri
Mangunan dan Desa Terong memiliki usaha kera- atau grobak untuk di bawa ke pasar.

JEJAK, Volume 1, Nomor 1, September, 2008 7


Pada kelompok industri sentra yang terpusat di masyarakat sedang menurun seperti sekarang ini,
Tangkil dan Karangasem, jenis produknya lebih maka kondisi ini berdampak semakin menurunnya
beraneka ragam dan dinamis, serta daerah jang- pendapatan dan keuntungan perajin.
kauan pemasarannya lebih luas, dan peranan Selain itu, turunnya pendapatan riil perajin ini
pedagang perantaran di sini mulai nampak. Dalam juga disebabkan karena produk kerajinan hanya
perkembangannya, ada beberapa produk yang sebagai barang sekunder (bukan produk primer),
dibuat untuk memenuhi permintaan pasar di luar sehingga sedikit saja naiknya harga produk akan
daerah seperti ke Jakarta, Bandung, Semarang, berakibat barang menjadi kurang diminati pembeli.
Solo, Surabaya, Bali dan sebagainya. Perkem- Padahal, jika harganya tidak dinaikan, mereka dapat
bangan produknya lebih dinamis, sehingga kelompok rugi karena naiknya harga bahan baku seperti
ini cenderung lebih dapat beradaptasi dengan bambu, kayu, tali, warna, paku dan transpotasi yang
teknologi yang cukup canggih dalam berproduksinya. sudah naik lebih dahulu dan dengan kenaikan yang
Dilihat dari segi penyerapan tenga kerjanya, lebih tinggi. Akibat selanjutnya, secara riil dapat
kelompok industri sentra ini cenderung lebih banyak dilihat jika kondisi ekonomi itu berlangsung lama,
menyerap tenaga kerja dan mampu berkembang maka lambat laun akan semakin memperburuk
mandiri, produknya lebih fisibel, sehinga mereka kondisi IKK di desa miskin yang saat ini masih
sedikit lebih sejahtera dan lebih mampu bangkit dari sedang mengalami kesulitan.
kemiskinan.
Sesuai dengan metode penelitian yang meng-
Mengapa masyarakat daerah penelitian ini lebih ikutkan rakyat miskin (perajin kecil) terlibat dalam
memilih usaha kerajinan bambu dan kayu sebagai mengumpulkan data, maka upaya untuk member-
mata pencaharianya?. Pada dasarnya ada banyak dayakan masyarakat ini lebih mengacu kepada
hal yang mendorongnya, namun sebagian besar atau pendekatan model empowerment dari Schumacher.
63% karena alasan tidak adanya pilihan kerja baik Versi Schumacher menekankan tidak perlu meng-
lainnya, selebihnya 21,67% karena sesuai dengan hilangkan ketimpangan struktural yang ada di dalam
keahlian dan tingkat pendidikan yang mereka miliki, masyarakat, karena yang paling tepat “memberikan
serta 15,33% karena sudah warisan dari nenek kail daripada ikan”. Karena, jika struktur masyarakat
moyang. Semuanya ini saling mendorog dan bahu desa miskin dirubah terlebih dahulu, justru akan
membahu di dalam kehidupan mereka untuk memilih menambah masalah baru yang lebih rumit dan dapat
usaha IKK sebagai alternatif yang terbaik. mempersulit upaya pemberdayaan masyarakat. Oleh
Jika dicermati lebih dalam lagi, nampaknya karena itu, lebih tepat memberikan kail dan kesem-
hasil produksi IKK ini telah mengalami peningkatan patan untuk mengail kepada perajin.
yang berarti, karena permintaan pasar terhadap Untuk melihat kemampuan dan potensi serta
produk tersebut juga meningkat. Peningkatan yang kelemahan dalam usaha IKK di desa miskin agar
terbaik dan mencapai puncaknya ketika di tahun lebih mudah diberdayakan digunakan alat bantu
1995, sedangkan pada saat ini (setelah terjadinya SWOT (Strength Weaknesses Opportunities and
gempa bumi Yogja-Jateng 27 Mei 2006) nampaknya Threats). Analisis penggunaan SWOT (kekuatan,
cenderung menurun. Kondisi penurunan ini karena kelemahan, peluang dan ancaman) ini dititikbertkan
dipengaruhi oleh krisis bahan baku yang kini semakin kepada seluruh kondisi dan potensi yang ada di desa
mahal sedangkan kenaikan dari hasil produksi lebih miskin dan khususnya terhadap keberadaan IKK
kecil dari kenaikan bahan baku. Padahal untuk bambu dan kayu yang dijadikan sebagai sampel
menaikan harga produk dapat dikuatirkan justru dalam penelitian ini. Kemudian, agar mudah dibaca
produk menjad tidak laku dan dapat berdampak maka analisis selengkapnya dapat dilihat pada tabel-
kepada kematian usaha ini. Ketika kondisi daya beli 1 di bawah ini.

8 Pengembangan Produksi Kerajinan . . . (Maisaroh: 70 - 82)


Tabel 1. Analisis Kekuatan dan Kelemahan Keberadaan IKK di Daerah Penelitian
Faktor-2 Kekuatan Kelemahan

1. Sumber Daya:
a. Manusia Motivasi tetap berusaha yang kuat paling Kemampuan melihat peluang pengembangan
tidak untuk tetap dapat mempertahankan usaha masih terbatas.
usahanya di saat krisis ekonomi seperti saat Proses belajar dari pengalaman
ini merupakan modal utama. (keberhasilan/ kegagalan) orang lain masih
Sumplai tenaga kerja yang berlimpah sangat minim.
b. Ekonomi Mengandalkan sumber-sumber keuangan nilai tambah yang diperoleh masih kecil
informal yang mudah diperoleh. karena hanya memegang segmentasi pasar
Mengisi segmen pasar bawah yang tinggi bawah saja, “(residual demand)”.
permintaan karena segmen pasar atas telah Pengelolaan uang untuk konsumsi & produksi
dipegang/dikuasai pedagang. belum dipisahkan (one managemen)
c. Informasi Interaksi yang terjadi antar dan inter Distribusi informasi kepada para perajin dan
kelompok-kelompok usaha yang ada (simpan- usaha produktif lainya masih sangat terbatas
pinjam, arisan, PKK, pokmas) merupakan pada kelompoknya masing-masing (baru
ajang informasi yang efektif. secara kuantitatif)
2. Program
Intervens:
a. Permodalan Dana IDT dan pinjaman dari pihak informal Perbedaan kebutuhan modal menyebabkan
yang masuk baru sedikit dapat membantu upaya pengembangannya juga berbeda.
kelancaran usaha kerajinan Kendala administrasi akuntansi uang
b. Pemasaran Peluang membuka pasar masih besar dan Posisi tawar -menawar hasil kerajinan masih
dapat berkolaborasi rendah dan cenderung menyudutkan perajin
Pengelompokan (aglomerasi) di dalam batas- kecil sebagai produsen (terkoptasi), serta
batas tertentu masih memberikan keuntungan kuantitas produk masih dalam jumlah
melalui penekanan ongkos produksi, terbatas.
meningkatkan akses sumberdaya Meningkatnya persaingan hanya melalui
berkelanjutan proses meniru model dan corak, sehingga
akumulasi produk menjadi terbatas.
c. Pelatihan Dapat bermanfaat untuk meningkatkan jumlah Ketidakberlajutannya program, dan
produksi para perajin bambu. pelatihan yang lama perlu persiapan
besar & matang.
3. Kinerja:
a. Padat karya Mampu mengatasi masalah kesempatan kerja Cenderung eksploitatif terhadap tenaga kerja
/ penganguran dan kemiskinan untuk mengejar pendapatannya.
b. Nilai Tambah Efisien menggunakan bahan baku, sehingga Proses akumulasi sulit terjadi karena nilai
menekan ongkos tambah yang diperoleh masih kecil
c. Kelenturan Daya tahan hidupnya tetap tinggi terutama Spesialisasi dan akumulasi masih terbatas
dan Strategi dalam situasi krisis ekonomi, serta dapat pada produksi untuk memenuhi pesanan
usaha berkolaborsi bisnis untuk meningkatkan profit. pedang lokal, dan jumlah produk kurang
fisibel.
Sumber: Data primer, 2006.

Lebih lanjut, hasil penelitian menunjukkan adalah faktor marketing dan produksi yang masing-
bahwa nilai sub faktor sisi kekuatan internal nampak masing memiliki nilai sub skor 1.55 dan 0.80.
lebih besar daripada nilai sub sisi faktor eksternal. Sedangkan, nilai faktor internal dari sub faktor sisi
Dalam faktor internal tersebut nampak bahwa nilai kelemahan adalah sub faktor financial dan marketing,
skor tertinggi yang menjadi kekuatan usaha IKK ini yang memiliki skor 0.80 dan 0.75. Artinya, strategi

JEJAK, Volume 1, Nomor 1, September, 2008 9


pemberdayaan dari faktor internal yang paling peluang pemasaran hasil produksi, maka industri
pertama dan utama harus diupayakan terlebih dahulu tersebut akan terus tumbuh dan berkembang sema-
adalah meningkatkan dan mengembangkan kapasi- kin maju dan mandiri di masa yang akan datang.
tas produksi dan marketing, baru diikuti faktor Dengan semakin maju dan berkembangnya usaha
lainnya. IKK ini secara lebih mandiri dan tangguh, serta
Logika rasionalnya adalah, sekalipun faktor pelaksanaannya sederhana dan dapat dilakukan
financial melalui modal usaha ditambah besar, sendiri oleh masyarakat setempat, maka diharapkan
sehingga proses produksi lancar dan produk melim- usaha IKK ini ke depan akan lebih mampu untuk ikut
pah tetapi, jika pemasarannya kurang baik dan mengentaskan masalah kemiskinan secara mandiri
produk tidak dapat terjual, akibatnya industri kecil dan berkelanjutan. Inilah harapan yang diinginkan
tersebut akan bangkrut dan bisa jadi mati karena rugi dalam bentuk model dasar (proto-type) sebagai
terus-menerus. Dengan asumsi IKK tersebut tetap upaya untuk pengentasan kemiskinan dalam artikel
ramah lingkungan, dan jika dengan semakin baiknya ini.

Tabel 2. Hasil Analisis SWOT Kuantitatif


Keterangan Weighted Ranting Sub Score Total Score
A. Faktor Eksternal:
Opportunitie: 0.50 : 2.45 :
a. Ekonomi 0.20 6 1.20
b. Teknologi
0.10 4 0.60
c. Sosial-budaya
d. Politik 0.15 5 0.50
Treaths:
0.05 3 0.15
a. Ekonomi
0.50 : 1.80 :
b. Teknologi
c. Sosial-budaya 0.15 5 0.75
d. Politik
0.05 3 0.15
0.15 2 0.30
0.15 4 0.60

Total Eksternal 1.00 4.30


B. Faktor Internal:
Strength: 0.50 : 3.15 :
a. Marketing 0.25 6 1.50
b. Financial
0.05 7 0.35
c. SDM
d. Produksi 0.10 5 0.50
Weakness:
0.10 8 0.80
a. Marketing
0.50 : 1.95 :
b. Financial
c. SDM 0.15 5 0.75
d. Produksi
0.20 4 0.80
0.05 2 0.10
0.10 3 0.30

Total Faktor Internal 1.00 5.10


Sumber: Data primer (diolah)

10 Pengembangan Produksi Kerajinan . . . (Maisaroh: 70 - 82)


Selanjutnya, jika kondisi di atas saling dikaitkan Berdasarkan analisis SWOT, faktor internal
satu sama lain dalam pola hubungan sebab akibat, dalam IKK ini sangat urgen untuk lebih diperhatikan
maka munculah wajah ketidakberdayaan dan kemis- dan diberdayakan terlebih dahulu baru didukung
kinan yang terjadi di daerah penelitian. Ketidakber- strategi pemberdayaan dari faktor ekstenal seperti;
dayaan ini dapat berbentuk rendahnya pendapatan kebijakan pemerintah, sosial, dan politik. Hasil
atau keuntungan perajin, sehingga tidak nampak penelitian menunjukkan faktor total internal dari
adanya keterlibatan kelompok miskin dalam suatu kekuatan dan kelemhan (strength and weakness)
proses penyelenggaraan sistem ekonomi daerah lebih tinggi yakni sebesar skor 5.10 daripada
maupun nasional, atau rendahnya partisipasi dalam pengaruh faktor eksternal yakni peluang dan
proses pembangunan berkelanjutan. Kondisi kausa- ancaman (opportunity and treaths) yang hanya
litas ini, jika ditelusuri akar penyebabnya adalah mencapai nilai skor sebesar 4.25. Artinya, strategi
karena masih sangat kecilnya distribusi Jumlah Uang usaha dengan cara memupuk kekuatan usaha yang
Beredar (JUB) di dalam masyarakat pedesaan itu disertai dengan berupaya mengurangi kelemahan
sendiri dibanding daerah lain yang lebih maju. dan keterbatasanya adalah lebih urgen dan tepat
Dengan demikian, salah satu upaya yang perlu daripada upaya strategi yang lain.
dilakukan untuk mengatasinya adalah dengan cara Secara teori maupun empiris banyak faktor
empowerment (memberikan kekuatan dan mening- yang mempengaruhi produksi IKK. Dalam kaitannya
katkan kemampuan SDM masyarakat para perajin dengan penelitian ini, beberapa faktor yang dominan
dan petani miskin yang ada pada daerah itu sendiri mempengaruhi pengembangan produksi IKKB
agar dapat berswadaya mandiri). adalah; besar kecilnya tenaga kerja (X 1), tingkat
Tindakanya secara nyata dapat dilakukan keahlian pengusaha (X 2), besarnya modal usaha
dengan cara pemberian bantuan modal kerja, dan yang digunakan (X 3), tingkat manajemen usaha (X4 )
kerja sama atau kolaborasi produk dan pemasaran dan faktor pemasaran hasil produksi (X 5).
(aliansi strategis yang saling menguntungkan dengan Berdasarkan model analisis terpilih yang
industri kecil sejenis, menengah atau besar). Selain digariskan dalam metode penelitian di depan yakni
itu, bantuan teknologi yang disertai dengan bim- model regresi berganda double log linear dengan
bingan terhadap SDM masih sangat diperlukan, bentuk model persamaan: Ln Q = 0 + 1 Ln X1 + 2
karena mengingat tingkat pendidikan sebagian besar Ln X2 + 3 Ln X3 + 4 Ln X4 + 5 Ln X5 + 
2. Dengan
perajin masih rendah. Persoalanya, bantuan faktor demikian beberapa faktor yang dianggap banyak
internal apa yang harus diberikan agar bantuan mempengaruhi peningkatan produksi IKKB di daerah
tersebut dapat bermanfaat? Secara kausalitas penelitian dapat diketahui sebagai berikut (lihat
nampaknya adalah berbentuk penambahan distribusi gambar 2).
JUB yang dapat berupa bantuan modal kerja dalam
Hasil penelitian di bawah menunjukkan bahwa
bentuk pinjaman modal uang (kredit) lunak dan
dengan asumsi ceteris paribus, besarnya pengaruh
peningkatan manajerial SDM perajin sebagai langkah
faktor yang paling dominan mempengaruhi
awal pengembangan dalam usahanya.
pengembangan tingkat produksi kerajinan adalah
disubangkan dari faktor tingkat keahlian (Skill) yakni

Ln Q = 0 + 1 Ln X 1 + 2 Ln X 2 + 3 Ln X 3 + 4 Ln X 4 + 5 Ln X5 + 
2.

LnQ = -5.1470 + 0.0465LnX1 + 0.4147LnX2 + 0.2292LnX3 + 0.1390LnX4 + 0.2517LnX 5


Std. Error = (0.0160) (0.0423) (0.0547) (0.0295) (0.0436)
T-Statistik = 2.911 9.799 4.189 4.713 5.772
R Squared = 0.9741 R Adjusted = 0.9754
2 R Multiple = 0.9876
F-Statistik = 745.751 D.W., Test = 1.8511 Responden = 100

Gambar 2. Hasil Penelitian

JEJAK, Volume 1, Nomor 1, September, 2008 11


secara signifikan menyumbang sebesar 41,47% dan sampel adalah selain sebagai usaha warisan
urutan terbesar kedua disumbangkan dari faktor nenek moyang mereka, juga secara ekonomi
pemasaran yang secara signifikan sebesar 25,17%. keberadaan usaha ini telah banyak memberikan
Sumbangan terbesar besar ketiga baru diberikan dari keuntungan yang sangat berarti dalam penening-
faktor modal usaha yakni sebesar 22,92 persen. katan pendapatan mereka selain bertani. Hasil
Artinya bahwa dalam usaha ini modal sekalipun penelitian menegaskan bahwa usaha ini telah
bukan merupakan faktor dominan pertama masih lama menjadi matapencaharian pokok utama di
tetap sebagai faktor penyumbang yang cukup desa penelitian ini selain bertani karena bagi
dominan setelah sumbangan dari kedua faktor dasar mereka sudah tidak ada alternatif pekerjan yang
utama yakni; faktor skill dan faktor pemasaran. lebih baik lainnya serta sesuai dengan tingkat
Selain itu, hasil penelitian ini sejalan dengan model pendidikan dan ketrampilan yang mereka miliki.
SWOT di atas, bahwa faktor utama dan pertama 2) Faktor-faktor yang dominan berpengaruh terha-
yang harus dikembangkan terlebih dahulu agar dap peningkatan produksi IKK adalah faktor tena-
tingkat produksi dapat meningkat adalah faktor ga kerja, tingkat keahlian (skill), modal usaha,
pemasaran. manajemen usaha dan faktor pemasaran. Faktor
Jika faktor pemasaran meningkat, maka yang paling dominan pertama terhadap
keberadaan IKK di daerah miskin ini akan mampu peningkatan produksi kerajinan adalah faktor
berkembang mandiri seperti yang diharapkan. tingkat keahlian atau skill dan pemasaran. Faktor
Artinya keberdaan usaha ini dapat sebagai salah modal usaha dalam IKK ini sekalipun bukan
satu strategi alternatif yang produktif, sederhana, dan sebagai faktor dominan yang pertama, tetapi
mampu dilakukan sendiri oleh warga miskin untuk faktor modal merupakan faktor dominan yang
mengentaskan dirinya dari masalah kemiskinan dan utama untuk dapat mempengaruhi perkem-
pengangguran. Namun demikian, secara simultan bangan tingkat produksi kerajinan selain faktor
tidaklah mudah untuk dapat meningkatkan masalah keahlian (skiil) dan faktor pemsaran.
pemasaran dari hasil produksi ini, karena masih 3) Keberadaan IKK di desa sampel penelitian ini
mendapatkan tantangan dari faktor-faktor lain. sangat bermanfaat sekali bagi masayarakat,
Hasil penelitian tingkat korelasi parsial antara terutama dalam membantu program pengentasan
tingkat produksi (Q) dengan faktor independen (X) kemiskinan di wilayah tersebut. Hasil penelitian
yakni; masing-masing dengan faktor tenaga kerja menegaskan bahwa ada kenaikan tingkat
(X1) sebesar 81,34 persen, faktor skill (X2) 95,53 kesejahteraan yang signifikan pada kelompok
persen, faktor modal usaha (X3) 90,96 persen, faktor masyarakat setelah menekuni usaha IKK ini
manajemen usaha (X4) 89,60 persen, dan dengan sebagai mata pencaharian pokok mereka selain
faktor pemasaran (X5) sebesar 95,27 persen. bertani. Kenaikan tingkat kesejahteraan ini
Dengan demikian, besarnya tingkat hubungan antara nampak lebih riil dan berarti lagi jika dilihat pada
faktor-faktor tersebut secara parsial dapat dikatakan kelompok perajin yang semula dari sebagai
sangat erat sekali, sehingga naik turunya tingkat pedagang dan petani buruh.
produksi untuk pengentasan kemiskinan secara 4) Hasil penelitian merekomendasikan masih perlu
parsial maupun simultan sangat tergantung pada dilakukan penelitian lebih lanjut yang sifatnya
kondisi masing-masing faktor tersebut. lebih luas dan lebih komprehensif, terutama
terhadap beberapa hambatan pokok dan
KESIMPULAN DAN SARAN sekaligus peluang dalam upaya meningkatkan
produksi, pendapatan dan keuntungan bagi para
Kesimpulan perajin ekonomi lemah atau miskin di pedesaan
Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas atau daerah lain, sehingga keberadaan UMKM
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: termasuk IKK lainnya dapat meningkatkan
kesejahteraan diri dan masyarakat sekitarnya.
1) Alasan mendasar yang melatarbelakangi tetap
dapat berlangsungnya usaha kerajinan di daerah

12 Pengembangan Produksi Kerajinan . . . (Maisaroh: 70 - 82)


Saran Gujarati, Darmodar, 2003, “Basic Econometric”,
Fourth Edition, Mc Graw-Hill, Inc.
Bantuan modal usaha untuk pengembangan
produksi pada berbagai usaha IKK yang kecil ini Jaya, Wihana K., 2001, “Ekonomi Industri; Konsep
masih perlu dan mutlak diberikan, tetapi bantuan Dasar, Strukur, Perilaku dan Kinerja Pasar, Edisi
cara memasarkan hasil produksi lebih mutlak 2, Yogyakarta: BPFE
diberikan. Bantuan dalam bidang pemasaran dapat Krisnamurti, Bayu, 2003, “Usaha Mikro, Kecil dan
diberikan melalui keikutsertaan mereka dalam Menengah: Ekonomi Rakyat dengan Cara
berbagai iven pameran untuk mengenalkan produk Berekonomi Sendiri, Bogor: Pusat Studi
kepada para buyer asing atau pembeli dari luar Pembangunan, IPB.
daerah secara langsung. Jika bantuan diberikan Kuncoro, M., 2003, “Usaha Kecil di Indonesia”, Jurnal
melalui bantuan modal usaha (kredit) yang diberikan, Ekonomi & Kewirausahaan, Vol II, No. 1 Jan,
maka bantuan kredit sebaiknya yang lebih bersifat Bandung: ISEI
lunak dan tetap berprinsip “berikan kailnya daripada
Pardede, F.R., 2000, “Analisis Kebijakan Pengem-
umpan”.
bangan Industri Kecil” dalam Setiana, 2003,
Free Download, http:www.paramartha.org.
DAFTAR PUSTAKA
Prasetyo, P. Eko, 2008, “Peran Usaha Mikro, Kecil
Anoraga, dan Djoko, 2002, “Koperasi, Kewirausahan dan Menengah dalam Mendukung Program
dan Usaha Kecil”, Jakarta: Rineka Cipta. Penanggulangan Kemiskinan”, Jurnal Akmenika,
FE-UPY, Vol. 1.
Beattie Bruce R., and Taylor C.R., 1996, “The
Economics of Production”, Montana State Sosrodiharjo, Soedjito, 1995 “Penyusunan Disain
University, John Wiley & Sons, Inc. Penelitian”, Makalah Penataran Metodologi
Penelitian, Yogyakarta: Kopertis V.
Berg, Gerry C., 2003, “Markets, Competition, and
Industrial Analysis; Modern Views in A New Sumodiningrat, G., 2002, “Menanggulangi Kemis-
Economy”, Journal in download, http://www. kinan Dengan Pemberdayaan Ekonomi Rakyat”,
aercafrica.org. Makalah Sarasehan, 5-6 Juli 2002, di UST,
Yogyakarta.
Brata, GA, 2003, “Distribusi Spasial UKM di Masa
Krisis Ekonomi”, Jurnal Ekonomi Rakyat, Tahun Sumodiningrat, Gunawan, 2003, “Peranan Lembaga
II, No. 8. November Keuangan Mirko dalam Menanggulangi Kemis-
kinan Terkait Dengan Otonomi Daerah”, Jurnal
Budiantoro, Setyo, 2003, “RUU Lembaga Keuangan
Ekonomi Rakyat, Tahun II, No. 1, Maret.
Mikro: Jangan Jauhkan Lembaga Keuangan
dari Masyarakat”, Jurnal Ekonomi Rakyat, Tambunan, Tulus, 2002, “Usaha Kecil dan Menengah
Tahun II, No. 8, November. di Indonesia; Beberapa Isu Penting”, Jakarta:
Salemba Empat.
Fadjri, Papan Ahmad, 2002, “Pemikiran Dasar
Pengentasan Kemiskinan dalam Era Otonomi
Daerah,” Warta Demografi, No. 1

JEJAK, Volume 1, Nomor 1, September, 2008 13


JEJAK, Volume 1, Nomor 1, September, 2008

Anda mungkin juga menyukai