Anda di halaman 1dari 3

Dahulu kala, lahirlah seorang anak yang bernama Untung Suropati.

Dia dilahirkan dari seorang


ibu yang telah ditinggal mati oleh suaminya. Nama Untung Suropati merupakan nama pemberian
neneknya. Nama itu memiliki maksud agar putranya selalu beruntung selama hidupnya.

Sejak Untung Suropati berumur 15 tahun, ibunya meninggal dunia dan dia menjadi anak angkat
Belanda. Meskipun begitu, Untung Suropati sangat membenci Belanda, tetapi dia tidak
mengungkapkan secara langsung kepada orang tua angkatnya. 29 Daftar Tempat Wisata di
Pasuruan Jawa Timur Harus Kamu Kunjungi

Waktu terus berjalan. Untung mulai berani melawan Belanda beserta pasukannya. Atas
keberanian tersebut, Untung Suropati harus masuk penjara di Batavia (yang sekarang menjadi
Jakarta). Selama Untung Suropati berada dalam penjara, kebenciannya terhadap Belanda
meluap-luap. Oleh sebab itu, Untung selalu berusaha menyadarkan rakyat Indonesia yang sama-
sama berada di penjara untuk bersatu melawan Belanda. Ternyata, seluruh penghuni penjara
sepakat untuk mendukung keinginan Untung Suropati.

Untung Suropati beserta kawan-kawannya yang berada di penjara setiap hari memikirkan dan
mengatur strategi agar bisa keluar dari penjara. Setelah semua diatur sebaik mungkin, Untung
mulai beraksi. Untung dan semua pengikutnya bersiap melarikan diri dari penjara.

“Bagaimana keadaan di luar?” bisik Untung kepada penghuni penjara yang dekat pintu keluar.

“Aman,” jawab salah seorang tahanan lainnya


. Untung menggedor-gedor pintu penjara. Penghuni penjara lainnya mengikuti sehingga suasana
gaduh. Dua sipir penjara bergegas membuka pintu penjara tempat Untung berada. Pada saat
itulah dua sipir berhasil dilumpuhkan. Diambilnya kunci penjara yang berada di pinggang sipir.
Setiap orang Belanda yang dijumpai dilumpuhkannya. Untung Suropati dan semua penghuni
penjara melarikan diri ke Mataram yang letaknya cukup jauh dari penjara itu. Selama dalam
perjalanan menuju ke Mataram, mereka terus memikirkan apa yang akan dilakukan selanjutnya
untuk melawan Belanda.
Mengetahui Untung sudah melarikan diri bersama-sama penghuni penjara lainnya, Komandan
pasukan Belanda sangat marah. Semua pasukan dikerahkan untuk mengejar Untung Suropati dan
kawan-kawannya.

“Tangkap Untung hidup atau mati,” perintah komandan pasukan Belanda.


Semua pasukan Belanda ditugaskan untuk mencari tahu keberadaan Untung Suropati. Untung
Suropati dan kawan-kawannya merasa di Mataram bukan tempat yang cocok untuk melarika diri.
Untung beserta pengikutnya terus bergerak, yang sampai akhirnya menemukan sebuah daerah
yang selama ini mereka cari. Di daerah ini banyak orang yang mendukung sepak terjang Untung
Suropati. Mereka mendirikan tempat persembunyian yang kokoh dan kuat sebagai tempat tinggal
Untung Suropati dan kawan-kawannya. Benteng itu berpagar hutan bambu yang lebat bahkan
sukar ditembus oleh manusia sekali pun. Dari situlah Untung Suropati menyusun kekuatan dan
strategi melawan Belanda. Mereka mulai mengumpulkan semua peralatan perang, seperti
senjata, pedang, keris, dan tombak yang dipersiapkan untuk melawan Belanda. 29 Daftar
Tempat Wisata di Pasuruan Jawa Timur Harus Kamu Kunjungi

Belanda terus berusaha mencari tempat persembunyian Untung Suropati. Tentara dan mata-mata
Belanda disebar ke seluruh pelosok untuk mencari dan menemukan tempat persembunyian
Untung. Akhirnya tercium juga tempat persembunyian Untung Suropati. Belanda mengerahkan
semua pasukannya menuju ke daerah Timur untuk menggempur Untung Suropati dan kawan-
kawannya. Setelah menempuh perjalanan yang cukup lama dan melelahkan, sampailah pasukan
Belanda di dekat tempat persembunyian Untung Suropati dan kawan-kawannya. Hanya saja,
Belanda merasa kesulitan untuk mendekati tempat persembunyian Untung. Belanda tidak
sanggup menembus hutan bambu yang lebat.

Belanda dan pasukannya bertambah kebingungan. Setiap ditanya, tak satu pun orang yang mau
menjawab tentang tempat persembunyian Untung Suropati. Mereka selalu diam kalau ditanya.
Mereka lebih memilih menghindar dari pasukan Belanda. Kalaupun mereka mau membantu, itu
pun karena mereka diancam hendak dibunuh. Bahkan, ibu-ibu tua pun yang tidak mengerti apa-
apa harus dibunuh karena tidak mau menunjukkan persembunyian Untung.

Belanda kehabisan akal. Sudah berbulan-bulan berada di daerah itu, tetapi sia-sia. Pimpinan
pasukan Belanda memutuskan untuk menyebarkan uang logam di hutan bambu untuk
menemukan Untung Suropati. Disiapkanlah berkarung-karung keping uang logam.

Belanda mengumumkan kepada seluruh rakyat bahwa di hutan bambu itu akan disebar
berkarung-karung keping uang logam. Ternyata Belanda benar-benar melakukannya. Pada hari
yang telah ditentukan oleh Belanda, semua rakyat mulai berbondong-bondong menuju ke tempat
yang sudah ditentukan oleh Belanda. Beribu-ribu keping uang logam ditaburkan di seluruh hutan
bambu itu. Di setiap sudut mata memandang, di situ terlihat keping uang logam yang
memancarkan cahaya terkena sinar mentari.

Masyarakat belum berani mengambil uang logam itu. Mereka takut dengan pasukan Belanda
yang berjaga-jaga. Hutan yang penuh dengan keping uang logam itu mulai menjadi bahan
pembicaraan. Di sudut-sudut desa, di warung-warung, semua membicarakan tempat yang mirip
pasar uang itu. Mereka belum tahu maksud Belanda menyebarkan beribu-ribu keping uang
logam di hutan itu.

Beberapa masyarakat mulai timbul niat untuk bisa memiliki uang logam itu. Salah seorang
memberanikan diri bertanya kepada salah satu prajurit Belanda.

“Maaf Menir, bolehkah saya mengambil uang logam itu,” tanya Pak Tua yang terlihat
gemetaran.
“Apa katamu?”kata prajurit itu berpura-pura tidak mendengar
“Anu, Menir. Uang itu aku ambil ya?
“Hem …, ya, silakan. Tapi, kamu babat dulu hutan bambu itu,” kata prajurit itu dengan
suara lantang.
Tanpa berpikir panjang, Pak tua mengambil sabit di rumahnya. Masyarakat berbondong-
bondong mengikuti langkah Pak Tua. Mereka berebut menebang hutan bambu untuk
mendapatkan uang logam yang telah disebar Belanda. Mereka dengan mudah mendapatkan uang
logam itu. Sampai akhirnya, tempat persembunyian Untung Suropati ditemukan pasukan
Belanda. Untung beserta pasukannya tertangkap. Orang-orang yang mengambil uang logam dan
membabat hutan juga ikut ditangkap.

Tempat yang dikenal sebagai pasar uang itu akhirnya terus dikenang warga. Sejalan dengan
perjalanan waktu, bekas hutan bambu tersebut selanjutnya berubah nama menjadi “Pasuruan”
yang sekarang menjadi salah satu nama kota di Jawa Timur, sedangkan nama Untung Suropati
menjadi nama jalan dan sebuah sekolah yang ada di Pasuruan

Anda mungkin juga menyukai