TENSILE TEST
Disusun Oleh :
1. Fondra Luhur K (6208030001)
2. Andri Prasetyo H (6208030005)
3. Albertus M.A.A.P (6208030009)
4. Imam Agung E. (6208030013)
1.1 Tujuan
1.1.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat melakukan pengujian tarik (tensile test ) terhadap suatu
material.
Dari gambar 5.3 di atas tampak bahwa sampai titik p, perpanjangan sebanding dengan
pertambahan beban. Pada daerah inilah berlaku hukum Hooke, sedangkan titik p
merupakan batas berlakunya hukum tersebut. Oleh karena itu titik p disebut juga batas
proporsional. Sedikit di atas titik p terdapat titik e yang merupakan batas elastis di mana
bila beban di hilangkan maka belum terjadi pertambahan panjang permanen dan spesimen
kembali ke panjang semula. Daerah di bawah titik e di sebut daerah elastis. Sedangkan di
atasnya di sebut daerah plastis.
Di atas titik e terdapat titik y yang merupakan titik yield (luluh) yakni di mana logam
mengalami pertambahan panjang tanpa pertambahan beban yang berarti. Dengan kata lain
titik yield merupakan keadaan di mana spesimen terdeformasi dengan beban minimum.
Deformasi yang yang di mulai dari titik y ini bersifat permanen sehingga bila beban di
hilangkan masih tersisa deformasi yang berupa pertambahan panjang yang di sebut
deformasi plastis. Pada kenyataannya karena perbedaan antara ke tiga titik p, e dan y
sangat kecil maka untuk perhitungan teknik seringkali keberadaan ke tiga titik tersebut
cukup di wakili dengan titik y saja. Dalam kurva titik y ditunjukkan pada bagian kurva
yang mendatar atau beban relatif tetap. Penampakan titik y ini tidak sama untuk semua
logam. Pada material yang ulet seperti besi murni dan baja karbon rendah, titik y tampak
sangat jelas. Namun pada umumnya penampakan titik y tidak tampak jelas. Untuk kasus
seperti ini cara menentukan titik y dengan menggunakan metode offset. Metode offset di
lakukan dengan cara menarik garis lurus yang sejajar dengan garis miring pada daerah
proporsional dengan jarak 0,2% dari regangan maksimal. Titik y di dapat pada
perpotongan garis tersebut dengan kurva P- ∆ (gambar 5.4)
Hasil pengujian yang berupa grafik atau kurva P − ∆ tersebut sebenarnya belum
menunjukkan kekuatan material, tetapi hanya menunjukkan kekuatan spesimen saja.
Untuk mendapatkan kekuatan materialnya maka grafik P − ∆ tersebut harus
σt = P/Ao ………………………………………………………………………..(5.1)
ε t = ( ∆ Ο ) × 1 0 0Ο ο …………………………………………………………….(5.2)
= − Ο
'
Adapun langkah-langkah untuk mengkonversikan kurva P − ∆ ke dalam grafik
σ t − ε t adalah sebagai berikut:
σ = Ε ⋅ ε ....................................................................................................(5.3)
di mana σ = tegangan/ stress (kg/mm2, MPA,Psi)
Ε = modulus elastisitas (kg/mm2,MPA,Psi)
ε = regangan/strain (mm/mm, in/in)
Dari persamaan 5.3 di dapatkan :
Ε =σ ε
= tg α ………………………………… ………………………..….(5.4)
4. Konversikan kesepuluh beban (P) tersebut ke tegangan teknik σt dengan
menggunakan persamaan 5.1 dan konversikan pertambahan panjangnya ( ∆) ke
1. Ambil kembali kesepuluh titik pada grafik σt − ε t yang merupakan konversi dari
grafik P − ∆ . Karena pertambahan luas penampang baru di mulai setelah puncak
kurva, maka nilai tegangan dan regangan sebenarnya dari ke delapan titik (titik 1-8)
tersebut sama dengan nilai tegangan dan regangan teknik. Sedangkan nilai ke dua titik
lainnya (titik 9 dan titik 10) yang berada setelah puncak kurva akan mengalami
perubahan.
2. Konversikan nilai tegangan dan regangan teknik ke dua titik tersebut menjadi
tegangan dan regangan sebenarnya dengan menggunakan persamaan berikut:
σ s = P As ....................................................................................................(5.5)
di mana AS = Luas penampang sebenarnya. Untuk titik ke-10, A10 adalah luas
penampang setelah patah, sedangkan untuk titik ke-9, A9 nilainya antara A0
dengan A10.
3. Buatlah grafik dengan sumbu mendatar εs dan sumbu tegak σs berdasarkan ke
sepuluh titik acuan tersebut.
ε = ( ∆ Ο ) × 1 0 00 0 .........................................................................................(5,8)
II.1.2Bahan
a. Spesimen uji tarik plat.
b. Spesimen uji tarik round bar 1.
c. Spesimen uji tarik round bar 2.
d. Kertas milimeter
skal Skal A0 L0 P Δl A1
No x y
aX aY (mm2) (mm) (kN) (mm) (mm)
σ ε σs εs
114. 61.2 114. 0.00
0 0 0 0.24 0.50 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
68 0 68 %
114. 61.2 113. 1.16
1 3 9 0.24 0.50 4.49 0.71 0.04 0.04 0.01
68 0 37 %
114. 61.2 111. 2.70
2 7 20 0.24 0.50 9.97 1.65 0.09 0.09 0.03
68 0 67 %
114. 61.2 22.4 110. 4.24
3 11 45 0.24 0.50 2.60 0.20 0.20 0.04
68 0 3 01 %
114. 61.2 32.4 109. 5.01
4 13 65 0.24 0.50 3.07 0.28 0.30 0.05
68 0 0 21 %
114. 61.2 40.3 108. 6.17
5 16 81 0.24 0.50 3.78 0.35 0.37 0.06
68 0 8 02 %
114. 61.2 49.8 104. 9.25
6 24 100 0.24 0.50 5.66 0.43 0.47 0.09
68 0 5 97 %
114. 61.2 54.8 102. 11.57
7 30 110 0.24 0.50 7.08 0.48 0.53 0.11
68 0 3 79 %
114. 61.2 58.8 11.0 97.0 18.12
8 47 118 0.24 0.50 0.51 0.61 0.17
68 0 2 9 9 %
114. 61.2 52.3 14.6 80.8 23.90
9 62 105 0.24 0.50 0.46 0.65 0.35
68 0 4 3 2 %
114. 61.2 42.3 15.5 55.8 25.45
10 66 85 0.24 0.50 0.37 0.76 0.72
68 0 7 7 0 %
PLAT(I)
0.80
TEGANGAN(KN/ mm2)
0.70
0.60
0.50
0.40
0.30
0.20
0.10
0.00
0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00%
σt-εt σs-εs
REGANGAN(mm/ mm)
Beberapa sifat mekanik yang di dapat dari pengujian tarik pada spesimen uji
tarik roud bar 1 adalah sebagai berikut :
Tegangan tarik yield
σ y = Py/A0
= 42.60 kN/ 114.68 mm2
= 0,371 kN/mm2
= 371 MPa
Tegangan tarik maksimum
σ u = Pu/A0
= 58.82 kN / 114.68 mm2
= 0,512 kN / mm2
= 512 MPa
Regangan maksimum
ε = ( ∆L / Lo ) x100%
= (18.90 mm/ 61.20 mm) x 100%
= 30.88 % mm / mm
Reduksi penampang
RA = (A0 – A’)/A0 x 100%
= (114.68 – 101.20) mm / 114.68 mm x 100%
= 11.75 % mm / mm
Modulus elastisitas titik ke-3
E = σ /ε
= 0.2 kN/mm2 / 0.04 mm/mm
= 5 kN / mm2
5.5.2. Spesimen 2 ( Round Bar 2).
skal Ska A0 L0 P Δl A1
No x y
aX la Y (mm2) (mm) (kN) (mm) (mm)
σ ε σs εs
0.2 0.5 116. 50.6 116. 0.0 0.00 0.0 0.0
0 0 0 0.00 0.00
5 0 84 5 84 0 % 0 0
0.2 0.5 116. 50.6 115. 0.0 1.46 0.0 0.0
1 3 11 5.52 0.74
5 0 84 5 16 5 % 5 1
0.2 0.5 116. 50.6 20.0 108. 0.1 7.78 0.1 0.0
2 16 40 3.94
5 0 84 5 8 41 7 % 9 7
0.2 0.5 116. 50.6 30.1 106. 0.2 10.21 0.2 0.1
3 21 60 5.17
5 0 84 5 2 01 6 % 8 0
0.2 0.5 116. 50.6 37.6 104. 0.3 12.16 0.3 0.1
4 25 75 6.16
5 0 84 5 5 18 2 % 6 1
0.2 0.5 116. 50.6 46.1 102. 0.4 14.10 0.4 0.1
5 29 92 7.14
5 0 84 5 9 40 0 % 5 3
11 0.2 0.5 116. 50.6 55.2 11.5 95.1 0.4 22.85 0.5 0.2
6 47
0 5 0 84 5 2 8 0 7 % 8 1
12 0.2 0.5 116. 50.6 64.7 17.2 87.1 0.5 34.04 0.7 0.2
7 70
9 5 0 84 5 6 4 7 5 % 4 9
10 13 0.2 0.5 116. 50.6 66.7 24.6 78.6 0.5 48.62 0.8 0.4
8
0 3 5 0 84 5 7 3 1 7 % 5 0
12 12 0.2 0.5 116. 50.6 60.2 31.0 70.1 0.5 61.27 0.8 0.5
9
6 0 5 0 84 5 4 3 4 2 % 6 1
13 0.2 0.5 116. 50.6 49.2 33.7 55.8 0.4 66.61 0.8 0.7
10 98
7 5 0 84 5 0 4 0 2 % 8 4
Gambar 5.8
ROUNDEDBAR(II)
1.00
TEGANGAN(KN/ mm2)
0.80
0.60
0.40
0.20
0.00
0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00%
σt-εt σs-εs
REGANGAN(mm/mm)
Beberapa sifat mekanik dari hasil pengujian specimen uji tarik Round bar 2
adalah sebagai berikut:
Tegangan yield
σ y = Py/A0
= 45.20 kN/ 116.83 mm2
= 0,386 kN/mm2
= 386 MPa
Tegangan maksimum
σ u = Pu/A0
= 66.77 kN / 116.83 mm2
= 0,571 kN/mm2
= 571 MPa
Regangan maksimum
ε max = ( ΔL / Lo ) x100%
= (16.55 mm / 50.65 mm) x 100%
= 32.67 % mm/mm
Reduksi penampang
RA= (A0 – A’)/A0 x 100%
=(116.84 – 103.81 ) mm / 116.84 mm x 100 %
= 11.15 % mm / mm
BETON NESER(III)
0.80
0.70
TEGANGAN(KN/ mm2)
0.60
0.50
0.40
0.30
0.20
0.10
0.00
0.00% 10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% 60.00%
σt-εt σs-εs
REGANGAN(mm/ mm)
Beberapa sifat mekanik yang didapat dari pengujian tarik pada specimen
Betoneser 1 adalah sebagai berikut :
Tegangan yield
σ y = Py/A0
= 40.04 kN / 109.71 mm2
= 0,364 kN/mm2
= 364 MPa
Tegangan maksimum
σ u = Pu/A0
= 59.42 kN / 109.71 mm2
= 0,541 kN/mm2
= 541 MPa
Regangan maksimum
ε max = ( ΔL / Lo ) x100%
= (15.50 mm / 62 mm) x 100%
= 25 % mm/mm
Reduksi penampang
RA= (A0 – A’)/A0 x 100%
=(109.71 – 96.68 ) mm / 109.71 mm x 100 %
= 11.87 % mm / mm
Dari data yang diperoleh di atas dapat disimpulkan bahwa spesimen 2 (Round Bar
2) mempunyai keuletan paling besar, karena mempunyai regangan paling besar.
Spesimen yang mempunyai kekakuan paling tinggi adalah spesimen 1 ( Plat 1 ), karena
mempunyai nilai Modulus Elastisitas paling tinggi. Sedangkan pada spesimen 3
( Silinder ) mempunyai nilai getas yang sangat besar karena nilai Reduksi
Penampangnya paling tinggi.
5.7 Daftar pustaka
1. Dosen Metallurgi, (1986), Petunjuk Praktikum Logam, Jurusan Teknik Mesin FTI,
ITS
2. Haryono, Dr, Ir & T. Okumura, Dr,(1991) Tecnólogi Pengelasan Logam, PT Pradya
Paramita, Jakarta
3. M.M. Munir, (2000), Modul Praktek Uji Bahan, Vol 1, Jurusan Teknik Bangunan
Kapal, PPNS
4. Prasojo, Budi, ST (2002),Buku Petunjuk Praktek, Jurusan Teknik Permesinan Kapal,
PPNS
5. Wachid Superman, Ir,(1987),Diktat Pengetahuan Bahan, Jurusan Teknik Mesin FTI,
ITS