Judgement Day
Ini adalah nilai IHSG dan kurs rupiah pada masa monetisasi rupiah tahun
1998, kita tunggu saja apakah Amerika & Inggris akan merasakan hal yang
sama...
Kepanikan...
Sama seperti keserakahan...
Akan bergerak secara perlahan-lahan... dan berakhir dengan sebuah
gerakan parabolik.
D I P O S K A N O L E H PU ST A K A P O H O N B O D H I J A M 5 : 1 6 P M 1 4 K O ME N T A R : LINK
KE POSTING INI
Setiap bulan, setiap tahun, ada hutang yang harus dikembalikan ke sang
pencipta kredit, bank. Bila penciptaan kredit baru lebih besar daripada
pembayaran kredit lama, maka suplai uang meningkat. Bila penciptaan
kredit baru lebih sedikit dibanding pembayaran kredit lama, maka suplai
uang menurun.
Tetapi yang harus bisa Anda imajinasikan, turun dalam kasus ini artinya
suplai uang yang ada di tangan publik yang menurun. Sedangkan total
suplai uang sendiri, termasuk yang dikembalikan kepada perbankan yang
kemudian ditahan oleh mereka, sebenarnya tidak menurun.
Ini bukan saat untuk melihat chart dan menganalisa gerakan technical
USD. Apa yang akan terjadi terhadap USD adalah devaluasi!
Ketiga, ada crash spektakuler di bursa saham dan pasar obligasi. Ketakutan
ekstrim publik di kedua pasar ini secara relatif akan menguntungkan surat
hutang berbagai negara, termasuk surat hutang pemerintah Amerika.
Kalau Anda ikut membaca berita, saya rasa Anda akan meragukan bahwa
pemerintah Amerika bersedia melakukan 2 hal pertama di atas. The Fed
mengatakan quantitative easing mereka akan berakhir Oktober ini. Dugaan
saya adalah mereka sedang berbohong! Darimana uang untuk menjalankan
anggaran tahunan mereka kalau bukan dari mencetak uang baru?
Mengapa bunga treasury rendah? Karena The Fed secara sengaja ikut
membeli surat hutang negara dan menekan bunga / yieldnya. Untuk apa?
Karena kemampuan pemerintah Amerika untuk menyicil bunga hutang
nasional mereka ($12 trilyun) sudah tidak ada. Kalau bunga surat hutang
pemerintah naik di saat seperti ini, ini sama saja dengan suntikan mati bagi
pemerintah di sana.
Dan kalau memang itu yang terjadi, maka skenario ketiga, crash
spektakuler di bursa saham dan obligasi, mungkin akan mengecil. Daripada
membeli surat hutang negara & dolar, orang kemungkinan lebih memilih
membeli kepemilikan perusahaan (saham), surat hutang korporat, ataupun
komoditi.
Dalam dolar-system ini, memang benar dolar Amerika adalah nyawa dari
aktivitas perdagangan dunia. Dan kenyataannya, kita memang belum
menemukan alternatif yang mudah untuk dipraktekkan dalam jangka
pendek.
Tetapi, bukan karena tidak ada alternatif, lantas dolar tidak akan jatuh.
Sebuah perumpamaan untuk Anda, kalau kebetulan Anda berada di kapal
Titanic, dan seorang penumpang yang lain berkata kepada Anda:
Kapal ini tidak mungkin tenggelam! Mengapa? Sederhana, karena tidak
cukup tersedia kapal pelampung (alternatif).
Apa yang Anda lihat akhir-akhir ini, relatif naiknya bursa saham, turunnya
nilai dolar, dan naiknya harga komoditi, hanyalah ancang-ancang pasar.
Sebuah peringatan kepada The Fed untuk tidak lagi melanjutkan
quantitative easing mereka.
SELL USD!
D I P O S K A N O L E H PU ST A K A P O H O N B O D H I J A M 4 : 1 6 P M 1 5 K O ME N T A R : LINK
KE POSTING INI
Dan yang juga mengherankan, kalau negara memang bisa mencetak uang,
mengapa mereka bisa terjerat dalam hutang, terbenam dalam
tanggungjawab untuk membayar barang yang konon bisa mereka ciptakan.
Anda bisa membayangkan ada banyak sekali uang di dunia, bukan begitu?
Uang-uang itu muncul karena ada orang yang mengajukannya ke
perbankan. Uang-uang itu mewakili rumah, mobil, mesin, komoditi, dan
berbagai hasil kerja keras seluruh penduduk di dunia.
Hari ini, kalau Anda pergi ke bank dan mendapatkan Rp 200 juta untuk
membangun rumah impian Anda, maka suplai uang bertambah Rp 200
juta. Beberapa bulan kemudian, saat rumah Anda selesai, orang akan
berkata:
"Hei, lihat, ada sebuah rumah, dan ada setumpuk uang, Rp 200 juta,
untuk mewakili nilai rumah tersebut. Uang ini akan eksis secara
permanen di masyarakat, berpindah tangan dari satu orang ke orang
yang lain selama-lamanya."
Rp 200 juta ini tercatat di sisi peminjam sebagai hutang (-200), dan di sisi
kreditur sebagai piutang (+200). Net resultannya adalah nol. Dan kalau
Anda memperhatikan bahwa si peminjam sebenarnya harus membayar
lebih dari yang dia dapatkan, maka net resultan dari kejadian ini adalah
NEGATIF (dalam satuan rupiah).
Dan satu hal lagi, Rp 200 juta ini, dalam realita, tidaklah eksis secara
permanen. Kalau perjanjian kredit Anda dengan bank adalah 5 tahun,
maka Rp 200 juta ini hanya akan eksis selama 5 tahun. Kalau perjanjiannya
adalah selama 15 tahun, maka Rp 200 juta ini hanya akan eksis selama 15
tahun (abaikan dulu bunga pinjaman, kalau dengan bunga, uang ini akan
menghilang sebelum masa kredit berakhir).
Lantas yang akan Anda gunakan untuk membayar Rp 200 juta ini kepada
sang pencipta uang? Ya, itu urusanmu kawan. Hanya Andalah yang tahu.
Yang pasti, Anda harus menemukan Rp 200 juta + bunganya dari tangan
orang lain yang sumber uang juga sama seperti Anda, kalau bukan dari
kredit (hutang), ya berarti dari tabungan yang diperolehnya dari kredit
(hutang) orang lain sebelumnya.
Tapi bagaimana kalau apapun cara yang Anda pikirkan, Anda masih juga
tidak bisa membayar? Ya, bank akan menyita rumah Anda. Dalam satuan
unit rumah, mereka mendapatkan 1 unit rumah Anda. Dalam satuan
rupiah, mereka bisa untung, bisa juga rugi, tergantung situasi pasar
properti waktu itu.
Kalau Anda pada akhirnya memang gagal bayar, bank akan terpaksa
menghapus (write-off) piutang mereka, tetapi tabungan pihak lain
(nasabah bank) tidak bisa dihapus begitu saja. Karena itu yang dihapus
adalah modal bank sendiri. Dan ketika jumlah debitur gagal bayar seperti
Anda sedemikian besar, dan modal bank tidak sanggup lagi menomboki
volume uang yang hangus ini, maka tabungan publiklah yang menghilang…
Oleh karena itu, untuk mencegah hal yang tidak diinginkan ini, maka
semua manusia dan semua negara di dunia ini harus saling membantu,
mencari peluang dan rencana untuk menciptakan proyek baru, dan
demikian menciptakan uang (hutang) baru, supaya pengaruh negatif,
resultan atas akumulasi transaksi-transaksi mereka, tidak dirasakan di
planet ini.
Keseluruhan sistem keuangan modern sudah sakit sejak detik pertama debt
based money system dipraktekkan. Alasan mengapa jarang ada masalah
adalah karena kemampuan species manusia untuk mengeksplorasi dunia
dan mengajukan hutang baru memanglah sangat besar.
Namun, setiap beberapa generasi, akan tiba sebuah era di mana beban
hutang tidak lagi bisa ditanggungi, dan akhirnya konsekuensi logis
dari Debt as Money akan dirasakan untuk kurun waktu tertentu. Setiap
beberapa generasi Anda akan melihat runtuhnya kemampuan publik untuk
mengajukan hutang baru dan kebangkrutan massal. Publik bangkrut
karena tidak sanggup membayar, dan perbankan bangkrut
karena insolvency yang tidak lagi bisa ditutupi.
Dan kalau Anda perhatikan, skala boom & bust setiap beberapa generasi itu
akan terus bertambah besar, baik dari sisi volume uang, maupun dari sisi
jumlah populasi yang terlibat.
Hutang Pemerintah
Debt based money system + riba akan membawa dampak negatif tak
berujung di manapun sistem ini dipraktekkan (malangnya, sistem ini
dipraktekkan di seluruh negara). Dengan berlalunya waktu, tahun demi
tahun, generasi demi generasi, yang akan terjadi hanyalah kemiskinan yang
terus bertambah besar dan masalah sosial-politik-budaya yang tak habis-
habisnya.
Namun, motor penggerak utama apakah sebuah bangsa bisa maju atau
tidak, tetap adalah rakyat mereka. Rakyat yang cerdas, kreatif, dan pekerja
keras akan bisa menghasilkan produksi yang bisa dijual keluar, dan
kemudian mengumpulkan kekayaan. Setelah itu, barulah pemerintahan
mereka bisa menemukan sumber uang / mesin ATM mereka, baik lewat
penarikan pajak maupun lewat penjualan surat hutang.
Sekalipun ada sebuah negara yang surat hutangnya dibiayai secara masif
oleh rakyat mereka sendiri. Uang berpindah tangan dari rakyat yang satu
ke pemerintah dan lalu kembali ke tangan rakyat yang lain. Lantas apakah
itu kemudian pantas disebut fenomena yang baik? Kalau itu adalah hal
yang baik, mengapa tidak sekalian saja menaikkan pajak penghasilan
menjadi 50%, 70%, atau 90%? Toh uang tetap beredar di negara sendiri.
Hehe... Ini akan menjadi kekonyolan besar, tetapi tidak lucu. Dengan pajak
yang sedemikian tinggi, siapalah yang mau bekerja? Siapalah yang mau
menjadi wirausahawan? Nyaris semua jerih payah orang-orang yang
produktif akan diminta kembali oleh pemerintahan mereka!
Keadaan menjadi lebih rumit ketika surat hutang sebuah negara dibiayai
dari uang dari luar negeri, dan juga dalam mata uang luar negeri.
Bayangkan negeri X…
X meminjam USD 1 milyar dari World Bank. Katanya uang ini adalah
untuk pembangunan jalan raya di negara X. Tapi ternyata World Bank
tidak hanya memberikan uang, mereka juga menunjuk lansung siapa yang
menjadi kontraktor utama dan supplier material, yang sebenarnya adalah
bagian dari kroni para bankir di negara mereka sendiri. Uang mengalir dari
World Bank ke rekening lain yang juga ditunjuk oleh World Bank. Dari
USD 1 milyar ini, misalnya hanya USD 400 juta yang akhirnya beredar di
negara X.
Tapi kawan… Paska selesainya proyek, sisa USD 400 juta tadi sekarang
sudah menjadi tabungan rakyat X yang bekerja di proyek itu, itu bukan lagi
uang negara X. USD hanya bisa masuk ke kantong negara X atas pajak dari
rakyatnya. Dari total pinjaman USD 1 milyar ini, anggaplah hanya ada USD
50 juta yang bisa kembali ke pemerintah menjadi pajak, lantas sisa USD
950 juta + bunga yang harus dibayarkan akan datang dari mana? Jalan
raya itu tidak akan serta-merta menghasilkan dolar bagi pemerintahan
negara X. Uang USD itu harus datang lewat cara yang lain.
Dan pertanyaan yang lebih mendasar lagi, apa bedanya USD dengan uang
negara X? Mengapa ada proyek yang bisa dilaksanakan dengan uang yang
dicetak Federal Reserve tetapi proyek yang sama tidak boleh dilaksanakan
dengan uang yang dicetak bank negara X?
Hal lain yang perlu Anda sadari adalah permasalahan hutang negara
tidaklah berjalan sendiri, bersamaan dengan pasar valuta asing (kontrol
nilai tukar mata uang), hutang luar negeri, selain beberapa sisi positifnya,
juga membawa sisi negatif yang bisa sangat berbahaya.
Kecuali Anda sama sekali tidak membaca berita, bila tidak Anda
seharusnya tahu bahwa negara-negara “maju” seperti Amerika dan Inggris
sebenarnya sudah sangat dekat dengan kebangkrutan. Mengapa masih ada
begitu banyak orang yang justru mengagungkan mereka dan menganjurkan
bahwa kita perlu meniru langkah-langkah mereka? Naikkan terus volume
hutang, baik hutang konsumen maupun hutang negara, it doesn’t matter
baby, just follow USA!
Dalam sistem yang kita anut, pemerintah tidak bisa menciptakan uang
mereka sendiri. Pemerintah sesungguhnya hanya bisa meminjam… They
can only borrow… Dan ketika Anda mendengar bahwa pemerintah sedang
“mencetak uang” (monetisasi), apa yang sebenarnya sedang mereka
lakukan adalah mereka sedangmeminjam uang masa depan rakyat
mereka. Mengapa? Sebab uang “cetakan” itu akan dibayar kembali dalam
bentuk pajak yang ditagih kepada rakyat mereka di tahun-tahun
mendatang.
Tetapi, karena tidak ada uang sebagai medium transaksi, para pemuda itu
pun menganggur. Mereka menghabiskan waktu mereka meratapi nasib
buruk mereka, dan membayangkan betapa nikmatnya berada di kota
mereka sebelumnya.
Mungkin kedengarannya terlalu ekstrim, tetapi sesungguhnya hal seperti
ini bisa saja terjadi, apalagi dalam masyarakat yang kompleks. Otak kita
sudah ketagihan dengan uang. Tanpa uang, masyarakat tidak
berfungsi. Peradaban pun bisa macet.
Ini kenyataan.
Penyebab kedua jatuhnya mata uang adalah invisible hand Sang Majikan di
puncak piramida. Kalau hari ini Anda mendengar pemerintah negara X
memutuskan untuk mencetak sejumlah uang, bukan hutang kepada
siapapun, untuk digunakan di negara mereka, Anda bisa bertaruh mata
uang mereka akan langsung dihancurkan di pasar valas di London dan New
York dalam waktu singkat.
Pengaruh hutang negara terhadap rakyat mereka sering kali tidak kasat
mata. Dan para aktor di belakang layar, mereka bisa sama sekali tak
terdengar di media. Media akan sibuk menulis berita politisi dan partai
politik mana yang bisa menyelesaikan masalah, atau politisi dan partai
politik mana yang tidak bisa menyelesaikan masalah, tetapi mereka tidak
akan melaporkan asal-muasal masalah yang sebenarnya.
Untuk setiap 1 sen uang yang dibayar kepada World Bank, negara X
kehilangan 1 sen uang yang mungkin bisa dipakai untuk menyekolahkan
anak-anak mereka, menjaga fakir miskin mereka, dan memelihara
infrastruktur mereka. Ini semua tidak kelihatan kecuali Anda
mengimajinasikannya.
Bagi orang yang tidak menyukai topik zionisme dan isu politik yang lain,
kabar baiknya adalah Anda memang tidak harus memikirkannya. Just
follow the money. Kalau Anda bisa membayangkan bagaimana aliran
uang mengalir di dunia, perlahan-lahan Anda akan memahaminya sendiri.
Zionis tidak harus eksis secara fisik di negara manapun. Yang mereka
perlukan hanyalah memastikan bahwa Anda berada di dalam bagan
piramid keuangan mereka. Memungut $100 dari setiap orang di sebuah
negara dengan 1 juta penduduk tanpa paksaan yang terlalu kasat mata
bahkan lebih efektif dibandingkan dengan menduduki secara paksa suatu
negara dengan 1 juta penduduk dan kemudian merampok mereka $100
juta.
• Link APBN
• Seputar Hutang Indonesia
Heal The World
(by Michael Jackson)
Hmm.. Saya sama tidak tahunya dengan Anda… Tapi mari kita bayangkan
kembali beberapa hal mendasar tentang uang….
Seperti yang sudah Anda ketahui, uang muncul saat pengajuan kredit oleh
konsumen. Awalnya, pengajuan kredit dilakukan untuk tujuan produksi.
Hasil dari proses ini adalah uang yang tercatat di rekening si pemimjam
dan juga benda berwujud yang diproduksi dari uang tersebut.
Step berikut, kredit diajukan konsumen untuk membeli barang yang sudah
jadi, artinya barang yang sama yang sebelumnya telah diwakili oleh uang
tertentu, dijadikan lagi sebagai jaminan untuk menciptakan lebih banyak
uang.
Barang-barang hasil produksi masih sama, tetapi uang (kredit) yang
beredar yang mewakili barang-barang tersebut bertambah. Inilah salah
satu alasan kenaikan harga di pasar. Uang yang lebih banyak yang
mengejar jumlah barang yang masih tetap.
Suplai uang = A + B – C
Apa yang terjadi kepada individu, juga terjadi kepada negara. Sekarang
coba Anda bayangkan…
Sekarang, Alex sudah tidak sanggup lagi mengajukan kredit baru apapun.
Limit hutangnya sudah tercapai.
Kalau Alex ngotot untuk membeli, maka dalam waktu beberapa bulan,
karena menunggak, maka aset yang menjadi jaminan pinjaman itu akan
disita oleh sang kreditur.
…& Bayangkan, kalau di suatu negara, ada sejumlah besar populasi yang
hidup dengan cara si Alex….
Dan di era deflasi, semua barang yang perlu dibeli lewat hutang (misalnya
rumah) biasanya akan jeblok harganya, karena kemampuan orang untuk
mengajukan kredit menciut. Semakin besar porsi kredit dalam pembelian
barang tertentu, biasanya semakin jeblok harga barang tersebut.
Ingat, yang penting adalah berapa uang yang berada di tangan publik.
Sekalipun ada berton-ton uang kertas dan trilyun-trilyun uang di rekening
besi baja bank, bila uang ini tidak dimiliki oleh publik, atau tidak bisa
sampai ke tangan publik (publik mengajukan kredit duluan), maka
keberadaan uang itu tetap tak berarti.
Turunnya suplai uang akan menjatuhkan harga berbagai jenis aset yang
dijaminkan saat penciptaan uang awal, dan bank bersangkutan bisa
terkena resiko insolvent (liabilitas lebih besar dari aset)
Step berikut, kalau kejatuhan harga aset masih begitu besar, dan lebih dari
kemampuan pemerintah untuk meminjam, maka pemerintah akan sampai
di titik di mana mereka harus menentukan salah satu dari hal ini:
- Hentikan bailout, biarkan sejumlah bank tutup, dan kebangkrutan
massal.
- Tak perlu meminjam dari publik, cetak uang baru (monetisasi), dan
berikan lagi kepada perbankan.
Semakin besar porsi uang baru (monetisasi) tak bernilai yang dicetak,
semakin terasa efek inflationary mereka.
Zimbabwe zaman ini dan Weimar abad yang lalu adalah contoh kalau uang
yang dicetak untuk membayar tagihan jauh melebihi uang sebelumnya
yang masih mewakili nilai. Ketika Anda mencetak uang, yang tidak didasari
produksi ataupun jaminan apapun, maka uang itu hanyalah selembar
kertas, sesederhana itu.
Belum tentu kalau mulai mencetak uang lantas negara langsung bangkrut,
karena tergantung apakah sebagai sebuah negara, mereka sanggup
mengubah diri mereka, dari membeli lebih banyak daripada yang mereka
jual (defisit) menjadi menjual lebih banyak daripada yang mereka beli
(menabung).
Tapi kalau mereka tidak bisa mengubah ketagihan mereka akan defisit, dan
semua tagihan memang hanya mungkin dibayar lewat pencetakan uang
baru berikut, maka the game is over. Uang yang mereka cetak pada
akhirnya memang hanya akan dihargai sebesar nilai kertas itu sendiri…
***
Tapi butuh waktu untuk melihat itu kawan. Saya tidak tahu apa yang akan
terjadi besok. Apa yang saya sharing kepada Anda mengenai masa depan,
sejak buku Masa Lalu Uang & Masa Depan Dunia, sampai tulisan2 di blog
ini mungkin baru akan menjadi kenyataan setelah bertahun-tahun lagi,
bahkan dekade. Yang bisa saya katakan adalah kita memang sedang dalam
perjalanan sesuai dengan apa yang saya tulis, KEBANGKRUTAN
GLOBAL...
D I P O S K A N O L E H PU ST A K A P O H O N B O D H I J A M 2 : 4 8 P M 7 K O ME N T A R : LINK KE
POSTING INI
RABU, 03 JUNI 2009
Jika kalimat ini berlaku untuk konsumen, maka kalimat ini seharusnya
juga berlaku untuk pemerintah, bukan begitu?
Saya yakin ada berbagai alternatif yang lain, dan saya cukup percaya Anda
bisa membayangkan sistem yang lain yang menurut Anda lebih baik. Yang
pasti, jangan percaya dengan kata-kata orang bahwa sistem yang ada
sekarang adalah satu-satunya alternatif. Itu bohong!
Debt = Money
Tidak ada uang yang eksis secara permanen di sebuah masyarakat ataupun
di sebuah negara dalam debt based money system. Suplai uang bertambah
saat volume kredit (hutang) bertambah. Suplai uang menurun saat volume
kredit berkurang.
Suplai uang utama datang dari kredit konsumen, suplai nomor dua datang
dari kredit negara / monetisasi (sangat jarang terjadi, sebab uang negara
mayoritas hanyalah uang yang mereka himpun dari tangan publik).
Dan kalau pada akhirnya, Anda mendapati bahwa suplai uang di planet ini
datang dari para bankir swasta, bagaimana Anda bisa tidak marah? Apa
hak mereka untuk menciptakan uang dan menyuruh kita semua untuk
membayar dan memperkaya mereka?
Populasi Dunia
Produksi Minyak Dunia (Peak
Oil?)
Cara apa lagi yang lebih gampang selain menciptakan uang begitu saja
dengan sebuah entri pembukuan?
Rasio fractional reserved terus dinaikkan dari waktu ke waktu. Dari 2 kali
lipat, menjadi 4 kali lipat, menjadi 10 kali lipat, 20 kali lipat, 40 kali lipat,
dst…
Tentu saja, hal ini terjadi sebagian karena keserakahan si pencipta uang
(bankir), tetapi sebagian lagi juga karena untuk memenuhi kebutuhan
suplai uang yang diperlukan oleh sistem. Semua perubahan regulasi sampai
saat ini di dalam dunia perbankan adalah untuk memperlama usia debt
based money system di planet ini.
Saya tidak bisa memastikan kepada Anda apa yang Akan terjadi, apakah
dunia benar-benar akan memasuki era hiperinflasi karena masing-masing
negara memonetisasi besar-besaran uang mereka, atau apakah monetisasi
akan segera diakhiri dan kita akan langsung memasuki era deflasi. Saya
bukan insider…
Satu hal yang pasti, daya hutang manusia ada batasnya. Ada level tertentu
di mana bila level itu sudah tercapai, ya berhenti. Menambah angka nol di
belakang uang kita tidak akan mengubah apapun, yang berubah hanyalah
jumlah angka nol kita saja.
Bagaimana kalau rakyat mereka tidak sanggup meminta kredit baru senilai
$5 trilyun tahun ini? Tahun depan? Dan tahun-tahun berikut? Jawabannya
adalah intervensi pemerintah.
Bank sentral membeli surat hutang negara, hanya supaya negara nantinya
bisa membayar kembali ke bank sentral, ini sinting. Ini benar-benar sia-
sia. Majikan (bankir) menjadi kaya karena yang membayar
tagihan bukan mereka. Tetapi dalamquantitative easing, uang yang
mereka terima adalah uang yang mereka cetak. Suatu saat, ketika uang
tidak lagi mewakili nilai, maka QE pun tidak lagi memberikan manfaat
kepada bankir. Cepat atau lambat ini akan berakhir, QE tidak akan
berlangsung abadi.
Dan tidak ada liabilitas yang akan bertambah lama di perusahaan manapun
juga!
Dunia ini juga sama seperti perusahaan itu. Kita semua adalah
staf, masing-masing memberikan kontribusi dalam sistem
piramida raksasa yang sama. Majikan menjadi kaya karena
kontribusi kita kepada mereka, karena kita memberikan kepada
mereka lebih daripada yang kita dapatkan.
Majikan tidak menjadi kaya karena mereka mencetak uang kepada kita,
hanya supaya kemudian kita mengembalikan uang yang sama kepada
mereka. Kekayaan mereka harus datang dari kontribusi kita kawan.
Anda tidak bisa berharap bank sentral dan bank komersial terus-menerus
memproduksi uang (mengcover hutang pokok dan bunga), memberikannya
kepada pemerintah dan publik hanya supaya pemerintah dan publik
kemudian membayarkan kembali jumlah uang tersebut kepada bank
bukan? Ini sia-sia (bagi bankir).
Di saat titik puncak hutang terlewati (saya tidak tahu kapan), titik di mana
manusia benar-benar tidak sanggup lagi mengajukan hutang dan
membayar lebih dari yang mereka minta, satu-satunya hal yang wajar
untuk terjadi adalah likuidasi liabilitas.
Kalau emas adalah uang, lantas apa yang pemerintah gunakan untuk
membeli emas? Memakai emas untuk membeli emas? Oh come on…
Dalam standar emas, negara tetap harus memark-up harga emas. Harga
emas dipatok (fixed) di level tertentu, di atas ongkos produksinya.
Umpamanya ongkos negara per gram Rp 50.000, dan kemudian dipatok
dengan nilai Rp 200.000 (face value) pada saat emas tersebut dibentuk
sebagai mata uang (koin ataupun batangan).
Bentuk uang cash atau elektronik, sebenarnya (bagi saya) tidak terlalu
penting. Saya menyukai uang kertas, saya juga menikmati uang elektronik,
jadi jujur saja saya tidak bisa mengkritik berlebihan bentuk uang ini.
Emas bisa digunakan sebagai uang, emas pernah digunakan sebagai
uang, & mungkin saja emas di masa mendatang akan kembali menjadi
uang…. Tapi itu tidak berarti uang = emas, bukan begitu?)
Bagi para goldbug yang sering berpikir uang kertas hanyalah selembar
kertas (sampah), ketahuilah bahwa sekalipun emas digunakan sebagai
uang, dia juga sebenarnya sebuah barang komoditi yang nilainya (face
value) telah dinaikkan cukup jauh sebelum bisa digunakan sebagai uang.
Jadi emas (atau perak) sebagai uang memiliki 2 macam harga: harga
sebagai komoditi dan harga sebagai uang. Hal yang sama dengan kertas
sebagai uang, dan angka digital elektronik sebagai uang.
Mengenai Pemerintah
Tidak tahu siapa yang memulainya duluan, atau mungkin juga manusia
memang memiliki insting untuk “melukai dan memakan” manusia yang
lain, itulah asal-muasal ancaman, dan untuk itulah dibutuhkan negara.
(Atau jangan-jangan sejak awal pendiri negara memang adalah “otak” dari
para pengancam? Atau berkolaborasi dengan para pengancam??)
Satu hal yang perlu Anda pahami sebagai manusia, “semua orang (&
sistem) butuh makan,” demikian juga dengan institusi yang namanya
pemerintah.
Saya tidak bisa membuktikannya, tetapi saya sama sekali tidak akan heran
kalau pemerintahan di berbagai negara memang ikut aktif membiayai
keberadaan kelompok-kelompok yang akan menjadi “ancaman” terhadap
rakyatnya. Istilah yang mungkin sering Anda dengar adalah government
psy-ops.
Memang rumit, di satu sisi kita berharap pemerintah akan melayani publik,
tetapi di sisi lain justru pemerintah adalah institusi yang juga harus
diwaspadai oleh kita. Saya bukan ahli ilmu tata negara, moga-moga ada
orang di luar sana yang tahu bagaimana seharusnya manusia berkumpul
dan melindungi kepentingan kelompok mereka.
Argumen para goldbug bahwa “fiat” money (uang kertas) bisa dicetak
sesuka hati memang tidak salah, tetapi kalau itu permasalahannya, ya kita
kontrol aja volume uang yang boleh dicetak negara. Ini seharusnya
bukan mission impossible.
Percobaan untuk mengontrol ini selalu gagal (di masa lalu), setahu saya
selalu karena intervensi dari para bankir swasta. Secara teoritis, harusnya
yang kita tangani adalah keberadaan para bankir swasta itu, bukan sistem
uang kertas itu sendiri.
Ada berbagai macam jenis manusia, hehe… Jadi apakah pasar saham akan
naik atau turun memang tidak bisa saya pastikan. Sorry…
Beli di PER 120X? Hehe...
Nilai uang yang terlibat di pasar surat hutang sebenarnya lebih besar dari
pasar saham. Pemerintah Amerika membutuhkan injeksi dana yang besar
di pasar hutang mereka. Sebagian dari uang yang mereka butuhkan
sebenarnya bisa diambil dari pasar saham. Tetapi dengan quantitative
easing akhir-akhir ini, keharusan untuk menjatuhkan pasar saham sudah
berkurang.
Tadi sudah saya jelaskan, mencetak uang dan memberikan kepada A hanya
supaya A membayarnya kembali tidaklah menguntungkan Majikan, ini
tindakan yang sia-sia. Uang harus datang atas permintaan A dan dibayar
oleh A dan kawan-kawan A kepada Majikan. Jadi suatu saat di bulan-bulan
/ maksimum beberapa tahun mendatang, QE pasti akan ditinggalkan.
Saya bukan insider, saya tidak tahu apa yang sedang direncanakan.
Sekadar spekulasi, berikut beberapa contoh likuidasi liabilitas:
- Penyebaran virus baru
- Perang
- Peracunaan massal lewat bahan pangan ataupun lewat vaksin & obat-
obatan.
- Bencana alam” buatan
- Pengurangan suplai berbagai bahan baku kebutuhan pokok, kelaparan
massal sampai mati.
- dll…
Cerita adalah cerita, dan tidak harus terjadi. Hal-hal buruk yang saya tulis
di sini belum tentu akan menjadi kenyataan, tergantung apa yang
dilakukan manusia saat ini.
It could be YOU.