Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH DINAMIKA POPULASI IKAN

KAJIAN STOK DAN TINGKAT EKSPLOITASI SUMBERDAYA IKAN DI


PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Disusun oleh :

Tika Drastiana (13065)

Fatkhi Yaturrohmah Hidayati (13066)

FAKULTAS PERTANIAN, JURUSAN PERIKANAN


UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan
baik namun tidak luput dari kesalahan.

Makalah ini ditujukan untuk memenuhi Tugas mata kuliah Dinamika Populasi Ikan.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik. makalah ini masih banyak kekurangan.

Oleh kerena itu kami berharap kepada para pembaca untuk memberikan masukan-
masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan laporan ini.

Yogyakarta, Juni 2015

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Wilayah Indonesia mempunyai perairan laut yang cukup luas yaitu sekitar 7,7 juta km 2,
yang ada diantara sekeliling 17.508 pulau besar dan pulau kecil. Wilayah laut ini terdiri dari laut
territorial 0,3 juta km2 (5,17 %), perairan kepulauan 2,8 juta km2 (48,28%) dan zona exklusif 2,7
juta km2 (46,55%). Indonesia juga mempunyai pantai terpanjang dibandingkan dengan pantai-
pantai yang dimiliki oleh negara besar atau negara kepulauan, yakni 81.000 km (Dahuri,2002).
Namun, selama ini potensi perikanan di laut Indonesia tersebut belum termanfaatkan cara
optimal dalam meningkatkan kesejahteraan bangsa pada umumnya, dan pemasukan devisa
negara khususnya. Bahkan, sebagian besar hasil pemanfaatan laut selama ini justru “lari” atau
“tercuri” ke luar negeri oleh para nelayan asing yang memiliki perlengkapan modern dan
beroperasi hingga perairan Indonesia secara illegal. Potensi lestari perikanan laut (MSY) secara
nasional diperkirakan 6,4 juta ton/tahun, dengan jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB)
sebesar 5,12 juta ton atau sekitar 80% dari MSY (KKP, 2011).
Sumber daya ikan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dapat pulih (renewable
resoursces) sehingga apabila dikelola dengan baik dapat memberikan hasil maksimum
berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat dan pendapatan negara. Pengelolaan perikanan
selain setelah memberikan keuntungan, juga meninggalkan berbagai permasalahan,seperti
kelebihan penangkapan (overfishing) dan kerusakan habitat (Habitat destruction) (Ali, 2005).
Terjadinya peningkatan jumlah penduduk dan kesadaran terhadap gizi dan kesehatan,
menyebabkan tingkat konsumsi ikan laut per kapita menjadi meningkat. Meningkatnya
permintaan terhadap komoditas ikan laut menyebabkan produksi ikan tangkapan juga mengalami
peningkatan. Pada tahun 2000, jumlah produksi perikanan tangkap sekitar 3.81 juta ton,
meningkat 32.4% menjadi 5.04 juta ton pada tahun 2010. Selama kurun waktu tersebut rata-rata
produksi meningkat sebesar 2.87% per tahun. Optimalisasi produksi perikanan tangkap terus
dilakukan oleh pemerintah. Berbagai program yang dianggap dapat berkontribusi terhadap
peningkatan produksi terus digulirkan, seperti peningkatan kapasitas penangkapan, modernisasi
armada dan alat tangkap, pembangunan pelabuhan perikanan sampai program yang sifatnya
terpadu seperti program revitalisasi perikanan yang dicanangkan sejak tahun 2005 (DKP, 2005).
Secara umum, tingkat pemanfaatan sumberdaya perikanan tangkap terus mengalami
peningkatan. Pada tahun 2000, pemanfaatannya hanya sebesar 59.5% dari MSY, sedangkan pada
tahun 2010 telah mencapai 78.7% (full exploited). Pada kenyataannya, terdapat beberapa
wilayah yang telah mengalami gejala tangkap lebih (over fishing),sedangkan di sebagian besar
wilayah timur tingkat pemanfaatannya masih di bawah potensi lestari. Di kawasan Selat Malaka,
Laut Jawa dan Laut Banda, jenis ikan pelagis besar, seperti tuna besar, cakalang dan tongkol dan
ikan pelagis kecil, seperti ikan layang, teri, lemuru, tembang dan kembung telah mengalami over
fishing. Sementara itu, jenis ikan demersal, seperti kakap, manyung, kurisi, beloso, kuniran,
layur dan bawal juga telah mengalamiover fishingdi kawasan Selat Malaka, Laut Jawa, Laut
Flores, Laut banda dan Samudera Hindia. Yang paling ironis adalah komoditas udang laut
(peneid), seperti udang putih, windu dan lobster yang telah mengalami over fishing di semua
wilayah perairan di Indonesia, kecuali Laut Banda (Ditjen Perikanan Tangkap DKP, 2005).
Kasus yang terjadi tersebut mengindikasikan bahwa sumberdaya perikanan tangkap di wilayah
yang mengalami over fishing menghadapi ancaman yang sangat serius. Sumberdaya perikanan
tangkap akan semakin terkuras, sehingga jika tidak dilakukan penanganan secara bijaksana,
hampir dapat dipastikan produksi ikan tangkapan tidak akan berkelanjutan (Purnomo et al.,
2012). Penurunan produksi tangkap menyebabkan gangguan terhadap aspek ketersediaan dalam
sistem ketahanan pangan. Gangguan ini mengindikasikan potensi terjadinya kerawanan pangan
terutama dalam pemenuhan sumber protein hewani (Ariani et al., 2007).

I.2 Study area


Provinsi Kalimantan timur merupakan salah satu Provinsi terluas kedua setelah Papua,
memiliki potensi sumberdaya alam melimpah dimana sebagian besar potensi tersebut belum
dimanfaatkan secara optimal. Sumberdaya alam dan hasil-hasilnya sebagian besar dieksport
keluar negeri, sehingga Provinsi ini merupakan penghasil devisa utama bagi negara, khususnya
dari sektor Pertambangan, Kehutanan dan hasil lainnya.
Secara administratif Provinsi ini memiliki batas wilayah sebelah Utara berbatasan dengan
Kalimantan Utara, sebelah Timur berbatasan dengan sebagian (12 Mil) Selat Makasar dan Laut
Sulawesi, sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Selatan, sebelah Barat
berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Tengah dan Provinsi Kalimantan Barat serta Negara
Bagian Serawak Malaysia Timur.
Adapun jumlah penduduk tahun 2013 sebanyak 3.300.517 jiwa dengan komposisi
penduduk menurut jenis kelamin terdiri dari penduduk laki-laki 1.731.820 jiwa (52,47 persen)
dan penduduk perempuan 1.568.697 jiwa (47,53 persen).(BPS, 2014))
Provinsi Kalimantan timur terdiri dari 14 kabupeten /kota dan sejumlah 19 diantaranya
memiliki wilayah perairan laut dengan letak geografis (darat sampai kelaut) dan luas wilayah
perairan ± 200.000 km². Potensi perikanan dan kelautan Kaltim itu tersebar di 14 kabupaten dan
kota terutama di wilayah pantai seperti Kabupaten Bulungan, Berau, Kutai Timur, Bontang,
Balikpapan, Tarakan, Penajam Paser Utara, dan Nunukan (Nurhakim dkk, 2007). Potensi
perikanan dan kelautan yang sangat prospektif terdiri dari :

1. Wilayah ZEEI (Zone Ekonomi Ekslusif Indonesia) sepanjang Laut Sulawesi seluas ±
2.750.813 Ha.
2. Wilayah penangkapan di pantai seluas ± 12,00 juta ha.
3. Hutan mangrove yang dapat dikonversi untuk budidaya air payau seluas ± 91.380 ha.
4. Perairan umum seluas ± 2,77 juta ha.

Secara umum potensi Perikanan Kalimantan Timur terdiri dari :

1. Potensi Perikanan Demersal terdapat jenis Kakap, Kerapu, Bawal, Sebelah, Lidah,
Beronang, Cucut/Hiu, Pari, Kuro, Kakap Merah/Bambangan, Udang Barong, Udang
Windu, Udang Dogol
2. Potensi Perikanan Pelagis terdapat jenis :
Kembung, Layang, Selar, tenggiri, Alwalu, Kuwe, Tembang, Cumi Cumi, Sotong
3. Potensi Perikanan lainnya terdapat jenis Teripang, Ubur ubur, ajungan. Propinsi
Kalimantan Timur terdiri dari 13 Kabupaten / Kota dan sejumlah 10 diantaranya
memiliki wilayah perairan laut dengan letak geografis (darat sarnpai ke laut).

Hingga saat ini Potensi Perikanan di Provinsi Kalimantan Timur yang sangat bagus hanya
tergarap 30 persen atau 102,3 ribu ton dari total potensi produksi mencapai 341 ribu ton, Kaltim
merupakan daerah yang mempunyai potensi kelautan dan perikanan prospektif. Untuk potensi
produksi tambak maupun perikanan air tawar dan laut mencapai 341 ribu ton dengan tingkat
pemanfaatan mencapai 30 persen. potensi perairan laut yang dapat diusahakan secara lestari
setiap tahun sebesar 140 ribu ton, tambak 122 ribu ton, dan perikanan air tawar 79 ribu ton.
Tingkat konsumsi ikan di Provinsi Kaltim melebihi tingkat nasional, yakni warga Kaltim
mengkonsumsi ikan sebanyak 58 kilogram (kg) per kapita per tahun, sedangkan secara nasional
baru sebanyak 36,31 kg per kapita per tahun. potensi kelautan dan perikanan di Kaltim sangat
besar untuk terus dikembangkan, antara lain jenis perikanan tangkap maupun budidaya yang
didukung dengan keunggulan kewilayahan, yakni potensi merata yang tersebar di seluruh
kabupaten maupun kota.
Perikanan tangkap oleh nelayan banyak tersebar di kawasan pesisir untuk ikan laut,
kemudian di kawasan pedalaman untuk jenis ikan air tawar, baik di sungai, danau, maupun rawa
karena masing-masing kabupaten/kota memiliki keunggulan dan potensi tersendiri. Misalnya,
untuk perikanan di Kabupaten Berau, prediksi potensinya mencapai 104.915 ton per tahun.
Terdiri dari perairan laut sebanyak 35.000 ton, perairan umum 8.950 ton, budidaya tambak
31.275 ton, budidaya laut 28.620 ton, dan air tawar 1.070 ton per tahun. (Mulyadi dkk,2005)
Sedangkan untuk pengembangan di sektor yang ditangani Dinas Perikanan dan Kelautan
Kaltim, saat ini kemajuan lima komoditas unggulan kelautan dan perikanan, yakni udang windu,
ikan kerapu, patin, nila, dan rumput laut sedang diusahakan.
Selain lima komoditas unggulan kelautan dan perikanan yang sedang dikembangkan,
terdapat dua komoditas spesifik yang juga terus mendapat perhatian, yakni udang galah dan ikan
betutu, serta komoditas strategis berupa ikan asin (Dirjen perikanan, 2008). Sedangkan jenis ikan
lainnya juga terus mendapat dorongan pengembangannya. Subsektor kelautan dan perikanan
telah masuk program prioritas pembangunan di Provinsi Kaltim, khususnya yang termuat dalam
Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kaltim 2013-2018 di sektor
pertanian dalam arti luas.
BAB III
METODE

Metode adalah “ yang membahas tentang cara atau jalan yang harus ditempuh untuk
mencapai tujuan” (Suharni, 1987). Sehingga dapat dikatakan bahwa metode merupakan cara
penulisan makalah termasuk proses pengumpulan data.
Metode pembuatan makalah yaitu dengan melakukkan pengumpulan berbagai informasi
melalui berbagai media baik dari berbagai jurnal penelitian mengenai kajian stok dan tingkat
eksploitasi di Kalimantan Timut serta pencarian data penangkapan di berbagai situs nasional
seperti (SIDATIK). Setelah data yang dibutuhkan terkumpul, data yang satu dengan yang lain
saling dihubungkan disatukan agar didapatkan informasi yang lebih lengkap. Langkah
selanjutnya dilakukkan pembahsan data yang telah diolah menjadi satu dengan cara
mendiskusikan hal-hal sebagai berikut:
1. kondisi eksisting dan persoalan yang ada/timbul yang disebabkan berbagai
factor
2. Penyajian segi positif dan negatif cara dan tingkat eksploitasi yang sudah
dilakukan oleh share holder, dan upaya mempertahankan kondisinya agar tidak
kolaps.
3. penyajian alternatif cara penanganan stok yang ada.
Proses diskusi terkait kajian stok dan tingkat eksploitasi perikanan di Kalimantan Timur
menghasilkan sebuah garis besar/ gambaran mengenai kondisi perikanan tangkap di provinsi
Kalimantan Timur beserta solusi yang dianggap sesuai dengan kondisi perikanan tangkap di
provinsi Kalimantan timur, dituangkan dalam makalah ini.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Jumlah unit penangkapan ikan di laut menurut jenis


alat penangkapan ikan, 2010 - 2014

Satuan : Unit

201
2010 2011 2013 2014
2
JUMLAH 959.116,00 992.640,00 195.372,53 1.175.314,00 -
KALIMATAN
TIMUR 58.822,00 40.628,00 10.645,76 41.543,00 -
Sumber :SIDATIK

Volume produksi perikanan tangkap di laut


menurut jenis ikan, 2010 - 2014

Satuan : Ton

2010 2011 2012 2013 2014


JUMLAH 5.095.089,00 5.230.426,00 5.435.632,00 - -
KALIMATAN
TIMUR 115.195,00 102.907,00 105.393,00 - -
Sumber : SIDATIK
DAPUS
Direktorat Sumberdaya Ikan, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, Kementerian Kelautan dan
Perikanan. 2011. Peta Keragaan Perikanan Tangkap Di Wilayah Pengelolaan Perikanan
Republik Indonesia (WPP-RI). Jakarta: Direktorat Sumberdaya Ikan, Direktorat Jenderal
Perikanan Tangkap, Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Nurhakim, Subhat, dkk. 2007. Wilayah Pengelolaan Perikanan, Status Perikanan Menurut
Wilayah Pengelolaannya. Jakarta: Pusat Riset Perikanan Tangkap, Departemen Kelautan dan
Perikanan.

Ali, S. A. 2005, Kondisi Sediaan dan Keragaman Populasi Ikan Terbang


(Hirundichtys oxychepalus Bleeker, 1852) di Laut Flores dan Selat
Makassar. Disertasi. Program Pascasarjana Unhas. 282 p.

Ditjen Perikanan Tangkap DKP, 2005. Pemacuan stok ikan dalam


upaya peningkatan produksi perikanan tangkap [makalah seminar].
Makasar.

Ariani, M., H.P. Saliem, G.S. Hardono, dan T.B. Purwantini, 2007.
Wilayah Rawan Pangan dan Gizi Kronis di Papua, Kalimantan Timur
dan Jawa Timur. Jakarta: Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan
Kebijakan Pertanian. Departemen Pertanian

Purnomo, B.H., Machfud, A. Hermawan, dan E.S. Wiyono, 2012.


“Model prediksi keberlanjutan sumberdaya dan ekonomi pada
agroindustri teri nasi”. J. Tek. Ind. Pert. Vol. 21 (3): 163-175

Dirjen Perikanan. 2008. Jenis-Jenis Ikan Ekonomis Penting di Indonesia


Dirjen Perikanan. Departemen Pertanian. Jakarta.

Mulyadi. E, l Saptoyo., Nuryadi., Anam Tofani. 2005. Identifikasi Sumberdaya Ikan


Demersal di Perairan Perbatasan timur Kalimantan. BBPI-DJPT Semarang. 99p.
Literim Rep.

[BPS] Badan Pusat Statistik, 2014. Data Sosial Ekonomi. Jakarta:


BPS

Anda mungkin juga menyukai