afiuan (WilayaS Indvnesia Bagian Barat
Palembang, 3-5 Juni 2007
Keongres Ha ong.
TEKTONIK LEMPENG DAN BENCANA GEOLOGT
DI SUMATERA DAN JAWA.
(Plate Tectonics ard Geological Hazards in Stmaira and Java)
Endang Wiwik Dyah Hastuli & Budhi Kuswan Susilo
juusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Sriwifava
“alan Raya Palembang-Prabumebih Km 52 Inderalaya ~ gan Hir
E-mail: wi2k_geo@yahion.com bud
ABSTRAK
Wilayah Sumatera dan Jawa pada rentang waktu tiga tallun terakhir terus dilanda bencana
geologi, Fenomena alain ini dipicu oleh pergerakan lempeng Indo-Australia dengan keeepatan
Sekitar 7 em/tahun aienyusup ke bawah lempeng Eurasia s¢hingga terbentuk zona subdiksi
Suimatera-Jawa, Manifestasinye adalah gemupa bum tektonik dan letusan gunung api.
BMG mencatat bahwa wilayah Sumatera dan Jawa metupakan wilayah yang sedang akif
secata tektonik, Gempa bumi dengan intensites 5 SR (skala Richter) atau lebih 80,31 persen terjadi
i Sumatera, jauh lebih banyak bila diperbandingkan dengan yang terjadi di Jawa, yakni sebesar
19,69 persen. Gempa bumi Sumatra tahun 2004 dengan intensitas 9 SR atau 9,2 Mw dan Gempa
Pangendaran dengon intensitas 6,8 SR terkait dengan pergesaran megathrust pada zona subduks
sedangkan gempabumi Padang tahun 2007 dengan inteusitas 6,3 SR terjadi Karena pergeseran sesar
Sumatera, Kegempaan yang dirasakan adalah akibat pelebasan energi dari kedalaman pusat gempa
(focus atau hypocenter). Intensitas gempadumi di Svmatera dan Jawa berkisar dari 24 sampai
9,2 SR, dengan kedalaman berkisar dari 10 sampai 188. kilometer. Gejala kegempaan sampai
sekstrang belum bisa cliprediksikon waktu kejacian, besar intensitas dan lokasi pastinya,
Berbeda dengan gempa bunt tektonik, aktiftas gunung api seperti letusan Gunung Talang
‘di Sumatera dan Gunung Merapi di Jawa lebih mudah diprediksi. Peningkatan kegempaan lokal
dan perubahan proses magmatik dapat dijadikan dasar untuk Memprediksi kemungkinan terjadi
Jewsan gunung api schinggn upaya antisipatif memperkecil) dampak bencana akibat letusan
(emipsion) gunungapi dapat dilasokan.
Kata kunci : intensitas gempabumi, skala Richter, megathrust, focus ctau kypocenter
1, PENDAHULUAN
Fektonik lempeng sebayi imu yang mempelajari gejala pergerakan lempeng bumni dan
menjelasken berbagai fenomena geologi, Interaksi lempeng Eurasia, Pasifik den Indo-Australia
mempengaruhi konfigurasi tektonofisiografi Indonesia. Rejim konvergensi membentuk sistem
tektonik palung — busue, Pada sistem ini fenomena kegempaan dan letusan gunung api pada
umumnya erjadi
Bencana geologi di Surnatera dan Jawa dipengaruhi pergeseran megadhrust di mana terjadi
tubrukan antara Jempeng Indo-Australia yang tersubduksi di bawah lempeng Eurasia (Sumatera
dun Jawa). Interaksi keduanya dari perspektif kebencanaan berpotensi menyebabkan beneana
gompa bumi sepanjang zona subduksi dan heneana letusan gunuing api.
Data dari BMG menunjuklsan bahwa catatan kegempaan dalam tiga tahun terakhir terjadi
di wilayah Indonesia Barat, yakni di Sumatera dan Jawa Gempa buri dengan intensitas di atas 3
skala richter (SR) dapat menyebabkan kerugian yang besar Gnisal, wempa bumi Sumatera, 9 SR
atau 9,2 Mwy; gempa bumi Yogyakarta, 3,9 SR).
‘Endang We 1
H Lbudli K, 5, Teheonil Cempeng el‘Aungees Med Xanga T8thapale Indonesia
Motivasi dalam penulisan ini adalah memberkan pgmahaman yang lebih baik terhadap
proses terjadinya bencana goologi di Indonesia, Proses ini tidak terlepas dari aktivitas tektonik yang
Trempengaruhi konfigurasi tektonostratigrafi Indonesia yang centon mengatami bencanz geolowi
Pendekatan dalam menyelesaikan makalah ini, yaitu. melakukan kajian literaiur yang
berkaitan dengan tatanan tektonik Indonesia dan mempelajari/sejumilah Kejadian bencana geologi,
terutama enana gempa bumi dan letusan gunung, api. Pada makalah ini. penulis lebih banyak
merujuk pada bencana gempa bumi Sumatera tanggal 26 Desember 2004 untuk menunjukkan
fenomena gempa bumi, sedangkan untuk bencana Jetusan gunting api penulis lebih banyak merujuk
itas Gunung Merapi yang letak secara administratif termasuk wilayah Jawa Tengah dan
Il. TEKTONIK LEMPENG
‘Sejak kelahiran paradigms “global plate tectonics” yang pertama kali diusulkan oleh Van
‘Wagoner, maka teori ini berkembang menjadi pemersatu (wtifying theor’) berbagai cabang ilmu
geologi. Para ahli telah mengetahui bahwa lebih dari 300 ‘juts tahun [alu, massa tunggal sangat
besar (a single gigantic land mass) yang disebut sebagai "pangea” seczra perlahan pecah dan
bergerak membentuk konfignrasi lempeng, bumi seperti sekarang (Gambar 1).
Wilayah kepulauan Indonesia sangat dipengaruhi oleh interaksi antara Lempeng Eurasia,
Indo-Australia, dan Pasifik (Gambar 2). Interaksi ini menunjukkan bahwa Lempeng Eurasia
bergerak relatif ke arah tenggara dengan kecepatan ~ 0,4 cmvtahun, pergerakan lempeng Indo-
Australia ke arah utara-timurlaut dengan kecepatan 7 em/tahun dan Lempeng Pasifik dengan dua
empeng mikro yakni, Lempeng Mikro Filipina yang bergerak relatif ke arah baratlaut dengan
kecepatan 8 cm/tahun dan Lempeng Mikro Karolina yang bergerak relatif ke arah barat-baratlaut
dengan kecepatan 10,2 em/tahun (Minster & Jordan, 1978 dalam Simandjuntak & Barber, 1996).
Gambar 1. Teori tektonik lempeng menjelaskan konsep pecehnya Pangea membentuk konfigurasi
tektono-fisiografi dunia seperti saat ini (http://scidiv.beo.cte.edu)
Endang W.D. H. L Bul, S., Tekeowik Lempeng aeKongres tun Tngetohuan Wilayal Indonesia Dagian Barat
Palembang, 3-5 Juni 2007
ocean PLATE
“| rmawtinon count ox
«oh setae Oa
Gambar 2. Tatanan Tekton'k Kepyliauan Indonesia
Konvergensi antara Lempeng Samuders dan Beni inembentuk zona palung bust, sepert
yang terdapat di Sumatera dan Jawa. Zona paluing dapat mencapai kedalaman 1) km di depar busur
Makanik sebagai tempat akumulasi sedimen asal busur, serta sedimen turbidit dan pelajik, namun
biasanya telah terdeformisi dan tertutupi oleh kompleks subduksi (Miall, 1990),
Hall (2000) menunjukkan perbedaan kedalaman palung berdasarkan pola kontur bathimetri
yang memanjang di selaton Sumatera, Jawa dan Nusa Tenggara (Gambar 3). Menurut Hamilton
#1979) dalam Miall (1990) bahwva kedalaman palung di Sumatera bugian utara tidak lebih dari 4 kin,
bandingkan dengan palung di Jawa yang dapat mencapji 7 km (Llamilion, 1979; dalam Mil
1990),
on: os ac, a ses
Gambar 3. Kontur bathimetri yang menggambarkan bentuk Palung Sunda (Hall, 2002)
Endang W.D. HL Budi K, S., TeRfonh Cenpeng om ieKongres lau Pengetahuan Vilayah Indonesia Bagian Barat
Palembang, 3-5 Juri 2007
Gempa bumi besar di Sumatera dan Jawa berasosiasi dengan zona subduksi (Gambar 4).
Gejala kegempaan sampai sekarang belum bisa diprediksikan waktu kejadian dan besar intensitas,
Zonasi lokasi gempa bumi dapat ditentukan berdasarken dala kegempaan yang pemah terjadi,
namun tetap belum mampu menentukan titik pastinya,
Subduksi Lempeng Samudera pada kedalaman tertentu akan mengalami peleburan (partial
melting) membentuk larvtan magma baru berdensitas ringan. Oleh Karena itu magma baru
cenderung bergerak naik membentuk intrusi magma dan ke luar permukaan bumi melalui aktivitas
vulkanik (Gambar 5).
Berdasarkan uraian tentang tektonik lempeng, maka semakin jelas bahwa Kepulauan
Indonesia, termasuk di Sumatera dan Jawa sangat dipegaruhi oleh interaksi lempeng bumi.
Dikarenakan lempeng bumi terus bergerak (plate motion), maka: tekanan lempeng bumi dari
perspektif kebencanaan sangat rentan mengalami bencana geologi.
SS. seein ioe
Feeney HEE REESES eigen
Saaeer ios ae hacia
Gambar 4. Peta katalog gempa bumi, zona sumber dan sumber sesar (Petersen, dk, 2004)
Exdang WD. hulle, §Tetmnt
AAA‘Kongres Hina Pengetahuan Wilayaf Indonesia agian Barat
‘Palewbang, 3-5 Jui 2007
zz
4
Pd
32
gs
Gambar 5. Penampang tektonik lempeng yang menggambarkan kegempaan pada zona subduksi
dan aktivitas vulkanik (sumber gambar :diambil dari hitp://www-rohan,sdsu.edu)
Il, BENCANA GEOLOGI DI SUMATERA DAN JAWA.
Aktivitas tektonik menyebabkan Indonesia rentan mengalami bencana geologi. Rekaman
kegempaan oleh Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) menunjukkan bahwa selama kurun
waktu tiga tahun terakhir ini, mulai dari 26 Desember 2004 hingga 22 Mei 2007 telah tercatat
bahwa aktivitas kegompaan di Sumatera dan Jawa lebih intensif dibandingkan dengan kawasan
Indonesia lainnya, Intensitas gempa bumi di Sumatera dan Jawa berkisar dari 2,4 sampai 9,2 SR,
dengan kedalaman berkisar dari 10 sampai 188 kilometer. Data kegempaan menunjukkan bahwa
Sumatera mengalami 80,31 persen kejadian gempa bumi tektonik dibandingkan dengan di Jawa
yang hanya 19,69 persen untuk gempa bumi dengan intensitas 3 SR atau lebih. Kegempaan ini
dominan terjadi di lepas pantai Samudera Hindia (http://www.bmg.go.id). Gempa bumi besar yang
torjadi di laut berpotensi terjadi bencana tsunami, sedangkan bila terjadi di darat, biasanya diikuti
oleh bencana tanah longsor.
Bencana geologi signifikan yang lain adalah letusan gunung api. Gunung a
dan Jawa termasuk ring of fire yang menunjukkan deretan gunung api aktif di dunia. Salah satu
gunung api yang aktif belakangan ini di Sumatera adalah Gunung Talang, sedangkan di Jawa
adalah Gunung Merapi
3.1. Gempa Bumi
Gempa bumi terkait dengan karakteristik tektonik suatu wilayah. Gempa bumi besar yang
pemah terjadi kebanyakan terkait dengan tubrukan akibat lempeng yang satu menekan lempeng
lainaya sepanjang penyesaran naik (thrust fault) berdimensi besar (atau sering disebut sebagai
megathrust). Proses ini yang disebut sebagai subduksi (subduction). Pada zona subduksi ini gempa
bumi kerap kali terjadi, termasuk yang terjadi di Sumatera dan Jawa.
Subduksi Sumatera adalah salah satu batas lempeng tektonik yang sangat aktif di dunia
mengakomodasikan sekitar 49 mm/tahun (Zachariascn dkk., 1999 dalam Petersen, dkk., 2004) dari
Konvergensi menyerong ke arah utara-barat (obligue narth-westward convergence) antara Lempeng
Indo-Australia dan Eurasia (Mc Caffrey, 1991). Kebonyakan gempa bumi terkait dengan
pergeseran pada zona subduksi ini (misal, gempa bumi Sumotera; 9 SR atau 9,2 Mw; 26 Desember
2004 dan gempa bumi Pangandaran; 6,8 SR, 17 Juli 2006). Konvergensi menyerong yang menekan
Sumatera” diakomodasikan dengan terbentuknya sesar Sumatera (sering disebut juga sesar
Semangko), Pergeseran dari bawian busur depan (fore\are area) yang pada sisi barat dibatasi oleh
ci WD LBKonsgnes Hine @
igetafiuan Wifayoh Indonesia Bagien Barat
@alemGang, 3-5 unt 2007
no
Gambar 6. Umur lantal samudera dan arah Konvergensi lempeng pada daerah episentral gempa
bumi Sumatera — Andandaman 2004, Tanda bintang gelap dan abu-abu, berturut-turut
adalah gempa Sumatera — Andaman (26 Desember 2004, 9,2 Mw) dan gempa bumi
Nias (28 Maret 2005, 8,7 Mis), Lingkara gelap dan abu-abu. merupakan gempa
suisulan (hitp://www.gps.caltech.edu) |
I
Gambar 7. Tsunami memporakporandakan kota Lokng, NAD pada kondisi sebelum dan setelal
terjadi tsunami (sumber gambar dari yaw seiencemag.ors)
endang W. D. HE L Budi X, 5, Tehgontt Lemperg |
AATKougres Hint, Pengetafiuan Witayak Indonesia Bagian Barat
Peleribang, 3-5 Juni 2007
3.2 Gunung Api
Bencana Tetusan gunung api di Indonesia sepetti letusan dari Gunung Kelud, Tambora,
Krakatau dan Merapi telah menimbulakan Korban jiwa yang besar. Catatan sejarah menunjukkan
bahwa Indonesia termasuk daerah yang memiliki guaubg api aktif yang berbahaya (Gambar 8).
Totusan Gunung Krakatau yang disertai dengan tsunami pada tahun 1883 telah menyebabkan lebih
dari 34 ribu jiwa moninggal (http://scidiv.bce.cts.edu). Saat ini aktivitas gunung api yang terpantau
ddi Sumatera dan Jawa adalah peningkatan status Gunung Talang dan Gunung Merapi.
ease SET =
+ 1822 Indonesia $00 killed al
226 Tides 300 3
RK Indonests ST |
L190 Mthique 3.03640 7
for Gawain 600d 2 Taos 148,
$3 tae SI ii ee
st Now Galos 294d 5 WeatSja) ate
{ost Maes paren a
Tig6e Giombia 200d Bt ser
S %0° soo 600 00800” 900-2000
Gambar 8, Gunung api di- Indonesia tercatat telah menimbulkan banyak korben jiwa manusia
(sumber gambar dari: http://scidiv.bce.ctc.edu)
Aktivitas gunung api salah satunya dapat dipantau melalui peningkatan aktivitas
kegempaan. Gejala ini diamati'beberapa minggu sebellum letusan Gunung Merapi pada 11 Juli
1998 (Voight dkk,, 2000 dalam Wegler, dkk., 2006). Gunung Merapi, sebuah gunung api yang
paling aktif di dunia, memiliki aktivitas yang khas dengan pembentukan kubah lava (lava dome)
berulangeulang yang kadangkala terjadi Keruntuhan kubah lava membentuk guguran lava dan awan
panas (Direktorat Vulkanologi, 1990; Wegler, dkk., 2006),
Hammer, dkk. (2000) mengamati aktivitas gunung api dari proses magmatiknya. Faktor
geometri kubah lava dan fluktuasi kecepatan suplai magma dari dapur magms menentukan bahaya
Ietusan gunung api.
Bahaya letusan guaung api diketegorikan sebagai bahaya primer dan sekunder. Seba;
contoh bahaya primer, yaitu aktivitas Gunung Merapi yang mengeluarkan bom vulkanik, hujan
‘abu, aliran lava dan awan panas yang dapat menghangiiskan semua yang dilewatinya (Direktorat
Vulkanologi, 1990). Sedangkan bahaya sekunder terutama terkait dengan banjir lahar yang dapat
mengancam kehidupan di pedesaan sepanjang sungai yang dilaluinya. Kita dapat belajar dari masa
lampau, betapa letusan gunung api sengat berbahaya, misal banjir lahar (volanic mudjlow;
Columbia) menyebabkan korban jiwa sebanyak 23.000 orang meninggal dan tsunami akibat
Jetusan Gunung Krakatau (1883) sebanyak 36,417 jiwa meninggal (hutpy//scidiv.bec.ctc.edu’
IV. KESIMPULAN
Makalah dengan judul "Tektonik Lempeng dan|Bencana Geologi di Sumatera dan Jawa”
setidaknya menunjukkan kepada kita bahwa: (1) Indonesia merupakan daerah yang dipengaruhi
oleh interaksi lempeng tektonik; (2) Indonesia rawan mengalami bencana geologi terutama bencana
gempa bumi dan fetusan gunung api; (3) Bencana gemp abumi dan letusan gunug api sering
disertai dengan bencana tsunami dan tanah longsor.
Harus ada lengkah untuk menghadapi kemungkinan bencana geologi di massa mendatang,
Upaya managemen bencana terpadu harus melibatkan scgenap komponen masyzrakat. Upaya
mitigasi dan prevensi dengan berkaca pada pengslaman| masa lampau penting untuk membangun
wilayah rawan beneana sesuai dengan standar bangunad memakai konstruksi tahan
Ini perfu biaya beser dan keris keras pemerintah Penegakan hukum menjadi
Hough, 2006)
empa bumi
‘(Bilham dan
Brdang
ye AARKongres Wau engetahuan Wilayah Indonesia Bagian Barat
@alembang, 3-5 juni 2007
DAFTAR PUSTAKA
Bilham, R., dan Hough, $., 2006, Future Earthquakes on the Indian Subcontinent : Inevitable
Hazard, Preventable Risk, South Asian Journal, 12, diambil_ dari
http://cires.colorado.edu/~bilhanySouthAsianJourn2006.pdf
Direktorat Vulkanologi, 1990, Gunung Merapl, Berita Berkala Vulkanologi Edisi Khusus, No. 122,
Departemen Pertambangan dan Energi, Dircktarat Jenderal Geologi dan Sumberdaya
Mineral
Hall, R., 2002, Cenozoic geological and Plate Tectonic Evolution of SE Asia and the SW Pacific:
‘Computer-Based Reconstructions, Model and Animations, Jurnal of Asian Barth Sciences,
Spesial issue, Pergamon, 353-431,
Hammer, J.E., Cashman, K.V., Voight, B., 2000, Magmiatic processes revealed by textural and
compositional trends in Merapi Dome iavas, Journal of volcanology and geothermal
research 100, h.L65 = 192, diambil dari
hnttp://darkwing.uoregon.edw/~cashman/pdfs/HammeretalMer.paf
hitp://scidiy, bec.cte.edw/gj/TLC251-VoleHa7-Part] pdf
htipyiwww.ldeo.columbia.edu/chrr/rescarclvprofiles/pdfsfindonesia_profilel.pdf
Kanamori, Hiro, Lessons from the 2004 Sumatra-Andaman Earthquake, Seismological Laboratory,
Californa Thstitute of Technology. diambil dari
bito:/hvwow.gps.caltech.edu/faculty/kanamori/lessonssumatra.pdf
McCaffrey, Robert., 1991, Slip vectors and stretching of the sumatra fore arc, Geologi, Vol-19,
h.881-884, diambil dari hitp://ees2.geo.rpi.edu/rob/pdf/sundajgr1985.pdF
Miall, D.A., 1990, Principles of Sedimentary Basin Analysis, 2" Edition, Springer-Verlag
Petersen, M., Dewey, J., Hartzell, S., Mueller, C., Harmsen, S., Frankel, A.D., Rukstales, K., 2004,
Probabilistic seismic hazard analysis for Sumatra, Indonesia and across the Southern
‘Malaysian Peninsula, ‘Tectonophysics, 390, h. 141-158, diambil dari
http://ivis.eps pitt, edu/courses/agrm/pdi/petersen2004.pdf
‘Weeler, U., Luhr, B.G., Snieder, R, Ratdomopurbo, A., 2006, Increase af shear wave velocity
Before the eruption of Merapi volcano (Indonesia), Geophysical Research Letters, diambil
dar http://www mines.edu/—rsnieder/ WealerMerapi06 pdf
wwwwisciencemag.org, Indian ocean tsunami, in wake of disaster, Scientists seek out clues to
Prevention, News Vol 307, 7 Januari 2007, SCIENCE, AAAS
Zahran, K.H,, Khalil, H., Saleh, S., Selim, 1., 2007, TidallSiress Triggering Earthquakes, Case
sludy The Eastern Part of the Indian Ocean, MESF Cyber Journal of Geoscience, Vol. 5,
h.1-21, diambil dari http://Avww.meseisforam.net/ mesf_eyber journal_vol_5_2007.pdf
uC
"AN TERIMAKASII
Makalah ini dibuat dalam rangka kegiatan kongres ilmu pengetahuan wilayah Indonesia
Barat di Palembang pada tanggal 3-5 Juni 2007. Tetimakasili disampaikan kepada Dr, Edy
Sutriyono yang terus meminta agar kami turut berpartisipasi dalant kegiatan ini
Endang W.D. H. oLeBude K, 5, Tektonil Ce aso