Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH INFERTILITAS

“PENYEBAB INFERTILITAS”
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.1 Latar belakang.................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah...........................................................................................2
1.3 Tujuan.............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................3
2.1 Definisi Infertilitas..........................................................................................3
2.2 Faktor-Faktor Penyebab Infertilitas................................................................3
2.2.1 Infertilitas Wanita....................................................................................3
2.2.2 Infertilitas Pria.........................................................................................5
2.2.3 Infertilitas sekunder.................................................................................7
2.2.4 Infertilitas dari segi Psikologis................................................................8
2.3 Penyakit Yang Menyebabkan Infertilitas......................................................10
2.3.1 Endometriosis........................................................................................10
2.3.2 Infeksi Panggul......................................................................................10
2.3.3 Mioma Uteri..........................................................................................10
2.3.4 Polip.......................................................................................................10
2.3.5 Saluran Telur yang Tersumbat...............................................................11
2.3.6 Sel Telur.................................................................................................11
BAB III PENUTUP.....................................................................................................12
3.1 Kesimpulan...................................................................................................12
3.2 Saran.............................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Infertilitas adalah tidak terjadinya kehamilan setelah menikah 1 tahun atau
lebih dengan catatan pasangan tersebut melakukan hubungan seksual secara teratur
tanpa adanya pemakaian kontrasepsi. Mengingat faktor usia merupakan faktor
yang sangat mempengaruhi keberhasilan pengobatan, maka bagi perempuan
berusia 35 tahun atau lebih tentu tidak perlu harus menunggu selama 1 tahun.
Minimal enam bulan sudah cukup bagi pasien dengan masalah infertilitas untuk
datang ke dokter untuk melakukan pemeriksaan dasar.
Menurut WHO, diketahui penyebab infertilitas pada perempuan di
antaranya, adalah: faktor Tuba fallopii (saluran telur) 36%, gangguan ovulasi 33%,
endometriosis 30%, dan hal lain yang tidak diketahui sekitar 26%.Hal ini berarti
sebagian besar masalah infertilitas pada perempuan disebabkan oleh gangguan
pada organ reproduksi atau karena gangguan proses ovulasi. Di Indonesia terdapat
sekitar tiga juta pasangan suami istri yang tidak mempunyai anak dan dikatakan
sebagai pasangan yang mengalami kemandulan atau infertilitas. Sebagian besar
pasangan suami istri berpikir bahwa mereka akan mudah memperoleh anak.
Sebetulnya 1 diantara 10 pasang akan mengalami hambatan untuk mempunyai
anak.
1.2 Rumusan masalah
1. Bagaimana Definisi Infertilitas?
2. Apa Saja Faktor-Faktor Penyebab Infertilitas?
3. Apa Saja Penyakit Yang dapat Menyebabkan Infertilitas?

1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Definisi Infertilitas
2. Untuk Mengetahui Faktor-Faktor Penyebab Infertilitas
3. Untuk Mengetahui Penyakit Yang Dapat Menyebabkan Infertilitas
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Infertilitas


Infertilitas adalah ketidakmampuan untuk hamil setelah sekurang-kurangnya
satu tahun berhubungan seksual sedikitnya empat kali seminggu tanpa kontrasepsi
( Strigh B, 2005 : 5 ).
Infertilitas adalah bila pasangan suami istri, setelah bersanggama secara
teratur 2-3 kali seminggu, tanpa memakai metode pencegahan belum mengalami
kehamilan selama satu tahun (Mansjoer, 2004 : 389).
Secara medis infertilitas di bagi atas 2 yaitu :
1. Infertilitas primer berarti pasangan suami istri belum mampu dan belum
pernah memiliki anak setelah 1 tahun berhubungan seksual sebanyak 2-3
kali per minggu tanpa menggunakan alat kontrasepsi dalam bentuk
apapun.
2. Infertilitas sekunder berarti pasangan suami istri telah atau pernah
memiliki anak sebelumnya, tetapi saat ini belum mampu memiliki anak
lagi setelah 1 tahun berhubungan seksual sebanyak 2-3 kali per minggu
tanpa menggunakan alat kontrasepsi dalamn bentuk apapun.

2.2 Faktor-Faktor Penyebab Infertilitas


2.2.1 Infertilitas Wanita
a. Masalah vagina
Infeksi vagina seperti vaginitis, trikomonas vaginalis yang hebat akan
menyebabkan infeksi lanjut pada portio, serviks, endometrium bahkan sampai ke
tuba yang dapat menyebabkan gangguan pergerakan dan penyumbatan pada tuba
sebagai organ reproduksi vital untuk terjadinya konsepsi. Disfungsi seksual yang
mencegah penetrasi penis, atau lingkungan vagina yang sangat asam, yang secara
nyata dapat mengurangi daya hidup sperma.
b. Masalah serviks
Gangguan pada setiap perubahan fisiologis yang secara normal terjadi
selama periode praovulatori dan ovulatori yang membuat lingkungan serviks
kondusif bagi daya hidup sperma misalnya peningkatan alkalinitas dan
peningkatan sekresi.
c. Masalah uterus
Nidasi ovum yang telah dibuahi terjadi di endometrium. Kejadian ini tidak
dapat berlangsung apabila ada patologi di uterus. Patologi tersebut antara lain
polip endometrium, adenomiosis, mioma uterus atau leiomioma, bekas kuretase
dan abortus septik. Kelainan-kelainan tersebut dapat mengganggu implantasi,
pertumbuhan, nutrisi serta oksigenisasi janin.
d. Masalah tuba
Saluran telur mempunyai fungsi yang sangat vital dalam proses kehamilan.
Apabila terjadi masalah dalam saluran reproduksi wanita tersebut, maka dapat
menghambat pergerakan ovum ke uterus, mencegah masuknya sperma atau
menghambat implantasi ovum yang telah dibuahi. Sumbatan di tuba fallopi
merupakan salah satu dari banyak penyebab infertilitas. Sumbatan tersebut dapat
terjadi akibat infeksi, pembedahan tuba atau adhesi yang disebabkan oleh
endometriosis atau inflamasi.
Infertilitas yang berhubungan dengan masalah tuba ini yang paling
menonjol adalah adanya peningkatan insiden penyakit radang panggul ( pelvic
inflammatory disease –PID). PID ini menyebabkan jaringan parut yang memblok
kedua tuba fallopi.
e. Masalah ovarium
Wanita perlu memiliki siklus ovulasi yang teratur untuk menjadi hamil,
ovumnya harus normal dan tidak boleh ada hambatan dalam jalur lintasan sperma
atau implantasi ovum yang telah dibuahi. Dalam hal ini masalah ovarium yang
dapat mempengaruhi infertilitas yaitu kista atau tumor ovarium, penyakit ovarium
polikistik, endometriosis, atau riwayat pembedahan yang mengganggu siklus
ovarium. Dari perspektif psikologis, terdapat juga suatu korelasi antara
hyperprolaktinemia dan tingginya tingkat stress diantara pasangan yang
mempengaruhi fungsi hormone.
f. Gangguan ovulasi
Gangguan ovulasi jumlahnya sekitar 30-40% dari seluruh kasus infertilitas
wanita. Gangguan-gangguan ini umumnya sangat mudah didiagnosis menjadi
penyebab infertilitas. Karena ovulasi sangat berperan dalam konsepsi, ovulasi
harus dicatat sebagai bagian dari penilaian dasar pasangan infertil.
Terjadinya anovulasi dapat disebabkan tidak ada atau sedikitnya produksi
gonadotropin releasing hormon (GnRH) oleh hipotalamus ( 40 % kasus), sekresi
hormon prolaktin oleh tumor hipopise (20 % kasus), PCOS ( 30 % kasus),
kegagalan ovarium dini (10%).
WHO membagi kelainan ovulasi ini dalam 4 kelas :
1. Kelas 1 : Kegagalan pada hipotalamus hipopise (hipogonadotropin
hipogonadism). Karakteristik dari kelas ini adalah gonadotropin yang
rendah, prolaktin normal, dan rendahnya estradiol. Kelainan ini terjadi
sekitar 10 % dari seluruh kelainan ovulasi.
2. Kelas 2 : Gangguan fungsi ovarium (normogonadotropin-
normogonadism). Karakteristik dari kelas ini adalah kelainan pada
gonadotropin namun estradiol normal. Anovulasi kelas 2 terjadi sekitar 85
% dari seluruh kasus kelainan ovulasi. Manifestasi klinik kelainan
kelompok ini adalah oligomenorea atau amenorea yang banyak terjadi
pada kasus PCOS. Delapan puluh sampai sembilan puluh persen pasien
PCOS akan mengalami oligomenorea dan 30 % akan mengalami
amenorea.
3. Kelas 3 : Kegagalan ovarium (hipogonadotropin hipogonadism).
Karakteristik kelainan ini adalah kadar gonadotropin yang tinggi dengan
kadar estradiol yang rendah. Terjadi sekitar 4-5 % dari seluruh gangguan
ovulasi.Kelompok wanita yang mengalami gangguan ovulasi akibat
gangguan cadangan ovarium (premature ovarianfailure/diminisshed
ovarian reserved).
4. Kelas 4 : Kelompok wanita yang mengalami gangguan ovulasi akibat
disfungsi ovarium, memiliki kadar prolaktin yang tinggi
(hiperprolaktinemia).
2.2.2 Infertilitas Pria
a. Gangguan produksi sperma
Gangguan produksi sperma misalnya akibat kegagalan testis primer(
hipergonadotropik hipogonadisme) yang disebabkan oleh faktor genetik
(sindrome Klinefelter, mikrodelesi kromosom Y) atau kerusakan langsung
lainnya terkait anatomi (crytorchidism,varikokel), infeksi (mumpsorchitis), atau
gonadotoksin. Stimulasi gonadotropin yang tidak adekuatyang disebabkan
karena faktor genetik (isolated gonadotropin deficiency), efek langsung maupun
tidak langsung dari tumor hipotalamus atau pituitari, atau penggunaan androgen
eksogen, misalnya Danazol, Metiltestoteron (penekanan pada sekresi
gonadotropin) merupakan penyebab lain dari produksi sperma yang buruk.
b. Gangguan fungsi sperma
Gangguan fungsi sperma, misalnya akibat antibodi antisperma, radang
saluran genital (prostatitis), varikokel, kegagalan reaksi akrosom,
ketidaknormalan biokimia, atau gangguan dengan perlengketan sperma ( ke zona
pelusida) atau penetrasi.
c. Sumbatan pada duktus
Sumbatan pada duktus, misalnya akibat vasektomi, tidak adanya vas
deferens bilateral, atau sumbatan kongenital atau yang didapat (acquired) pada
epididimis atau duktus ejakulatorius (penanganan interil).
d. Faktor koitus pria
Faktor-faktor ini meliputi spermatogenesis abnormal, motilitas abnormal,
kelainan anatomi, gangguan endokrin dan disfungsi seksual. Kelaianan anatomi
yang mungkin menyebabkan infertilitas adalah tidak adanya vasdeferens
kongenital, obstruksi vasdeferens dan kelainan kongenital system ejakulasi.
Spermatogenesis abnormal dapat terjadi akibat orkitis karena mumps, kelainan
kromosom, terpajan bahan kimia, radiasi atau varikokel.
e. Masalah ejakulasi
Ejakulasian retrograde yang berhubungan dengan diabetes, kerusakan saraf,
obat-obatan atau trauma bedah.
f. Faktor lain
Adapun yang berpengaruh terhadap produksi sperma atau semen adalah
infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual, stress, nutrisi yang tidak
adekuat, asupan alkohol berlebihan dan nikotin.

g. Faktor pekerjaan
Produksi sperma yang optimal membutuhkan suhu di bawah temperature
tubuh. Spermagenesis diperkirakan kurang efisien pada pria dengan jenis
pekerjaan tertentu, yaitu pada petugas pemadam kebakaran dan pengemudi truk
jarak jauh.
h. Masalah interaktif
Berupa masalah yang berasal dari penyebab spesifik untuk setiap pasangan
meliputi : frekuensi sanggama yang tidak memadai, waktu sanggama yang buruk,
perkembangan antibody terhadap sperma pasangan dan ketidakmampuan sperma
untuk melakukan penetrasi ke sel telur.
2.2.3 Infertilitas sekunder
Masalah pada infertilitas sekunder sangat berhubungan dengan masalah
pada pasangan dengan infertilitas primer. Sebagian besar pasangan dengan
infertilitas sekunder menemukan penyebab masalah kemandulan sekunder
tersebut, dari kombinasi berbagai faktor meliputi :
1. Usia
Faktor usia sangat berpengaruh pada kesuburan seorang wanita. Selama
wanita tersebut masih dalam masa reproduksi yang berarti mengalami haid yang
teratur, kemungkinan masih bisa hamil. Akan tetapi seiring dengan bertambahnya
usia maka kemampuan indung telur untuk menghasilkan sel telur akan mengalami
penurunan. Penelitian menunjukkan bahwa potensi wanita untuk hamil akan
menurun setelah usia 25 tahun dan menurun drastis setelah usia diatas 38 tahun.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh National Center for Health Statistics
menunjukkan bahwa wanita subur berusia dibawah 25 tahun memiliki
kemungkinan hamil 96% dalam setahun, usia 25 – 34 tahun menurun menjadi
86% dan 78% pada usia 35 – 44 tahun.
Pada pria dengan bertambahnya usia juga menyebabkan penurunan
kesuburan. Meskipun pria terus menerus memproduksi sperma sepanjang
hidupnya, akan tetapi morfologi sperma mereka mulai menurun. Penelitian
mengungkapkan hanya sepertiga pria yang berusia diatas 40 tahun mampu
menghamili isterinya dalam waktu 6 bulan dibanding pria yang berusia dibawah
25 tahun. Selain itu usia yang semakin tua juga mempengaruhi kualitas sperma.

2. Masalah reproduksi
Masalah pada system reproduksi dapat berkembang setelah kehamilan
awal bahkan, kehamilan sebelumnya kadang-kadang menyebabkan masalah
reproduksi yangbenar-benar mengarah pada infertilitas sekunder, misalnya
perempuan yang melahirkan dengan operasi caesar, dapat menyebabkan jaringan
parut yang mengarah pada penyumbatan tuba. Masalah lain yang juga berperan
dalam reproduksi yaitu ovulasi tidak teratur, gangguan pada kelenjar pituitary dan
penyumbatan saluran sperma.
3. Faktor gaya hidup
Perubahan pada faktor gaya hidup juga dapat berdampak pada kemampuan
setiap pasangan untuk dapat menghamili atau hamil lagi. Wanita dengan berat
badan yang berlebihan sering mengalami gangguan ovulasi, karena kelebihan
berat badan dapat mempengaruhi estrogen dalam tubuh dan mengurangi
kemampuan untuk hamil. Pria yang berolah raga secara berlebihan juga dapat
meningkatkan suhu tubuh mereka, yang mempengaruhi perkembangan sperma
dan penggunaan celana dalam yang ketat juga mempengaruhi motilitas sperma.
2.2.4 Infertilitas dari segi Psikologis
Kesuburan wanita secara mutlak dipengaruhi oleh proses-proses fisiologis
dan anatomis, di mana proses fisiologis tersebut berasal dari sekresi internal yang
mempengaruhi kesuburan. Dalam hal ini kesuburan wanita itu merupakan satu
unit psikosomatis yang selalu dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor psikis
dan factor organis atau fisis. Kesulitan- kesulitan psikologis ini berkaitan dengan
koitus dan kehamilan, yang biasanya mengakibatkan ketidakmampuan wanita
menjadi hamil.
Pengalaman-pengalaman membuktikan, bahwa unsur ketakutan serta kecemasan
berkaitan dengan fungsi reproduksi yang menimbulkan dampak yang merintangi
tercapainya orgasme pada koitus. Pada umumnya dinyatakan bahwa sebab yang
palingbanyak dari kemandulan adalah ketakutan-ketakutan yang tidak disadari
atau yang ada dibawah sadar, yang infantile atau kekanak-kanakan sifatnya.
Penelitian kedokteran juga menemukan bahwa peningkatan kadar
prolaktin dan kadar Lutheinizing Hormon (LH) berhubungan erat dengan masalah
psikis. Kecemasan dan ketegangan cenderung mengacaukan kadar LH, serta
kesedihan dan murung cenderung meningkatkan prolaktin. Kadar prolaktin yang
tinggi dapat mengganggu pengeluaran LH dan menekan hormon gonadotropin
yang mempengaruhi terjadinya ovulasi.
Pasangan suami istri yang mengalami infertilitas sering kali mengalami
perasaan tertekan terutama pihak wanita yang pada akhirnya dapat jatuh pada
keadaan depresi, cemas dan lelah yang berkepanjangan. Perasaan yang dialami
para wanita tersebut timbul sebagai akibat dari hasil pemeriksaan, pengobatan dan
penanganan yang terus menerus tidak membuahkan hasil. Hal inilah yang
mengakibatkan wanita merasa kehilangan kepercayaan diri serta perasaan tidak
enak terhadap diri sendiri, suami dan keluarga ataupun lingkungan dimana wanita
itu berada.
Keadaan wanita yang lebih rileks ternyata lebih mudah hamil
dibandingkan dengan wanita yang selalu dalam keadaan stres. Adapun perasaan
tertekan atau tegang yang dialami wanita tersebut berpengaruh terhadap fungsi
hipotalamus yang merupakan kelenjar otak yang mengirimkan sejumlah sinyal
untuk mengeluarkan hormon stres keseluruh tubuh. Hormon stress yang terlalu
banyak keluar dan lama akan mengakibatkan rangsangan yang berlebihan pada
jantung dan melemahkan sistem kekebalan tubuh. Kelebihan hormon stres juga
dapat mengganggu keseimbangan hormon, sistem reproduksi ataupun kesuburan.
Pernyataan ini seperti dikemukakan oleh Mark Saver pada penelitiannya tahun
1995, mengenai Psychomatic Medicine yangmenjelaskan bahwa wanita dengan
riwayat tekanan jiwa kecil kemungkinan untuk hamil dibandingkan dengan wanita
yang tidak mengalaminya. Hal ini terjadi karena wanita tersebut mengalami
ketidakseimbangan hormon (hormon estrogen). Kelebihan hormon estrogen akan
memberikan sinyal kepada hormon progesteron untuk tidak berproduksi lagi
karena kebutuhannya sudah mencukupi. Akibatnya akan terjadi kekurangan
hormon progesteron yang berpengaruh terhadap proses terjadinya ovulasi.
2.3 Penyakit Yang Menyebabkan Infertilitas
2.3.1 Endometriosis
Endometriosis adalah jaringan endometrium yang semestinya berada di
lapisan paling dalam rahim (lapisan endometrium) terletak dan tumbuh di tempat
lain. Endometriosisbisa terletak di lapisan tengah dinding rahim (lapisan
myometrium) yang disebut jugaadenomyosis, atau bisa juga terletak di indung
telur, saluran telur, atau bahkan dalam rongga perut.Gejala umum penyakit
endometriosis adalah nyeri yang sangat pada daerah panggul terutama pada saat
haid dan berhubungan intim, serta tentu saja infertilitas.
2.3.2 Infeksi Panggul
Infeksi panggul adalah suatu kumpulan penyakit pada saluran reproduksi
wanita bagian atas, meliputi radang pada rahim, saluran telur, indung telur, atau
dinding dalam panggul. Gejala umum infeksi panggul adalah: nyeri pada daerah
pusar ke bawah (pada sisi kanan dan kiri), nyeri pada awal haid, mual, nyeri saat
berkemih, demam, dan keputihan dengan cairan yang kental atau berbau. Infeksi
panggul memburuk akibat haid, hubungan seksual, aktivitas fisik yang berat,
pemeriksaan panggul, dan pemasangan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim,
misalnya: spiral).
2.3.3 Mioma Uteri
Mioma uteri adalah tumor (tumor jinak) atau pembesaran jaringan otot
yang ada di rahim.Tergantung dari lokasinya, mioma dapat terletak di lapisan luar,
lapisan tengah, atau lapisan dalam rahim.Biasanya mioma uteri yang sering
menimbulkan infertilitas adalah mioma uteri yang terletak di lapisan dalam
(lapisan endometrium). Mioma uteribiasanya tidak bergejala. Mioma aktif saat
wanita dalam usia reproduksi sehingga -saat menopause- mioma uteri akan
mengecil atau sembuh.
2.3.4 Polip
Polip adalah suatu jaringan yang membesar dan menjulur yang biasanya
diakibatkan olehmioma uteri yang membesar dan teremas-remas oleh kontraksi
rahim.Polip dapat menjulur keluar ke vagina. Polip menyebabkan pertemuan
sperma-sel telur dan lingkunganuterus terganggu, sehingga bakal janin akan susah
tumbuh.
2.3.5 Saluran Telur yang Tersumbat
Saluran telur yang tersumbat menyebabkan sperma tidak bisa bertemu
dengan sel telur sehingga pembuahan tidak terjadi alias tidak terjadi
kehamilan.Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui saluran telur yang
tersumbat adalah dengan HSG (Hystero Salpingo Graphy), yaitu semacam
pemeriksaan röntgen (sinar X) untuk melihat rahim dan saluran telur.
2.3.6 Sel Telur
Kelainan pada sel telur dapat mengakibatkan infertilitas yang umumnya
merupakan manifestasi dari gangguan proses pelepasan sel telur (ovulasi).
Delapan puluh persen penyebab gangguan ovulasi adalah sindrom ovarium
polikistik.Gangguan ovulasi biasanya direfleksikan dengan gangguan haid. Haid
yang normal memiliki siklus antara 26-35 hari, dengan jumlah darah haid 80 cc
dan lama haid antara 3-7 hari. Bila haid pada seorang wanita terjadi di luar itu
semua, maka sebaiknya beliau memeriksakan diri ke dokter.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Infertilitas adalah ketidakmampuan untuk hamil setelah sekurang-kurangnya
satu tahun berhubungan seksual sedikitnya empat kali seminggu tanpa kontrasepsi
( Strigh B, 2005 : 5 ).
Infertilitas adalah bila pasangan suami istri, setelah bersanggama secara
teratur 2-3 kali seminggu, tanpa memakai metode pencegahan belum mengalami
kehamilan selama satu tahun (Mansjoer, 2004 : 389).
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pasangan suami istri
dianggap infertilitas apabila memenuhi syarat:
1. Pasangan suami istri berkeinginan untuk memiliki anak.
2. Selama 1 tahun atau lebih berhubungan seks, istri belum mendapat
kehamilan.
3. Frekuensi hubungan seks minimal 2-3 kali dalam setiap minggunya.
4. Istri maupun suami tidak pernah menggunakan alat atau metode
kontrasepsi, baik kondom, obat-obatan, dan alat lain yang berfungsi
untuk mencegah kehamilan.
3.2 Saran
Kami sebagai penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, kedepannya kami akan lebih terperinci dalam menganalisis materi
dengan sebaik-baiknya. Dan kepada penulis selanjutnya agar dapat melengkapi
makalah ini dengan sebaik-baiknya dengan merujuk kepada sumber-sumber yang
jelas dan dapat dipertanggungjawabkan.

12
DAFTAR PUSTAKA
Saraswati, Andini. Infertility. 2015;(5)
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/articel/download/ diunduh
pada tanggal 1 Februari 2018 pukul 11:05
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/27266/Chapter%20II.pdf?
sequence=4diunduh pada tanggal 30 Januari2018 pukul 20:00
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/41554/Chapter
%20II.pdf;jsessionid=433D38DEECCC4F1C3B3ACB4726B5F7FD?
sequence=4 diunduh pada tanggal 30 Januari 2018 pukul 20:01

13

Anda mungkin juga menyukai