Anda di halaman 1dari 18

TUGAS KESEHATAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN DAN PERKOTAAN

( MAKALAH PENGOLAHAN LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT )

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK IV

MUH ADNIN S ALISTA ( K201502029 )


IPAN ARIADI ( K201502038 )
HASNILA ( K201502061 )
ZATIANI MUTIA M ( K201502008 )

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


MANDALA WALUYA
KENDARI
2018/2019
Kata Pengatar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang
pengolahan limbah cair rumah sakit .
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk
masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Kendari , 12 April 2018

Penulis

ii
Daftar Isi

Kata Pengantar ............................................................................................................. i

Daftar Isi ........................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1

A. Latar Belakang ................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 2

C. Tujuan ................................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................ 3

A. Pengertian Limbah Cair ................................................................................... 3

B. Pengaruh Limbah Rumah Sakit Terhadap Lingkungan dan Kesehatan ...... 3

C. Upaya Pengelolaan Limbah Rumah Sakit ...................................................... 4

D. Teknologi Pengolahan Limbah ....................................................................... 6

BAB III STUDI KASUS ............................................................................................... 9

BAB IV PENUTUP ........................................................................................................ 12

Daftar Pustaka ............................................................................................................... 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Upaya untuk meningkatkan kesehatan masyarakat sebagai salah satu unsur
kesejahteraan umum, besar artinya bagi pengembangan sumber daya manusia Indonesia
seutuhnya. Masyarakat Indonesia pada masa yang akan datang diharapkan mampu
memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki
derajat kesehatan setinggi-tingginya.
Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan dengan inti kegiatan
pelayanan preventif, kuratif, rehabilitatif dan promotif. Kegiatan tersebut akan
menimbulkan dampak positif dan negatif. Dampak positif adalah meningkatnya derajat
kesehatan masyarakat, sedangkan dampak negatifnya antara lain adalah sampah dan
limbah medis maupun non medis yang dapat menimbulkan penyakit dan pencemaran
yang perlu perhatian khusus. Oleh karenanya perlu upaya penyehatan lingkungan rumah
sakit yang bertujuan untuk melindungi masyarakat dan karyawan akan bahaya
pencemaran lingkungan yang bersumber dari sampah maupun limbah rumah sakit.
Sampah atau limbah rumah sakit dapat mengandung bahaya karena dapat bersifat
racun, infeksius dan juga radioaktif. Selain itu, karena kegiatan atau sifat pelayanan yang
diberikan, maka rumah sakit menjadi depot segala macam penyakit yang ada di
masyarakat, bahkan dapat pula sebagai sumber distribusi penyakit karena selalu dihuni,
dipergunakan, dan dikunjungi oleh orang-orang yang rentan dan lemah terhadap
penyakit.
Pada tahun 1999, WHO melaporkan di Perancis pernah terjadi 8 kasus pekerja
kesehatan terinfeksi HIV, 2 di antaranya menimpa petugas yang menangani limbah
medis. Hal ini menunjukkan bahwa perlunya pengelolaan limbah yang baik tidak hanya
pada limbah medis tajam tetapi meliputi limbah rumah sakit secara keseluruhan. Namun,
berdasarkan hasil Rapid Assessment tahun 2002 yang dilakukan oleh Ditjen P2MPL
Direktorat Penyediaan Air dan Sanitasi yang melibatkan Dinas Kesehatan Kabupaten dan
Kota, menyebutkan bahwa sebanyak 648 rumah sakit dari 1.476 rumah sakit yang ada,
yang memiliki insinerator baru 49% dan yang memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah

1
(IPAL) sebanyak 36%. Dari jumlah tersebut kualitas limbah cair yang telah melalui
proses pengolahan yang memenuhi syarat baru mencapai 52% .
Hasil dari kualitas pengolahan limbah cair tidak terlepas dari dukungan
pengelolaan limbah cairnya. Suatu pengelolaan limbah cair yang baik sangat dibutuhkan
dalam mendukung hasil kualitas effluent sehingga tidak melebihi syarat baku mutu yang
ditetapkan oleh pemerintah dan tidak menimbulkan pencemaran pada lingkungan sekitar.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini yaitu :
1. Apa pengertian limbah cair ?
2. Apa saja pengaruh limbah cair rumah sakit bagi lingungan dan kesehatan ?
3. Bagaimana upaya pengolahan limbah cair rumah sakit ?
4. Bagaimana teknologi pengolahan limbah cair rumah sakit ?

C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui upaya pengelolaan
limbah cair di Rumah Sakit.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Limbah Cair
Limbah cair adalah cairan yang dianggap tidak lagi bermanfaat bagi pengguna
dan dibuang kembali ke lingkungan air. Secara umum ada kegiatan yang menjadi
sumber limbah cair yaitu antara lain kegiatan penduduk di perkotaan/pedesaan
(domestik), industri, pertanian, dan pertambangan. Limbah cair domestik terdiri dari
air limbah yang berasal dari perumahan dan pusat perdagangan maupun perkantoran,
hotel, rumah sakit, tempat-tempat umum, lalulintas, dll. Limbah RS mengandung
bermacam-macam mikroorganisme bergantung pada jenis RS dan tingkat
pengolahannya sebelum dibuang.
Limbah cair yang dihasilkan dari sebuah rumah sakit umumnya banyak
mengandung bakteri, virus, senyawa kimia, dan obat-obatan yang dapat
membahayakan bagi kesehatan masyarakat sekitar rumah sakit tersebut. Dari sekian
banyak sumber limbah di rumah sakit, limbah dari laboratorium paling perlu
diwaspadai. Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam proses uji laboratorium tidak
bisa diurai hanya dengan aerasi atau activated sludge. Bahan-bahan itu mengandung
logam berat dan inveksikus, sehingga harus disterilisasi atau dinormalkan sebelum
”dilempar” menjadi limbah tak berbahaya. Untuk foto rontgen misalnya, ada cairan
tertentu yang mengandung radioaktif yang cukup berbahaya. Setelah bahan ini
digunakan. limbahnya dibuang.
Banyak pihak yang menyadari tentang bahaya ini. Namun, lemahnya peraturan
pemerintah tentang pengelolaan limbah rumah sakit mengakibatkan hingga saat ini
hanya sedikit rumah sakit yang memiliki IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah)
khusus pengolahan limbah cairnya.

B. Pengaruh Limbah Rumah Sakit Terhadap Lingkungan dan Kesehatan


Pengaruh limbah rumah sakit terhadap kualitas lingkungan dan kesehatan dapat
menimbulkan berbagai masalah seperti :

3
1. Gangguan kenyamanan dan estetika
Ini berupa warna yang berasal dari sedimen, larutan, bau phenol,
eutrofikasi dan rasa dari bahan kimia organik.
2. Kerusakan harta benda
Dapat disebabkan oleh garam-garam yang terlarut (korosif, karat), air
yang berlumpur dan sebagainya yang dapat menurunkan kualitas bangunan di
sekitar rumah sakit.
3. Gangguan/kerusakan tanaman dan binatang
Ini dapat disebabkan oleh virus, senyawa nitrat, bahan kimia, pestisida,
logam nutrien tertentu dan fosfor.
4. Gangguan terhadap kesehatan manusia
Ini dapat disebabkan oleh berbagai jenis bakteri, virus, senyawa-senyawa
kimia, pestisida, serta logam seperti Hg, Pb, dan Cd yang berasal dari bagian
kedokteran gigi.
5. Gangguan genetik dan reproduksi
Meskipun mekanisme gangguan belum sepenuhnya diketahui secara pasti,
namun beberapa senyawa dapat menyebabkan gangguan atau kerusakan
genetik dan sistem reproduksi manusia misalnya pestisida, bahan radioaktif.

C. Upaya Pengelolaan Limbah Rumah Sakit


Pengolahan limbah pada dasarnya merupakan upaya mengurangi volume,
konsentrasi atau bahaya limbah, setelah proses produksi atau kegiatan, melalui proses
fisika, kimia atau hayati. Upaya pertama yang harus dilakukan adalah upaya
preventif yaitu mengurangi volume bahaya limbah yang dikeluarkan ke lingkungan
yang meliputi upaya mengurangi limbah pada sumbernya, serta upaya pemanfaatan
limbah. Program minimisasi limbah di Indonesia baru mulai digalakkan, bagi RS
masih merupakan hal baru, yang tujuannya untuk mengurangi jumlah limbah dan
pengolahan limbah yang masih mempunyai nilai ekonomis.
Berbagai upaya telah dipergunakan untuk mengungkapkan pilihan teknologi mana
yang terbaik untuk pengolahan limbah, khususnya limbah berbahaya antara lain
reduksi limbah (waste reduction), minimisasi limbah (waste minimization),

4
pemberantasan limbah (waste abatement), pencegahan pencemaran (waste
prevention) dan reduksi pada sumbemya (source reduction) (Hananto, 1999).
Reduksi limbah pada sumbernya merupakan upaya yang harus dilaksanakan
pertama kali karena upaya ini bersifat preventif yaitu mencegah atau mengurangi
terjadinya limbah yang keluar dan proses produksi. Reduksi limbah pada sumbernya
adalah upaya mengurangi volume, konsentrasi, toksisitas dan tingkat bahaya limbah
yang akan keluar ke lingkungan secara preventif langsung pada sumber pencemar, hal
ini banyak memberikan keuntungan yakni meningkatkan efisiensi kegiatan serta
mengurangi biaya pengolahan limbah dan pelaksanaannya relatif murah (Hananto,
1999). Berbagai cara yang digunakan untuk reduksi limbah pada sumbernya adalah
(Arthono, 2000) :
1. House Keeping yang baik, usaha ini dilakukan oleh rumah sakit dalam menjaga
kebersihan lingkungan dengan mencegah terjadinya ceceran, tumpahan atau
kebocoran bahan serta menangani limbah yang terjadi dengan sebaik mungkin.
2. Segregasi aliran limbah, yakni memisahkan berbagai jenis aliran limbah menurut
jenis komponen, konsentrasi atau keadaanya, sehingga dapat mempermudah,
mengurangi volume, atau mengurangi biaya pengolahan limbah.
3. Pelaksanaan preventive maintenance, yakni pemeliharaan/penggantian alat atau
bagian alat menurut waktu yang telah dijadwalkan.
4. Pengelolaan bahan (material inventory), adalah suatu upaya agar persediaan bahan
selalu cukup untuk menjamin kelancaran proses kegiatan, tetapi tidak berlebihan
sehiugga tidak menimbulkan gangguan lingkungan, sedangkan penyimpanan agar
tetap rapi dan terkontrol.
5. Pengaturan kondisi proses dan operasi yang baik: sesuai dengan petunjuk
pengoperasian/penggunaan alat dapat meningkatkan efisiensi.
6. Penggunaan teknologi bersih yakni pemilikan teknologi proses kegiatan yang
kurang potensi untuk mengeluarkan limbah B3 dengan efisiensi yang cukup
tinggi, sebaiknya dilakukan pada saat pengembangan rumah sakit baru atau
penggantian sebagian unitnya.

5
D. Teknologi Pengolahan Limbah
Teknologi pengolahan limbah medis yang sekarang jamak dioperasikan hanya
berkisar antara masalah tangki septik dan insinerator. Keduanya sekarang terbukti
memiliki nilai negatif besar. Tangki septik banyak dipersoalkan lantaran rembesan air
dari tangki yang dikhawatirkan dapat mencemari tanah. Terkadang ada beberapa
rumah sakit yang membuang hasil akhir dari tangki septik tersebut langsung ke
sungai-sungai, sehingga dapat dipastikan sungai tersebut mulai mengandung zat
medis.
Sedangkan insinerator, yang menerapkan teknik pembakaran pada sampah medis,
juga bukan berarti tanpa cacat. Badan Perlindungan Lingkungan AS menemukan
teknik insenerasi merupakan sumber utama zat dioksin yang sangat beracun.
Penelitian terakhir menunjukkan zat dioksin inilah yang menjadi pemicu tumbuhnya
kanker pada tubuh.
Yang sangat menarik dari permasalahan ini adalah ditemukaannya teknologi
pengolahan limbah dengan metode ozonisasi. Salah satu metode sterilisasi limbah
cair rumah sakit yang direkomendasikan United States Environmental Protection
Agency (U.S.EPA) tahun 1999. Teknologi ini sebenarnya dapat juga diterapkan untuk
mengelola limbah pabrik tekstil, cat, kulit, dan lain-lain.
1. Ozonisasi
Proses ozonisasi telah dikenal lebih dari seratus tahun yang lalu. Proses
ozonisasi atau proses dengan menggunakan ozon pertama kali diperkenalkan Nies
dari Prancis sebagai metode sterilisasi pada air minum pada tahun 1906.
Penggunaan proses ozonisasi kemudian berkembang sangat pesat. Dalam kurun
waktu kurang dari 20 tahun terdapat kurang lebih 300 lokasi pengolahan air
minum menggunakan ozonisasi untuk proses sterilisasinya di Amerika.
Dewasa ini, metode ozonisasi mulai banyak dipergunakan untuk sterilisasi
bahan makanan, pencucian peralatan kedokteran, hingga sterilisasi udara pada
ruangan kerja di perkantoran. Luasnya penggunaan ozon ini tidak terlepas dari
sifat ozon yang dikenal memiliki sifat radikal (mudah bereaksi dengan senyawa
disekitarnya) serta memiliki oksidasi potential 2.07 V. Selain itu, ozon telah dapat
dengan mudah dibuat dengan menggunakan plasma seperti corona discharge.

6
Melalui proses oksidasinya pula ozon mampu membunuh berbagai macam
mikroorganisma seperti bakteri Escherichia coli, Salmonella enteriditis, Hepatitis
A Virus serta berbagai mikroorganisma patogen lainnya (Crites, 1998). Melalui
proses oksidasi langsung ozon akan merusak dinding bagian luar sel
mikroorganisma (cell lysis) sekaligus membunuhnya. Juga melalui proses
oksidasi oleh radikal bebas seperti hydrogen peroxy (HO2) dan hydroxyl radical
(OH) yang terbentuk ketika ozon terurai dalam air. Seiring dengan perkembangan
teknologi, dewasa ini ozon mulai banyak diaplikasikan dalam mengolah limbah
cair domestik dan industri.

2. Ozonisasi Limbah Cair Rumah Sakit


Limbah cair yang berasal dari berbagai kegiatan laboratorium, dapur,
laundry, toilet, dan lain sebagainya dikumpulkan pada sebuah kolam equalisasi
lalu dipompakan ke tangki reaktor untuk dicampurkan dengan gas ozon. Gas ozon
yang masuk dalam tangki reaktor bereaksi mengoksidasi senyawa organik dan
membunuh bakteri patogen pada limbah cair.
Limbah cair yang sudah teroksidasi kemudian dialirkan ke tangki
koagulasi untuk dicampurkan koagulan. Lantas proses sedimentasi pada tangki
berikutnya. Pada proses ini, polutan mikro, logam berat dan lain-lain sisa hasil
proses oksidasi dalam tangki reaktor dapat diendapkan.
Selanjutnya dilakukan proses penyaringan pada tangki filtrasi. Pada tangki
ini terjadi proses adsorpsi, yaitu proses penyerapan zat-zat pollutan yang
terlewatkan pada proses koagulasi. Zat-zat polutan akan dihilangkan permukaan
karbon aktif. Apabila seluruh permukaan karbon aktif ini sudah jenuh, atau tidak
mampu lagi menyerap maka proses penyerapan akan berhenti, dan pada saat ini
karbon aktif harus diganti dengan karbon aktif baru atau didaur ulang dengan cara
dicuci. Air yang keluar dari filter karbon aktif untuk selanjutnya dapat dibuang
dengan aman ke sungai.
Ozon akan larut dalam air untuk menghasilkan hidroksil radikal (-OH),
sebuah radikal bebas yang memiliki potential oksidasi yang sangat tinggi (2.8 V),
jauh melebihi ozon (1.7 V) dan chlorine (1.36 V). Hidroksil radikal adalah bahan

7
oksidator yang dapat mengoksidasi berbagai senyawa organik (fenol, pestisida,
atrazine, TNT, dan sebagainya). Sebagai contoh, fenol yang teroksidasi oleh
hidroksil radikal akan berubah menjadi hydroquinone, resorcinol, cathecol untuk
kemudian teroksidasi kembali menjadi asam oxalic dan asam formic, senyawa
organik asam yang lebih kecil yang mudah teroksidasi dengan kandungan oksigen
yang di sekitarnya. Sebagai hasil akhir dari proses oksidasi hanya akan didapatkan
karbon dioksida dan air.
Hidroksil radikal berkekuatan untuk mengoksidasi senyawa organik juga
dapat dipergunakan dalam proses sterilisasi berbagai jenis mikroorganisma,
menghilangkan bau, dan menghilangkan warna pada limbah cair. Dengan
demikian akan dapat mengoksidasi senyawa organik serta membunuh bakteri
patogen, yang banyak terkandung dalam limbah cair rumah sakit.
Pada saringan karbon aktif akan terjadi proses adsorpsi, yaitu proses
penyerapan zat-zat yang akan diserap oleh permukaan karbon aktif. Apabila
seluruh permukaan karbon aktif ini sudah jenuh, proses penyerapan akan berhenti.
Maka, karbon aktif harus diganti baru atau didaur ulang dengan cara dicuci.
Dalam aplikasi sistem ozonisasi sering dikombinasikan dengan lampu
ultraviolet atau hidrogen peroksida. Dengan melakukan kombinasi ini akan
didapatkan dengan mudah hidroksil radikal dalam air yang sangat dibutuhkan
dalam proses oksidasi senyawa organik. Teknologi oksidasi ini tidak hanya dapat
menguraikan senyawa kimia beracun yang berada dalam air, tapi juga sekaligus
menghilangkannya sehingga limbah padat (sludge) dapat diminimalisasi hingga
mendekati 100%. Dengan pemanfaatan sistem ozonisasi ini dapat pihak rumah
sakit tidak hanya dapat mengolah limbahnya tapi juga akan dapat menggunakan
kembali air limbah yang telah terproses (daur ulang). Teknologi ini, selain
efisiensi waktu juga cukup ekonomis, karena tidak memerlukan tempat instalasi
yang luas.

8
BAB III
STUDI KASUS

1. Studi Kasus I
a. Kejadian Kasus
Hasil pengolahan air limbah rumah sakit dengan proses biofilter aerob
belum efektif dalam menurunkan kadar MPN coliform ini dapat di lihat dari
tingginya kadar MPN coliform di Rumah Sakit Umum Daerah Tulehu Provinsi
Masalah Maluku .
b. Sumber Masalah
Permasalahan tersebut di atas terjadi akibat disebabkan oleh bak khlorinasi
yang tidak berfungsi , sehingga tidak dapat menurunkan kandungan MPN
coliform secara efektif .
c. Solusi Permasalahan
Dengan melihat sumber permasalahan maka dapat di simpulkan solusi
yang tepat adalah perlunya di adakan perbaikan terhadap bak khlorisasi agar
berfungi kembali secara efektif , serta perlunya di adakan pengawasan terhadap
setiap tahap – tahap dalam IPAL tersebut agar semua komponen berfungsi secara
efektif .

2. Studi Kasus II
a. Kejadian Kasus
Effluent phospat dalam IPAL yang belum memenuhi baku mutu yang di
tetapkan oleh PERDA dan di buang ke sungai dalam keadaan kadar phospat yang
tidak memenuhi syarat , yaitu terjadi pada IPAL RSUD Kelet Jepara yang
menghasilakn effluent phospat yang belum memenuhi baku mutu yang ditetapkan
oleh Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah No.10 Tahun 2004.
b. Sumber dan Solusi Masalah
Berdasarkan sumber jurnal yang mengevaluasi IPAL RSUD Kelet Jepara ,
belum di ketuahui secara pasti penyebab dari masih tingginya kadar phospat pada
air limbah IPAL RSUD Kelet Jepara dan perlu penelitian yang lebih lanjut .

9
Namun upaya yang bisa di lakukan antara lain melakukan pengolahan pada cairan
bekas cuci pada bagian loundry dan cairan pembersih sebelum di buang ke dalam
saluran IPAL dan di coba untuk menambah tanaman bunga kana , phragmites sp ,
cyperus sp , typa sp , yang memiliki kemampuan menyerap phospat .

3. Studi Kasus III


a. Kejadian Kasus
Pengelolaan limbah padat dan limbah cair belum sepenuhnya sesuai dengan UKL
dan UPL serta SOP, terlihat dari tidak digunakannya TPS dan incinerator serta belum
selesainya pembangunan IPAL di RSUD Dr , Muhammad Zein Painan
b. Sumber Permasalahan
Tidak adanya tindak lanjut dari instansi terkait , terlihat dari tidak adanya laporan
pemantauan dan pengawasan dari instansi terkait .
c. Solusi Permasalahan
Di perlukannya tindak lanjut dari Dinas Kesehatan agar menindak lanjuti
permasalah tersebut diatas agar tidak terjadi pembiaran yang akan berakibat pada
kerusakan lingkungan dan terganggunya kesehatan akibat dampak dari limbah cair
tersebut .

4. Contoh Kasus IV
a. Kejadian Kasus
Sistem IPAL yang tidak memiliki penutup pada beberapa bak sehingga tidak
sesua dengan Kepmenkes RI No . 1204 / Menkes / SK / X / 2004 , kasus ini terjadi
pada RSUD Dr . Moewardi Surakarta .
b. Sumber Permasalah
Kurangnya perhatian instansi terkait terhadap dampak dari limbah cair rumah
sakit itu sendiri sehingga melakukan pembiaran terhadap keadaan teknis dari sistem
IPAL .

10
c. Solusi Permasalah
Perlunnya di lakukan peningkatan dan pengawasan oleh Dinkes setempat agar
tidak lagi di lakukan pembiaran terhadap masalah teknis dalam sistem IPAL di
Rumah Sakit terkait .

5. Studi Kasus V
a. Kejadian Kasus
Tingginya kadar NH3 dan PO4 pada limbah cair buangan oleh sistem IPAL yang
melebihi angka baku mutu . Kasus ini terjadi pada RSUD Jayapura .
b. Sumber Permasalahan
Kurangnya suplai oksigen dan perawatan pada sistem IPAL yang mengakibatkan
tingginya kadar NH3 dan PO4 yang melebihi angka baku mutu .
c. Solusi Permasalahan
Di perlukannya penambahan suplai oksigen pada sistem IPAL RSUD Jayapura
agar dapat mengurangi kadar NH3 dan PO4 pada pengolahan limbah cair yang di
hasilkan .

11
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Limbah cair adalah cairan yang dianggap tidak lagi bermanfaat bagi pengguna dan
dibuang kembali ke lingkungan air.
2. Limbah cair yang dihasilkan dari sebuah rumah sakit umumnya banyak mengandung
bakteri, virus, senyawa kimia, dan obat-obatan yang dapat membahayakan bagi
kesehatan masyarakat sekitar rumah sakit tersebut.
3. Pengaruh limbah rumah sakit terhadap kualitas lingkungan dan kesehatan dapat
menimbulkan berbagai masalah seperti :
a. Gangguan kenyamanan dan estetika
b. Kerusakan harta benda
c. Gangguan/kerusakan tanaman dan binatang
d. Gangguan terhadap kesehatan manusia
e. Gangguan genetik dan reproduksi
4. Pengolahan limbah pada dasarnya merupakan upaya mengurangi volume, konsentrasi
atau bahaya limbah, setelah proses produksi atau kegiatan, melalui proses fisika, kimia
atau hayati. Salah satunya adalah proses Reduksi Limbah.
5. Reduksi limbah pada sumbernya adalah upaya mengurangi volume, konsentrasi,
toksisitas dan tingkat bahaya limbah yang akan keluar ke lingkungan secara preventif
langsung pada sumber pencemar, hal ini banyak memberikan keuntungan yakni
meningkatkan efisiensi kegiatan serta mengurangi biaya pengolahan limbah dan
pelaksanaannya relatif murah.
6. Berikutnya, setelah tindakan preventif diatas, maka dilanjutkan dengan tahap pengolahan
limbah cair Rumah Sakit dengan menggunakan teknik ozonisasi. Salah satu metode
sterilisasi limbah cair rumah sakit yang direkomendasikan United States Environmental
Protection Agency (U.S.EPA) tahun 1999.
7. Limbah cair yang berasal dari berbagai kegiatan laboratorium, dapur, laundry, toilet, dan
lain sebagainya dikumpulkan pada sebuah kolam equalisasi lalu dipompakan ke tangki
reaktor untuk dicampurkan dengan gas ozon. Gas ozon yang masuk dalam tangki reaktor
bereaksi mengoksidasi senyawa organik dan membunuh bakteri patogen pada limbah
cair.

12
B. Saran
1. Sebaiknya rumah sakit mengelola limbahnya terutama limbah cair dengan benar.
Karena pengelolaan yang tidak tepat dapat menimbulkan berbagai macam kerugian.
2. Rumah sakit sebaiknya memiliki tempat pembuangan sendiri. Sehingga tidak dibuang
di sembarangan tempat yang dapat memberikan dampak negatif pada lingkungan
sekitar masyarakat.
3. Rumah sakit hendaknya memilih sistem pengelolaan limbah cair yang baik dan sesuai
dengan lingkungan agar tercipta keseimbangan antara host, agent, dan lingkungan
sekitar rumah sakit.

13
Daftar Pustaka

Nursafitri . 2015 . Makalah Pegolahan Limbah Cair Rumah Sakit . (


https://id.scribd.com/doc/48879633/Makalah-Limbah-Cair-Rumah-Sakit , Di Akses Pada
Tanggal 13 April 2018 )

Krubun Arsyad Ali , Dkk . 2013 . Studi Kualitas Limbah Cair di Rumah Sakit Umum Daerah
Tulehu Provinsi Maluku . Maluku : Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Hasanuddin .

Setyawan Budi Aris dan Hartini Eko , 2012 . Evaluasi Pengolahan Limbah Cair Rumah Sakit
Dengan Sistem Bio Natural . Jepara : Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro .

Permata Andhika Dewi , 2009 . Pola Pengolahan Limbah Rumah Sakit ( Studi Kasus Rumah
Sakit Umum Daerah Dr . Muhammad Zein Painan ) . Pesisir Selatan ; Univesitas Andalas

Ayuningtyas Dewi Ratna , 2009 . Proses Pengolahan Limbah Cair di RSUD Dr Moewardi
Surakarta . Surakarta : Universitas Sebelas Maret Surakarta

Prastiwi Rhamadanti Priska , 2015 . Studi Evaluasi Instalasi Pengolahan Air Limbah Pada
Rumah Sakit Umum Jayapura . Malang : Fakultas Teknik Jurusan Teknik Pengairan
Universitas Brawija .

14
15

Anda mungkin juga menyukai