Anda di halaman 1dari 3

NAMA : ANDINFAISAL NAHARUDDIN

NIM : 16702251042

Arti Rp. 4 ribu dalam Menyelami Nilai Pancasila

“Pancasila dasar negara, Rakyat adil makmur sentosa, Pribadi bangsaku,


Ayo maju maju, Ayo maju maju, Ayo maju maju”. Sepenggal lagu Garuda
Pancasila ini mengingatkan kita saat awal memasuki bangku sekolah dasar. Lagu
ini sangat sering kita dengar dan bahkan menjadi kebanggan tersendiri jika
mampu untuk menghafalnya. Tapi apakah kita tahu, Pancasila sendiri dibuat oleh
siapa? Lagu Garuda Pancasila yang dengan indah dinyanyikan oleh masa aksi 299
yang menolak kebangkitan PKI dan Perppu Ormas di luar gedung DPR itu dibuat
oleh siapa? Lagu ini diciptakan oleh seniman lembaga kebudayaan rakyat (Lekra)
bernama Sudharnoto pada tahun 1956.
Pancasila sebagai ideologi terbukti sebagai 'pohon' bangsa yang kokoh
dari berbagai gangguan selama berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) artinya bahwa perkembangan Pancasila itu seperti 'pohon' kehidupan
Indonesia. Perjalanan bangsa ini dengan ideologi Pancasila tidak akan selamanya
baik bila tidak dirawat dan dipelihara. Pancasila harus selalu dipupuk dan
dipelihara agar tetap tumbuh mengayomi NKRI di sepanjang masa. Pancasila
merupakan ideologi bangsa yang mengandung nilai-nilai luhur untuk
mempersatukan berbagai keragaman.
Untuk memperkuat pemahaman dan pengamalannya di masyarakat maka
selayaknya 5 sila yang ada di Pancasila itu harus diwujudkan dalam kehidupan
masyarakat, dengan demikian Indonesia bisa menjadi negara yang damai, adil,
dan makmur sesuai dengan sila kelima yaitu ‘ Keadilan Sosial Bagi Seluruh
Rakyat Indonesia’. Penguatan kembali nilai Pancasila adalah cara terbaik untuk
kembali menguatkan jati diri bangsa ini dari berbagai gangguan dan ancaman
ideologi asing.
Jika kita menengok sejarah dari perjalanan bangsa yang terjadi bahwa
nilai-nilai Pancasila dalam kelima sila itu adalah hasil kompromi tokoh-tokoh
bangsa, baik dari kaum nasionalis islami dan nasionalis sekuler. Saat sebelum
kemerdekaan, terjadi perdebatan antara dua kelompok itu terkait dasar negara.
Tapi setelah melalui proses musyawarah, terjadilah kompromi yang akhirnya
diberi nama Pancasila. ujar Guru Besar Sosiologi Agama Universitas Islam
NAMA : ANDINFAISAL NAHARUDDIN
NIM : 16702251042

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Bambang Pranowo, Selasa (3/10).


Pada Satu Oktober, rakyat Indonesia yang ingat akan merayakan hari kesaktian
Pancasila. Hari ini dikukuhkan sebagai pengingat bahwa meski ada upaya
pemberontakan, penggantian idiologi negara, tapi Indonesia masih tetap kukuh
sebagai bangsa yang satu dan berdaulat. NKRI ini tetap berlangsung dan berjalan
harmonis karena kekuatan dari nilai-nilai Pancasila itu. Maka pemahaman nilai
Pancasila itu harus terus digalakkan, terutama kepada para generasi muda.
Lain lagi halnya dengan puluhan mahasiswa-mahasiswi dari berbagai
perguruan tinggi DIY yang menyelami nilai Pancasila melalui keikutsertaan
terhadap kegiatan yang dilaksanakan oleh kerjasama antara Badan Kesatuan
Bangsa dan Politik (Kesbangpol) DIY, Pusat Study Pancasila UGM, dan Kopertis
Wilayah V. Dilansir oleh Tribun Jogja (28/9/17), Pembekalan dengan tema
Pembaruan Kebangsaan Angkatan II 2017 dilaksanakan di Desa Pucung rejo,
Wukirsari, Imogiri, Bantul pada tanggal 25 sampai 27 September 2017. Selama
pelaksanaan kegiatan tersebut peserta diberikan motivasi, bukan hanya itu tapi
peserta diajak berbaur dengan masyarakat di Desa Pucungrejo dengan ikut serta
mengerjakan pekerjaan yang banyak dilakukan warga sekitar. Diantaranya
membuat anyaman bambu, wayang kulit dan penangkaran burung. Kegiatan tidak
sampai disitu, ada hal yang menarik dari kegiatan tersebut dimana peserta
diajarkan untuk bisa belajar mencari uang sebagai pemahaman nilai-nilai
pemerintahan dan cara menghargai keberagaman dalam keberagaman.
Melalui simulasi bekerja, peserta akan mendapat uang kertas tiruan
sebagai bayaran atas pekerjaan yang mereka lakukan. Putri Laoli salah satu
peserta yang studi di STPMD ‘APMD’ Yogyakarta mendapat RP 4 ribu dari hasil
memijat dan bersih-bersih kaca karena tidak memiliki keterampilan untuk
membuat kerajinan. “Saya jadi tahu kalau cari uang itu susah” ujar wanita asal
Pulau Nias itu. Ini salah satu rangkaian pemberian materi dalam bembekalan
yang bisa langsung dipraktekkan. Menurut Heri Santoso Kepala Pusat Studi
Pancasila UGM mengatakan, bekerja agar mendapat uang kertas menjadi salah
satu cara agar peserta merasakan betapa sulitnya mencari uang. “Agar mereka
bisa menghargai apa ang mereka dapat, dan semakin sadar bahwa orang tua
NAMA : ANDINFAISAL NAHARUDDIN
NIM : 16702251042

mereka harus bekerja keras untuk menghidupi mereka” manfaat yang bisa dipetik
kata Heri.
Makna lain yang terkandung dalam kegiatan Pembauran Kebangsaan
adalah dengan berbaurnya peserta dengan masyarakat akan melatih kemampuan
peserta untuk berfikir logis, sistematis, kritis, dan kreatif. Selain itu melatih
kecerdasan emosional diantaranya kemampuan berempati, adaptasi lingkungan,
sinergi dan kolaborasi dengan masyarakat melalui gotong royong.

Anda mungkin juga menyukai