Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

SIFAT FISIK DAN INDERAWI

ACARA III
UJI SKORING

OLEH

ALFIATUZZAHROK
J1A 015 005
KELOMPOK I

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PANGAN DAN AGROINDUSTRI
UNIVERSITAS MATARAM
2017
HALAMAN PENGESAHAN

Mataram, 19 Mei 2017


Mengetahui,
Co. Asst Praktikum Sifat Fisik dan Indrawi Praktikan,

Roni Kurnia Putra Alfiatuzzahrok


NIM. J1A 014 109 NIM. J1A 015 005
ACARA III
UJI SKORING

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Zaman sekarang ini penggunaan kemampuan indera manusia dalam dunia
industri dan usaha telah meluas. Masyarakat luas baik sebagai konsumen ataupun
sebagai manusia sosial juga sudah biasa menggunakan kemampuan indera
manusia untuk menilai benda-benda kebutuhan sehari-hari atau untuk apresiasi
lingkungan. Dalam dunia industri dan ilmu pengetahuan, kemampuan indera
manusia untuk menilai atau apresiasi disebut penilaian organoleptik.
Penilaian organoleptik didasarkan pada proses penginderaan. Bagian
organ tubuh yang berperan dalam penginderaan adalah mata, telinga, indera
pencicip, indera pembau dan indera perabaan atau sentuhan. Kemampuan alat
indera memberikan kesan atau tanggapan dapat dianalisis atau dibedakan
berdasarkan jenis kesan. Luas daerah kesan adalah gambaran dari sebaran atau
cakupan alat indera yang menerima rangsangan. Kemampuan memberikan kesan
dapat dibedakan berdasarkan kemampuan alat indra memberikan reaksi atas
rangsangan yang diterima. Kemampuan tersebut meliputi kemampuan mendeteksi
(detection), mengenali (recognition), membedakan (discrimination),
membandingkan (scalling) dan kemampuan menyatakan suka atau tidak suka
(hedonik) (Saleh, 2004).
Tingkat kesukaan konsumen terhadap suatu produk memang berbeda-
beda. Untuk mengatasi hal itu dapat dilakukan dengan cara uji skoring terhadap
produk yang akan dipasarkan yang berguna sebagai gambaran akan tingkat
kesukaan konsumen terhadap produk. Oleh sebab itu, uji skoring menjadi sangat
penting dilakukan oleh para produsen, khususnya yang bergerak dalam industri
pangan yaitu sebagai bahan evaluasi yang nantinya akan berguna sebagai bahan
pembelajaran untuk mengurangi kelemahan-kelemahan yang ada pada produk dan
dapat menciptakan sebuah inovasi baru dan meningkatkan kualitas produk
(Oktrafina, 2010). Oleh karena itu, praktikum uji skoring ini perlu dilakukan.

Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari cara
melakukan uji skoring dalam pengkelasan mutu produk pangan berdasarkan satu
sifat mutu spesifik dari produk tersebut.
TINJAUAN PUSTAKA

Evaluasi sensori atau organoleptik adalah ilmu pengetahuan yang


menggunakan indera manusia untuk mengukur tekstur, penampakan, aroma dan
flavor produk pangan. Penerimaan konsumen terhadap suatu produk diawali
dengan penilaiannya terhadap penampakan, flavor dan tekstur. Oleh karena pada
akhirnya yang dituju adalah penerimaan konsumen, maka uji organoleptik yang
menggunakan panelis (pencicip yang telah terlatih) dianggap yang paling peka
dan karenanya sering digunakan dalam menilai mutu berbagai jenis makanan
untuk mengukur daya simpannya atau dengan kata lain untuk menentukan tanggal
kadaluwarsa makanan. Pendekatan dengan penilaian organoleptik dianggap paling
praktis lebih murah biayanya. (Anonim, 2006)
Uji organoleptik merupakan hasil reaksi fisikologik berupa tanggapan atau
kesan mutu oleh sekelompok orang yang disebut dengan panelis. Panelis adalah
sekelompok orang yang bertugas menilai sifat atau kualitas bahan berdasarkan
kesan subyektif. Soekarto (1985) mengelompokan panelis ke dalam enam
kelompok, yaitu panelis pencicipan perorangan, panelis pencicipan terbatas,
panelis terlatih, panelis agak terlatih dan, panelis konsumen (Suradi, 2007).
Pengujian organoleptik didasarkan pada proses penginderaan. Bagian
organ tubuh yang berperan dalam penginderaan adalah mata, telinga, indera
pencicip, indera pembau dan indera perabaan atau sentuhan. Kemampuan alat
indera memberikan kesan atau tanggapan dapat dianalisis atau dibedakan
berdasarkan jenis kesan. Luas daerah kesan adalah gambaran dari sebaran atau
cakupan alat indera yang menerima rangsangan. Kemampuan memberikan kesan
dapat dibedakan berdasarkan kemampuan alat indra memberikan reaksi atas
rangsangan yang diterima. Kemampuan tersebut meliputi kemampuan mendeteksi
(detection), mengenali (recognition), membedakan (discrimination),
membandingkan (scalling) dan kemampuan menyatakan suka atau tidak suka
(hedonik) (Saleh, 2004).
Seperti halnya pada skala mutu, pemberian skor juga dapat dikaitkandengan skala
hedonik. Banyaknya skala hedonik tergantung dari tingkatperbedaan yang ada dan
juga tingkat kelas yang dikehendaki. Dalam pemberianskor besarnya skor
tergantung pada kepraktisan dan kemudahan pengolahan daninterpretasi data.
Banyaknya skala hedonik biasanya dibuat dalam jumlah tidak terlalu besar,
demikian juga skor biasanya antara 1 – 10. Untuk skor hedonik biasanya dipilih
jumlah ganjil. Pemberian skor kadang-kadang menggunakan nilai positif dan
negatif. Nilai positif dapat diberikan untuk skala di atas titik balik atau titik netral,
nilai negatif untuk di bawah netral. Hal ini menghasilkan skor yang disebut skor
simetrik. Uji skoring merupakan uji yang menggunakan panelis terlatih dan benar-
benar tahumengenai atribut yang dinilai. Tipe pengujian skoring sering digunakan
untuk menilai mutu bahan dan intensitas sifat tertentu misalnya kemanisan,
kekerasan dan warna (Hastuti, 2008).
Penampakan merupakan parameter oganoleptik yang penting karena
merupakan sifat sensoris pertama dilihat oleh konsumen. Pada umumnya
konsumen memilih makanan yang memiliki penampakan menarik. Bau
merupakan daya tarik tersendiri dalam menentukan rasa enak dari produk suatu
makanan. Dalam hal ini bau lebih banyak dipengaruhi oleh indra pencium.
Umumnya bau yang dapat diterima oleh hidung dan otak lebih banyak merupakan
campuran dari 4 macam bau yaitu harum, asam, tengik dan hangus. Rasa
merupakan faktor penentu daya terima konsumen terhadap produk pangan. Faktor
rasa memegang peranan penting dalam pemilihan produk oleh konsumen. Rasa
merupakan respon lidah terhadap rangsangan yang diberikan oleh suatu makanan.
Pengindraan rasa terbagi menjadi empat rasa, yaitu manis, asin, pahit, dan asam.
Konsumen akan memutuskan menerima atau menolak produk dengan empat rasa
tersebut. Tekstur merupakan segala hal yang berhubungan dengan mekanik, rasa,
sentuhan, penglihatan dan pendengaran yang meliputi penilaian terhadap
kebasahan, kering, keras, halus, kasar, dan berminyak. Penilaian tekstur makanan
dapat dilakukan dengan menggunakan jari, gigi, dan langit-langit. Faktor tekstur
diantaranya adalah rabaan oleh tangan, keempukan dan mudah dikunyah
(Purwaningsih, 2011).
Menurut Susiwi (2009), uji skoring merupakan salah satu metode
pengujian organoleptik dalam evaluasi sensori. Pengujian tersebut merupakan tim
kerjasama yang diorganisasi secara rapi dan disiplin serta dalam suasana
antusiasme dan kesungguhan tetapi santai.
Uji skoring termasuk dalam jenis uji skalar dalam evaluasi sensori. Pada
uji skalar penelis diminta menyatakan besaran kesan yang diperolehnya. Besaran
ini dapat dinyatakan dalam bentuk besaran skalar atau dalam bentuk skala
numerik. Besaran skalar digambarkan dalam: pertama, bentuk garis lurus berarah
dengan pembagian skala dengan jarak yang sama. Kedua, pita skalar yaitu dengan
degradasi yang mengarah (seperti contoh degradasi warna dari sangat putih
sampai hitam). Sedangkan dalam skala numerik dinyatakan dengan angka yang
menunjukkan skor dari atribut mutu yang diuji. Dengan demikian uji skoring
merupakan jenis pengujian skalar yang dinyatakan dalam skala numerik. Uji
skoring juga dapat digunakan untuk mengetahui besarnya perbedaan kualitas
diantara beberapa produk sejenis dengan memberikan penilaian atau skor terhadap
sifat tertentu dari suatu produk (Susiwi, 2009).
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat Praktikum


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat, 21 April 2017 di Laboratorium
Pengendalian Mutu Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri Universitas
Mataram.

Alat dan Bahan Praktikum


a. Alat Praktikum
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum yaitu piring, sendok,
gelas, dan kertas label.
b. Bahan Praktikum
Adapun bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah kecap
SEDAAP, kecap BANGO, kecap INDOFOOD dan air mineral.

Prosedur Kerja

Disiapkan alat dan bahan yang digunakan

Dibuka sampel dari kemasan dan diletakkan diatas piring saji sebelum
diujikan

Diberikan kode tiga digit angka setiap sampel uji secara acak

Disajikan sampel satu persatu kepada panelis

Dianalisis data yang diperoleh dengan analisis ANOVA taraf nyata 5%

Dilakukan uji lanjut BNJ pada sampel untuk mengetahui beda nyata
dengan taraf nyata 5%
HASIL PENGAMATAN DAN HASIL PERHITUNGAN

Tabel 3.1 Hasil Pengamatan Uji Skoring


Kemanisan
No Nama ∑ ∑²
855 493 518
1 Adhe Hasurllah Mentu 5 2 4 11 121
2 Alfiatuzzahrok 4 3 4 11 121
3 Anggun Seftean Triana 4 2 5 11 121
4 Ardianti Rohmiatul Laily 5 4 3 12 144
5 Arindra Pemilia 4 3 3 10 100
6 Asri Budi Lestari 4 3 4 11 121
7 Ayu Febritania Q 4 2 3 9 81
8 Ayudia Lestari 3 3 4 10 100
9 Baiq Rahmayanti 5 5 5 15 225
10 Chatarina Simorangkir 4 3 4 11 121
11 Dian Hawazi 4 3 4 11 121
12 Dimy Azmy Agustini 5 4 4 13 169
13 Fatina Tsuroyya 4 4 5 13 169
14 Ida Bagus Suranaya 5 4 3 12 144
15 Indah Suciati 3 2 3 8 64
16 Indriani Damayanti 2 3 4 9 81
17 Kareem Munir Bageri 4 4 3 11 121
18 Lia Indriani 4 3 5 12 144
19 Murdi 5 4 3 12 144
20 Mutia Rusyada Lestari 4 4 5 13 169
21 Ni Made Eva Janawati Utari 3 2 4 9 81
22 Noviyanti 3 1 4 8 64
23 Nur Lili Nia Wulan 4 1 2 7 49
24 Sri Hartini 3 1 4 8 64
25 Widiyastuti 4 2 4 10 100
26 Wiwik Pratiwi 5 4 3 12 144
27 Zohratul Aini 4 2 5 11 121
Total 108 78 104 290 3204
Rata-rata 4,00 2,89 3,85 10,74 118,67
Keterangan: 1 = Sangat tidak manis
2 = Tidak manis
3 = Agak manis
4 = Manis
5 = Sangat manis

855 = Kecap INDOFOOD


493 = Kecap BANGO
518 = Kecap ABC

Hasil Perhitungan
a. ANOVA Uji Skoring pada Kecap Manis
Y..2
Faktor Koreksi (FK) =
tr
(108 + 78 + 104)2
=
3 × 27
= 1038,27
t r
Jumlah Kuadrat Total
= ∑ ∑ Y2ij - FK
(JKT) i=l j=l

= (52+22+42+…+52) – 1038,27
= 1122-1038,27
= 83,73
Jumlah Kuadrat Y2i..
= ∑ - FK
Sampel (JKS) r
{1082 + 782 + 1042 }
= - 1038, 27
27

= 1057,92-1038,27
= 19,65
2
Jumlah Kuadrat = ∑ Y.j. - FK
r
Panelis (JKP)
{112 + 112 + 112 …+112 }
= - 1038, 27
3
3204
= - 1038, 27
3

= 1068 – 1038, 27
= 29,73
Jumlah Kuadrat Galat
= JKT – JKS – JKP
(JKG)
= 83,73- 19,65 -29,73
= 34,35
Kuadrat Tengah JKS
=
Sampel (KTS) dbsampel
JKS
=
t-1
19,65
=
3-1
= 9,82
Kuadrat Tengah JKP
=
Panelis (JKP) dbpanelis
JKS
=
r-1
29,73
=
27-1
= 1,14
Kuadrat Tengah Galat JKS
=
(JKG) dbgalat
JKS
=
(t-1)(r-1)
34,35
=
(2).(26)
= 0,66
KTS
F Hitung sampel =
KTG
29,73
=
0,66
= 45,05
KTP
F Hitung panelis =
KTG
9,82
=
0,66
= 14,87
FTabel Sampel = 3,18
Ftabel Panelis = 1,72

Tabel 3.2 ANOVA untuk Uji Skoring tentang Kecap Manis


Sumber Keragaman DB JK KT FHitung Ftabel Signifikan
Perlakuan 2 19,65 9,82 14,87 3,18 S
Blok 26 29,73 1,14 45,05 1,72 S
Galat 52 34,35 0,66
Total 80 83,73

Kesimpulan
 Perlakuan (sampel) :
F hitung > F tabel, maka H0 ditolak (signifikan), artinya terdapat pengaruh nyata
perlakuan sampel terhadap tingkat kemanisan kecap tersebut.
 Blok (panelis) :
F hitung > F tabel, maka H0 ditolak (signifikan), artinya terdapat pengaruh yang
nyata dari perlakuan panelis terhadap tingkat kemanisan kecap tersebut.

b. Uji Lanjut dengan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ)


 Hipotesis :
H0 : µi = µj = µk (hasil perlakuan sama)
H1 : µi ≠ µj ≠ µk (hasil perlakuan berbeda)
 Taraf Nyata
α = 0,05
 Statistika Uji
KTG
BNJ = q α ; p ; dbG . √ r

0,66
= q 0,05 ; 3 ; 52 . √ 27

= 3,42 x 0,16

= 0,55

Tabel 3.3 Hasil Perbandingan Uji Lanjut BNJ

Sampel 855 518 493


4.00 3.85 2.89
493 2.89 1,11 0,96 0
518 3.85 0,15 0
855 4.00 0

855 518 493


c
ab
a

Tabel 3.4 Signifikansi Uji Skoring


Perlakuan Rerata Signifikan
855 4,00 A
493 2,89 Ab
518 3,85 C

c. Kesimpulan
 Tingkat kemanisan pada sampel 855 yaitu kecap manis INDOFOOD tidak
berbeda nyata dengan sampel 493 yaitu kecap manis BANGO tetapi, berbeda
nyata dengan sampel 518 yaitu kecap manis ABC.
 Tingkat kemanisan pada sampel 493 yaitu kecap BANGO dan pada sampel 855
yaitu kecap manis INDOFOOD berbeda nyata dengan sampel 518 yaitu kecap
manis ABC
 Tingkat kemanisan pada sampel 518 yaitu kecap manis ABC berbeda nyata
dengan sampel 493 yaitu kecap BANGO dan pada sampel 855 yaitu kecap
manis INDOFOOD.
PEMBAHASAN

Pengujian organoleptik mempunyai macam-macam cara. Cara-cara


pengujian itu dapat digolongkan dalam beberapa kelompok. Cara pengujian yang
paling populer adalah kelompok pengujian pembedaan (defference tests)
Pengujian pembedaan digunakan untuk menetapkan apakah ada perbedaan
sifat sensorik atau organoleptik antara dua contoh. Meski pun dalam pengujian
dapat saja sejumlah contoh disajikan bersama tetapi untuk melaksanakan
pembedaan selalu ada dua contoh yang dapat dipertentangkan (Pastiniasih, 2011).
Uji ranking merupakan uji yang digunakan untuk menilai produk atau
bahan pangan yang terbaik dan disukai oleh konsumen dengan cara mengurutkan
beberapa produk lalu dipilih mana yang paling baik yang akan digunakan, dan
yang paling jelek dihilangkan. Pada dasarnya mutu suatu produk pangan yang
spesifik dapat berupa bau, rasa, flavor, warna dan sebagainya mempunyai
pengaruh nyata di dalam menentukan derajat penerimaan konsumen terhadap
produk pangan tersebut. Dengan menggunakan uji ini, perubahan mutu produk
akibat perubahan atau perbaikan proses produksi dapat diukur dan diketahui
apakah produk tersebut sama, lebih baik atau bahkan lebih buruk dari pada produk
yang lama Secara umum menurut Kartika dkk. (2009) uji skoring merupakan uji
yang menggunakan panelis terlatih dan benar-benar tahu mengenai atribut yang
dinilai. Tipe pengujian skoring sering digunakan untuk menilai mutu bahan dan
intensitas sifat tertentu misalnya kemanisan, kekerasan, warna. Selain itu juga
digunakan untuk mencari korelsi pengukuran subyektif dengan obyektif dalam
rangka pengukuran obyektif (presisi alat).
Uji skoring digunakan untuk menilai mutu dan intensitas sifat tertentu
misalnya kemanisan, kekerasan, rasa, dan warna. Selain itu digunakan untuk
mencari korelasi pengukuran subjektif dalam menentukan presisi pengukuran
obyektif. Pentingnya uji skoring dalam bidang industri teknologi pangan adalah
guna untuk pemeriksaan mutu kualitas pengendalian proses, dan pengembangan
produk. Pada uji skoring dilakukan pengkodean terhadap sampel yang diuji.
penamaan contoh atau sampel harus sedemikian rupa sehingga panelis tidak dapat
menebak sampel berdasarkan penamaannya.dan untuk menghindari bias saat
pencicipan. Umumnya digunakan 3 (tiga) angka arab atau 3 (tiga) huruf secara
acak. Pada praktikum kali ini disediakan 3 jenis produk kecap manis yang berbeda
merk, kemudian dilakukan uji skoring pada ketiga kecap tersebut. Kecap
manis adalah sejenis kecap kental seperti sirup yang rasanya manis. Bahan baku
yang digunakan adalah kacang kedelai hitam, gula kelapa, garam, dan air. Kacang
kedelai hitam difermentasi selama beberapa bulan.
Kecap jenis ini sangat mudah ditemukan di Indonesia, dan menjadi salah
satu bahan masakan penting dalam masakan Indonesia, misalnya nasi goreng, mi
goreng, sate, tongseng, semur. Kecap manis juga kerap kali dicampur dengan
sambal menjadi sambal kecap. Kecap dapat dicampur bersama masakan ketika
dimasak, atau dinikmati sebagai saus. Berdasarkan data yang didapat dan telah
dilakukan perhitungan melalui metode anova didapatkan F hitung lebih besar dari
F table. Hal ini menunjukkan bahwa produk yang diuji (yaitu kecap INDOFOOD
(855), kecap BANGO (493) dan kecap ABC (518) berbeda nyata antar perlakuan.
Dengan demikian dilakukan uji lanjut yaitu uji BNJ yang dapat menyatakan
perbedaan diantara masing-masing perlakuan tersebut. Berdasarkan hasil
perhitungan uji lannjut BNJ dengan taraf nyata 5% didapatkan bahwa tingkat
kesukaan panelis terhadap masing-masing sampel kecap yang diujikan berbeda.
Tingkat kemanisan kecap pada sampel 855 berbeda nyata dengan sampel 493 dan
sampel 518. Tingkat kemanisan pada sampel 855 yaitu kecap manis INDOFOOD
tidak berbeda nyata dengan sampel 493 yaitu kecap manis BANGO, tetapi
berbeda nyata dengan sampel 518 yaitu kecap manis ABC. Tingkat kemanisan
pada sampel 493 yaitu kecap BANGO dan pada sampel 855 yaitu kecap manis
INDOFOOD berbeda nyata dengan sampel 518 yaitu kecap manis ABC. Tingkat
kemanisan pada sampel 518 yaitu kecap manis ABC berbeda nyata dengan
sampel 493 yaitu kecap BANGO dan pada sampel 855 yaitu kecap manis
INDOFOOD.
Ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam suatu
pengujian, antara lain motivasi, sensitivitas fisiologis, kesalahan psikologis, posisi
bias, sugesti, Expectation error, dan Convergen error. Untuk memperoleh hasil
pengujian yang berguna sangat tergantung pada terpeliharanya tingkat motivasi
secara memuaskan, tetapi motivasi yang buruk ditandai dengan pengujian terburu-
buru, melakukan pengujian semaunya, partisipasinya dalam pengujian tidak
sepenuh hati. Satu faktor penting yang dapat membantu tumbuhnya motivasi yang
baik ialah dengan mengusahakan agar panelis merasa bertanggung jawab dan
berkepentingan pada pengujian yang sedang dilakukan. Kedua, sensitivitas
fisiologis, faktor-faktor yang dapat mencampuri fungsi indera terutama perasa dan
pembauan. Ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan agar fungsi normal indera
perasa dan pembauan tidak tercampuri antara lain jangan melakukan pengujian
dalam periode waktu 1 jam setelah makan, jangan mempergunakan panelis yang
sedang sakit terutama yang mengganggu fungsi indera, pada pengujian rasa disarankan
kepada panelis untuk berkumur dengan air tawar sebelum melakukan pengujian
(Permadi, 2011).
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan, perhitungan dan pembahasan dapat diambil


kesimpulan sebagai berikut :
1. Pemberian skor adalah memberikan angka nilai atau menetapkan nilai mutu
sensorik terhadap bahan yang diuji pada jenjang mutu atau tingkat skala
hedonik.
2. skor tertinggi diperoleh pada kecap INDOFOOD (855) yaitu 108, kemudian
kecap ABC (518) dengan total skor 104, dan kecap BANGO (493) sejumlah
78.
3. Hasil analisis ragam (ANOVA) menunjukkan Ftabel lebih besar dari Fhitung,
sehingga diketahui terdapat pengaruh nyata antara ketiga sampel kecap manis
dari segi tingkat kemanisan.
4. Tingkat kemanisan kecap manis INDOFOOD tidak berbeda nyata dengan
kecap manis BANGO, tetapi berbeda nyata dengan kecap manis ABC.
Tingkat kemanisan kecap BANGO dan kecap manis INDOFOOD berbeda
nyata dengan kecap manis ABC. Tingkat kemanisan kecap manis ABC
berbeda nyata dengan kecap BANGO dan kecap manis INDOFOOD dari segi
tingkat kemanisan pada taraf 5%.
5. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam suatu pengujian, antara lain:
motivasi, sensitivitas fisiologis, kesalahan psikologis, posisi bias,
sugesti, Expectation error, dan Convergen error.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2006. Pengujian Organoleptik (Evaluasi Sensori) dalam Industri


Pangan. http://EbookPangan.com. (diakses pada tanggal 9 Mei 2017).
Hastuti., W. Supartono. 2008. Pedoman Uji Inderawi Bahan Pangan. PAU Pangan dan
Gizi UGM. Yogyakarta

Kartika, ., Pudji, H. dan Wahyu, S. 2009. Pedoman Uji Indrawi Bahan Pangani. Pusat
Antar Universitas Pangan dan Gizi. Yogyakarta.

Oktafrina dan Surfiana. 2010. BPP Evaluasi Sensoris. Politeknik Negeri


Lampung, Lampung.
Permadi, R. 2011. uji organoleptik metode duo trio dan triangle test. PT
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Purwaningsih, L. 2011.Uji pembeda. Bharatara Karya Aksara. Jakarta.
Saleh. 2004. Evaluasi Gizi pada Pengolahan Bahan Pangan. Bandung. Institut
Teknologi Bandung.
Suradi, Kusmajadi. 2007. Tingkat Kesukaan Bakso dari Berbagai Jenis Daging
Melalui Beberapa Pendekatan Statistik (The Hedonic Scaling of Meatball
from Various kind of Meat on Several Statistic Approached). JURNAL
ILMU TERNAK. Vol. 7 (1).
Susiwi S. 2009. Penilaian Organoleptik. Bandung : Fakultas Matematika dan
IlmuPengetahuan Alam, Uneversitas Pendidikan Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai