Anda di halaman 1dari 3

Isolasi dan Identifikasi Kapang Pengkontaminan pada Baglog Jamur Tiram serta Uji Inhibisinya

Claudia Natalica
Program studi Biologi, Universitas Surya, Gading Serpong, Tangerang

Abstrak:

PENDAHULUAN BAHAN DAN METODE


Jamur pangan merupakan salah satu bahan makanan
Pembuatan media tumbuh kapang pengkontaminan
alami yang banyak dibudidayakan karena bernilai ekonomi Media yang digunakan adalah Malt Extract Agar
yang cukup baik. Salah satu jamur pangan yang diproduksi (MEA) dengan formula malt extract 30,0; mycological
secara komersial terbesar adalah jamur tiram [1]. Di Cina, peptone 5,0; agar 15,0 (pH 5,4 ± 0.2 pada 25°C. Sebanyak 50
kultivasi jamur menjadi sektor agrikultur terbesar kelima gram MEA dicampurkan dengan 1 L air destilasi. Kemudian,
dengan keuntungan 24 miliar USD dan laju pertumbuhan dilakukan sterilisasi pada suhu 121°C selama 15 menit.
10% setiap tahunnya selama 30 tahun terakhir [2]. Setelah sterilisasi selesai dan suhu media sekitar 40°C,
Di Indonesia, jamur tiram dinilai layak untuk campurkan 10 mL suspensi antibiotik chloramphenicol.
dikembangkan karena bernilai ekonomi tinggi. Dalam pasar Tuang media ke cawan Petri dan biarkan membeku. Inkubasi
ekspor, Indonesia memiliki potensi yang lebih baik media pada suhu 37°C selama 1x24 jam dalam keadaan
dibandingkan dengan negara pesaing. Indonesia memiliki cawan Petri dibalik.
masa tumbuh jamur yang kontinu sepanjang tahun dan
memiliki keanekaragaman jamur yang baik untuk makanan
Isolasi kapang pengkontaminan dari baglog
pangan maupun fungsional seperti obat-obatan [3]. Kapang pengkontaminan dikoleksi secara langsung
Pada pengembangan usaha jamur tiram, terdapat dari baglog yang mengalami perubahan warna tampak secara
kendala seperti adanya pengkontaminan. Pengkontaminan ini visual, seperti adanya spot berwarna hijau, putih, kekuningan,
dapat menurunkan hasil panen jamur dengan cara hitam, abu-abu dan juga baglog yang terlihat mengalami
menghambat pertumbuhan dari miselia jamur pada baglog. perubahan warna menjadi berwarna lebih gelap pada bagian
Tingkat keparahan dari kontaminasi baglog jamur tiram atas atau mulut baglog [5] [6].
biasanya ditentukan oleh kualitas dari medium pertumbuhan
(kompos), jumlah spora di udara, dan fase pertumbuhan dari
Identifikasi Kapang Pengkontaminan
jamur pangan itu sendiri [4]. Densitas spora di udara dan Kapang pengkontaminan yang tumbuh pada MEA
berbagai faktor pendukung kontaminasi lainnya diidentifikasi secara makroskopis (laju pertumbuhan, warna
menyebabkan gagalnya kultivasi jamur tiram. koloni dan hifa, bentuk hifa secara tampak, serta bentuk dan
Pada penelitian yang dilakukan, pengkontaminan warna dalam keadaan reverse), mikroskopis (septasi hifa,
baglog jamur tiram yang berbentuk kapang (mikrofungi) bentuk spora/konidia, ukuran spora/konidia, bentuk dan
diisolasi dan diidentifikasi. Jenis kapang pengkontaminan ukuran konidiofor, serta fase seksual/aseksual bila
yang dominan terisolasi akan diuji kemampuan inhibisinya memungkinkan). Karakterisitik morfologi secara
terhadap jamur tiram itu sendiri secara in vitro. makroskopis dan mikroskopis mengacu pada buku Samson et
al. (1981), Pitt dan Hocking (1997), Barnett dan Hunter
(1998), dan Indrawati et al.(1999). Dilakukan pula
identifikasi secara molekuler dengan menggunakan ITS.

Uji kemampuan inhibisi kapang pengkontaminan


terhadap jamur tiram
Kapang pengkontaminan yang paling dominan
terisolasi dari baglog diujikan kemampuan inhibisinya
terhadap jamur tiram dengan menggunakan teknik dual-
culture. Persentase inhibisi dihitung berdasarkan formula
berikut ini: Kemampuan inhibisi = (A-b)/A x 100%; dimana
A adalah diameter koloni jamur tiram pada kontrol (mm) dan
B adalah diameter jamur tiram yang ditumbuhkan bersama
kapang pengkontaminan (mm) [6]

HASIL DAN PEMBAHASAN (menyusul, biar surprise)


REFERENSI (masih berantakan Bu, maafkan)
[1] Obodai M, Cleland-Okine J, Vowotor K. Comparative study
on the growth and yield of Pleurotus ostreatus mushroom on
different lignocellulosic by-products. Journal of Industrial
Microbiology and Biotechnology. 2003;30(3):146-9.
[2] Zhang Y, Geng W, Shen Y, Wang Y, Dai Y-C. Edible
Mushroom Cultivation for Food Security and Rural Development
in China: Bio-Innovation, Technological Dissemination and
Marketing. Sustainability. 2014;6(5):2961-73

[3] Analisis kelayakan finansial dan ekonomi budidaya jamur


tiram putih (Pleurotus ostreoatus) (Studi kasus PT Cipta
Daya Agrijaya di Kebun Percobaan Cikarawang IPB,
Darmaga, Bogor, Jawa Barat). Rizka Amalia Nugrahapsari

[4] Anastasi, A., G. C. Verese and V. F. Marchisio 2005 Isolation


and identification of fungal communities in compost and
vermicompost.Mycologia, 97(1): 33–44

[5] Wickreasinghe R, Abeywickrama K, Abeytunga D.T.U.


1999. Isolation and Identification of Fungi from Mushroom
Composts and Evalution of Their Biological Activity. J.
Natn. Sci. Foundation Sri Lanka 27 (1):29-40
[6] Suada et al., 2015. Fungal Contaminant Threaten Oyster
Mushroom (Pleurotus ostreatus (Jacq. Ex Fr.) Kummer)
Cultivation in Bali. J. Fac. Agr. Kyushu Univ 60 (2): 309-13

Anda mungkin juga menyukai