Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

KRISIS KEPEMPIMPINAN DI INDONESIA


Untuk Memenuhi Syarat Ujian Tengah Semester

Dosen Pengajar :
Mohamad Anas, M. Phil.

Muhamad Fauzan Birawanto


NIM : 155020307111049
Kelas : CE

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
JURUSAN AKUNTANSI
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jika berbicara masalah kepemimpinan, pastilah kita selalu berpikir pada sosok
seorang presiden, gubernur, walikota, bupati, pak camat atau pak kades bahkan. Namun
kepemimpinan bukanlah hanya berbicara masalah jabatan atau siapa yang menjadi
seorang pemimpin saja, melainkan memiliki makna yang lebih luas dan komprehensif
yaitu berkenaan dengan tugas. tugas seorang pemimpin, apa yang seharusnya dan tidak
seharusnya dilakukan (pemimpin sebagai role player), dan sifat-sifat bijak lainnya yang
dimiliki oleh sosok seorang pemimpin dalam hal mengatasi caruk maruk permasalahan
bangsa ini.
Sementara itu dalam realitasnya, bangsa Indonesia saat ini sedang mengalami masa.
masa “krisis” dalam hal kepemimpinan. Hal ini dibuktikan setiap kali momentum pemilu.
Banyak sekali wajah-wajah lama maupun baru yang menawarkan janji. janji akan
perubahan dan keadilan untuk rakyat dengan model kampanye yang bervariasi, namun
tidak satupun yang dapat mengubah penurunan angka golput di Indonesia di setiap
tahunnya. Perlu diketahui angka golput secara nasional menurut KPU Indonesia, setiap
tahunnya meningkat sebesar 5-10%. Yang paling terbesar adalah pada momentum pilpres
terakhir pada tahun 2009 kemarin yaitu telah mencapai sebesar 17%. Jika angka tersebut
dikonversi menjadi angka penduduk Indonesia yaitu sebesar 250 juta jiwa, angka golput
mencapai 42,5 juta jiwa. Belum lagi adanya upaya pencitraan politik yang saat ini mulai
popular dan mewarnai kondisi perpolitikan bangsa saat ini. Hal yang dilakukan bisa
sangat banyak, mulai dari pola “blusukan‟ yang mengesankan kedekatan pemimpin
dengan rakyat, bahwa sang pemimpin sangat memperhatikan dan responsive terhadap
kondisi memilukan rakyat. Ada juga yang dengan mempublikasikan bahwa dirinya adalah
seorang yang sederhana, rendah hati dan tidak sombong dari penerbitan sebuah
autobiografi dan sejenisnya. Belum lagi yang menggunakan symbol–symbol kebapakan,
keibuan, atau keluarga lainnya seperti pakde, bude, paklek, bulek dsb. Itu semua
bukanlah suatu masalah yang besar dalam hal mengenalkan konsep kepemimpinan atau
figur agar dapat di ingat atau diterima dengan mudah oleh rakyat. Namun, jika hal itu
yang sampai akhir ditawarkan sebagai suatu produk kebijakan namun tidak mampu
menyelesaikan permasalahan kemiskinan yang kian meningkat, penggangguran yang
semakin banyak, angka kriminalitas dan asusila yang semakin merebak, belum lagi
masalah pendidikan, korupsi, inefesiensi pelayanan public dan masih banyak lagi.
Kondisi krisis kepemimpinan tersebut merupakan fakta yang dapat kita pelajari dan
hadapi bersama selaku generasi muda. Bersamaan juga dengan konteks semangat hari
sumpah pemuda yang masih hangat, kita sebagai generasi muda seharusnya bisa “sedikit”
lebih kritis dan peka terhadap masalah krusial yang saat ini terjadi pada bangsa. Sikap
kritis tersebut bisa diwujudkan dalam bentuk mencari dan menggali pengetahuan social-
politik bangsa yang kedepannya mampu menjadi bekal untuk mengabdi di masyarakat
sebagai tenaga ahli sesuai dengan bidang dan kemampuan yang kita miliki masing–
masing saat ini. Perlu disadari juga, posisi kita sebagaithe agent of change merupakan
posisi strategis yang mampu mengubah nasib bangsa mulai dari saat ini dan mulai dari
belajar untuk sadar dan peka terhadap perkembangan global yang terjadi di tengah
masyarakat Indonesia saat ini. Bangsa Indonesia membutuhkan semangat dan realisasi
ilmu kita, jangan hanya hidup di zona aman yang apatis dan hidup mengalir mengikuti
rezim yang bergulir.

B. Rumusan Masalah
Ada beberapa masalah yang akan penulis bahas dalam makalah ini, masalah-masalah
tersebut antara lain adalah sebagai berikut :
1. Krisis kepempimpinan berdampak kepada krisis multidimensi
2. Apa penyebab dari krisis kepempimpinan itu sendiri?
3. Bagaimana cara mengatasi krisis kepempimpinan di Indonesia?

C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui berdampak pada apa saja krisis kepempimpinan itu
2. Untuk mengetahui apa penyebab dari krisis kepempimpinan itu
3. Untuk mengatahui solusi untuk mengatasi krisis kepempimpinan

BAB II
PEMBAHASAN
A. Dampak Krisis Kepempimpinan
Semakin terpuruknya kondisi bangsa Indonesia yang dapat dilihat dari berbagai Krisis
multidimensi yang terus-menerus berlangsung tanpa ada kepastian kapan akan berakhir,
ditandai dengan adanya banyaknya masalah yang timbul dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara mengharuskan berbagai pihak untuk peka, bertindak dan segera mencari solusi.
Berbagai krisis yang terjadi diantaranya adalah :
1. Krisis Ekonomi : semakin banyaknya aksi kejahatan dengan berbagai modus dan
motif. Ini mengakibatkan kehidupan masyarakat menjadi tidak aman dan nyaman.
Semakin banyaknya pengemis dan tuna wisma di setiap sudut kota di seluruh
Indonesia, semakin maraknya kasus bunuh diri dan anggota masyarakat yang
menderita sakit jiwa akibat himpitan ekonomi.
2. Krisis Moral : semakin banyaknya perilaku menyimpang dan di luar batas moral
yang dilakukan mulai dari anak sekolah sampai dengan anggota DPR dan para
pejabat di negeri ini. Makin maraknya kasus korupsi hampir di semua sektor
kehidupan yang makin hari nilainya makin besar dan dilakukan oleh para elit di
negeri ini yang kemudian diikuti oleh hampir semua lapisan masyarakat. Ini sungguh
suatu teladan yang memalukan dan menyedihkan.
3. Krisis Hukum : semakin maraknya perdagangan narkoba akibat dari tidak tegasnya
pemimpin negeri ini dalam menangani masalah narkoba. Dan semakin banyaknya
korban yang ditimbulkannya. Belum lagi terungkap ada begitu banyak para penegak
hukum yang nakal mulai dari kepolisian, kejaksaaan, hakim, bahkan jaksa agung.
4. Krisis Sosial : semakin maraknya konflik antar etnis atau aksi tawuran, baik di
kalangan intelektual bahkan terjadi di dalam kampus dan rumah sakit ataupun di
lingkungan masyarakat yang awam hukum. Banyaknya pengangguran.
5. Krisis Politik : semakin liarnya perilaku politisi yang senantiasa dipertontonkan
kepada masyarakat luas melalui berbagai media. Berbagai cara dilakukan oleh
sebagian politisi untuk mencapai dan mempertahankan kekuasaannya.
6. Krisis Agama : semakin kurangnya ketakutan manusia Indonesia pada penciptanya.
Ini terlihat dari maraknya aksi korupsi, tidak takut berbohong, tidak takut melakukan
perbuatan asusila, tidak peduli pada sesama yang membutuhkan, semakin banyaknya
aliran agama yang menyimpang dari ajaran yang benar selain tindakan main hakim
sendiri.
7. Krisis Budaya : semakin bebasnya dan suksesnya budaya asing masuk dan meracuni
sebagian besar anak muda di kota-kota besar, bahkan sampai di pelosok tanah air
karena hanya sekedar ikut-ikutan trend saat ini sehingga mereka begitu mengagung-
angungkan budaya asing dan melupakan budaya asli Indonesia.
8. Krisis Kedaulatan : semakin seringnya terjadi pelecehan dan ketidakadilan terhadap
para TKI di luar negeri, maraknya pengakuan-pengakuan atas budaya asli Indonesia
oleh negara tetangga Malaysia selain beberapa pulau dan perbatasan juga di”claim”
sebagai milik mereka. Tidak adanya kejelasan mengenai sumber daya alam yang
dieksplorasi secara kerjasama dengan pihak asing seperti PT Freeport akibat dari
lemahnya sumber daya manusia terutama para pemimpin.
9. Krisis Kepercayaan : melihat fenomena yang terjadi di dalam masyarakat, wajar
saja jika terjadi krisis kepercayaan masyarakat kepada banyak hal. Mulai dari kepala
pemerintahan, para penegak hukum, bahkan pada para medispun kepercayaan
masyarakat mulai luntur. Hal ini ditandai dengan semakin maraknya masyarakat
mampu yang berobat ke luar negeri
Semua hal tersebut menurut penulis adalah akibat dari tidak adanya sosok pemimpin
ideal yang bisa dijadikan panutan dan teladan bagi bangsa Indonesia. Tidak ada rasa
hormat pada para pemimpin di negeri ini. Malah rasa kecewa dan marah akibat para
pemimpin negeri ini yang begitu sewenang-wenang memanfaatkan kekuasaannya serta
menunjukkan sikap arogan dan tidak bertanggung jawab atas setiap permasalahan yang
ada di negeri ini. Mereka, para pemimpin hanya memikirkan diri sendiri dan
kelompoknya saja. Apapun yang berkaitan dengan kepentingan mereka dan
kelompoknya, itulah yang diprioritaskan untuk ditangani, demi menjaga keberlangsungan
kekuasaannya dan motivasi lain seperti untuk mencari kekayaan sebesar-besarnya melalui
kekuasaannya itu tanpa memikirkan nasib bangsa ini.

B. Penyebab Terjadinya Krisis Kepempimpinan


Mencari sosok ideal pemimpin yang bisa menjadi teladan dan mampu bertanggung
jawab serta amanah dalam menjalankan tugasnya saat ini bukanlah hal yang mudah.
Karena sejak era reformasi perubahan sistem memilih pemimpin menjadi semakin terlihat
sebagai suatu sistem demokrasi yang terlalu dipaksakan dan kurang matang. Jika politik
saat ini berbiaya tinggi maka calon yang menang adalah yang memiliki finansial kuat.
Karena dia mampu membiayai segala kebutuhan proses pemilihan sampai memperoleh
kedudukan. Biaya tersebut diantaranya adalah biaya sosialisai, atribut, biaya operasional
pra dan pasca kampanye, biaya operasional pra dan pasca pemilihan dan lain sebagainya.
Namun sayangnya calon yang mempunyai dukungan finansial yang kuat umumnya punya
kepentingan dan target pribadi maupun kelompok. Sehingga orang yang terpilih adalah
mereka yang tidak tulus, tidak amanah dan tidak kompeten. Akibatnya adalah berapapun
biaya yang dikeluarkan saat itu akan menjadi beban yang harus segera dikembalikan.
Inilah awal terjadinya korupsi dan krisis kepemimpinan.
Kekuasaan pasca reformasi memang semakin terbuka untuk diperebutkan. Ketika
zaman orde baru, berbicara masalah suksesi merupakan sesuatu yang amat tabu dan
menakutkan, namun sekarang orang boleh berharap untuk menjadi presiden atau wakil
presiden, sepanjang memiliki dukungan politik dan finansial yang kuat, bahkan dengan
pemilihan langsung rakyat memiliki daulat penuh untuk menentukan pemimpinnya.
Tidak heran jika akhirnya masyarakat “terpaksa” memilih pemimpin yang sudah
disediakan olehsistem dengan konsekuensi bahwa nantinya aspirasi masyarakat belum
tentu dapat didengar dan dilaksanakan dengan baik. Paling-paling hanya janji-janji surga
saat kampanye saja ataupun politik pencitraan saja yang akhir-akhir sedang marak-
maraknya dilakukan oleh pemimpin negeri ini. Dengan kata lain, tidak ada niat tulus dan
tanggung jawab dalam mengemban tugasnya. Padahal mungkin di luar sistem sana ada
ratusan orang yang tulus dan kompeten yang lebih pantas untuk menjadi pemimpin negeri
ini. Sungguh fakta yang sangat ironis
Pada akhirnya para elit hanya sibuk membicarakan dan mengurusi persoalan kursi
dan kekuasaan, maka persoalan-persoalan pokok yang dihadapi bangsa ini menjadi
terlupakan. Inilah awal terjadinya krisis multidimensi di negeri kita tercinta, Indonesia.
Upaya untuk mencari jalan keluar dari krisis dan mewujudkan kesejahteraan rakyat,
menjadi terabaikan dan hanya merupakan cita-cita semu. Akibat dari itu semua, nama
baik bangsa menjadi taruhan yang sangat mahal di dunia Internasional. Padahal pada
kenyataannya Indonesia adalah negara yang sangat kaya dengan berbagai sumber daya
alamnya, keluhuran budayanya dan kearifan masyarakatnya. Tapi itu semua menjadi tidak
berarti karena tidak bisa dikelola dan dimanfaatkan dengan baik oleh petinggi negeri ini.
Padahal merekalah yang mempunyai kewenangan dan kekuasaan yang sangat luas untuk
mengaturnya. Sungguh miris bukan? Bagaimana hal itu bisa terjadi? Ya. Bisa saja terjadi
bahkan sangat mungkin terjadi dan senantiasa berulang jika sistem yang ada sekarang
tidak diubah. Sayangnya untuk merubah sistem politik yang sudah ada tidak mudah dan
butuh banyak pertimbangan yang matang dan cermat karena ada berbagai kelompok
masyarakat dengan latar belakang yang berbeda seperti:
Kelompok masyarakat yang tidak senang terhadap perubahan sistem yang ada karena
mungkin mereka sudah sangat aman, nyaman dan segala kepentingannya sudah terpenuhi
maka menghindari perubahan. Selain mereka juga sudah memiliki kader penerus yang
mampu menjaga segala kepentingannya di berbagai aspek, baik ekonomi, politik, sosial,
hukum dan sebagainya demi memenuhi target pribadi dan kelompoknya. Kelompok
masyarakat yang malah tidak tahu cara untuk merubah karena minimnya pendidikan,
pengetahuan dan wawasan mereka.
Kelompok masyarakat yang tahu dan mengerti cara untuk merubah tapi tidak punya
kepentingan apapun terhadap pentingnya kekuasaan sehingga tidak peduli akan
pentingnya sebuah perubahan sistem politik itu.
Kelompok masyarakat yang tahu dan mengerti cara merubah tapi tidak mempunyai
kekuasaan dan kekuatan untuk mewujudkannya

C. Solusi Untuk Mengatasi Krisis Kepempimpinan


1. Menanamkan dan melaksanakan lebih dalam lagi pendidikan karakter yang memiliki
nilai-nilai positif yang bertujuan untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang
memiliki integritas, kemandirian, kejujuran, rasa saling menghormati, rasa takut akan
Tuhan, menjunjung tinggi rasa cinta kasih terhadap sesama, rasa keadilan, kerajinan, rasa
saling menghargai, rasa cinta terhadap tanah air dan bangsa, dan nilai-nilai positif lainnya
di semua jenjang dan jalur pendidikan baik formal, nonformal maupun informal. Dengan
demikian ouput dari proses pendidikan adalah manusia Indonesia yang berkarakter dan
bisa diandalkan untuk memperbaiki kondisi negeri ini.
2. Mengusulkan kepada pemerintah untuk lebih memperhatikan tata cara perekrutan
tenaga pendidik agar kualitas pendidikan dapat terjamin sehingga mampu menghasilkan
manusia Indonesia yang tangguh, berkualitas, kompeten dan mampu menghadapi
persaingan global. Hal ini penting dilakukan mengingat banyak tenaga pengajar yang
motivasinya hanya untuk mencari uang ataupun menjadi pendidik karena tidak ada
lowongan pekerjaan lain yang bisa menerimanya bekerja. Sehingga pekerjaan sebagai
guru ataupun pendidik bukan merupakan panggilan hidupnya. Inilah salah satu akar
penyebab rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia.
3. Pemerintah membuat media khusus untuk para pendidik yang isinya disesuaikan
dengan kebutuhan para pendidik demi meningkatkan wawasan, pengetahuan dan
kepekaan pendidik terhadap setiap fenomena yang terjadi di dalam masyarakat, sehingga
muncul upaya dari para pendidik untuk mencarikan solusi atas permasalah yang ada
sesuai dengan bidang dan kemampuannya.

BAB III
KESIMPULAN
Berbagai masalah yang menerpa negeri ini memang bersumber dari ketidakmampuan
para pemimpin negeri dalam mengelola negeri ini. Banyak hal yang menjadi penyebab
merosotnya kualitas pemimpin di negeri ini. Salah satunya adalah akibat dari proses
pemilihan pemimpin yang sudah tidak relevan lagi dengan kondisi bangsa ini sehingga
orang-orang yang tidak kompeten, tidak tulus, tidak amanah dan punya kepentingan
pribadi dan kelompoklah yang akhirnya terpilih menjadi pemimpin di negeri ini. Inilah
akhirnya yang menjadi faktor utama penyebab terjadinya krisis multidimensi di negeri ini
yang mengakibatkan tercorengnya nama baik Indonesia di dunia Internasional.
Melalui pendidikan karakter yang dilakukan di semua jenjang dan jalur pendidikan baik
formal, nonformal maupun informal. Karena pendidikan karakter merupakan salah satu
kunci terpenting dalam menciptakan pemimpin yang kompeten, tulus dan berkarakter
yang keberadaanya sangat dibutuhkan oleh negeri ini karena diyakini mampu
memperbaiki negeri ini dan mengembalikan nama baik bangsa Indonesia di dunia
Internasional, selain untuk mewujudukan cita-cita perjuangan bangsa Indonesia
sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. Pentingnya dilakukan perubahan
terhadap sistem politik di negeri ini, terutama dalam hal pemilihan pemimpin, karena
sebagaimana telah diuraikan sebelumnya bahwa sistem pemilihan pemimpin yang ada
saat ini tidak menjawab ataupun menghasilkan pemimpin yang amanah, tulus,
kompeten dan cakap yang mampu mengatasi masalahj

Anda mungkin juga menyukai