Makalah Pendidikan Kewarganegaraan 3
Makalah Pendidikan Kewarganegaraan 3
Dosen Pengajar :
Mohamad Anas, M. Phil.
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
JURUSAN AKUNTANSI
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jika berbicara masalah kepemimpinan, pastilah kita selalu berpikir pada sosok
seorang presiden, gubernur, walikota, bupati, pak camat atau pak kades bahkan. Namun
kepemimpinan bukanlah hanya berbicara masalah jabatan atau siapa yang menjadi
seorang pemimpin saja, melainkan memiliki makna yang lebih luas dan komprehensif
yaitu berkenaan dengan tugas. tugas seorang pemimpin, apa yang seharusnya dan tidak
seharusnya dilakukan (pemimpin sebagai role player), dan sifat-sifat bijak lainnya yang
dimiliki oleh sosok seorang pemimpin dalam hal mengatasi caruk maruk permasalahan
bangsa ini.
Sementara itu dalam realitasnya, bangsa Indonesia saat ini sedang mengalami masa.
masa “krisis” dalam hal kepemimpinan. Hal ini dibuktikan setiap kali momentum pemilu.
Banyak sekali wajah-wajah lama maupun baru yang menawarkan janji. janji akan
perubahan dan keadilan untuk rakyat dengan model kampanye yang bervariasi, namun
tidak satupun yang dapat mengubah penurunan angka golput di Indonesia di setiap
tahunnya. Perlu diketahui angka golput secara nasional menurut KPU Indonesia, setiap
tahunnya meningkat sebesar 5-10%. Yang paling terbesar adalah pada momentum pilpres
terakhir pada tahun 2009 kemarin yaitu telah mencapai sebesar 17%. Jika angka tersebut
dikonversi menjadi angka penduduk Indonesia yaitu sebesar 250 juta jiwa, angka golput
mencapai 42,5 juta jiwa. Belum lagi adanya upaya pencitraan politik yang saat ini mulai
popular dan mewarnai kondisi perpolitikan bangsa saat ini. Hal yang dilakukan bisa
sangat banyak, mulai dari pola “blusukan‟ yang mengesankan kedekatan pemimpin
dengan rakyat, bahwa sang pemimpin sangat memperhatikan dan responsive terhadap
kondisi memilukan rakyat. Ada juga yang dengan mempublikasikan bahwa dirinya adalah
seorang yang sederhana, rendah hati dan tidak sombong dari penerbitan sebuah
autobiografi dan sejenisnya. Belum lagi yang menggunakan symbol–symbol kebapakan,
keibuan, atau keluarga lainnya seperti pakde, bude, paklek, bulek dsb. Itu semua
bukanlah suatu masalah yang besar dalam hal mengenalkan konsep kepemimpinan atau
figur agar dapat di ingat atau diterima dengan mudah oleh rakyat. Namun, jika hal itu
yang sampai akhir ditawarkan sebagai suatu produk kebijakan namun tidak mampu
menyelesaikan permasalahan kemiskinan yang kian meningkat, penggangguran yang
semakin banyak, angka kriminalitas dan asusila yang semakin merebak, belum lagi
masalah pendidikan, korupsi, inefesiensi pelayanan public dan masih banyak lagi.
Kondisi krisis kepemimpinan tersebut merupakan fakta yang dapat kita pelajari dan
hadapi bersama selaku generasi muda. Bersamaan juga dengan konteks semangat hari
sumpah pemuda yang masih hangat, kita sebagai generasi muda seharusnya bisa “sedikit”
lebih kritis dan peka terhadap masalah krusial yang saat ini terjadi pada bangsa. Sikap
kritis tersebut bisa diwujudkan dalam bentuk mencari dan menggali pengetahuan social-
politik bangsa yang kedepannya mampu menjadi bekal untuk mengabdi di masyarakat
sebagai tenaga ahli sesuai dengan bidang dan kemampuan yang kita miliki masing–
masing saat ini. Perlu disadari juga, posisi kita sebagaithe agent of change merupakan
posisi strategis yang mampu mengubah nasib bangsa mulai dari saat ini dan mulai dari
belajar untuk sadar dan peka terhadap perkembangan global yang terjadi di tengah
masyarakat Indonesia saat ini. Bangsa Indonesia membutuhkan semangat dan realisasi
ilmu kita, jangan hanya hidup di zona aman yang apatis dan hidup mengalir mengikuti
rezim yang bergulir.
B. Rumusan Masalah
Ada beberapa masalah yang akan penulis bahas dalam makalah ini, masalah-masalah
tersebut antara lain adalah sebagai berikut :
1. Krisis kepempimpinan berdampak kepada krisis multidimensi
2. Apa penyebab dari krisis kepempimpinan itu sendiri?
3. Bagaimana cara mengatasi krisis kepempimpinan di Indonesia?
C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui berdampak pada apa saja krisis kepempimpinan itu
2. Untuk mengetahui apa penyebab dari krisis kepempimpinan itu
3. Untuk mengatahui solusi untuk mengatasi krisis kepempimpinan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Dampak Krisis Kepempimpinan
Semakin terpuruknya kondisi bangsa Indonesia yang dapat dilihat dari berbagai Krisis
multidimensi yang terus-menerus berlangsung tanpa ada kepastian kapan akan berakhir,
ditandai dengan adanya banyaknya masalah yang timbul dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara mengharuskan berbagai pihak untuk peka, bertindak dan segera mencari solusi.
Berbagai krisis yang terjadi diantaranya adalah :
1. Krisis Ekonomi : semakin banyaknya aksi kejahatan dengan berbagai modus dan
motif. Ini mengakibatkan kehidupan masyarakat menjadi tidak aman dan nyaman.
Semakin banyaknya pengemis dan tuna wisma di setiap sudut kota di seluruh
Indonesia, semakin maraknya kasus bunuh diri dan anggota masyarakat yang
menderita sakit jiwa akibat himpitan ekonomi.
2. Krisis Moral : semakin banyaknya perilaku menyimpang dan di luar batas moral
yang dilakukan mulai dari anak sekolah sampai dengan anggota DPR dan para
pejabat di negeri ini. Makin maraknya kasus korupsi hampir di semua sektor
kehidupan yang makin hari nilainya makin besar dan dilakukan oleh para elit di
negeri ini yang kemudian diikuti oleh hampir semua lapisan masyarakat. Ini sungguh
suatu teladan yang memalukan dan menyedihkan.
3. Krisis Hukum : semakin maraknya perdagangan narkoba akibat dari tidak tegasnya
pemimpin negeri ini dalam menangani masalah narkoba. Dan semakin banyaknya
korban yang ditimbulkannya. Belum lagi terungkap ada begitu banyak para penegak
hukum yang nakal mulai dari kepolisian, kejaksaaan, hakim, bahkan jaksa agung.
4. Krisis Sosial : semakin maraknya konflik antar etnis atau aksi tawuran, baik di
kalangan intelektual bahkan terjadi di dalam kampus dan rumah sakit ataupun di
lingkungan masyarakat yang awam hukum. Banyaknya pengangguran.
5. Krisis Politik : semakin liarnya perilaku politisi yang senantiasa dipertontonkan
kepada masyarakat luas melalui berbagai media. Berbagai cara dilakukan oleh
sebagian politisi untuk mencapai dan mempertahankan kekuasaannya.
6. Krisis Agama : semakin kurangnya ketakutan manusia Indonesia pada penciptanya.
Ini terlihat dari maraknya aksi korupsi, tidak takut berbohong, tidak takut melakukan
perbuatan asusila, tidak peduli pada sesama yang membutuhkan, semakin banyaknya
aliran agama yang menyimpang dari ajaran yang benar selain tindakan main hakim
sendiri.
7. Krisis Budaya : semakin bebasnya dan suksesnya budaya asing masuk dan meracuni
sebagian besar anak muda di kota-kota besar, bahkan sampai di pelosok tanah air
karena hanya sekedar ikut-ikutan trend saat ini sehingga mereka begitu mengagung-
angungkan budaya asing dan melupakan budaya asli Indonesia.
8. Krisis Kedaulatan : semakin seringnya terjadi pelecehan dan ketidakadilan terhadap
para TKI di luar negeri, maraknya pengakuan-pengakuan atas budaya asli Indonesia
oleh negara tetangga Malaysia selain beberapa pulau dan perbatasan juga di”claim”
sebagai milik mereka. Tidak adanya kejelasan mengenai sumber daya alam yang
dieksplorasi secara kerjasama dengan pihak asing seperti PT Freeport akibat dari
lemahnya sumber daya manusia terutama para pemimpin.
9. Krisis Kepercayaan : melihat fenomena yang terjadi di dalam masyarakat, wajar
saja jika terjadi krisis kepercayaan masyarakat kepada banyak hal. Mulai dari kepala
pemerintahan, para penegak hukum, bahkan pada para medispun kepercayaan
masyarakat mulai luntur. Hal ini ditandai dengan semakin maraknya masyarakat
mampu yang berobat ke luar negeri
Semua hal tersebut menurut penulis adalah akibat dari tidak adanya sosok pemimpin
ideal yang bisa dijadikan panutan dan teladan bagi bangsa Indonesia. Tidak ada rasa
hormat pada para pemimpin di negeri ini. Malah rasa kecewa dan marah akibat para
pemimpin negeri ini yang begitu sewenang-wenang memanfaatkan kekuasaannya serta
menunjukkan sikap arogan dan tidak bertanggung jawab atas setiap permasalahan yang
ada di negeri ini. Mereka, para pemimpin hanya memikirkan diri sendiri dan
kelompoknya saja. Apapun yang berkaitan dengan kepentingan mereka dan
kelompoknya, itulah yang diprioritaskan untuk ditangani, demi menjaga keberlangsungan
kekuasaannya dan motivasi lain seperti untuk mencari kekayaan sebesar-besarnya melalui
kekuasaannya itu tanpa memikirkan nasib bangsa ini.
BAB III
KESIMPULAN
Berbagai masalah yang menerpa negeri ini memang bersumber dari ketidakmampuan
para pemimpin negeri dalam mengelola negeri ini. Banyak hal yang menjadi penyebab
merosotnya kualitas pemimpin di negeri ini. Salah satunya adalah akibat dari proses
pemilihan pemimpin yang sudah tidak relevan lagi dengan kondisi bangsa ini sehingga
orang-orang yang tidak kompeten, tidak tulus, tidak amanah dan punya kepentingan
pribadi dan kelompoklah yang akhirnya terpilih menjadi pemimpin di negeri ini. Inilah
akhirnya yang menjadi faktor utama penyebab terjadinya krisis multidimensi di negeri ini
yang mengakibatkan tercorengnya nama baik Indonesia di dunia Internasional.
Melalui pendidikan karakter yang dilakukan di semua jenjang dan jalur pendidikan baik
formal, nonformal maupun informal. Karena pendidikan karakter merupakan salah satu
kunci terpenting dalam menciptakan pemimpin yang kompeten, tulus dan berkarakter
yang keberadaanya sangat dibutuhkan oleh negeri ini karena diyakini mampu
memperbaiki negeri ini dan mengembalikan nama baik bangsa Indonesia di dunia
Internasional, selain untuk mewujudukan cita-cita perjuangan bangsa Indonesia
sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. Pentingnya dilakukan perubahan
terhadap sistem politik di negeri ini, terutama dalam hal pemilihan pemimpin, karena
sebagaimana telah diuraikan sebelumnya bahwa sistem pemilihan pemimpin yang ada
saat ini tidak menjawab ataupun menghasilkan pemimpin yang amanah, tulus,
kompeten dan cakap yang mampu mengatasi masalahj