2017
1
DAFTAR ISI
i
J. Peran Petugas dari One Day School (ODS) ..................................... 18
K. Supervisi, Pelaporan dan Tindak Lanjut........................................... 19
L. Pembiayaan ................................................................................. 20
BAB IV PENUTUP ............................................................................. 30
ii
KATA PENGANTAR
Petunjuk Pelaksanaan ini diharapkan dapat menjadikan pedoman bagi pihak terkait
dalam memahami dan melaksanakan program kegiatan percepatan capaian APK-
APM melalui PJJ pada SMK di Jawa Barat.
iii
Bandung, Januari 2017
Kepala Dinas Pendidikan
Provinsi Jawa Barat
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini Propinsi Jawa Barat belum berhasil dalam hal pencapaian APM-APK
sesuai dengan yang diharapkan. Data pada tahun 2015-2016 capaian APK
pendidikan menengah Propinsi Jawa Barat 76% memiliki kesenjangan 10% dari
target pencapain APK SM yang ditetapkan. Hal ini ditunjukkan masih terdapat
247.067 siswa yang tidak melanjutkan ke tingkat sekolah menengah. Pada tahun
2014-2015 berdasarkan data lulusan sekolah menengah pertama/Madrasah
Tsanawiah (SMP/MTs) sebanyak 703.747 siswa. Sedangkan daya tampung
sekolah menengah hanya 469.567. Sehingga terdapat kesenjangan sebanyak
234.180 peserta didik yang tidak dapat melanjutkan pendidikan ke pendidikan
menengah.
Selain karena kondisi fisik sekolah menengah di Jawa Barat yang belum memiliki
daya tampung yang sesuai dengan kebutuhan, ada faktor lain yang
menyebabkan angka partisipasi sekolah menengah ini belum sesuai dengan
2
harapan. Di antaranya, rendahnya status ekonomi orang tua atau masyarakat
dan keterpencilan tempat tinggal siswa. Kedua hal ini menjadi kendala secara
sosial budaya maupun geografis untuk menjangkau pelayanan pendidikan.
B. Dasar Hukum
C. Tujuan
Juknis penyelenggaraan PJJ pada SMK ini disusun sebagai acuan bagi:
a. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota di Jawa Barat, kepala sekolah yang
menjadi sekolah induk, para guru dan tutor , penyelenggara TKB dan
tenaga administrasi yang terlibat langsung dalam penyelenggaraan PJJ
pada SMK;
b. Masyarakat setempat, para Pengelola Pendidikan di lapangan, yaitu para
Pengawas Pendidikan, para Pembina Pendidikan baik di tingkat Wilayah
maupun para pengambil kebijakan di tingkat Pemerintah Provinsi Jawa
Barat.
3
c. Kepala Balai Pengawasan dan Pelayanan Pendidikan,
d. Kadin Kota/Kabupaten , Kadin Provinsi Jawa Barat.
e. UMKM dan Perwakilan Indutri Nasional di Daerah
f. DU / DI.
g. Balai Latihan Kerja
h. Asosiasi Profesi.
D. Manfaat
4
BAB II
PENYELENGGARAAN PJJ PADA SMK
Dalam rangka penguatan kualitas dan daya saing sumber daya manusia di
Indonesia, Presiden Republik Indonesia telah mengeluarkan Instruksi Presiden No 9
Tahun 2016 mengenai revitalisasi sekolah menengah kejuruan. Dalam Inpres
tersebut diinstruksikan untuk menyusun peta kebutuhan tenaga kerja bagi lulusan
SMK dalam rangka meningkatkan kualitas dan daya saing lulusan SMK. Diduga kuat,
di Provinsi Jawa Barat, tenaga kerja informal tamatan SMP/MTs cukup mendominasi
penyerapan tenaga kerja dan mereka tidak melanjutkan sekolah ke SMK /MAK.
Mereka tidak melanjutkan karena membantu orang tuanya bekerja. Untuk itu,
dengan adanya pendidikan jarak jauh (PJJ) yang dilaksanakan di SMK, peserta didik
dapat tetap belajar tanpa meninggalkan pekerjaannya setiap hari untuk belajar.
Konsep PJJ pada SMK dikembangkan dengan kerjasama Dunia Usaha / Dunia
Industri, UMKM dan Asosiasi Profesi melalui naskah kerjasama dalam penyesuaian
kurikulum SMK PJJ sesuai dengan kebutuhan perusahaan tanpa mengurangi tingkat
kompetensi terstandar yang terdapat dalam Standar Kompetensi Lulusan SMK,
menyediakan peralatan praktik yang dibutuhkan oleh peserta didik di tempat
bekerja, menerima, menyediakan tempat, dan memberikan kesempatan bagi
peserta didik SMK PJJ untuk melakukan praktik kerja industri di perusahaannya,
menggunakan sebagian dana Corporate Social Responcibility (CSR) untuk
pembiayaan kegiatan praktik kerja industri peserta didik program PJJ, Pernyataan
persetujuanterhadappendirian program PJJ Program Keahlian atau Paket Keahlian
tertentu.
5
1. PJJ pada program keahlian dan kompetensi keahlian, diselenggarakan oleh
SMK, meliputi sebagian terbesar mata pelajaran. (Pasal 4 ayat (3) dan Pasal 5
ayat (2))
2. Peserta didik adalah tamatan SMP/MTs yang pada saat pendaftaran berusia
tidak lebih dari 21 tahun. Peserta didik diberlakukan sebagai siswa SMK yang
terdaftar pada SMK penyelenggara PJJ, dan mendapat NISN. (Pasal 17 ayat
(1) dan (2)
3. Pengorganisasian PJJ dilakukan menggunakan modus ganda yang merupakan
paduan pembelajaran tatap muka dengan jarak jauh secara daring,
menggunakan media berbasis TIK. Pasal 7 ayat (3)
4. Sesuai dengan pasal 8, pembelajaran tatap muka juga dilaksanakan dalam
program PJJ secara terbatas. Beberapa mata pelajaran yang harus
dilaksanakan tatap muka dan tidak dapat diajarkan melalui daring, dapat
dilakukan di TKB atau sekolah induk menggunakan sistem blok.
Pendirian Program Keahlian atau Paket Keahlian pada SMK yang
dilaksanakan dengan cara PJJ diKota/Kabupaten di Provinsi Jawa Barat
bertujuan untuk :
a. meningkatkan perluasan dan pemerataan akses pendidikan, serta
meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan pada SMK,
b. memberikan bekal kompetensi teknis dalam bekerja sesuai dengan
kebutuhan dan kondisi daerah setempat serta bakat dan minat peserta
didik,
c. meningkatkan angka partisipasi kasar dan angka partisipasi murni
pendidikan menengah di provinsi Jawa Barat.
Sasaran dari program ini adalah tamatan SMP/MTs yang pada saat
pendaftaran berusia tidak lebih dari 21 tahun. Calon peserta didik diutamakan
yang telah bekerja sehingga pekerjaan rutin yang peserta didik lakukan ketika
bekerja dapat diakui sebagai rekognisi pembelajaran lampau.Bagi calon
peserta didik yang belum bekerja, dapat tetap mengikuti program ini dengan
melampirkan rekomendasi dari UKM, Kantor Kepala Desa/Lurah, maupun
institusi lain yang relevan dengan paket keahlian/program keahlian/bidang
6
keahliannya yang menyetakan kesediaan untuk menerima magang,
melakukan uji kompetensi, dan menerima bekerja ketika lulus. Surat dari
industri rumah tangga juga dapat diterima dalam program ini.
PJJ pada SMK sebagai salah satu alternatif layanan pendidikan yang
memiliki keunggulan dan mudah diakses oleh peserta didik yang mengalami
hambatan dari segi sosial budaya, ekonomi, letak geografis dan masalah
kerawanan sosial lainnya. PJJ pada SMK dikembangkan dengan tidak mengubah
atau membuat sekolah baru melainkan sebagai salah satu bentuk PJJ pada SMK
yang bersifat fungsional sehingga dapat disesuaikan dengan kondisi dan
kebutuhan peserta didik. Program PJJ pada SMK memiliki karakteristik sebagai
berikut;
7
6. Dapat menampung lulusan SMP/MTS, SMP Terbuka, siswa drop out
SMA/SMK ataupun Madrasah Aliyah, yang sudah bekerja atau memiliki surat
dukungan dari industri atau orang tua.
8
f. Agar tidak terjadi kelebihan pasok lulusan, maka program PJJ yang
diusulkan dapat ditutup dan dibuka sesuai dengan kebutuhan, sesudah dua
siklus pembelajaran. Untuk itu diperlukan kemampuan melakukan relokasi
sumber daya .
g. Program PJJ menjamin efektivitas dan efisiensi pemanfaatan sumber daya
pendidikan, serta meningkatkan layanan penyelenggaraan pendidikan
dasar dan menengah.
2. Khusus
Program PJJ diselenggarakan oleh sekolah yang memenuhi persyaratan
berikut.
a. Sumber Daya
1) Tersedianya sumber daya yang disiapkan untuk merancang, menyusun,
memproduksi, dan menyebarluaskan seluruh sumber belajar.
2) Tersedianya sumber daya untuk memutakhirkan secara berkala setiap
materi ajar yang diproduksi sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni.
3) Mampu menyediakan sumber daya yang menjamin penyelenggaraan
interaksi antara peserta didik dengan guru/tutor secara intensif, baik
melalui tatap muka, telewicara, surat menyurat elektronik, maupun
bentuk-bentuk interaksi jarak jauh sehingga mampu menjaga kualitas
proses pembelajaran.
4) Mempunyai akses kepada sumber daya penyedia fasilitas praktik/
praktikum/ praktik kerja lapangan dan/atau akses bagi peserta didik
sesuai dengan capaian pembelajaran yang dipersyaratkan.
5) Tersedianya sumber daya untuk melakukan evaluasi hasil belajar secara
terprogram.
6) Mampu menyediakan sumber daya bidang manajemen dan
pembelajaran jarak jauh.
7) Tersedianya sumber daya untuk mengorganisasikan TKB yang bertujuan
memberikan layanan teknis dan akademis secara intensif kepada
pendidik dan peserta didik dalam proses pembelajaran jarak jauh.
9
b. Kurikulum
1) Kurikulum program PJJ memiliki capaian belajar (learning outcomes)
yang setara dengan capaian belajar pada pendidikan reguler.
2) Kurikulum program PJJ mengacu kepada Kurikulum Nasional dan
disesuikan dengan kebutuhan pembangunan daerah sepanjang tidak
mengurangi standar kompetensi lulusan yang telah ditetapkan.
c. Proses Pembelajaran
1) Rancangan pembelajaran disusun dengan memperhatikan interaksi
antara media, metode, materi, waktu, dan sistem penyampaian serta
memuat penjelasan tentang belajar mandiri, tutorial, dituangkan dalam
bentuk silabus.
2) Proporsi dan frekuensi belajar mandiri dan tutorial harus jelas dan
tertuang dalam rancangan pembelajaran.
3) Rancangan interaksi dua arah dengan pendidik (guru/tutor) harus
menggambarkan cara, tujuan, dan frekuensi pelaksanaannya.
4) Rancangan bahan ajar dan media belajar yang digunakan harus
menggambarkan sumber dan strategi pemanfaatannya.
5) Rancangan evaluasi hasil belajar harus mencerminkan tingkat
kematangan dan kemampuan peserta didik melalui mekanisme
tertentu.
6) Layanan bantuan belajar/pendampingan harus dirancang sesuai
dengan strategi pembelajaran.
7) Ketersediaan perangkat lunak pengelolaan pembelajaran jarak jauh
(Learning Management System dan sejenisnya) yang digunakan serta
dukungan server (hosting atau di sekolah penyelenggara PJJ), Sumber
Daya pengelola perangkat keras dan perangkat lunak.
d. Manajemen
1) Organisasi
Program PJJ terintegrasi pada program reguler yang tergambarkan
secara jelas tugas, wewenang dan tanggung jawab dalam struktur
organisasi sekolah.
10
Tersedia kerangka kerja antara sekolah penyelenggara PJJ, TKB, dan
mitra-mitra penyelenggara PJJ terkait pengelolaan dan koordinasi
pelaksanaan PJJ.
Adanya kebijakan sekolah tentang program PJJ yang terintegrasi
pada rencana tahunan sekolah.
2) Pendanaan
Kejelasan dana investasi terhadap besarnya dana serta sumbernya.
Kejelasan dana operasional dan pemeliharaan terhadap besarnya
dana serta sumbernya.
Kejelasan penerimaan internal dan eksternal yang menggambarkan
komposisi penerimaan internal dan peruntukannya dalam program
PJJ untuk menjamin keberlanjutan program secara mandiri.
Kepastian dukungan finansial oleh sekolah penyelenggara untuk
penyediaan akses infrastruktur PJJ.
3) Manajemen Akademik
Adanya rencana pengembangan program yang mencakup tahapan
pengembangan, diversifikasi, serta keberlanjutannya di wilayah
jangkauan.
Adanya manajemen sumber daya yang meliputi proses perekrutan,
staffing, kualifikasi, pengembangan dan pembinaan sesuai dengan
kewenangannya.
Adanya mekanisme pemutakhiran bahan ajar serta media yang digu-
nakan.
Adanya sistem penjaminan mutu akademis yang mengacu kepada
SPMI untuk memastikan bahwa pembelajaran berbasis teknologi
informasi dan komunikasi sebagaimana dimaksud dalam program
PJJ dipenuhi.
Adanya kerjasama antarlembaga bidang akademik atau non
akademik dengan sekolah lain, institusi, dunia industri, dan pihak
lain dalam dan luar negeri untuk memfasilitasi pelaksanaan program
pjj dan peningkatan kualitas pendidikan.
11
Memiliki ijin penyelenggaraan program reguler dan telah diakreditasi
oleh Badan Akreditasi Nasional dengan minimal nilai B untuk sekolah
negeri dan nilai A untuk sekolah swasta.
4) Administrasi
Pemenuhan dokumen pembukaan program PJJ dalam bentuk studi
kelayakan.
Pemenuhan data pendukung dan lampiran pembukaan program PJJ.
Pemenuhan persyaratan akreditasi minimal.
12
BAB III
PENGELOLAAN PJJ PADA SMK
DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA BARAT
A. Kegiatan Persiapan
1. Rapat Koordinasi
Sosialisasi dan publikasi dilaksanakan oleh Tim Teknis yang ditunjuk Dinas
Pendidikan Provinsi Jawa Barat, dengan tujuan :
a. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang PJJ pada SMK
b. Memberikan motivasi kepada tamatan SMP/MTs atau sederajat yang tidak
melanjutkan pendidikan ke SMA/SMK/MA/MK atau sederajat;
13
c. Memberikan motivasi kepada peserta didik SMA/SMK/MA/MK yang putus
sekolah;
d. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat sehingga keberadaan PJJ pada
SMK dapat dirasakan sebagai pelayanan khusus dan keharusan, bukan
sebagai penghambat.
Adapun sasaran sosialisasi dan publikasi adalah :
a. Kepala Daerah setempat.
b. Tokoh masyarakat.
c. MKKS SMA/SMK
d. KADIN
e. Asosiasi Profesi
f. UMKM
g. KUD
h. BLK
i. Tamatan SMP/MTs atau sederajat yang belum melanjutkan/mendapatkan
kesempatan belajar ke jenjang SMA/SMK/MA atau sederajat yang berusia 16
– 21 tahun;
j. Anak putus sekolah (drop out) SMA/SMK/MA atau sederajat;
k. Kepala SMP/MTS;
l. Orang tua siswa;
m. Masyarakat umum.
14
Petugas Pelaksana kegiatan ini adalah tim teknis yang dtunjuk oleh Dinas
Pendidikan Provinsi Jawa Barat, dibantu oleh petugas yang ditunjuk oleh:
a Kepala Sekolah / Wakil Kepala Sekolah.
b Aparat Pemerintah setempat.
Indikator keberhasilan.
a. Kegiatan sosialisai dan publikasi dianggap berhasil bila jumlah calon siswa
yang mengikuti pendidikan di PJJ pada SMK meningkat.
b. Siswa yang tertampung di PJJ pada SMK benar-benar berasal dari mereka
yang mengalami kendala ekonomi,sosial ,geografis dan keterbatasan waktu
a. Bahan Ajar
1) Bahan ajar untuk peserta didik PJJ pada SMK bersumber dari buku mata
pelajaran SMK berbasis Kurikulum 2013.
2) Materi pelajaran yang dapat diperoleh melalui sistem on line yang
diunduh dari sekolah induk secara off line.
b. Prasarana Belajar
15
f) Ruang Administrasi
g) Gudang Penyimpanan Arsip
h) Lapangan Olah Raga
i) Ruang Perpustakaan
j) Ruang Bimbingan dan Konseling
k) Ruang Data
2) Di TKB berupa :
a) ruang belajar dan
b) ruang praktek
Selanjutnya perlu dibuat peta lokasi oleh Sekolah Penyelengara. Peta lokasi
sekolah ini menggambarkan beberapa komponen antara lain :
1. Peta Desa/kelurahan yang termasuk dalam daerah jangkauan PJJ pada
SMK yang bersangkutan;
2. Letak Sekolah Penyelenggara;
3. Letak TKB-TKB yang ada pada PJJ pada SMK ;
4. Jalur transportasi dan jarak dari TKB ke Sekolah Penyelenggara;
5. Lokasi SMP / MTs yang ada di dalam daerah jangkauan (Catchment
Area);
6. Lokasi SMK lain yang bukan Sekolah Penyelenggara, baik Negeri
maupun Swasta.
Pada setiap awal tahun pelajaran, PJJ pada SMK melakukan kegiatan
penerimaan peserta didik baru bertempat di Sekolah Penyelenggara atau
langsung secara on line, pada aplikasi khusus PPDB PJJ. Untuk keperluan
ini formulir harus sudah didistribusikan sebelumnya, lengkap dengan
persyaratannya, sedangkan waktu dan persyaratannya sesuai dengan
ketentuan dari Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.
16
Setiap sekolah penyelenggara PJJ pada SMK wajib membuat
pemetaan wilayah yang menjelaskan posisi sekolah penyelenggara dan
rencana TKB yang akan didirikan/dibuka yang disahkan oleh Dinas
Pendidikan Provinsi Jawa Barat. Pemetaan ini sekaligus menjadi dasar
pengembangan TKB sehingga tidak tumpang tindih dengan SMK yang
membuka program sejenis atau SMA Terbuka.
2. Pemberian layanan bimbingan belajar (tutorial) bagi siswa PJJ pada SMK
yang dilaksanakan dengan memanfaatkan sumber belajar secara online
(menggunakan jaringan internet), ditambah dengan tutorial tatap muka
di sekolah induk;
3. Pemberian layanan bimbingan belajar (tutorial) bagi siswa PJJ pada SMK
yang sepenuhnya dilaksanakan secara tatap muka di sekolah induk;
17
4. Pemberian layanan bimbingan belajar (tutorial) bagi siswa PJJ pada SMK
yang dilaksanakan dengan memanfaatkan sumber belajar berupa modul,
ditambah dengan tutorial tatap muka di sekolah induk;
5. Pelaksanan Praktek Kejuruan dan Praktek Kerja Industri untuk PJJ bagi
SMK dilaksanakan di Industri atau di Sekolah Penyelenggara dengan
menggunakan sistem blok.
a. Sistem Blok.
2. Kurikulum Implementatif
18
3 . Beban Belajar
a. Beban belajar di PJJ pada SMK dinyatakan dalam jam pelajaran per
minggu yang disesuaikan dengan struktur kurikulum.
b. Beban belajar di kelas X dan XI dalam satu semester minimal 18
minggu.
c. Beban belajar di kelas XII pada semester ganjil minimal 18 minggu
d. Beban belajar di kelas XII pada semester genap minimal 14 minggu.
e. Beban belajar untuk SMK disesuaikan dengan program keahlian
19
2. Layanan Bantuan Administrasi
a. Layanan administrasi pada saat rekruitmen melalui pendaftaran on
line.
b. Mengikuti ujian
c. Layanan registrasi ulang
d. Menampilkan hasil ujian siswa
e. Memanfaatkan berbagai bentuk layanan e-administrasi
1. Konsep Penilaian
2. Tujuan Penilaian
20
3. Prinsip Penilaian
21
Adapun portofolio kegiatan Belajar Mengajar Guru berupa
1. Interaksi antara guru dan siswa pada LMS
2. Dokumentasi tugas
3. Dokumentasi feedback pada tugas dari guru
4. Dokumentasi penilaian
5. Interaksi antara guru dan siswa untuk pembelajaran tatap muka minimal
1 bulan sekali.
I. Supervisi, Pelaporan dan Tindak Lanjut
1. Supervisi
22
Secara berkala (sesuai dengan jadwal), Guru Pembina/Guru Bina
melakukan supervisi ini diatur oleh kepala sekolah, disesuaikan dengan
kebutuhan dan sasaran penunjangnya.
2. Pelaporan
3. Tindak Lanjut
23
BAB IV.
PENGUSULAN PROGRAM PENDIDIKAN JARAK JAUH
3. Umum
a. Adanya kebutuhan nyata yang ditunjukkan oleh data penduduk yang
berusia 16-21 tahun, tetapi tidak sekolah karena bekerja maupun bekerja
paruh waktu, mengurus rumah tangga, maupun alasan-alasan lain terkait
ekonomi, sosial.
b. Adanya prospek pekerjaan yang nyata bagi lulusan program PJJ tersebut
sehingga tidak menimbulkan penganggur baru (harus didukung dengan
data survei).
c. Adanya dukungan dari DU/DI berupa Sarana/Prasarana, SDM, dan
kesediaan menerima peserta didik untuk praktek sampai perekrutan
lulusan
d. Penyelenggaraan program PJJ memperhatikan keadaan lingkungan yaitu
penye-lenggaraan program pendidikan oleh sekolah lain sekitarnya atau
di wilayah jangkauan sehingga tidak terjadi persaingan yang tidak sehat
antarsekolah. Setiap sekolah penyelenggara PJJ wajib membuat
pemetaan wilayah yang menjelaskan posisi sekolah penyelenggara dan
rencana TKB yang akan didirikan/dibuka yang disyahkan oleh Dinas
Pendidikan Provinsi setempat. Pemetaan ini sekaligus menjadi dasar
pengembangan TKB sehingga tidak tumpang tindih dengan SMK yang
membuka program sejenis.
e. Penyelenggaraan program PJJ tidak menimbulkan pergesekan internal di
dalam sekolah penyelenggara PJJ yang dapat menurunkan mutu
kinerjanya, karena adanya kompetisi dalam pemanfaatan sumber daya.
f. Agar tidak terjadi kelebihan pasok lulusan, maka program PJJ yang
diusulkan dapat ditutup dan dibuka sesuai dengan kebutuhan, sesudah
tiga siklus pembelajaran. Untuk itu diperlukan kemampuan melakukan
relokasi sumber daya .
24
g. Program PJJ menjamin efektivitas dan efisiensi pemanfaatan sumber daya
pendidikan, serta meningkatkan layanan penyelenggaraan pendidikan
dasar dan menengah.
4. Khusus
Program PJJ diselenggarakan oleh sekolah yang memenuhi persyaratan
berikut.
a. Sumber Daya
8) Tersedianya sumber daya yang disiapkan untuk merancang, meny-
usun, memproduksi, dan menyebarluaskan seluruh sumber belajar.
9) Tersedianya sumber daya untuk memutakhirkan secara berkala setiap
materi ajar yang diproduksi sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni.
10) Mampu menyediakan sumber daya yang menjamin penyelenggaraan
interaksi antara peserta didik dengan guru/tutor secara intensif, baik
melalui tatap muka, telewicara, surat menyurat elektronik, maupun
bentuk-bentuk interaksi jarak jauh sehingga mampu menjaga kualitas
proses pembelajaran.
11) Mempunyai akses kepada sumber daya penyedia fasilitas praktik/
praktikum/ praktik kerja lapangan dan/atau akses bagi peserta didik
sesuai dengan capaian pembelajaran yang dipersyaratkan.
12) Tersedianya sumber daya untuk melakukan evaluasi hasil belajar
secara terprogram.
13) Mampu menyediakan sumber daya bidang manajemen dan
pembelajaran jarak jauh.
14) Tersedianya sumber daya untuk mengorganisasikan TKB yang
bertujuan memberikan layanan teknis dan akademis secara intensif
kepada pendidik dan peserta didik dalam proses pembelajaran jarak
jauh.
25
b. Kurikulum
3) Kurikulum program PJJ memiliki capaian belajar (learning outcomes)
yang setara dengan capaian belajar pada pendidikan reguler.
4) Kurikulum program PJJ mengacu kepada Kurikulum Nasional dan
disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan daerah sepanjang tidak
mengurangi standar kompetensi lulusan yang telah ditetapkan.
c. Proses Pembelajaran
8) Rancangan pembelajaran disusun dengan memperhatikan interaksi
antara media, metode, materi, waktu, dan sistem penyampaian serta
memuat penjelasan tentang belajar mandiri, tutorial, dituangkan dalam
bentuk silabus.
9) Proporsi dan frekuensi belajar mandiri dan tutorial harus jelas dan
tertuang dalam rancangan pembelajaran.
10) Rancangan interaksi dua arah dengan pendidik (guru/tutor) harus
menggambarkan cara, tujuan, dan frekuensi pelaksanaannya.
11) Rancangan bahan ajar dan media belajar yang digunakan harus
menggambarkan sumber dan strategi pemanfaatannya.
12) Rancangan evaluasi hasil belajar harus mencerminkan tingkat
kematangan dan kemampuan peserta didik melalui mekanisme
tertentu.
13) Layanan bantuan belajar/pendampingan harus dirancang sesuai
dengan strategi pembelajaran.
14) Ketersediaan perangkat lunak pengelolaan pembelajaran jarak jauh
(Learning Management System dan sejenisnya) yang digunakan serta
dukungan server (hosting atau di sekolah penyelenggara PJJ), Sumber
Daya pengelola perangkat keras dan perangkat lunak.
d. Manajemen
5) Organisasi
Program PJJ terintegrasi pada program reguler yang tergambarkan
secara jelas tugas, wewenang dan tanggung jawab dalam struktur
organisasi sekolah.
26
Setiap sekolah penyelenggara PJJ dapat membuka maksimal 3
(tiga) komptetensi keahlian. Setiap kompetensi keahlian minimal
memiliki 1 (satu) TKB dan maksimal 3 (tiga) TKB. Masing masing
TKB sekurang-kurangnya memiliki 1 (satu) mitra DU/DI. Setiap TKB
memfasilitasi maksimal 30 peserta didik. Pengelola TKB terdiri dari
1 penanggungjawab, 1 operator dan 1 tutor.
Pengelola PJJ pada sekolah penyelenggara berkewajiban
melakukan monitoring ke TKB sekurang-kurangnya 1 kali dalam
sebulan.
Tersedia kerangka kerja antara sekolah penyelenggara PJJ, TKB,
dan mitra-mitra penyelenggara PJJ terkait pengelolaan dan
koordinasi pelaksanaan PJJ.
Adanya kebijakan sekolah tentang program PJJ yang terintegrasi
pada rencana tahunan sekolah.
6) Pendanaan
Kejelasan dana investasi terhadap besarnya dana serta sumbernya.
Kejelasan dana operasional dan pemeliharaan terhadap besarnya
dana serta sumbernya.
Kejelasan penerimaan internal dan eksternal yang menggambarkan
komposisi penerimaan internal dan peruntukannya dalam program
PJJ untuk menjamin keberlanjutan program secara mandiri.
Kepastian dukungan finansial oleh sekolah penyelenggara untuk
penyediaan akses infrastruktur PJJ.
7) Manajemen Akademik
Adanya rencana pengembangan program yang mencakup tahapan
pengembangan, diversifikasi, serta keberlanjutannya di wilayah
jangkauan.
Adanya manajemen sumber daya yang meliputi proses perekrutan,
staffing, kualifikasi, pengembangan dan pembinaan sesuai dengan
kewenangannya.
27
Adanya mekanisme pemutakhiran bahan ajar serta media yang digu-
nakan.
Adanya sistem penjaminan mutu akademis yang mengacu kepada
SPMI untuk memastikan bahwa pembelajaran berbasis teknologi
informasi dan komunikasi sebagaimana dimaksud dalam program
PJJ dipenuhi.
Adanya kerjasama antarlembaga bidang akademik atau non
akademik dengan sekolah lain, institusi, dunia industri, dan pihak
lain dalam dan luar negeri untuk memfasilitasi pelaksanaan program
pjj dan peningkatan kualitas pendidikan.
Memiliki ijin penyelenggaraan program reguler dan telah diakreditasi
oleh Badan Akreditasi Nasional dengan minimal nilai B untuk sekolah
negeri dan nilai A untuk sekolah swasta.
8) Administrasi
Pemenuhan dokumen pembukaan program PJJ dalam bentuk studi
kelayakan.
Pemenuhan data pendukung dan lampiran pembukaan program PJJ.
Pemenuhan persyaratan akreditasi minimal.
28
15. daftar sarana prasarana pendukung PJJ yang tersedia di sekolah
penyelenggara PJJ dan TKB.
16. daftar sarana prasarana dan daftar fasilitas fisik pendukung yang dapat
dimanfaatkan berdasarkan asas pemanfaatan bersama.
17. dokumen pendukung lainnya sebagaimana dipersyaratkan dalam
akreditasi minimal.
18. Khusus untuk sekolah swasta, diperlukan dokumen akta notaris
pendirian yayasan, AD/ART yayasan, pengesahan KUMHAM, dan delegasi
kekuasaan (power of attorney) dari yayasan kepada pimpinan sekolah
swasta.
29
BAB V
PENUTUP
30