Anda di halaman 1dari 34

PETUNJUK TEKNIS

PENDIDIKAN JARAK JAUH (PJJ) PADA SMK

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA BARAT

2017

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................... I


DAFTAR ISI ...................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ......................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …............................................................................ 2
B. Dasar Hukum ................................................................................. 3
C. Tujuan ........................................................................................... 3
D. Manfaat ......................................................................................... 4
BAB II PENDIDIKAN JARAK JAUH ( PJJ ) PADA SMK
A. Konsep Model Pendidikan Jarak Jauh ( PJJ )
pada SMK ..................................................................................... 5
B. Program PJJ pada SMK di Provinsi Jawa Barat .................................. 6
C. Percepatan APK-APM SM Provinsi Jawa Barat dengan PJJ pada
SMK............................................................................................... 7
BAB III PENGELOLAAN Model SMK PJJ
A. Kegiatan Persiapan Menjelang Tahun Pelajaran Baru ........................ 9
1. Pertemuan Rapat Koordinasi Pengelola SMA/SMK ....................... 9
2. Penyuluhan dan Publikasi. ....................................................... 9
3. Persiapan Bahan Belajar, Sarana, dan Prasarana ........................ 11
B. Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) ........................................... 12
C. Pembuatan Peta Lokasi Sekolah ..................................................... 12
D. Penyusunan Jadwal Kegiatan Tatap Muka di Sekolah Induk ............. 13
E. Pendekatan dan Proses Pembelajaran ............................................ 13
F. Jenis Bantuan Belajar .................................................................... 14
G. Penilaian Hasil Belajar ................................................................... 14
H. Peran Guru / Tutor serta Fasilitator di DU/DI/UMKM/KUD/BLK dalam
Kegiatan Tatap Muka …................................................................. 16
I. Peran Petugas Resource Center (RC) ............................................. 17

i
J. Peran Petugas dari One Day School (ODS) ..................................... 18
K. Supervisi, Pelaporan dan Tindak Lanjut........................................... 19
L. Pembiayaan ................................................................................. 20
BAB IV PENUTUP ............................................................................. 30

ii
KATA PENGANTAR

Hak memperoleh pendidikan merupakan hak seluruh warga negara termasuk di


dalamnya hak bagi warga masyarakat Jawa Barat. Berdasarkan data yang ada,
jumlah anak usia 16 - 21 tahun yang tidak melanjutkan pendidikan Sekolah
Menengah (SM) di Jawa Barat relatif cukup tinggi terbukti dari Angka Partisipasi
Kasar (APK) SM yang baru mencapai 68% atau secara nasional APK SM Jawa Barat
berada di posisi kedua dari bawah setelah Provinsi Papua. Melihat kondisi tersebut,
Pemerintah Provinsi Jawa Barat merencanakan target capaian APK SM pada akhir
tahun 2017 sebesar 90,18 %

Pemerintah provinsi Jawa Barat melalui Dinas Pendidikan telah melaksanakan


beberapa program unggulan diantaranya pembanguan ruang kelas baru (RKB),
pembangunan unit sekolah baru (USB), sekolah petang dan program Paket C, tetapi
hasilnya belum dapat memenuhi target pencapian APK-APM sekolah menengah.
Untuk mencapai target capaian APK SM sebesar 85,18 %, perlu diupayakan sebuah
strategi dan cara yang inovatif untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Salah
satunya adalah strategi model percepatan APK-APM melalui Pendidikan Jarak Jauh
(PJJ) pada SMK yang diharapkan dapat mengatasi persoalan tersebut.

Melalui dukungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Dinas


Pendidikan Provinsi Jawa Barat tahun 2017, Bidang Pendidikan Menengah Dinas
Pendidikan Provinsi Jawa Barat melakukan kegiatan Inovasi dengan model
percepatan capaian APK-APM melalui PJJ pada SMK bagi anak yang memiliki
masalah sosial, ekonomi, budaya dan hambatan geografis. Untuk melaksanakan
program tersebut diperlukan Petunjuk Teknis Pelaksanaan (Juknis) percepatan
capaian APK-APM melalui PJJ pada SMK.

Petunjuk Pelaksanaan ini diharapkan dapat menjadikan pedoman bagi pihak terkait
dalam memahami dan melaksanakan program kegiatan percepatan capaian APK-
APM melalui PJJ pada SMK di Jawa Barat.

iii
Bandung, Januari 2017
Kepala Dinas Pendidikan
Provinsi Jawa Barat

Dr. Ir H. Ahmad Hadadi , M.Si


Pembina Utama Muda
NIP. 196112311987031042

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Propinsi Jawa Barat dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD)


tahun 2013-2018, memiliki visi “Membangun Masyarakat yang berkualitas dan
berdaya saing” dan Misi “Peningkatan Kualitas dan Daya Saing Masyarakat Jawa
Barat melalui Pendidikan yang unggul, Terjangkau, Merata, dan Terbuka”. Untuk
mewujudkan visi dan misi tersebut pemerintah berencana menyediakan layanan
pendidikan gratis jenjang pendidikan menengah.

Saat ini Propinsi Jawa Barat belum berhasil dalam hal pencapaian APM-APK
sesuai dengan yang diharapkan. Data pada tahun 2015-2016 capaian APK
pendidikan menengah Propinsi Jawa Barat 76% memiliki kesenjangan 10% dari
target pencapain APK SM yang ditetapkan. Hal ini ditunjukkan masih terdapat
247.067 siswa yang tidak melanjutkan ke tingkat sekolah menengah. Pada tahun
2014-2015 berdasarkan data lulusan sekolah menengah pertama/Madrasah
Tsanawiah (SMP/MTs) sebanyak 703.747 siswa. Sedangkan daya tampung
sekolah menengah hanya 469.567. Sehingga terdapat kesenjangan sebanyak
234.180 peserta didik yang tidak dapat melanjutkan pendidikan ke pendidikan
menengah.

Untuk mengatasi kesenjangan dari segi daya tampung sekolah, pemerintah


Propinsi Jawa Barat melalui Dinas Pendidikan telah melaksanakan beberapa
program unggulan diantaranya pembangunan ruang kelas baru (RKB),
pembangunan unit sekolah baru (USB), sekolah petang dan program Paket C.
Namun hasilnya belum maksimal membantu memenuhi target pencapaian APK-
APM pendidikan menengah.

Selain karena kondisi fisik sekolah menengah di Jawa Barat yang belum memiliki
daya tampung yang sesuai dengan kebutuhan, ada faktor lain yang
menyebabkan angka partisipasi sekolah menengah ini belum sesuai dengan

2
harapan. Di antaranya, rendahnya status ekonomi orang tua atau masyarakat
dan keterpencilan tempat tinggal siswa. Kedua hal ini menjadi kendala secara
sosial budaya maupun geografis untuk menjangkau pelayanan pendidikan.

Dalam upaya mempercepat pencapaian APK-APM pendidikan menengah, Dinas


Pendidikan Propinsi Jawa Barat mengembangkan program PJJ pada SMK.
Program PJJ pada SMK dikembangkan dari SMK yang sudah ada dengan
membuka tempat kegiatan belajar (TKB) di daerah-daerah tertentu yang tidak
dapat terjangkau oleh SMK/MK.

B. Dasar Hukum

1. Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional


Bagian Kesepuluh Pendidikan Jarak Jauh.
2. Peraturan Pemerintah No 17 tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan Bab VI Penyelenggaraan Pendidikan Jarak Jauh.
3. Instruksi Presiden No 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi Sekolah Menengah
Kejuruan Dalam Rangka Peningkatan Kualitas dan Daya Saing Sumber Daya
Manusia.
4. Permendikbud No 119 tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pendidikan
Jarak Jauh Pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah.

C. Tujuan

Juknis penyelenggaraan PJJ pada SMK ini disusun sebagai acuan bagi:
a. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota di Jawa Barat, kepala sekolah yang
menjadi sekolah induk, para guru dan tutor , penyelenggara TKB dan
tenaga administrasi yang terlibat langsung dalam penyelenggaraan PJJ
pada SMK;
b. Masyarakat setempat, para Pengelola Pendidikan di lapangan, yaitu para
Pengawas Pendidikan, para Pembina Pendidikan baik di tingkat Wilayah
maupun para pengambil kebijakan di tingkat Pemerintah Provinsi Jawa
Barat.

3
c. Kepala Balai Pengawasan dan Pelayanan Pendidikan,
d. Kadin Kota/Kabupaten , Kadin Provinsi Jawa Barat.
e. UMKM dan Perwakilan Indutri Nasional di Daerah
f. DU / DI.
g. Balai Latihan Kerja
h. Asosiasi Profesi.

D. Manfaat

Petunjuk teknis ini diharapkan bermanfaat bagi:


1. Balai Layanan dan Pengawasan Pendidikan sebagai acuan dalam
pelaksanaan PJJ pada SMK.
2. Satuan pendidikan penyelenggara SMK sebagai acuan untuk perencanaan
dan penyelenggaran PJJ pada SMK di Sekolah Induk dan TKB.
3. Mitra Industri yang terlibat dalam penyelenggaraan Pendidikan Jarak Jauh.
4. Tertatanya penyelenggaraan proses pembelajaran siswa secara tatap muka,
semi dalam jaringan (daring), daring penuh di Sekolah Induk dan TKB
dengan efektif dan efisien.

4
BAB II
PENYELENGGARAAN PJJ PADA SMK

A. Konsep PJJ pada SMK

Dalam rangka penguatan kualitas dan daya saing sumber daya manusia di
Indonesia, Presiden Republik Indonesia telah mengeluarkan Instruksi Presiden No 9
Tahun 2016 mengenai revitalisasi sekolah menengah kejuruan. Dalam Inpres
tersebut diinstruksikan untuk menyusun peta kebutuhan tenaga kerja bagi lulusan
SMK dalam rangka meningkatkan kualitas dan daya saing lulusan SMK. Diduga kuat,
di Provinsi Jawa Barat, tenaga kerja informal tamatan SMP/MTs cukup mendominasi
penyerapan tenaga kerja dan mereka tidak melanjutkan sekolah ke SMK /MAK.
Mereka tidak melanjutkan karena membantu orang tuanya bekerja. Untuk itu,
dengan adanya pendidikan jarak jauh (PJJ) yang dilaksanakan di SMK, peserta didik
dapat tetap belajar tanpa meninggalkan pekerjaannya setiap hari untuk belajar.

Konsep PJJ pada SMK dikembangkan dengan kerjasama Dunia Usaha / Dunia
Industri, UMKM dan Asosiasi Profesi melalui naskah kerjasama dalam penyesuaian
kurikulum SMK PJJ sesuai dengan kebutuhan perusahaan tanpa mengurangi tingkat
kompetensi terstandar yang terdapat dalam Standar Kompetensi Lulusan SMK,
menyediakan peralatan praktik yang dibutuhkan oleh peserta didik di tempat
bekerja, menerima, menyediakan tempat, dan memberikan kesempatan bagi
peserta didik SMK PJJ untuk melakukan praktik kerja industri di perusahaannya,
menggunakan sebagian dana Corporate Social Responcibility (CSR) untuk
pembiayaan kegiatan praktik kerja industri peserta didik program PJJ, Pernyataan
persetujuanterhadappendirian program PJJ Program Keahlian atau Paket Keahlian
tertentu.

B. Program PJJ pada SMK di Provinsi Jawa Barat

Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) di SMK/MAK DI Jawa Barat dilaksanakan


berdasarkan Permendikbud Nomor 119 Tahun 2014:

5
1. PJJ pada program keahlian dan kompetensi keahlian, diselenggarakan oleh
SMK, meliputi sebagian terbesar mata pelajaran. (Pasal 4 ayat (3) dan Pasal 5
ayat (2))
2. Peserta didik adalah tamatan SMP/MTs yang pada saat pendaftaran berusia
tidak lebih dari 21 tahun. Peserta didik diberlakukan sebagai siswa SMK yang
terdaftar pada SMK penyelenggara PJJ, dan mendapat NISN. (Pasal 17 ayat
(1) dan (2)
3. Pengorganisasian PJJ dilakukan menggunakan modus ganda yang merupakan
paduan pembelajaran tatap muka dengan jarak jauh secara daring,
menggunakan media berbasis TIK. Pasal 7 ayat (3)
4. Sesuai dengan pasal 8, pembelajaran tatap muka juga dilaksanakan dalam
program PJJ secara terbatas. Beberapa mata pelajaran yang harus
dilaksanakan tatap muka dan tidak dapat diajarkan melalui daring, dapat
dilakukan di TKB atau sekolah induk menggunakan sistem blok.
Pendirian Program Keahlian atau Paket Keahlian pada SMK yang
dilaksanakan dengan cara PJJ diKota/Kabupaten di Provinsi Jawa Barat
bertujuan untuk :
a. meningkatkan perluasan dan pemerataan akses pendidikan, serta
meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan pada SMK,
b. memberikan bekal kompetensi teknis dalam bekerja sesuai dengan
kebutuhan dan kondisi daerah setempat serta bakat dan minat peserta
didik,
c. meningkatkan angka partisipasi kasar dan angka partisipasi murni
pendidikan menengah di provinsi Jawa Barat.

Sasaran dari program ini adalah tamatan SMP/MTs yang pada saat
pendaftaran berusia tidak lebih dari 21 tahun. Calon peserta didik diutamakan
yang telah bekerja sehingga pekerjaan rutin yang peserta didik lakukan ketika
bekerja dapat diakui sebagai rekognisi pembelajaran lampau.Bagi calon
peserta didik yang belum bekerja, dapat tetap mengikuti program ini dengan
melampirkan rekomendasi dari UKM, Kantor Kepala Desa/Lurah, maupun
institusi lain yang relevan dengan paket keahlian/program keahlian/bidang

6
keahliannya yang menyetakan kesediaan untuk menerima magang,
melakukan uji kompetensi, dan menerima bekerja ketika lulus. Surat dari
industri rumah tangga juga dapat diterima dalam program ini.

C. Percepatan APK-APM Sekolah Menengah (SM) Provinsi Jawa Barat


melalui PJJ Pada SMK

Pemerintah Provinsi Jawa Barat, pada tahun 2022 Jawa Barat


menargetkan capaian APK 99,75% tahun 2014. Program percepatan APK-APM
SM Provinsi Jawa Barat perlu strategi dan penanganan yang dirancang sebaik
mungkin sehingga pencapain APK-APM SM dapat tercapai sesuai yang
ditargetkan.

PJJ pada SMK sebagai salah satu alternatif layanan pendidikan yang
memiliki keunggulan dan mudah diakses oleh peserta didik yang mengalami
hambatan dari segi sosial budaya, ekonomi, letak geografis dan masalah
kerawanan sosial lainnya. PJJ pada SMK dikembangkan dengan tidak mengubah
atau membuat sekolah baru melainkan sebagai salah satu bentuk PJJ pada SMK
yang bersifat fungsional sehingga dapat disesuaikan dengan kondisi dan
kebutuhan peserta didik. Program PJJ pada SMK memiliki karakteristik sebagai
berikut;

1. Tidak harus mendirikan atau membuka sekolah baru tetapi mengoptimalkan


sekolah yang sudah ada;
2. Pelaksanaan program PJJ pada SMK disesuaikan dengan kebutuhan
masyarakat dan industri;
3. Proses belajar mengajar dikelola secara fleksibel, sehingga dapat
menentukan waktu, tempat, dan cara belajar sesuai dengan kondisi peserta
didik;
4. Pembelajaran dengan menggunakan model layanan pembelajaran tatap
muka, semi daring dan daring penuh yang terstruktur ;
5. Peserta didik baru berusia 16–21 tahun;

7
6. Dapat menampung lulusan SMP/MTS, SMP Terbuka, siswa drop out
SMA/SMK ataupun Madrasah Aliyah, yang sudah bekerja atau memiliki surat
dukungan dari industri atau orang tua.

Program di atas merupakan bentuk optimalisasi dari lembaga yang


telah ada untuk melayani siswa-siswa yang memiliki kendala ekonomi, sosial,
geografis dan keterbatasan waktu. Dari aspek peserta didik semua peserta didik
PJJ pada SMK memiliki kedudukan dan hak yang sama dengan peserta didik SMK
reguler.

D. Kelayakan Pembukaan Program PJJ


Pembukaan program PJJ didasarkan pada pertimbangan:
1. Umum
a. Adanya kebutuhan nyata yang ditunjukkan oleh data penduduk yang
berusia 16-21 tahun, tetapi tidak sekolah karena bekerja maupun bekerja
paruh waktu, mengurus rumah tangga, maupun alasan-alasan lain terkait
ekonomi, sosial.
b. Adanya prospek pekerjaan yang nyata bagi lulusan program PJJ tersebut
sehingga tidak menimbulkan penganggur baru.
c. Adanya dukungan dari DU/DI berupa Sarana/Prasarana, SDM, dan
kesediaan menerima peserta didik untuk praktik dan menerima sebagai
pekerja.
d. Penyelenggaraan program PJJ memperhatikan keadaan lingkungan yaitu
penyelenggaraan program pendidikan oleh sekolah lain sekitarnya atau di
wilayah jangkauan. Setiap sekolah penyelenggara PJJ wajib membuat
pemetaan wilayah yang menjelaskan posisi sekolah penyelenggara dan
rencana TKB yang akan didirikan/dibuka yang disyahkan oleh Dinas
Pendidikan Provinsi setempat. Pemetaan ini sekaligus menjadi dasar
pengembangan TKB sehingga tidak tumpang tindih dengan SMA/SMK yang
membuka program sejenis.
e. Penyelenggaraan program PJJ tidak menimbulkan pergesekan internal di
dalam sekolah penyelenggara PJJ yang dapat menurunkan mutu
kinerjanya, karena adanya kompetisi dalam pemanfaatan sumber daya.

8
f. Agar tidak terjadi kelebihan pasok lulusan, maka program PJJ yang
diusulkan dapat ditutup dan dibuka sesuai dengan kebutuhan, sesudah dua
siklus pembelajaran. Untuk itu diperlukan kemampuan melakukan relokasi
sumber daya .
g. Program PJJ menjamin efektivitas dan efisiensi pemanfaatan sumber daya
pendidikan, serta meningkatkan layanan penyelenggaraan pendidikan
dasar dan menengah.

2. Khusus
Program PJJ diselenggarakan oleh sekolah yang memenuhi persyaratan
berikut.
a. Sumber Daya
1) Tersedianya sumber daya yang disiapkan untuk merancang, menyusun,
memproduksi, dan menyebarluaskan seluruh sumber belajar.
2) Tersedianya sumber daya untuk memutakhirkan secara berkala setiap
materi ajar yang diproduksi sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni.
3) Mampu menyediakan sumber daya yang menjamin penyelenggaraan
interaksi antara peserta didik dengan guru/tutor secara intensif, baik
melalui tatap muka, telewicara, surat menyurat elektronik, maupun
bentuk-bentuk interaksi jarak jauh sehingga mampu menjaga kualitas
proses pembelajaran.
4) Mempunyai akses kepada sumber daya penyedia fasilitas praktik/
praktikum/ praktik kerja lapangan dan/atau akses bagi peserta didik
sesuai dengan capaian pembelajaran yang dipersyaratkan.
5) Tersedianya sumber daya untuk melakukan evaluasi hasil belajar secara
terprogram.
6) Mampu menyediakan sumber daya bidang manajemen dan
pembelajaran jarak jauh.
7) Tersedianya sumber daya untuk mengorganisasikan TKB yang bertujuan
memberikan layanan teknis dan akademis secara intensif kepada
pendidik dan peserta didik dalam proses pembelajaran jarak jauh.

9
b. Kurikulum
1) Kurikulum program PJJ memiliki capaian belajar (learning outcomes)
yang setara dengan capaian belajar pada pendidikan reguler.
2) Kurikulum program PJJ mengacu kepada Kurikulum Nasional dan
disesuikan dengan kebutuhan pembangunan daerah sepanjang tidak
mengurangi standar kompetensi lulusan yang telah ditetapkan.

c. Proses Pembelajaran
1) Rancangan pembelajaran disusun dengan memperhatikan interaksi
antara media, metode, materi, waktu, dan sistem penyampaian serta
memuat penjelasan tentang belajar mandiri, tutorial, dituangkan dalam
bentuk silabus.
2) Proporsi dan frekuensi belajar mandiri dan tutorial harus jelas dan
tertuang dalam rancangan pembelajaran.
3) Rancangan interaksi dua arah dengan pendidik (guru/tutor) harus
menggambarkan cara, tujuan, dan frekuensi pelaksanaannya.
4) Rancangan bahan ajar dan media belajar yang digunakan harus
menggambarkan sumber dan strategi pemanfaatannya.
5) Rancangan evaluasi hasil belajar harus mencerminkan tingkat
kematangan dan kemampuan peserta didik melalui mekanisme
tertentu.
6) Layanan bantuan belajar/pendampingan harus dirancang sesuai
dengan strategi pembelajaran.
7) Ketersediaan perangkat lunak pengelolaan pembelajaran jarak jauh
(Learning Management System dan sejenisnya) yang digunakan serta
dukungan server (hosting atau di sekolah penyelenggara PJJ), Sumber
Daya pengelola perangkat keras dan perangkat lunak.
d. Manajemen
1) Organisasi
 Program PJJ terintegrasi pada program reguler yang tergambarkan
secara jelas tugas, wewenang dan tanggung jawab dalam struktur
organisasi sekolah.

10
 Tersedia kerangka kerja antara sekolah penyelenggara PJJ, TKB, dan
mitra-mitra penyelenggara PJJ terkait pengelolaan dan koordinasi
pelaksanaan PJJ.
 Adanya kebijakan sekolah tentang program PJJ yang terintegrasi
pada rencana tahunan sekolah.
2) Pendanaan
 Kejelasan dana investasi terhadap besarnya dana serta sumbernya.
 Kejelasan dana operasional dan pemeliharaan terhadap besarnya
dana serta sumbernya.
 Kejelasan penerimaan internal dan eksternal yang menggambarkan
komposisi penerimaan internal dan peruntukannya dalam program
PJJ untuk menjamin keberlanjutan program secara mandiri.
 Kepastian dukungan finansial oleh sekolah penyelenggara untuk
penyediaan akses infrastruktur PJJ.
3) Manajemen Akademik
 Adanya rencana pengembangan program yang mencakup tahapan
pengembangan, diversifikasi, serta keberlanjutannya di wilayah
jangkauan.
 Adanya manajemen sumber daya yang meliputi proses perekrutan,
staffing, kualifikasi, pengembangan dan pembinaan sesuai dengan
kewenangannya.
 Adanya mekanisme pemutakhiran bahan ajar serta media yang digu-
nakan.
 Adanya sistem penjaminan mutu akademis yang mengacu kepada
SPMI untuk memastikan bahwa pembelajaran berbasis teknologi
informasi dan komunikasi sebagaimana dimaksud dalam program
PJJ dipenuhi.
 Adanya kerjasama antarlembaga bidang akademik atau non
akademik dengan sekolah lain, institusi, dunia industri, dan pihak
lain dalam dan luar negeri untuk memfasilitasi pelaksanaan program
pjj dan peningkatan kualitas pendidikan.

11
 Memiliki ijin penyelenggaraan program reguler dan telah diakreditasi
oleh Badan Akreditasi Nasional dengan minimal nilai B untuk sekolah
negeri dan nilai A untuk sekolah swasta.
4) Administrasi
 Pemenuhan dokumen pembukaan program PJJ dalam bentuk studi
kelayakan.
 Pemenuhan data pendukung dan lampiran pembukaan program PJJ.
 Pemenuhan persyaratan akreditasi minimal.

E. Data Pendukung dan Lampiran


Penyelenggara program PJJ harus melakukan kajian kelayakan akademik dan
administratif yang tertuang dalam suatu Naskah Akademik beserta lampiran yang
terdiri antara lain:
1. Kurikulum dan silabus;
2. Daftar guru beserta mata pelajaran yang diampu dan fotokopi ijazah S1 dan
yang lebih tinggi (dari setiap guru) serta ijin perbantuan bagi guru dari sekolah
lain atau instansi lain;
3. Daftar tutor beserta mata pelajaran dan lokasi tugas, dan fotokopi ijasah SMA
atau yang lebih tinggi, serta surat kesediaan menjadi tutor (dari setiap tutor).
4. Daftar riwayat hidup guru dan tutor;
5. Daftar tenaga kependidikan;
6. Daftar sarana prasarana pendukung PJJ yang tersedia di sekolah
penyelenggara PJJ dan TKB.
7. Daftar sarana prasarana dan daftar fasilitas fisik pendukung yang dapat
dimanfaatkan berdasarkan asas pemanfaatan bersama.
8. Dokumen pendukung lainnya sebagaimana dipersyaratkan dalam akreditasi
minimal.
9. Khusus untuk sekolah swasta, diperlukan dokumen akta notaris pendirian
yayasan, AD/ART yayasan, pengesahan KUMHAM, dan delegasi kekuasaan
(power of attorney) dari yayasan kepada pimpinan sekolah swasta.

12
BAB III
PENGELOLAAN PJJ PADA SMK
DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA BARAT

A. Kegiatan Persiapan

Menjelang dimulainya tahun pelajaran baru ada beberapa kegiatan


persiapan yang perlu dilakukan diantaranya yaitu: pertemuan koordinasi
pengelola SMK, penyuluhan dan publikasi, persiapan bahan belajar, dan
persiapan sarana dan prasarana.

1. Rapat Koordinasi

a. Rapat koordinasi diselenggarakan menjelang tahun pelajaran baru.


b. Peserta rapat koordinasi ini terdiri atas unsur-unsur:
1) Unsur Dinas Pendidikan Provinsi, yaitu Tim Teknis Provinsi (TTP)
2) Unsur Balai Pelayanan dan Pengawasan Pendidikan ( BP 3)
3) Unsur SMK, yaitu kepala sekolah, wakil kepala sekolah/koordinator
PJJ ;
4) Pengelola TKB.
5) Unit kerja lain yang terkait seperti dari Pemerintah Daerah
Kabupaten/kota setempat, kecamatan atau kelurahan.
c. Agenda rapat koordinasi antara lain :
1) mengevaluasi kegiatan tahun pelajaran sebelumnya;
2) menyusun program kerja tahunan;
3) menyusun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan PJJ pada SMK;
4) mengidentifikasi masalah dan cara pemecahan.

2. Sosialisasi dan Publikasi.

Sosialisasi dan publikasi dilaksanakan oleh Tim Teknis yang ditunjuk Dinas
Pendidikan Provinsi Jawa Barat, dengan tujuan :
a. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang PJJ pada SMK
b. Memberikan motivasi kepada tamatan SMP/MTs atau sederajat yang tidak
melanjutkan pendidikan ke SMA/SMK/MA/MK atau sederajat;

13
c. Memberikan motivasi kepada peserta didik SMA/SMK/MA/MK yang putus
sekolah;
d. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat sehingga keberadaan PJJ pada
SMK dapat dirasakan sebagai pelayanan khusus dan keharusan, bukan
sebagai penghambat.
Adapun sasaran sosialisasi dan publikasi adalah :
a. Kepala Daerah setempat.
b. Tokoh masyarakat.
c. MKKS SMA/SMK
d. KADIN
e. Asosiasi Profesi
f. UMKM
g. KUD
h. BLK
i. Tamatan SMP/MTs atau sederajat yang belum melanjutkan/mendapatkan
kesempatan belajar ke jenjang SMA/SMK/MA atau sederajat yang berusia 16
– 21 tahun;
j. Anak putus sekolah (drop out) SMA/SMK/MA atau sederajat;
k. Kepala SMP/MTS;
l. Orang tua siswa;
m. Masyarakat umum.

Materi sosialisasi dan publikasi antara lain :


a. Informasi tentang PJJ pada SMK;
b. Tata cara pendaftaran calon siswa PJJ pada SMK, dan penjadwalannya.
Teknik pelaksanaan sosialisasi dan publikasi dapat dilakukan melalui dua
cara, yaitu secara langsung atau secara tidak langsung:
a. Secara langsung, yaitu melalui pertemuan-pertemuan / rapat.
b. Secara tidak langsung, yaitu melalui media cetak seperti leaflet, booklet,
edaran atau media lainnya.

14
Petugas Pelaksana kegiatan ini adalah tim teknis yang dtunjuk oleh Dinas
Pendidikan Provinsi Jawa Barat, dibantu oleh petugas yang ditunjuk oleh:
a Kepala Sekolah / Wakil Kepala Sekolah.
b Aparat Pemerintah setempat.
Indikator keberhasilan.
a. Kegiatan sosialisai dan publikasi dianggap berhasil bila jumlah calon siswa
yang mengikuti pendidikan di PJJ pada SMK meningkat.
b. Siswa yang tertampung di PJJ pada SMK benar-benar berasal dari mereka
yang mengalami kendala ekonomi,sosial ,geografis dan keterbatasan waktu

3. Persiapan Bahan Belajar, sarana dan prasarana

Sebelum tahun pelajaran baru, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat


harus menyiapkan bahan ajar, berupa: buku teks pelajaran, modul cetak dan
modul berbasis TIK. Sekolah Penyelenggara menyiapkan media audio, video,
televisi, komputer, infocus, format-format administrasi sekolah, sarana dan
prasarana belajar serta perangkat teknologi informasi dan komunikasi (TIK)
sebagai alat bantu belajar.

a. Bahan Ajar

1) Bahan ajar untuk peserta didik PJJ pada SMK bersumber dari buku mata
pelajaran SMK berbasis Kurikulum 2013.
2) Materi pelajaran yang dapat diperoleh melalui sistem on line yang
diunduh dari sekolah induk secara off line.

b. Prasarana Belajar

Penyediaan prasarana belajar yang diperlukan antara lain meliputi:


1) Di Sekolah Penyelenggara berupa
a) Ruang belajar / kelas untuk kegiatan tatap muka
b) Ruang Praktek
c) Ruang Kepala Sekolah
d) Ruang Wakil Kepala Sekolah
e) Ruang Guru

15
f) Ruang Administrasi
g) Gudang Penyimpanan Arsip
h) Lapangan Olah Raga
i) Ruang Perpustakaan
j) Ruang Bimbingan dan Konseling
k) Ruang Data
2) Di TKB berupa :
a) ruang belajar dan
b) ruang praktek

B. Pembuatan Peta Lokasi Sekolah

Selanjutnya perlu dibuat peta lokasi oleh Sekolah Penyelengara. Peta lokasi
sekolah ini menggambarkan beberapa komponen antara lain :
1. Peta Desa/kelurahan yang termasuk dalam daerah jangkauan PJJ pada
SMK yang bersangkutan;
2. Letak Sekolah Penyelenggara;
3. Letak TKB-TKB yang ada pada PJJ pada SMK ;
4. Jalur transportasi dan jarak dari TKB ke Sekolah Penyelenggara;
5. Lokasi SMP / MTs yang ada di dalam daerah jangkauan (Catchment
Area);
6. Lokasi SMK lain yang bukan Sekolah Penyelenggara, baik Negeri
maupun Swasta.

C. Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB)

Pada setiap awal tahun pelajaran, PJJ pada SMK melakukan kegiatan
penerimaan peserta didik baru bertempat di Sekolah Penyelenggara atau
langsung secara on line, pada aplikasi khusus PPDB PJJ. Untuk keperluan
ini formulir harus sudah didistribusikan sebelumnya, lengkap dengan
persyaratannya, sedangkan waktu dan persyaratannya sesuai dengan
ketentuan dari Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.

16
Setiap sekolah penyelenggara PJJ pada SMK wajib membuat
pemetaan wilayah yang menjelaskan posisi sekolah penyelenggara dan
rencana TKB yang akan didirikan/dibuka yang disahkan oleh Dinas
Pendidikan Provinsi Jawa Barat. Pemetaan ini sekaligus menjadi dasar
pengembangan TKB sehingga tidak tumpang tindih dengan SMK yang
membuka program sejenis atau SMA Terbuka.

Setiap pendaftar mengikuti prosedur PPDB sebagai berikut:


a. memenuhi kriteria usia 16 – 21 tahun;
b. mengisi formulir pendaftaran PPDB;
c. mengikuti seleksi adminstrasi;
d. sekolah penyelenggara wajib menerima semua calon peserta didik PJJ
pada SMK tanpa seleksi jika kuota mencukupi;
e. Setiap calon peserta didik berhak menerima hasil seleksi;
f. Bagi calon peserta didik yang tidak dapat diterima karena alasan
tertentu, berhak disalurkan oleh SMK Penyelenggara ke sekolah lain yang
memiliki program sejenis, serta wajib diberi penjelasan secara tertulis;
g. Jarak maksimal dari tempat tinggal peserta didik ke TKB diukur
berdasarkan waktu tempuh selama 1 jam perjalanan.

D. Pendekatan dan Proses Pembelajaran


1. Pemberian layanan bimbingan belajar (tutorial) bagi siswa PJJ pada SMK
yang dilaksanakan dengan model memanfaatkan sumber belajar tatap
muka, semi daring, dan daring penuh;

2. Pemberian layanan bimbingan belajar (tutorial) bagi siswa PJJ pada SMK
yang dilaksanakan dengan memanfaatkan sumber belajar secara online
(menggunakan jaringan internet), ditambah dengan tutorial tatap muka
di sekolah induk;

3. Pemberian layanan bimbingan belajar (tutorial) bagi siswa PJJ pada SMK
yang sepenuhnya dilaksanakan secara tatap muka di sekolah induk;

17
4. Pemberian layanan bimbingan belajar (tutorial) bagi siswa PJJ pada SMK
yang dilaksanakan dengan memanfaatkan sumber belajar berupa modul,
ditambah dengan tutorial tatap muka di sekolah induk;

5. Pelaksanan Praktek Kejuruan dan Praktek Kerja Industri untuk PJJ bagi
SMK dilaksanakan di Industri atau di Sekolah Penyelenggara dengan
menggunakan sistem blok.

E. Kurikulum PJJ pada SMK


Kurikulum model layanan PJJ pada SMK menggunakan kurikulum yang
berlaku yaitu kurikulum 2013, sesuai Permendikbud nomor 21 tahun 2016.
Jika sekolah penyelenggara masih menggunakan kurikulum 2006 maka
model PJJ pada SMK menyesuaikan dengan kurikulum yang digunakan oleh
sekolah penyelenggara, dan dengan memperhatikan dengan kondisi dan
karaketristik siswa di TKB.

1. Penyusunan Jadwal Kegiatan Tatap Muka di Sekolah


Penyelenggara

Jadwal tatap muka disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan


peserta didik :

a. Sistem Blok.

b. Tatap muka minimal 2 minggu sekali.

2. Kurikulum Implementatif

Dalam pelaksanaan pembelajaran di TKB menggunakan kurikulum


implementatif yaitu kurikulum yang menitik beratkan pada kebutuhan belajar
peserta didik. Penyusunan kurikulum implementatif dilakukan dengan
analisis kompetensi, materi, proses dan penilaian yang diawali dengan
melakukan asesmen perkembangan, akademik dan sosial.

18
3 . Beban Belajar

Beban belajar merupakan keseluruhan kegiatan yang harus diikuti


peserta didik dalam satu minggu, satu semester, dan satu tahun
pembelajaran.

a. Beban belajar di PJJ pada SMK dinyatakan dalam jam pelajaran per
minggu yang disesuaikan dengan struktur kurikulum.
b. Beban belajar di kelas X dan XI dalam satu semester minimal 18
minggu.
c. Beban belajar di kelas XII pada semester ganjil minimal 18 minggu
d. Beban belajar di kelas XII pada semester genap minimal 14 minggu.
e. Beban belajar untuk SMK disesuaikan dengan program keahlian

F. Jenis Bantuan Belajar


1. Layanan Bantuan Akademik
Layanan bantuan belajar (learner support services) disiapkan dan
dikelola sejak awal masuk sampai dengan menyelesaikan pendidikan.
Layanan bantuan belajar tersebut antara lain meliputi:
a. orientasi studi bagi siswa baru dimulai dengan mengidentifikasi
entry behaviour (perilaku awal) setiap calon siswa baru, termasuk
RPL( Recognition of Prior Learning);
b. pelatihan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi
(pemanfaatan computer-mediated communication) untuk on line
learning, pemanfaatan media dan berbagai sumber belajar;
c. pelatihan peningkatan kemahiran belajar, dan peningkatan
kemampuan menghadapi ujian, keterampilan memecahkan
masalah HOTS (High Order Thinking Skill);
d. setelah menempuh proses pembelajaran dilakukan RCC
(Recognition of Current Competencies);
e. Layanan konsultasi akademik ;

19
2. Layanan Bantuan Administrasi
a. Layanan administrasi pada saat rekruitmen melalui pendaftaran on
line.
b. Mengikuti ujian
c. Layanan registrasi ulang
d. Menampilkan hasil ujian siswa
e. Memanfaatkan berbagai bentuk layanan e-administrasi

3. Layanan Bimbingan Konseling


a. Penanganan permasalah pribadi siswa
b. Pelayanan khusus terkait sosial
c. Pelayanan karir
d. Pelayanan kelanjutan tamat belajar

G. Penilaian dan Evaluasi Hasil Belajar


Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk
mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik.

1. Konsep Penilaian

Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk


mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. Penilaian hasil belajar
meliputi penilaian capaian pembelajaran sikap, pengetahuan, dan
keterampilan. penilaian hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik,
satuan pendidikan, dan pemerintah.

2. Tujuan Penilaian

Penilaian hasil belajar oleh pendidik bertujuan untuk memantau dan


mengevaluasi proses, kemajuan belajar, dan perbaikan hasil belajar
peserta didik secara berkesinambungan. Penilaian hasil belajar oleh
satuan pendidikan bertujuan untuk menilai pencapaian Standar
Kompetensi Lulusan untuk semua mata pelajaran. Penilaian hasil belajar
oleh Pemerintah bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan
secara nasional pada mata pelajaran tertentu

20
3. Prinsip Penilaian

Prinsip penilaian hasil belajar:


a. sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan
kemampuan yang diukur;
b. objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang
jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai;
c. adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta
didik karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang
agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan
gender.
d. terpadu, berarti penilaian merupakan salah satu komponen yang tak
terpisahkan dari kegiatan pembelajaran;
e. terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar
pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang
berkepentingan;
f. menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian mencakup
semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik
penilaian yang sesuai, untuk memantau dan menilai perkembangan
kemampuan peserta didik;
g. sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap
dengan mengikuti langkah-langkah baku;
h. beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran
pencapaian kompetensi yang ditetapkan; dan
i. akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari
segimekanisme, prosedur, teknik, maupun hasilnya

H. Pengaturan Jam Mengajar Guru PJJ Pada SMK


Pengaturan jam mengajar guru pada PJJ pada SMK sesuai dengan PP 119
tahun 2014 pasal 16 yaitu guru yang bertugas menjadi tutor pada PJJ
sebagaimana dimaksud ayat (2 ) dihitung sebagai beban kerja guru untuk
setiap 1 ( satu ) jam tatap muka sama dengan 60 % ( enam puluh persen
dari satu jam pembelajaran reguler untuk peserta didik SMA/ SMK / MAK .

21
Adapun portofolio kegiatan Belajar Mengajar Guru berupa
1. Interaksi antara guru dan siswa pada LMS
2. Dokumentasi tugas
3. Dokumentasi feedback pada tugas dari guru
4. Dokumentasi penilaian
5. Interaksi antara guru dan siswa untuk pembelajaran tatap muka minimal
1 bulan sekali.
I. Supervisi, Pelaporan dan Tindak Lanjut

Pengawasan proses pelaksanaan SMLK dilakukan melalui kegiatan


pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan, serta tindak lanjut secara
berkala dan berkelanjutan.

Pengawasan proses pembelajaran dilakukan oleh kepala satuan pendidikan


dan pengawas. Pengawasan dilakukan dengan prinsip objektif dan
transparan guna peningkatan mutu secara berkelanjutan. Sistem
pengawasan internal dilakukan oleh kepala sekolah induk, pengawas, dan
dinas pendidikan dan Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan. Kepala
Sekolah, Pengawas dan Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan melakukan
pengawasan dalam rangka peningkatan mutu. Kepala Sekolah dan
Pengawas melakukan pengawasan dalam bentuk supervisi akademik dan
supervise manajerial.

1. Supervisi

Proses supervisi pembelajaran dilakukan pada tahap perencanaan,


pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran. Pemantauan dilakukan
melalui antara lain, diskusi kelompok terfokus, pengamatan, pencatatan,
perekaman, wawancara, dan dokumentasi.

Supervisi ke TKB mempunyai dua tujuan: Pertama untuk membantu


guru pamong dalam menjalankan tugasnya di TKB, dan yang kedua
untuk membantu siswa memecahkan kesulitan belajar mandiri.

22
Secara berkala (sesuai dengan jadwal), Guru Pembina/Guru Bina
melakukan supervisi ini diatur oleh kepala sekolah, disesuaikan dengan
kebutuhan dan sasaran penunjangnya.

2. Pelaporan

Hasil kegiatan supervisi, dan evaluasi proses pembelajaran disusun


dalam bentuk laporan untuk kepentingan tindak lanjut pengembangan
keprofesionalan pendidik secara berkelanjutan.

3. Tindak Lanjut

Tindak lanjut hasil pengawasan dilakukan dalam bentuk:

a Penguatan dan penghargaan kepada guru yang menunjukkan kinerja


yang memenuhi atau melampaui standar; dan
b pemberian kesempatan kepada guru untuk mengikuti program
pengembangan keprofesionalan berkelanjutan.

23
BAB IV.
PENGUSULAN PROGRAM PENDIDIKAN JARAK JAUH

F. Kelayakan Pembukaan Program PJJ


Pembukaan program PJJ didasarkan pada pertimbangan:

3. Umum
a. Adanya kebutuhan nyata yang ditunjukkan oleh data penduduk yang
berusia 16-21 tahun, tetapi tidak sekolah karena bekerja maupun bekerja
paruh waktu, mengurus rumah tangga, maupun alasan-alasan lain terkait
ekonomi, sosial.
b. Adanya prospek pekerjaan yang nyata bagi lulusan program PJJ tersebut
sehingga tidak menimbulkan penganggur baru (harus didukung dengan
data survei).
c. Adanya dukungan dari DU/DI berupa Sarana/Prasarana, SDM, dan
kesediaan menerima peserta didik untuk praktek sampai perekrutan
lulusan
d. Penyelenggaraan program PJJ memperhatikan keadaan lingkungan yaitu
penye-lenggaraan program pendidikan oleh sekolah lain sekitarnya atau
di wilayah jangkauan sehingga tidak terjadi persaingan yang tidak sehat
antarsekolah. Setiap sekolah penyelenggara PJJ wajib membuat
pemetaan wilayah yang menjelaskan posisi sekolah penyelenggara dan
rencana TKB yang akan didirikan/dibuka yang disyahkan oleh Dinas
Pendidikan Provinsi setempat. Pemetaan ini sekaligus menjadi dasar
pengembangan TKB sehingga tidak tumpang tindih dengan SMK yang
membuka program sejenis.
e. Penyelenggaraan program PJJ tidak menimbulkan pergesekan internal di
dalam sekolah penyelenggara PJJ yang dapat menurunkan mutu
kinerjanya, karena adanya kompetisi dalam pemanfaatan sumber daya.
f. Agar tidak terjadi kelebihan pasok lulusan, maka program PJJ yang
diusulkan dapat ditutup dan dibuka sesuai dengan kebutuhan, sesudah
tiga siklus pembelajaran. Untuk itu diperlukan kemampuan melakukan
relokasi sumber daya .

24
g. Program PJJ menjamin efektivitas dan efisiensi pemanfaatan sumber daya
pendidikan, serta meningkatkan layanan penyelenggaraan pendidikan
dasar dan menengah.

4. Khusus
Program PJJ diselenggarakan oleh sekolah yang memenuhi persyaratan
berikut.

a. Sumber Daya
8) Tersedianya sumber daya yang disiapkan untuk merancang, meny-
usun, memproduksi, dan menyebarluaskan seluruh sumber belajar.
9) Tersedianya sumber daya untuk memutakhirkan secara berkala setiap
materi ajar yang diproduksi sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni.
10) Mampu menyediakan sumber daya yang menjamin penyelenggaraan
interaksi antara peserta didik dengan guru/tutor secara intensif, baik
melalui tatap muka, telewicara, surat menyurat elektronik, maupun
bentuk-bentuk interaksi jarak jauh sehingga mampu menjaga kualitas
proses pembelajaran.
11) Mempunyai akses kepada sumber daya penyedia fasilitas praktik/
praktikum/ praktik kerja lapangan dan/atau akses bagi peserta didik
sesuai dengan capaian pembelajaran yang dipersyaratkan.
12) Tersedianya sumber daya untuk melakukan evaluasi hasil belajar
secara terprogram.
13) Mampu menyediakan sumber daya bidang manajemen dan
pembelajaran jarak jauh.
14) Tersedianya sumber daya untuk mengorganisasikan TKB yang
bertujuan memberikan layanan teknis dan akademis secara intensif
kepada pendidik dan peserta didik dalam proses pembelajaran jarak
jauh.

25
b. Kurikulum
3) Kurikulum program PJJ memiliki capaian belajar (learning outcomes)
yang setara dengan capaian belajar pada pendidikan reguler.
4) Kurikulum program PJJ mengacu kepada Kurikulum Nasional dan
disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan daerah sepanjang tidak
mengurangi standar kompetensi lulusan yang telah ditetapkan.

c. Proses Pembelajaran
8) Rancangan pembelajaran disusun dengan memperhatikan interaksi
antara media, metode, materi, waktu, dan sistem penyampaian serta
memuat penjelasan tentang belajar mandiri, tutorial, dituangkan dalam
bentuk silabus.
9) Proporsi dan frekuensi belajar mandiri dan tutorial harus jelas dan
tertuang dalam rancangan pembelajaran.
10) Rancangan interaksi dua arah dengan pendidik (guru/tutor) harus
menggambarkan cara, tujuan, dan frekuensi pelaksanaannya.
11) Rancangan bahan ajar dan media belajar yang digunakan harus
menggambarkan sumber dan strategi pemanfaatannya.
12) Rancangan evaluasi hasil belajar harus mencerminkan tingkat
kematangan dan kemampuan peserta didik melalui mekanisme
tertentu.
13) Layanan bantuan belajar/pendampingan harus dirancang sesuai
dengan strategi pembelajaran.
14) Ketersediaan perangkat lunak pengelolaan pembelajaran jarak jauh
(Learning Management System dan sejenisnya) yang digunakan serta
dukungan server (hosting atau di sekolah penyelenggara PJJ), Sumber
Daya pengelola perangkat keras dan perangkat lunak.

d. Manajemen
5) Organisasi
 Program PJJ terintegrasi pada program reguler yang tergambarkan
secara jelas tugas, wewenang dan tanggung jawab dalam struktur
organisasi sekolah.

26
 Setiap sekolah penyelenggara PJJ dapat membuka maksimal 3
(tiga) komptetensi keahlian. Setiap kompetensi keahlian minimal
memiliki 1 (satu) TKB dan maksimal 3 (tiga) TKB. Masing masing
TKB sekurang-kurangnya memiliki 1 (satu) mitra DU/DI. Setiap TKB
memfasilitasi maksimal 30 peserta didik. Pengelola TKB terdiri dari
1 penanggungjawab, 1 operator dan 1 tutor.
 Pengelola PJJ pada sekolah penyelenggara berkewajiban
melakukan monitoring ke TKB sekurang-kurangnya 1 kali dalam
sebulan.
 Tersedia kerangka kerja antara sekolah penyelenggara PJJ, TKB,
dan mitra-mitra penyelenggara PJJ terkait pengelolaan dan
koordinasi pelaksanaan PJJ.
 Adanya kebijakan sekolah tentang program PJJ yang terintegrasi
pada rencana tahunan sekolah.

6) Pendanaan
 Kejelasan dana investasi terhadap besarnya dana serta sumbernya.
 Kejelasan dana operasional dan pemeliharaan terhadap besarnya
dana serta sumbernya.
 Kejelasan penerimaan internal dan eksternal yang menggambarkan
komposisi penerimaan internal dan peruntukannya dalam program
PJJ untuk menjamin keberlanjutan program secara mandiri.
 Kepastian dukungan finansial oleh sekolah penyelenggara untuk
penyediaan akses infrastruktur PJJ.

7) Manajemen Akademik
 Adanya rencana pengembangan program yang mencakup tahapan
pengembangan, diversifikasi, serta keberlanjutannya di wilayah
jangkauan.
 Adanya manajemen sumber daya yang meliputi proses perekrutan,
staffing, kualifikasi, pengembangan dan pembinaan sesuai dengan
kewenangannya.

27
 Adanya mekanisme pemutakhiran bahan ajar serta media yang digu-
nakan.
 Adanya sistem penjaminan mutu akademis yang mengacu kepada
SPMI untuk memastikan bahwa pembelajaran berbasis teknologi
informasi dan komunikasi sebagaimana dimaksud dalam program
PJJ dipenuhi.
 Adanya kerjasama antarlembaga bidang akademik atau non
akademik dengan sekolah lain, institusi, dunia industri, dan pihak
lain dalam dan luar negeri untuk memfasilitasi pelaksanaan program
pjj dan peningkatan kualitas pendidikan.
 Memiliki ijin penyelenggaraan program reguler dan telah diakreditasi
oleh Badan Akreditasi Nasional dengan minimal nilai B untuk sekolah
negeri dan nilai A untuk sekolah swasta.

8) Administrasi
 Pemenuhan dokumen pembukaan program PJJ dalam bentuk studi
kelayakan.
 Pemenuhan data pendukung dan lampiran pembukaan program PJJ.
 Pemenuhan persyaratan akreditasi minimal.

G. Data Pendukung dan Lampiran


Penyelenggara program PJJ harus melakukan kajian kelayakan akademik dan
administratif yang tertuang dalam suatu Naskah Akademik beserta lampiran
yang terdiri antara lain:
10. kurikulum dan silabus;
11. daftar guru beserta mata pelajaran yang diampu dan fotokopi ijazah S1
dan yang lebih tinggi (dari setiap guru) serta ijin perbantuan bagi guru
dari sekolah lain atau instansi lain;
12. daftar tutor beserta mata pelajaran dan lokasi tugas, dan fotokopi ijasah
SLTA atau yang lebih tinggi, serta surat kesediaan menjadi tutor (dari
setiap tutor).
13. daftar riwayat hidup guru dan tutor;
14. daftar tenaga kependidikan;

28
15. daftar sarana prasarana pendukung PJJ yang tersedia di sekolah
penyelenggara PJJ dan TKB.
16. daftar sarana prasarana dan daftar fasilitas fisik pendukung yang dapat
dimanfaatkan berdasarkan asas pemanfaatan bersama.
17. dokumen pendukung lainnya sebagaimana dipersyaratkan dalam
akreditasi minimal.
18. Khusus untuk sekolah swasta, diperlukan dokumen akta notaris
pendirian yayasan, AD/ART yayasan, pengesahan KUMHAM, dan delegasi
kekuasaan (power of attorney) dari yayasan kepada pimpinan sekolah
swasta.

29
BAB V
PENUTUP

Pendidikan Jarak Jauh merupakan proses pembelajaran yang dilakukan secara


jarak jauh melalui penggunaan media komunikasi dengan materi ajar yang
dikembangkan dan dikemas dalam beragam bentuk berbasis TIK. Prinsip
pelaksanaan PJJ adalah akses, pemerataan dan kualitas. Akses untuk
mendapatkan pendidikan semakin mudah dengan bantuan teknologi. Sehingga
ada pemerataan kesempatan berpartisipasi tanpa kendala dan kualitas sesuai
standar nasional pendidikan.

Panduan dibuat sebagai acuan dalam merancang, melaksanakan, serta


mengevaluasi program PJJ secara benar. Penyempurnaan panduan akan terus
dilakukan dan untuk masukan dari komunitas pendidikan sangat diharapkan.
Semoga panduan ini bermanfaat bagi peningkatan

30

Anda mungkin juga menyukai