Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

CHILD ABUSE PADA ANAK


Disusun untuk memenuhi tugas mata ajaran Keperawatan Jiwa 2

DISUSUN OLEH:
ERWIN ARTHA WIJAYA

INDRIANI

I WAYAN JELIH SUHARNATA

MEILANI RATNA MAYASARI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MATARAM


PROGRAM STUDI S1 JURUSAN KEPERAWATAN
MATARAM

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
tugas Kegawatdaruratan dengan judul “Asuhan Keperawatan Jiwa Child Abuse
Pada Anak”.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan.Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,
kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah
kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Mataram, Mei 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul........................................................................................... i
Kata Pengantar........................................................................................... ii
Daftar Isi.................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 2
C. Tujuan................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................. 3
A. Pengetian Child Abuse.......................................................................... 3
B. Etiologi.................................................................................................. 3
C. Klasifikasi............................................................................................. 5
D. Dampak Child Abuse............................................................................ 7
E. Tanda dan Gejala................................................................................... 7
F. Evaluasi Diagnostik............................................................................... 10
G. Penatalaksanaan.................................................................................... 12
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN.................................................... 16
A. Pengkajian............................................................................................. 16
B. Diagnosa Keperawatan......................................................................... 17
C. Intervensi Keperawatan......................................................................... 17
D. Evaluasi................................................................................................. 22
BAB IV PENUTUP.................................................................................. 23
Kesimpulan................................................................................................ 23
Saran.......................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dalam mencapai Indonesia sehat 2010 peningkatan mutu kesehatan yang
berkualitas merupakan kebutuhan masyarakat. Hal ini penting mengingat makin
berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi masa sekarang yang sering
menimbulkan perubahan pola hidup masyarakat yang berpengaruh terhadap kesehatan
fisik mental dan sosial serta kesejahteraan masyarakat.
Gangguan jiwa artinya menonjolnya gejala-gejala psikogenik, hal ini tidak berarti
bahwa unsur yang lain tidak terganggu lagi, yang sakit dan yang menderita ialah ;
Manusia seutuhnya dan bukan hanya badannya, jiwanya, dan lingkungannya.
Dalam pemberian asuhan keperawatan pada klien dengan Perilaku kekerasan
pada anak diperlukan sikap perawatan yang menerima klien, hangat, sederhana, dimana
prinsip intervensi aktif adalah : menerima dan menenangkan klien bukan
menggembirakan atau mengatakan bahwa klien tidak perlu khawatir.
Untuk mengantisipasi hal tersebut dpat dipperlukan usaha-usaha pelayanan
kesehatah jiwa seperti yang tercantum didalam undang-undang kesehatan jiwa no. 26
tahun 1992 pasal 27 yang meliputi :
1. Promotif dan Prefentif
Promotif memberikan penyuluhan tenteng masalah yang berkaitan dengan
mental emosional misal:tentang penyuluhan kenakalan anak remja; cara
menangani pasien kalau sudah pulang; Penyalah gunaan obat dan NAPZA .
Preventif memberikan pencegahan agar orang yang mengalami stres tidak
menjadi jatuh sakit
2. Kuratif
Yaitu : Tindakan pengobatan yang dilakukan tenaga medis maupun perawat
dan tenaga ahli lainnya dalam rangka usaha membantu kesembuhan pasien
agar terbebas dari sakitnya

1
3. Rehabilitasi
Yaitu: Usaha mengembalikan fungsi/keahlian/ketrampilan pasien agar
keahlian yang dimiliki dapat berfungsi kembali sehingga setelah pulang
pasien mampu hidup secara mandiri
4. Usaha keswamas
Usaha kesehatan jiwa masyarakat
Gangguan suasana perasaan merupakan bagian dari depresi, Depresi itu sendiri
merupakan gangguan gangguan tersendiri ataupun sebagai gejala nyat dari suatu
gangguan jiwa, Baik sebagai gejala tersendiri, ataupun sebagai gejala penyerta, Depresi
merupakan gangguan yang banyak dijumpai, dikatakan bahwa sekitar 30-40% penderita
dirawat di RSJ merupakan penderita depresi (Psikiatri hal 11. 1)
Usaha keperawatan mental psikiatri ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas
laporan praktek klinik keperawatan jiwa 2, dengan harapan mahasiswa akper baik di
Puskesmas, rumah sakit, mampu mendeteksi secara dini masalah kesehatan mental
psikiatri

B. RUMUSAN MASALAH
Dalam menyusun laporan ini penulis membatasi masalah pada asuhan
keperawatan dengan Perilaku Kekerasan pada Anak dari tinjuan Konseptual dan kasus
Fiktif.

C. TUJUAN
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui Konsep Asuhan Keperawatan pada pasien dengan
Perilaku Kekerasan pada anak

2. Tujuan Khusus
a. Menjelasakan tentang Konsep Teori Kekerasan pada anak .
b. Menjelasakan tentang Konsep Asuhan Keperawatan dengan perilaku
kekerasan pada anak.
c. Menjelaskan tentang asuhan keperawatan kasus fiktif perilaku kekerasan
pada anak.

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Child Abuse


 Child Abuse : tindakan yang mempengaruhi perkembangan anak
sehingga tidak optimal lagi
 Child Abuse : perlakuan salah terhadap fisik dan emosi anak,
menelantarkan pendidikan dan kesehatannya dan juga penyalahgunaan
seksual
 Child Abuse adalah penganiayaan, penelantaran dan eksploitasi
terhadap anak, dimana ini adalah hasil dari perilaku manusia yang
keliru terhadap anak
 Physical abuse adalah penganiayaan fisik ketika anak-anak
mendapatkan luka atau terluka oleh karena tindakan orang tua atau
orang lain
 Physical abuse terjadi ketika orang tua atau pengasuh dan pelindung
anak ( ketika sebenarnya anak membutuhkan perhatian ) melakukan
pemukulan atau kekerasan secara fisik pada anak

B. Etiologi
Faktor Predisposisi & Presipitasi

Ada beberapa faktor yang menyebabkan anak mengalami


kekerasan. Baik kekerasan fisik maupun kekerasan psikis, diantaranya
adalah:

1. Stres yang berasal dari anak


a. Fisik berbeda, yang dimaksud dengan fisik berbeda adalah
kondisi fisik anak berbeda dengan anak yang lainnya. Contoh
yang bisa dilihat adalah anak mengalami cacat fisik. Anak
mempunyai kelainan fisik dan berbeda dengan anak lain yang
mempunyai fisik yang sempurna.
b. Mental berbeda, yaitu anak mengalami keterbelakangan mental
sehingga anak mengalami masalah pada perkembangan dan sulit
berinteraksi dengan lingkungan di sekitarnya.

3
c. Temperamen berbeda, anak dengan temperamen yang lemah
cenderung mengalami banyak kekerasan bila dibandingkan
dengan anak yang memiliki temperamen keras. Hal ini
disebabkan karena anak yang memiliki temperamen keras
cenderung akan melawan bila dibandingkan dengan anak
bertemperamen lemah.
d. Tingkah laku berbeda, yaitu anak memiliki tingkah laku yang
tidak sewajarnya dan berbeda dengan anak lain. Misalnya anak
berperilaku dan bertingkah aneh di dalam keluarga dan
lingkungan sekitarnya.
e. Anak angkat, anak angkat cenderung mendapatkan perlakuan
kasar disebabkan orangtua menganggap bahwa anak angkat
bukanlah buah hati dari hasil perkawinan sendiri, sehingga secara
naluriah tidak ada hubungan emosional yang kuat antara anak
angkat dan orang tua.

2. Stress keluarga
a. Kemiskinan dan pengangguran, kedua faktor ini merupakan
faktor terkuat yang menyebabkan terjadinya kekerasan pada anak,
sebab kedua faktor ini berhubungan kuat dengan kelangsungan
hidup. Sehingga apapun akan dilakukan oleh orangtua terutama
demi mencukupi kebutuhan hidupnya termasuk harus
mengorbankan keluarga.
b. Mobilitas, isolasi, dan perumahan tidak memadai, ketiga faktor
ini juga berpengaruh besar terhadap terjadinya kekerasan pada
anak, sebab lingkungan sekitarlah yang menjadi faktor terbesar
dalam membentuk kepribadian dan tingkah laku anak.
c. Perceraian, perceraian mengakibatkan stress pada anak, sebab
anak akan kehilangan kasih sayang dari kedua orangtua.
d. Anak yang tidak diharapkan, hal ini juga akan mengakibatkan
munculnya perilaku kekerasan pada anak, sebab anak tidak sesuai
dengan apa yang diinginkan oleh orangtua, misalnya kekurangan
fisik, lemah mental, dsb.
3. Stress berasal dari orangtua

4
a. Rendah diri, anak dengan rendah diri akan sering mendapatkan
kekerasan, sebab anak selalu merasa dirinya tidak berguna dan
selalu mengecewakan orang lain.
b. Waktu kecil mendapat perlakuan salah, orangtua yang mengalami
perlakuan salah pada masa kecil akan melakuakan hal yang sama
terhadap orang lain atau anaknya sebagai bentuk pelampiasan atas
kejadian yang pernah dialaminya.
c. Harapan pada anak yang tidak realistis, harapan yang tidak
realistis akan membuat orangtua mengalami stress berat sehingga
ketika tidak mampu memenuhi memenuhi kebutuhan anak,
orangtua cenderung menjadikan anak sebagai pelampiasan
kekesalannya dengan melakukan tindakan kekerasan.

C. Klasifikasi
 Emotional Abuse
Perlakuan yang dilakukan oleh orang tua seperti menolak anak,
meneror, mengabaikan anak, atau mengisolasi anak. Hal tersebut akan
membuat anak merasa dirinya tidak dicintai, atau merasa buruk atau
tidak bernilai. Hal ini akan menyebabkan kerusakan mental fisik,
sosial, mental dan emosional anak.
- Indikator fisik kelainan bicara, gangguan pertumbuhan fisik dan
perkembangan.
- Indikator perilaku – kelainan keiasaan (menghisap, mengigit, atau
memukul-mukul)
 Physical Abuse
Cedera yang dialami oleh seorang anak bukan karena kecelakaan atau
tindakan yang dapat menyebabkan cedera serius pada anak, atau dapat
juga diartikan sebagai tindakan yang dilakukan oleh pengasuh
sehingga mencederai anak. Biasanya berupa luka memar, luka bakar
atau cedera di kepala atau lengan.
- Indikator fisik – luka memar, gigitan manusia, patah tulang, rambut
yang tercabut, cakaran
- Indikator perilaku – waspada saat bertemu degan orang dewasa,
berperilaku ekstrem seerti agresif atau menyendiri, takut pada
orang tua, takut untuk pulang ke rumah, menipu, berbohong,
mencuri.

5
 Neglect
Kegagalan orang tua untuk memberikan kebutuhan yang sesuai bagi
anak, seperti tidak memberikan rumah yang aman, makanan, pakaian,
pengobatan, atau meninggalkan anak sendirian atau dengan seseorang
yang tidak dapat merawatnya .
- Indikator fisik – kelaparan, kebersihan diri yang rendah, selalu
mengantuk, kurangnya perhatian, masalah kesehatan yang tidak
ditangani.
- Indikator kebiasaan ¬ Meminta atau mencuri makanan, sering
tidur, kurangnya perhatian pada masalah kesehatan, masalah
kesehatan yang tidak ditangani, pakaian yang kurang memadai
(pada musim dingin), ditinggalkan.
 Sexual Abuse
Termasuk menggunakan anak untuk tindakan sexual, mengambil
gambar pornografi anak-anak, atau aktifitas sexual lainnya kepada
anak.
- Indikator fisik – kesulitan untuk berjalan atau duduk, adanya noda
atau darah di baju dalam, nyeri atau gatal di area genital, memar
atau perdarahan di area genital/ rektal, berpenyakit kelamin.
- Indikator kebiasaan – pengetahuan tentang seksual atau sentuhan
seksual yang tidak sesuai dengan usia, perubahan pada penampilan,
kurang bergaul dengan teman sebaya, tidak mau berpartisipasi
dalam kegiatan fisik, berperilaku permisif/ berperilaku yang
menggairahkan, penurunan keinginan untuk sekolah, gangguan
tidur, perilaku regressif (misal: ngompol)

D. Dampak Child Abuse


Child abuse ini menimbulkan dampak (Moore,2004) diantaranya :
1. Anak kehilangan hak untuk menikmati masa kanak-kanaknya. Anak
bisa saja kehilangan keceriaannya karena kekerasan yang dialaminya
hingga malas untuk bermain.
2. Sering menjadi korban eksploitasi dan penindasan dari orang dewasa.
Anak yang pernah menjadi korban kekerasan lagi dan semakin
ditindas orang dewasa bila tidak mendapatkan penanganan yang tepat.
3. Sering pada saat dewasa membawa dampak psikologis : labilitas
emosi, perilaku agresif, tindak kekerasan, penyalahgunaan NAPZA,
perilaku sex bebas, dan perilaku anti sosial.

6
4. Kerusakan fisik : pertumbuhan dan perkembangan tubuh kurang
normal atau bahkan mengalami kecacatan dan rusaknya sistem syaraf.
5. Besar kemungkinan setelah dewasa akan memberi perlakuan keras
secara fisik pada anaknya.
6. Akibatnya yang paling fatal adalah kematian

E. Tanda dan Gejala


Tanda fisik yang bisa dijumpai pada physical abuse :

 Cidera Kulit
Cidera kulit adalah tanda-tanda penganiayaan anak yang paling umum
dan paling mudah dikenali. Bekas gigitan manusia tampak sebagai
daerah lonjong dengan bekas gigi, tanda hisapan atau tanda dorongan
lidah. Memar multiple atau memar pada tempat-tempat yang tidak
terjangkau menunjukkan bahwa anak itu telah mengalami
penganiayaan. Memar yang ada dalam berbagai tahap penyembuhan
menunjukkan adanya trauma yang terjadi berulang kali. Memar
berbentuk objek yang dapat dikenali umumnya bukan suatu kebetulan.

 Kerontokan Rambut Traumatik


Kerontokan rambut traumatik terjadi ketika rambut anak ditarik, atau
dipakai untuk menyeret atau menyentak anak. Akibatnya pada kulit
kepala dapat memecahkan pembuluh darah di bawah kulit. Adanya
akumulasi darah dapat membantu membedakan antara kerontokan
rambut akibat penganiayaan atau non-penganiayaan.

 Jatuh
Jika seorang anak dilaporkan mengalami kejatuhan biasa, namun yang
tampak adalah cidera yang tidak biasa, maka ketidaksesuaian riwayat
dengan trauma yang dialami tersebut menimbulkan kecurigaan adanya
penganiayaan terhadap anak.

 Cidera Eksternal pada Kepala, Muka dan Mulut


Luka, perdarahan, kemerahan atau pembengkakan pada kanal telinga
luar, bibir pecah-pecah, gigi yang goyang atau patah, laserasi pada lidah

7
dan kedua mata biru tanpa trauma pada hidung, semuanya dapat
mengindikasikan adanya penganiayaan.

 Cidera Termal Disengaja atau Diketahui Sebabnya


Luka bakar terculap, dengan garis batas jelas, luka bakar sirkuler kecil-
kecil dan banyak dalam berbagai tahap penyembuhan, luka bakar
setrikaan, luka bakar daerah popok dan luka bakar tali semuanya
memberikan kesan adanya tindakan jahat yang disengaja.

 Sindroma Bayi Terguncang


Guncangan pada bayi menimbulkan cidera ekslersi deselersi pada otak,
menyebabkan regangan dan pecahnya pembuluh darah. Hal ini dapat
menimbulkan cidera berat pada system saraf pusat, tanpa perlu bukti-
bukti cidera eksternal.

 Fraktur dan Dislokasi yang Tidak Dapat Dijelaskan


Fraktur Iga Posterior dalam berbagai tahap penyembuhan, fraktur spiral
atau dislokasi karena terpelintirnya ekstremitas merupakan bukti cidera
pada anak yang tidak terjadi secara kebetulan.
Menurut American Academy Of Child Adolescent Psychiatry (2007) anak
telah mengalami penganiayaan dapat menunjukkan ciri-ciri :

 Mempunyai gambaran diri yang lemah & tidak bisa menjalankan


peran
 Ketidakmampuan untuk percaya atau mencintai orang lain
 Agresif, mengganggu, dan berperilaku tidak benar
 Kemarahan dan amuk, merusak diri sendiri, pemikiran tentang bunuh
diri
 Pasif, menarik diri, dan perilaku mengandung kutukan
 Ketakutan melakukan aktivitas atau hubungan interpersonal yang baru
 Khawatir dan takut, merasa sedih yang berlebih atau merasa tertekan
 Permasalahan sekolah atau kegagalan dan penyalahgunaan NAPZA
 Gangguan tidur, mimpi buruk

Menurut Child Welfare Information Gateway (2006) tanda dan gejala yang
sering dijumpai pada physical abuse adalah :

1. Anak :
 Menunjukkan adanya perubahan yang mendadak di dalam
perilaku atau prestasi sekolah

8
 Belum atau tidak menerima bantuan baik secara fisik maupun
permasalahan medis yang seharusnya diberikan oleh orang tua
 Selalu dalam kewaspadaan seolah-olah bersiap mengahadapi
sesuatu yang tidak menyenangkan/mengancamnya akan terjadi
 Menuntut yang berlebihan, pasif, menarik diri
 Datang ke sekolah dan aktifitas lain lebih awal dan pulang
terlambat (seperti ingin pergi dari rumah).

2. Orang tua :
 Pengawasan orang tua yang kurang, menunjukkan perhatian
yang sedikit pada anak
 Menyangkal keberadaan anak dan menyalahkan anak baik
tentang permasalahan di sekolah maupun di rumah
 Meminta pada guru atau pejabat di sekolah untuk menggunakan
kekerasan fisik dalam menegakkan disiplin pada anak yang
berbuat nakal/jahat
 Selalu melihat anak tidak baik, tidak berharga atau membebani
 Menuntut tingkatan fisik serta pencapaian akademis yang tidak
mungkin dicapai oleh anak.
3. Orang tua dan anak :
 Jarang bersentuhan atau saling berpandangan
 Memandang hubungan antara orang tua dan anak sebagai hal
negatif seluruhnya
 Mengatakan tidak suka satu sama lain.
F. Evaluasi Diagnostik
Diagnostik perlakuan salah dapat ditegakkan berdasarkan riwayat
penyakit, pemeriksaan fisik yang teliti, dokumentasi riwayat psikologik
yang lengkap, dan laboratorium.
 Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik
- Penganiayaan fisik
Tanda patogomonik akibat penganiayaan anak dapat berupa:
 Luka memar, terutama di wajah, bibir, mulut, telinga, kepala,
atau punggung.
 Luka bakar yang patogomonik dan sering terjadi: rokok,
pencelupan kaki-tangan dalam air panas, atau luka bakar
berbentuk lingkaran pada bokong. Luka bakar akibat aliran
listrik seperti oven atau setrika.

9
 Trauma kepala, seperti fraktur tengkorak, trauma intrakranial,
perdarahan retina, dan fraktur tulang panjang yang multipel
dengan tingkat penyembuhan yang berbeda.
 Trauma abdomen dan toraks lebih jarang dibanding trauma
kepala dan tulang pada penganiayaan anak. Penganiayaan fisik
lebih dominan pada anak di atas usia 2 tahun.
- Pengabaian
 Pengabaian non organic failure to thrive, yaitu suatu kondisi
yang mengakibatkan kegagalan mengikuti pola pertumbuhan
dan perkembangan anak yang seharusnya, tetapi respons baik
terhadap pemenuhan makanan dan kebutuhan emosi anak.
 Pengabaian medis, yaitu tidak mendapat pengobatan yang
memadai pada anak penderita penyakit kronik karena orangtua
menyangkal anak menderita penyakit kronik. Tidak mampu
imunisasi dan perawatan kesehatan lainnya. Kegagalan yang
disengaja oleh orangtua juga mencakup kelalaian merawat
kesehatan gigi dan mulut anak sehingga mengalami kerusakan
gigi.
- Penganiayaan seksual
Tanda dan gejala dari penganiayaan seksual terdiri dari:
 Nyeri vagina, anus, dan penis serta adanya perdarahan atau
sekret di vagina.
 Disuria kronik, enuresis, konstipasi atau encopresis.
 Pubertas prematur pada wanita
 Tingkah laku yang spesifik: melakukan aktivitas seksual
dengan teman sebaya, binatang, atau objek tertentu. Tidak
sesuai dengan pengetahuan seksual dengan umur anak serta
tingkah laku yang menggairahkan.
 Tingkah laku yang tidak spesifik: percobaan bunuh diri,
perasaan takut pada orang dewasa, mimpi buruk, gangguan
tidur, menarik diri, rendah diri, depresi, gangguan stres post-
traumatik, prostitusi, gangguan makan, dsb.

 Laboratorium
Jika dijumpai luka memar, perlu dilakukan skrining perdarahan. Pada
penganiayaan seksual, dilakukan pemeriksaan:

10
 Swab untuk analisa asam fosfatase, spermatozoa dalam 72 jam
setelah penganiayaan seksual.
 Kultur spesimen dari oral, anal, dan vaginal untuk genokokus
 Tes untuk sifilis, HIV, dan hepatitis B
 Analisa rambut pubis
 Radiologi
Ada dua peranan radiologi dalam menegakkan diagnosis perlakuan
salah pada anak, yaitu untuk:
 Identifiaksi fokus dari jejas
 Dokumentasi
Pemeriksaan radiologi pada anak di bawah usia 2 tahun sebaiknya
dilakukan untuk meneliti tulang, sedangkan pada anak diatas 4-5
tahun hanya perlu dilakukan jika ada rasa nyeri tulang, keterbatasan
dalam pergerakan pada saat pemeriksaan fisik. Adanya fraktur
multiple dengan tingkat penyembuhan adanya penyaniayaan fisik.
 CT-scan lebih sensitif dan spesifik untuk lesi serebral akut dan kronik,
hanya diindikasikan pada pengniayaan anak atau seorang bayi yang
mengalami trauma kepala yang berat.
 MRI (Magnetik Resonance Imaging) lebih sensitif pada lesi yang
subakut dan kronik seperti perdarahan subdural dan sub arakhnoid.
 Ultrasonografi digunakan untuk mendiagnosis adanya lesi visceral
 Pemeriksaan kolposkopi untuk mengevaluasi anak yang mengalami
penganiayaan seksual.

G. Penatalaksanaan
Pencegahan dan penanggulangan penganiayaan dan kekerasan pada anak
adalah melalui:
1. Pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan dapat melakukan berbagai kegiatan dan program
yang ditujukan pada individu, keluarga, dan masyarakat.
 Prevensi primer-tujuan: promosi orangtua dan keluarga sejahtera

Individu :
- Pendidikan kehidupan keluarga di sekolah, tempat ibadah, dan
masyarakat
- Pendidikan pada anak tentang cara penyelesaian konflik
- Pendidikan seksual pada remaja yang beresiko
- Pendidikan perawatan bayi bagi remaja yang merawat bayi
- Pelayanan referensi perawatan jiwa

11
- Pelatihan bagi tenaga profesional untuk deteksi dini perilaku
kekerasan.

Keluarga :
- Kelas persiapan menjadi orangtua di RS, sekolah, institusi di
masyarakat
- Memfasilitasi jalinan kasih 12ocial pada orangtua baru
- Rujuk orangtua baru pada perawat Puskesmas untuk tindak
lanjut (follow up)
- Pelayanan 12ocial untuk keluarga

Komunitas :
- Pendidikan kesehatan tentang kekerasan dalam keluarga
- Mengurangi media yang berisi kekerasan
- Mengembangkan pelayanan dukungan masyarakat, seperti:
pelayanan krisis, tempat penampungan anak/keluarga/usia
lanjut/wanita yang dianiaya
- Kontrol pemegang senjata api dan tajam
 Prevensi sekunder-tujuan: diagnosa dan tindakan bagi keluarga
yang stress
Individu :
- Pengkajian yang lengkap pada tiap kejadian kekerasan pada
keluarga pada tiap pelayanan kesehatan
- Rencana penyelamatan diri bagi korban secara adekuat
- Pengetahuan tentang hukuman untuk meminta bantuan dan
perlindungan
- Tempat perawatan atau “Foster home” untuk korban

Keluarga :
- Pelayanan masyarakat untuk individu dan keluarga
- Rujuk pada kelompok pendukung di masyarakat (self-help-
group). Misalnya: kelompok pemerhati keluarga sejahtera
- Rujuk pada lembaga/institusi di masyarakat yang memberikan
pelayanan pada korban

Komunitas :
- Semua profesi kesehatan terampil memberikan pelayanan pada
korban dengan standar prosedur dalam menolong korban

12
- Unit gawat darurat dan unit pelayanan 24 jam memberi respon,
melaporkan, pelayanan kasus, koordinasi dengan penegak
hukum/dinas sosial untuk pelayanan segera.
- Tim pemeriksa mayat akibat kecelakaan/cedera khususnya
bayi dan anak.
- Peran serta pemerintah: polisi, pengadilan, dan pemerintah
setempat
- Pendekatan epidemiologi untuk evaluasi
- Kontrol pemegang senjata api dan tajam

 Prevensi tertier-tujuan: redukasi dan rehabilitasi keluarga dengan


kekerasan
Individu :
- Strategi pemulihan kekuatan dan percaya diri bagi korban
- Konseling profesional pada individu

Keluarga :
- Redukasi orangtua dalam pola asuh anak
- Konseling profesional bagi keluarga
- Self-help-group (kelompok peduli)

Komunitas :
- “Foster home”, tempat perlindungan
- Peran serta pemerintah
- “follow up” pada kasus penganiayaan dan kekerasan
- Kontrol pemegang senjata api dan tajam

2. Pendidikan
Sekolah mempunyai hak istimewa dalam mengajarkan bagian
badan yang sangat pribadi, yaitu penis, vagina, anus, mammae dalam
pelajaran biologi. Perlu ditekankan bahwa bagian tersebut sifatnya
sangat pribadi dan harud dijaga agar tidak diganggu orang lain.
Sekolah juga perlu meningkatkan keamanan anak di sekolah. Sikap
atau cara mendidik anak juga perlu diperhatikan agar tidak terjadi
aniaya emosional. Guru juga dapat membantu mendeteksi tanda2
aniaya fisik dan pengabaian perawatan pada anak.

3. Penegak hukum dan keamanan

13
Hendaknya UU no.4 thn 1979, tentang kesejahteraan anak cepat
ditegakkan secara konsekuen. Hal ini akan melindungi anak dari
semua bentuk penganiayaan dan kekerasan. Bab II pasal 2
menyebutkan bahwa “anak berhak atas perlindungan terhadap
lingkungan hidup yang dapat membahayakan atau menghambat
pertumbuhan dan perkembangannya secara wajar.

4. Media massa
Pemberitaan penganiayaan dan kekerasan pada anak hendaknya
diikuti oleh artikel2 pencegahan dan penanggulangannya. Dampak
pada anak baik jangka pendek maupun jangka panjang diberitakan
agar program pencegahan lebih ditekankan.

14
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA CHILD ABUSE

A. Pengkajian
Fokus pengkajian secara keseluruhan untuk menegakkan diagnosa
keperawatan berkaitan dengan child abuse, antara lain :
1. Psikososial :
 Melalaikan diri (neglect), baju dan rambut kotor, bau
 Gagal tumbuh dengan baik
 Keterlambatan perkembangan tingkat kognitif, psikomotor, dan
psikososial
 With drawl (memisahkan diri) dari orang2 dewasa

2. Muskuloskeletal
 Fraktur
 Dislokasi
 Keseleo (sprain)

3. Genito Urinaria
 Infeksi saluran kemih
 Perdarahan per vagina
 Luka pada vagina/penis
 Nyeri waktu miksi
 Laserasi pada organ genetalia eksternal, vagina, dan anus

4. Integumen
 Lesi sirkulasi (biasanya pada kasus luka bakar oleh karena rokok)
 Luka bakar pada kulit, memar dan abrasi
 Adanya tanda2 gigitan manusia yang tidak dapat dijelaskan
 Bengkak

15
B. Diagnosa Keperawatan

1. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan perilaku agresif, perilaku anti


sosial, penyalahgunaan obat, percobaan bunuh diri, masalah disekolah dan
pekerjaan.

2. Tidak efektifnya koping keluarga; kompromi berhubungan dengan faktor-


faktor yang menyebabkan Child Abuse
3. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan anak berhubungan dengan
tidak adekuatnya perawatan
4. Resiko perilaku kekerasan oleh anggota keluarga yang lain ber-hubungan
dengan kela-kuan yang maladaptive.
5. Peran orang tua berubah berhubungan dengan ikatan keluarga yang
terganggu.

C. Intervensi Keperawatan
1. DK : Resti cidera b/d perilaku agresif
Tujuan: Anak tidak mengalami cedera.
Intervensi keperawatan:
Intervensi Rasional
1. Lindungi anak dari cedera Menghindari anak dari cedera/luka
lebih lanjut yang lebih parah dan meminimalkan
dampak psikologis yang ditimbulkan.

2. Bantu diagnosis Membantu dalam menentukan altenatif


penganiayaan anak : fisik, tindakan yang tepat untuk
seksual / emosional menghindari penganiayaan anak
lebih lanjut.

3. Laporkan kecurigaan Dengan melaporkan adanya kecurigaan


adanya penganiayaan adanya penganiayaan anak seperti
luka pada kulit dapat mencegah
terjadinya cedera yang lebih serius

16
pada anak serta mencegah kematian
anak.

4. Lakukan resusitasi dan Resusitasi dan stabilisasi dilakukan


stabilisasi seperlunya ketika anak mendapatkan
penganiayaan yang menyebabkan
mengalami henti nafas, dilakukan
sampai stabil dan dibawa ke rumah
sakit.

2. DK : Tidak efektifnya koping keluarga; kompromi berhubungan


dengan faktor- faktor yang menyebabkan Child Abuse
Tujuan: Mekanisme koping keluarga menjadi efektif

Intervensi keperawatan:

Intervensi Rasional
1. Identifikasi faktor-faktor yang Dengan mengidentifikasi faktor-
menyebabkan rusaknya faktor yang dilakukan intervensi
mekanisme koping pada keluarga, yang dibutuhkan dan penyerahan
usia orang tua, anak ke berapa pada pejabat yang berwenang
dalam keluarga, status sosial pada pelayanan kesehatan dan
ekonomi terhadap perkembangan organisasi social
keluarga, adanya support system
dan kejadian lainnya

2. Konsulkan pada pekerja sosial Keluarga dengan Child Abuse &


dan pelayanan kesehatan pribadi neglect biasanya memerlukan
yang tepat mengenai problem kerja sama multi disiplin, support
keluarga, tawarkan terapi untuk kelompok dapat membantu,
individu atau keluarga memecahkan masalah yang
spesifik.
3. Dorong anak dan keluarga untuk Dengan mendorong keluarga
mengungkapkan perasaan tentang dengan mendiskusikan masalah
apa yang mungkin menyebabkan mereka maka dapat dicari jalan

17
perilaku kekerasan. keluar untuk memodifikasi
perilaku mereka.

4. Ajarkan orang tua tentang Orang tua mungkin mempunyai


perkembangan & pertum-buhan harapan yang tidak realistis
anak sesuai tingkat umur. Ajarkan tentang pertumbuhan dan perkem-
kemampuan merawat spesifik dan bangan anak
terapkan tehnik disiplin

3. DK: Perubahan pertumbuhan dan perkembangan anak berhubungan


dengan tidak adekuatnya perawatan
Tujuan: Perkembangan kognitif anak, psikomotor dan psikososial dapat
disesuai-kan dengan tingkatan umurnya

Intervensi Keperawatan:

Intervensi Rasional
1. Diskusikan hasil test kepada Orang tua dan anak akan menyadari,
orang tua dan anak sehingga mereka dapat merencanakan
tujuan jangka panjang dan jangka
pendek

2. Melakukan aktivitas (seperti, Kekerasan pada anak akan


membaca, bermain sepeda, dll) menyebabkan keterlambatan
antara orang tua dan anak untuk perkembangan karena tugas keluarga.
meningkatkan per-kembangan Aktivitas dapat engkoreksi masalah
dari penurunan kemampuan perkembangan akibat dari hubungan
kognitif psikomotor dan yang terganggu
psikososial

3. Tentukan tahap perkembang-an Dengan menentukan tahap


anak seperti 1 bulan, 2 bulan, 6 perkembangan anak dapat membantu
bulan dan 1 tahun. perkembangan yang diharapkan

4. Libatkan keterlambatan per- Program stimulasi dapat membantu

18
kembangan dan pertumbuhan meningkatkan perkembangan
yang normal menentukan intervensi yang tepat

4. DK : Resiko perilaku kekerasan oleh anggota ke-luarga yang lain


berhubungan dengan kelakuan yang maladaptive.
Tujuan : Perilaku kekerasan pada keluarga dapat berkurang.

Intervensi Keperawatan :

Intervensi Rasional
1. Identifikasi perilaku kekeras-an, Dengan mengidentifikasi perilaku
saat menggunakan/ mengkonsumsi kekerasan dapat membantu
alkohol atau obat atau saat menentukan intervensi yang tepat
menganggur.

2. Selidiki faktor yang dapat Dengan mengidentifikasi faktor-


mempengaruhi perilaku kekerasan faktor yang menye-babkan perilaku
seperti minum alkohol atau obat- kekerasan akan lebih memberikan
obatan kesadaran akan tipe situasi yang
mempengaruhi perilku, membantu
dirinya mencegah kekambuhan

3. Lakukan konsuling kerjasama konseling dapat membantu


multidisiplin, termasuk organisasi perkembangan koping yang efektif.
komunitas dan psikolologis.
4. Menyarankan keluarga kepada Terapi keluarga menekan dan
seorang terapi keluarga yang tepat memberikan support kepada seluruh
keluarga untuk mencegah kebiasaan
yang terdahulu.

5. Melaporkan seluruh kejadian yang Perawat mempunyai tang-gung


aktual yang mungkin terjadi jawab legal untuk melaporkan semua
kepada pejabat berwenang kasus dan menyimpan keakuratan
data untuk investigasi

19
5. DK : Peran orang tua berubah berhubungan dengan ikatan keluarga
yang terganggu.
Tujuan : Perilaku orang tua yang kasar dapat menjadi lebih efektif

Intervensi Keperawatan :

Intervensi Rasional
1. Diskusikan ikatan yang wajar dan Menyadarkan orang tua akan
perikatan dengan orang tua yang perikatan normal dan proses
keras pengikatan akan membantu dalam
mengembangkan keahlian menjadi
orang tua yang tepat

2. Berikan model peranan untuk Model peranan untuk orang tua,


orang tua memungkinkan orang tua untuk
menciptakan perilaku orang tua
yang tepat

3. Dukung pasien untuk Kelas akan memberikan teladan &


mendaftarkan dalam kelas yang forum praktek untuk
mengajarkan keahlian orang tua mengembangkan keahlian orang tua
tepat yang efektif

4. Arahkan orang tua ke pelayanan Kelas akan memberikan teladan &


kesehatan yang tepat untuk forum praktek untuk
konsultasi dan intervensi mengembangkan keahlian orang tua
seperlunya yang efektif.

D. Evaluasi
1. Anak tidak mengalami cedera
2. Mekanisme koping keluarga menjadi efektif
3. Perkembangan kognitif anak, psikomotor dan psikososial dapat

disesuaikan dengan tingkatan umurnya


4. Perilaku kekerasan pada keluarga dapat berkurang
5. Perilaku orang tua yang kasar dapat menjadi lebih efektif

20
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Child Abuse adalah penganiayaan, penelantaran dan eksploitasi terhadap anak,
dimana ini adalah hasil dari perilaku manusia yang keliru terhadap anak.
Gangguan jiwa artinya menonjolnya gejala-gejala psikogenik, hal ini tidak berarti
bahwa unsur yang lain tidak terganggu lagi, yang sakit dan yang menderita ialah
Manusia seutuhnya dan bukan hanya badannya, jiwanya, dan lingkungannya. Anak
kehilangan hak untuk menikmati masa kanak-kanaknya. Anak bisa saja
kehilangan keceriaannya karena kekerasan yang dialaminya hingga malas
untuk bermain.

B. Saran
Perawat harus memahami apa yang dialami klien dengan kondisi
kekerasanyang dialami, tujuannya untuk dapat menyiapkan dukungan dan
bantuan bagi anak sehingga kekerasan tidak berlanjut lagi kedepannya. Ketika
merawat anak child abuse, tanggung jawab perawat harus mempertimbangkan
kebutuhan salah satunya adalah kebutuhan psikologis.

21
DAFTAR PUSTAKA

Anna Budi Keliat. 1998. Penganiayaan Dan Kekerasan Pada Anak. Jakarta : FIK
UI
Ennis Sharon Axton. 2003. Pediatric Nursing Care Plans,2nd Edition,Pearson
Education,New Jersey.
Nelson. 1999. Ilmu Kesehatan Anak I. Jakarta : EGC.
Whaley’s and Wong. 1996. Clinic Manual of Pediatric Nursing,4th
Edition,Mosby Company.
Sowden Betz Cicilia. 2002. Keperawatan Pediatric. Jakarta : EGC.

22

Anda mungkin juga menyukai