PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas masalah-masalah yang muncul pada
Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi. Pada bab ini penulis akan menguraikan
terjadi apabila masalah tersebut tidak di atasi, rasionl dari tindakan yang di
aspek tahapan proses keperawatan yang terdiri dari: pengkajian data, diagnosa
A. PENGKAJIAN
keperawatan yaitu salah satu usaha yang di lakukan oleh perawat dalam
tersebut dan perawat boleh memilih untuk hanya mengkaji sistem tubuh yang
96
97
riwayat keperawatan sekarang di dapatkan data kurang lebih sejak 2 hari yang
lalu pasien BAB lebih dari 5x/sehari, muntah dan badan lemas serta tidak
Permata Bunda Purwodadi dengan keluhan utama BAB cair lebih dari 5
tinja yang tidak normal atau tidak biasanya, perubahan yang terjadi berupa
lendir dan darah, seperti lebih dari 3 kali/hari dan pada neonatus lebih dari 4
Pada pemeriksaan fisik didapatkan data yaitu: suhu tubuh An.K 38,0
0
C, kelopak mata cekung, mukosa bibir kering, akral hangat.
An.K mengalami gangguan pada pola eliminasi. Selama sakit klien BAB
lebih dari 5x/hari dengan konsistensi cair, warna kuning, terdapat lendir, tidak
ada ampas, BAK 5-6x/hari dengan warna kuning bau khas amoniak dan sulit
minum ASI.
98
KEPERAWATAN.
2012). Diagnosa ini penulis tegakkan karena di dukung oleh data bahwa
pasien tampak lemas, mukosa bibir kering, pasien sulit minum ASI
balance cairan 24 jam : intake 1241 cc dan output 1346 cc = - 104,7 cc,
segera di atasi dan butuh proses dalam penyeimbangan antara intake dan
(Pranata. 2013), tetapi penulis hanya melakukan 3x24 jam, karena selama
sudah positif, tanda-tanda vital pada An. K juga sudah dalam keadaan
normal dan juga pada saat hari ke 3 Ibu pasien mengatakan An. K BAB
sudah tidak cair dan tidak ada lendir dan ada ampas, dan juga 3x24 jam
ditemukan oleh penulis yaitu penurunan berat badan, turgor kulit kembali
dalam 2 detik, pasien tampak lemas, mukosa bibir kering, dan BAB
warna kuning adanya lendir dan tidak ada ampas, temperature tubuh
batasan karakteristik ada yang tidak ditemukan oleh penulis sesuai teori
Ladwig. 2010). Monitor nadi, respirasi, dan tekanan darah klien, EBN:
status kesehatan klien (Doenges. 2009). Pantau total asupan cairan dan
output setiap 8 jam (atau setiap jam untuk klien yang tidak stabil)
vol sirkulasi dan tekanan asmotik klien (Doenges. 2009). Timbang klien
setiap hari dan pantau untuk penurunan bebrat badan tiba-tiba, terutama
101
defisit volume cairan. Kapiler refill bisa normal pada klien dengan sepsis,
refill kembali mungkin segera (Scales & Pilsworth. 2008). EBN: Sebuah
mengalami hipovelemia.
lemas, kulit pasien teraba panas. Menimbang berat badan pasien, dengan
tidak ada. Mengkaji turgor kulit pasien, dengan hasil turgor kulit kembali
dalam 2 detik, CRT 2 detik. Dalam intervensi tindakan ini tidak ada
Mengkaji intake dan output pasien, dengan hasil makanan yang masuk
ASI 150 cc, muntah 30 cc. Keuntungan penulis melakukan tindakan ini
yaitu untuk mengetahui cairan apa saja yang masuk dan keluar sehingga
tindakan ini yaitu untuk menilai pasien seberapa cairan yang dikeluarkan
saat BAB serta mengamati dari konsistensi, warna dan ada kelainan saat
hasil bising usus 40 kali per menit. Sebenarnya di intervensi tidak ada
35x per menit (Keyle & Carman. 2015). Keuntungan penulis melakukan
tindakan ini utnuk mengetahui jika peristaltik usus kurang dari 5-35 x per
atau obstruksi. Sedangkan jika peristaltik usus terdengar lebih dari 5-35 x
hasil mukosa bibir kering, penulis melakukan tindakan ini supaya penulis
obat injeksi masuk melalui selang infus, tidak ada alergi. Keuntungan
selama 3x24 jam pada tanggal 25 Maret 2017 didapatkan data sebagai
berikut : Ibu pasien mengatakan BAB sudah tidak cair dan tidak ada
ampas, tetapi pasien masih tampak lemas dan pada pengkajian balance
104
ini ditegakkan karena pada An. K didapatkan data objek keadaan umum
lemah, turgor kulit sedang, suhu tubuh 38,0oC. Dari data tersebut penulis
diagnosa urugensi dan harus di atasi namun hipertermi yang terjadi pada
tanda vital An. K juga sudah normal, di mana Ibu pasien juga
105
yang ditemukan oleh penulis yaitu peningkatan suhu tubuh diatas kisaran
normal dan kulit terasa hangat (Nanda, NIC. NOC, 2015). Sedangkan
suhu > 37,5oC per oral atau 38,8oC per rektal, kulit hangat, takikardi.
Dari batasan karakteristik ada yang tidak ditemukan oleh penulis sesuai
Ladwig. 2010). Gunakan situs yang sama dan metode (perangkat) untuk
pengukuran suhu untuk klien tertentu sehingga tren suhu dinilai akurat;
dalam suhu tergantung pada situs (oral, rektal, aksila, atau arteri temporal
(Ackley & Ladwig. 2010). Bekerja sama dengan dokter untuk membantu
obat (Ackley & Ladwig. 2010). Berikan obat antipiretik sesuai dengan
106
panas, klien sakit kritis) EBN: review sistematis tiga studi menemukan
atau saat suhu mencapai 100.5oF (38.3oC) dan di atas (O'Grady et al.
tindakan ini yaitu untuk mengetahui pola demam dan kejadian kejang
kompres hangat pasien pada lipatan paha dan aksila, dengan hasil S :
obat injeksi melalui selang infus : Vissilin Sx 200 mg, dan memberikan
obat oral : paracetamol syrup 2,5 cc, Zinc ½ sachet, L Bio 1 sachet,
dengan hasil obat injeksi masuk melalui selang infus, tidak ada alergi.
penulis melakukan tindakan ini yaitu untuk mengetahui pola demam dan
selama 3x24 jam pada tanggal 23 Maret 2017 didapatkan data sebagai
pasien masih tampak lemas dan data objektifnya Suhu tubuh pasien 37oC.
dimana individu yang tidak puasa mengalami atau beresiko berat badan
karakteristik minor berat badan 10%-20% atau lebih dibawah berat badan
ideal untuk tinggi dan kerangka tubuh, lipatan kulit trisep, lingkar otot
mengatakan, An. K sulit minum ASI, kurang lebih 200 cc dan data
sakit 6,6 kg dan turun 0,6 kg menjadi 6 kg, mukosa bibir kering, adanya
waktu 3x24 jam, karena pada saat melakukan tindakan keperawatan An.
A sudah tidak muntah lagi, hasil balance cairan juga sudah positif, tanda-
tanda vital An. K juga sudah normal. Adapun batasan karakteristik yang
ditemukan oleh penulis yaitu Berat badan 20% atau lebih dibawah berat
badan ideal, diare, bisisng usus hiperaktif, dan kurangnya makanan. Dari
batasan karakteristik ada yang tidak ditemukan oleh penulis sesuai teori
makanan.
yaitu observasi dan catat asupan klien EBN : untuk mengkaji zat gizi
Ladwig. 2010.). Timbang berat badan pasien pada jam yang sama setiap
pengendalian pada pasien tentang makanan apa yang dimakan (Ackley &
Ladwig. 2010.). Tentukan target berat badan dengan pasien dan anjurkan
tentang makan makanan bergizi yang tinggi kalori, EBN : tindakan ini
2010).
111
pada pasien tentang makanan apa yang dimakan (Ackley & Ladwig.
2010). Mengkaji intake dan output pasien, dengan hasil makanan yang
tindakan ini yaitu untuk mengetahui cairan apa saja yang masuk dan
pasien untuk memberikan ASI yang cukup, dengan hasil Ibu tampak
tindakan ini yaitu untuk dapat mengganti cair an tubuh yang hilang
untuk memberikan ASI sedikit tapi sering, dengan hasil Ibu paien tampak
terpenuhi karena penulis saat itu melihat keadaan umum pasien lemas
112
selang infus : Vissilin Sx 200 mg. Dan memberikan obat oral : L Bio 1
sachet dan Zinc ½ sachet dengan hasil obat injeksi masuk melalui selang
selama 3x24 jam pada tanggal 23 Maret 2017 didapatkan data sebagai
berikut : Ibu pasien mengatakan An.K sudah tidak sulit lagi minum ASI
namun pasien masih tampak lemas dan pada pengkajian balance cairan +
tidak adekuat
sendiri. Apabila hal ini tidak di atasi maka pasien mengalami ansietas,
tampak bingung dan sering bertanya kepada perawat dan dokter tentang
tentang penyakit serta nilai konteks pribadi dan arti dari penyakit. EBN:
informasi dari waktu kewaktu. EBN: pasien unik dalam cara mereka
memproses informasi. Beberapa pasien akan lebih pasti dari pada yang
lain dan mungkin perlu intervensi pendidikan yang lebih dari waktu
Leino-kilpi. 2008)
tertasi.
adalah:
meningkat
tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir
tanda nyeri dengan data objektif pasien tidak tampak kesakitan, pasien
tidak tampak mengerutkan dahi, pasien tidak tampak gelisah, dan tidak