Dari pengamatan yang dilakukan secara ex-situ, diperoleh hasil berikut ini.
Tabel 4.2. Hasil Pengamatan ex-situ
No. C NTU
1 0 58,9
2 5 73
3 10 89,8
4 20 129
5 26,2315 143
6 50 217
200 R² = 0.9973
150
100 NTU
Linear (NTU)
50
0
0 20 40 60
C (mg/L)
0.15
ABS.
0.1
Linear (ABS.)
0.05
0
-0.05 0 0.2 0.4 0.6
M2 (mg/L)
4.2. Perhitungan
4.2.1. Menghitung Sulfat
Diketahui: A= 59,29; B= 3,1912; y= 143 NTU
Ditanya: Kadar sulfat (mg/L)..?
Kadar sulfat : y = A + Bx
143 = 59,29 + 3,1912x
(143 – 59,29)
x= = 26,2315 mg/L
3,1912
4.2.2. Menghitung Ortofosfat
Diketahui: A= -7,35 x 10-3; B= 0,5104; y= 0,117 (ABS)
Ditanya: Konsenstrasi Ortofosfat (mg/L)..?
y = A + Bx
0,117 = -7,35 x 10-3 + 0,5104x
(0,117+ 7,35 x 10^(−3))
x= = 0,2436 mg/L
0,5104
94,97
Konsentrasi Ortofosfat (mg/L) = C x = 0,75 mg/L
30,67
4.2.3. Menghitung Fosfat Anorganik
Diketahui: A= -7,35 x 10-3; B= 0,5104; y= 0,042 (ABS)
Ditanya: Konsenstrasi Fosfat Anorganik (mg/L)..?
y = A + Bx
0,042 = -7,35 x 10-3 + 0,5104x
(0,042+ 7,35 x 10^(−3))
x= = 0,096 mg/L
0,5104
Konsenstrasi Fosfat Anorganik = 0,096 mg/L
4.2.4. Menghitung Total Fosfat
Diketahui: A= -7,35 x 10-3; B= 0,5104; y= 0,087 (ABS)
Ditanya: Konsenstrasi Total Fosfat (mg/L)..?
y = A + Bx
0,087 = -7,35 x 10-3 + 0,5104x
(0,087+ 7,35 x 10^(−3))
x= = 0,185 mg/L
0,5104
Konsenstrasi Total Fosfat = 0,185 mg/L
4.2.5. Menghitung Polifosfat
Diketahui: Total Fosfat Anorganik = 0,096 mg/L; Ortofosfat = 0,75 mg/L
Ditanya: Konsenstrasi Polifosfat (mg/L)..?
Polifosfat = Total Fosfat Anorganik – Ortofosfat = 0,096 - 0,75
Konsentrasi Polifosfat = -0,654 mg/L
4.2.6. Menghitung Fosfat Organik
Diketahui: Fosfat Anorganik = 0,096 mg/L;
Total Fosfat = 0,185 mg/L
Ditanya: Konsenstrasi Fosfat Organik (mg/L)..?
Fosfat Organik = Total Fosfat - Fosfat Anorganik
= 0,185 – 0,096 = 0,089 mg/L
4.3. Pembahasan
Sampling dilakukan di sungai dekat halte busway Grogol, Jakarta Barat.
Sungai tersebut merupakan sungai yang mendapat masukkan limbah dari berbagai
macam aktivitas, misalnya kegiatan usaha dan perkantoran. Berdasarkan
KEPGUB No. 582 Tahun 1995, sungai diperuntukkan untuk kegiatan perkotaan
sehingga rentan terjadinya perncemaran terhadap sungai tersebut. Adapun
parameter yang akan dianalisis dari sungai dekat halte busway Grogol adalah
kadar sulfat dan fosfat yang terkandung di dalam sungai tersebut.
Penetapan sulfat menggunakan metode turbidimetri. Metode yang
merupakan salah satu metode dalam penetapan sulfat ini didasarkan pada sifat ion
sulfat yang dalam suasana asam dapat membentuk kristal BaSO4 jika direaksikan
dengan BaCl2. Karena senyawa yang muncul setelah reaksi berwujud kristal,
senyawa tersebut kemudian menimbulkan kekeruhan pada sampel air saat
dianalisis.
Dalam penetapan yang dilakukan, sampel air diberikan larutan buffer
sambil diaduk. Larutan buffer yang diberikan, digunakan untuk mempertahankan
pH sampel. Namun, ada pula larutan buffer yang perlu digunakan apabila
konsetrasi sulfat dalam sampel < 10 mg/L. Pengadukan berlanjut dengan
penambahan pereaksi kristal BaCl2. Pengadukan bertujuan untuk mempercepat
reaksi yang terjadi antara ion sulfat yang terkandung dalam sampel dengan kristal
BaCl2 sehingga mempercepat terbentuknya kristal BaSO4 yang ditandai dengan
berubah menjadi keruhnya larutan sampel.
Pengukuran kekeruhan BaSO4 dari larutan dilakukan dengan
menggunakan turbidimeter. Hasilnya, kekeruhan yang diperoleh adalah sebesar
143 NTU. Dari angka kekeruhan tersebut, dilakukan perhitungan kadar sulfat
dalam sampel dengan bantuan kurva kalibrasi. Kadar sulfat dalam sampel yang
diperoleh sebesar 26,2315 mg/L. Hasil tersebut apabila dibandingkan dengan
baku mutu dalam KEPGUB No. 582 Tahun 1995, akan terlihat bahwa kadar sulfat
sampel masih dalam batas yang diperbolehkan dan masuk dalam baku mutu
golongan B (kadar maksimum sulfat adalah 50,0 mg/L).
Selanjutnya dilakukan penetapan kadar fosfat dalam sampel air. Fosfat
diperairan tidak ditemukan dalam bentuk bebas, tetapi dalam bentuk senyawa
anorganik yang terlarut (ortofosfat dan polifosfat) dan senyawa organik fosfat.
Oleh karena itu, penetapan fosfat dilakukan untuk tiga jenis fosfat yang telah
disebutkan, yaitu ortofosfat, polifosfat, dan fosfat orgnanik.
Penetapan ortofosfat menggunakan metode kolorimetri/spektrofotometri
dengan senyawa asam askorbat sebagai pereduksi. Dalam penetapan yang
dilakukan, sampel air yang telah melewati proses penyaringan dengan kertas
saring diberi pereaksi kombinasi. Pereaksi kombinasi ini merupakan campuran
dari beberapa senyawa, yaitu H2SO4, kalium antimon tartrat, amonium molibdat,
asam askorbat, dan air suling. Penggunaan asam askorbat dalam larutan
kombinasi berguna sebagai pereduksi sehingga menghasilkan warna biru
kompleks antimon-fosfomolibdat. Pemberian pereaksi kombinasi adalah untuk
memberikan warna biru pekat pada sampel air sehingga dapat diukur serapan
larutannya dengan spektrofotometer.
Dari pengukuran serapan yang dilakukan, diperoleh angka absorbansi
ortofosfat sebesar 0,117 ABS. Dari angka tersebut dan dengan bantuan kurva
kalibrasi, diperoleh konsetrasi ortofosfat sebesar 0,75 mg/L. Apabila merujuk
pada baku mutu dalam KEPGUB No. 582 Tahun 1995, tidak akan ditemukan
standar untuk parameter ortofosfat karena tidak ada yang mengatur untuk senyawa
fosfat anorganik. Dengan demikian, belum diketahui dengan pasti berapa kadar
maksimum ortofosfat (senyawa fosfat anorganik) yang diizinkan terkandung
dalam air.
Selanjutnya adalah penetapan polifosfat. Penetapan polifosfat
menggunakan metode yang sama dengan penetapan ortofosfat, yaitu metode
kolorimetri/spektrofotometri. Penetapan polifosfat menggunakan pendekatan
penetapan ortofosfat dengan menghidrolisis (dengan cara pemanasan di dalam
autoklaf) senyawa polifosfat yang terkandung dalam sampel menjadi ortofosfat
dalam suasana asam dengan menggunakan H2SO4 pekat.
Dalam penetapan, larutan yang telah melewati tahap hidrolisis diberi
perlakuan sedimikian rupa dan ditambahkan pereaksi campuran yang apabila
dihomogenkan dan didiamkan selama beberapa waktu akan merubah warna
sampel menjadi biru. Setelah sampel berubah warna menjadi biru, dilakukan
pengukuran serapan larutannya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang
880 nm. Hasil pengukuran yang diperoleh dari spektrofotometer merupakan total
fosfat anorganik. Angka absorbansi total fosfat anorganik yang diperoleh sebesar
0,042 ABS. Dengan bantuan kurva kalibrasi, diperoleh konsentrasi total fosfat
anorganik sebesar 0,096 mg/L. Konsentrasi polifosfat dapat diperoleh dengan
menghitung selisih konsentrasi antara total fosfat anorganik dengan ortofosfat.
Dari perhitungan selisih tersebut, diperoleh konsentrasi polifosfat sebesar -0,654
mg/L. Apabila merujuk pada KEPGUB No. 582 Tahun 1995, tidak akan
ditemukan standar untuk parameter polifosfat (senyawa fosfat anorganik) di tiap
baku mutu golongan airnya.
Selanjutnya adalah penetapan fosfat organik. Penetapan didasarkan pada
rusaknya senyawa organik dan menjadi unsur-unsurnya apabila diberikan
oksidator atau dilakukan mineralisasi. Dalam penetapan yang dilakukan, sampel
air yang telah melewati proses mineralisasi, ditambahkan pereaksi campuran
untuk memberikan warna biru pada sampel sehingga bisa dilakukan pengukuran
serapan larutannya dengan spektrofotometer dengan panjang gelombang 880 nm.
Angka absorbansi yang diperoleh setelah pengukuran dengan spektrofotometer
adalah sebesar 0,087 ABS. Angka tersebut merupakan angka absorbansi dari total
fosfat. Dengan kurva kalibrasi, diperoleh konsentrasi dari total fosfat sebesar
0,185 mg/L. Konsentrasi fosfat organik diperoleh dengan menghitung selisih
konsentrasi antara total fosfat dengan fosfat anorganik. Dari perhitungan selisih
keduanya, diperoleh konsetrasi fosfat organik dari sampel sebesar 0,089 mg/L.
Apabila dibandingkan dengan baku mutu pada KEPGUB No. 582 Tahun 1995,
akan terlihat bahwa kadar maksimum fosfat organik adalah 0,1 mg/L (untuk baku
mutu golongan B dan C). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa konsetrasi
fosfat organik dari sampel masih dalam batas yang diperbolehkan dan tidak
melebihi kadar maksimum baku mutu.
BAB V
SIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat ditarik beberapa simpulan berikut.
KEPGUB No. 582 Tahun 1995 Tentang Penetapan Peruntukan dan Baku Mutu
Air Sungai / Badan Air Serta Baku Mutu Limbah Cair di Wilayah Daerah
Khusus Ibukota Jakarta.