Disusun oleh :
Yolanda Intan Farellina, S.Ked
NPM: 1102013312
Pembimbing:
TAHUN 2018
i
1
ILUSTRASI KASUS
II.2 Anamnesis
Dilakukan secara autoanamneis dan alloanamnesis pada tanggal 31 Maret
2018.
Keluhan utama : lemah anggota gerak sisi kanan
Keluhan tambahan : - bicara pelo
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke RSDP dengan keluhan lemah anggota gerak sisi kanan
sejak 1 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit. Keluhan tersebut
dirasakan secara tiba-tiba saat pasien sedang ingin melaksanakan sholat
Dhuha. Keluhan tersebut disertai dengan bicara pelo. Keluhan tersebut
dirasakan pertama kali. Sebelumnya pasien juga mengkonsumsi obat
captopril.
2
Kanan 150/100 mmHg
- Nadi : 84 x/menit
- Laju napas : 20 x/menit
- Suhu : 36,2° C (axilla)
Status Generalis
a) Kepala : Normocephale, tidak ada deformitas, tidak tampak
hematom,
b) Wajah : pipi kanan tampak turun dibanding sebelah kiri
c) Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), isokor 3
mm/3mm, refleks cahaya langsung (+/+), refleks cahaya
tidak langsung (+/+)
d) Mulut : Bibir kering (-), perioral sianosis (-)
e) Lidah : tampak lateralisasi ke kanan
f) Leher : Pembesaran Kelenjar Getah Bening (-),
pembesaran tiroid (-),
g) Thorax : simetris dalam keadaan statis dan dinamis, retraksi (-)
h) Pulmo : Vesikuler (+/+), Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)
i) Jantung : BJ 1 & 2 reguler, gallop (-), murmur (-)
j) Abdomen : perut tampak datar, bising usus (+) normal
k) Ekstremitas : akral hangat, udem tungkai (-)
Status Neurologik
Nervi Cranialis
3
N.III(OKULOMOTORIUS), Kanan Kiri
N.IV (TROKHLEARIS),
dan N VI. ( ABDUSEN )
Ptosis - -
M. Rektus Superior + +
M. Rektus Inferior + +
M. Rektus Medius + +
M. Obliqus inferior + +
M. Levator Palpebra + +
M. Obliqus superior + +
M. Rektus lateral + +
Reflek pupil direct/indirect +/+ +/+
Reflek akomodasi + +
N V. (TRIGEMINUS) Kemampuan
Menggigit +
Membuka mulut +
Sensibilitas Muka atas +
Sensibilitas Muka Tengah +
Sensibilitas Muka bawah +
Reflek kornea +
Trismus -
4
Tes Rinne Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Tes Weber Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Tes Swabach Tidak dilakukan Tidak dilakukan
MOTORIK
Kanan Kiri
Kekuatan
Ekstremitas atas 2 5
Ekstremitas bawah 0 5
Tonus
Ekstremitas atas Normal Normal
Ekstremitas bawah Normal Normal
Trofi
Ekstremitas atas Normal Normal
Ekstremitas bawah Normal Normal
Refleks Fisiologis
Biceps + +
5
Triceps + +
Patella + +
Achilles + +
Refleks patologis
Hoffman-tromner - -
Babinski dan Babinski group - -
SENSORIK
Kanan Kiri
Raba halus
Ekstremitas atas + +
Ekstremitas bawah + +
Nyeri
Ekstremitas atas + +
Ekstremitas bawah + +
Suhu
Ekstremitas atas + +
Ekstremitas bawah + +
Rasa Gerak dan Sikap
Ekstremitas atas + +
Ekstremitas bawah + +
Getar
Ekstremitas atas + +
Ekstremitas bawah + +
Otonom
Miksi : Inkontinentia urin (-), Retensio urin (-), Anuria (-), Poliuria (-)
6
Skor siriraj :
= (2.5 x tingkat kesadaran) + (2 x muntah) + (2 x nyeri kepala) + (0.1 x
tekanan darah diastolik) - (3x atheroma markers) - 12
= (2.5 x 0) + (2 x 0) + (2 x 0) + (0.1 x 100) - (3x 0) – 12
= 10 - 12
= - 2 => stroke non hemoragik
II.4 Pemeriksaan anjuran
- Pemeriksaan laboratorium (kimia darah, fungsi ginjal, hematologi, faal
hemostasis, kadar gula darah, analisis urin, analisa gas darah, dan
elektrolit).
- EKG
- Ct scan cerebri
II.5 Diagnosis
Diagnosis klinis: hemiparesis dextra + parese N. VII dan N. XII central
dextra
Diagnosis Tropis : Hemisfer sinistra
Diagnosis Etologis : Stroke non hemoragik
II.6 Penatalaksanaan
Medikamentosa : - Infus NaCl 20 tpm
- Aspilet 1 X 1 Tablet
- Injeksi Citicolin 2 X 1 Gr
II.7 Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
7
TINJAUAN PUSTAKA
Stroke adalah suatu sindrom klinis yang ditandai oleh kehilangan fungsi
otak fokal akut (kadang global) yang berlangsung lebih dari 24 jam atau
menyebabkan kematian (dini), yang disebabkan baik oleh perdarahan spontan atau
suplai darah yang tidak adekuatnya ke suatu bagian otak sebagai akibat aliran
darah yang rendah, trombosis, dan emboli yang berhubungan dengan suatu
penyakit pembuluh darah, jantung atau darah (stroke iskemik atau infark serebri).
8
Stroke dapat dibagi menjadi dua, yaitu stroke non hemoragik dan stroke
hemoragik. Sebagian besar (80%) disebabkan oleh stroke non hemoragik.
9
terjadi kematian neuron. Stroke non hemoragik dibagi lagi berdasarkan lokasi
penggumpalan, yaitu:
A. Stroke Non Hemoragik Embolik
Pada tipe ini embolik tidak terjadi pada pembuluh darah otak, melainkan
di tempat lain seperti di jantung dan sistem vaskuler sistemik. Embolisasi
kardiogenik dapat terjadi pada penyakit jantung dengan shunt yang
menghubungkan bagian kanan dengan bagian kiri atrium atau ventrikel. Penyakit
jantung rheumatoid akut atau menahun yang meninggalkan gangguan pada katup
mitralis, fibrilasi atrium, infark kordis akut dan embolus yang berasal dari vena
pulmonalis. Kelainan pada jantung ini menyebabkan curah jantung berkurang dan
serangan biasanya muncul disaat penderita tengah beraktivitas fisik seperti
berolahraga.
B. Stroke Non Hemoragik Trombus
Terjadi karena adanya penggumpalan pembuluh darah ke otak. Dapat
dibagi menjadi stroke pembuluh darah besar (termasuk sistem arteri karotis)
merupakan 70% kasus stroke non hemoragik trombus dan stroke pembuluh darah
kecil (termasuk sirkulus Willisi dan sirkulus posterior). Trombosis pembuluh
darah kecil terjadi ketika aliran darah terhalang, biasanya ini terkait dengan
hipertensi dan merupakan indikator penyakit atherosklerosis.
10
2. Gangguan Sensorik
- Gangguan propioseptik
- Gangguan kinestetik
- Gangguan diskriminatif
3. Gangguan Kognitif, Memori dan Atensi
- Gangguan atensi
- Gangguan memori
- Gangguan inisiatif
- Gangguan daya perencanaan
- Gangguan cara menyelesaikan suatu masalah
4. Gangguan Kemampuan Fungsional
2. Dapat dirubah :
- Hipertensi
- Merokok
- Diabetes
- Fibrilasi atrium
- Sickle cell disease
- Kelainan jantung
- Hiperlipidemia
- Obesitas
- Aktifitas fisik
- Penyalahgunaan zat
- Penggunaan Kontrasepsi oral
11
II. 4 Patofisiologi Stroke Non Hemoragik
Stroke iskemik adalah tanda klinis gangguan fungsi atau kerusakan
jaringan otak sebagai akibat dari berkurangnya aliran darah ke otak, sehingga
mengganggu pemenuhan kebutuhan darah dan oksigen di jaringan otak.16 Aliran
darah dalam kondisi normal otak orang dewasa adalah 50-60 ml/100 gram
otak/menit. Berat otak normal rata-rata orang dewasa adalah 1300- 1400 gram (+
2% dari berat badan orang dewasa). Sehingga dapat disimpulkan jumlah aliran
darah otak orang dewasa adalah + 800 ml/menit atau 20% dari seluruh curah
jantung harus beredar ke otak setiap menitnya. Pada keadaan demikian, kecepatan
otak untuk memetabolisme oksigen + 3,5 ml/100 gram otak/menit.
Bila aliran darah otak turun menjadi 20-25 ml/100 gram otak/menit akan
terjadi kompensasi berupa peningkatan ekstraksi oksigen ke jaringan otak
sehingga fungsi-fungsi sel saraf dapat dipertahankan.17 Glukosa merupakan
sumber energi yang dibutuhkan oleh otak, oksidanya akan menghasilkan
karbondioksida (CO2) dan air (H2O). Secara fisiologis 90% glukosa mengalami
metabolisme oksidatif secara lengkap. Hanya 10% yang diubah menjadi asam
piruvat dan asam laktat melalui metabolisme anaerob. Energi yang dihasilkan oleh
metabolisme aerob melalui siklus Kreb adalah 38 mol Adenoain trifosfat
(ATP)/mol glukosa sedangkan pada glikolisis anaerob hanya dihasilkan 2 mol
Atp/mol glukosa.
Adapun energi yang dibutuhkan oleh neuronneuron otak ini digunakan
untuk keperluan :
1. Menjalankan fungsi-fungsi otak dalam sintesis, penyimpanan, transport
dan pelepasan neurotransmiter, serta mempertahankan respon elektrik.
2. Mempertahankan integritas sel membran dan konsentrasi ion di
dalam/di luar sel serta membuang produk toksik siklus biokimiawi molekuler.
Proses patofisiologi stroke iskemik selain kompleks dan melibatkan
patofisiologi permeabilitas sawar darah otak (terutama di daerah yang mengalami
trauma, kegagalan energi, hilangnya homeostatis ion sel, asidosis, peningkatan,
kalsium intraseluler, eksitotositas dan toksisitas radikal bebas), juga menyebabkan
12
kerusakan neumoral yang mengakibatkan akumulasi glutamat di ruang
ekstraseluler, sehingga kadar kalsium intraseluler akan meningkat melalui
transpor glutamat, dan akan menyebabkan ketidakseimbangan ion natrium yang
menembus membran.
Glutamat merupakan eksitator utama asam amino di otak, bekerja melalui
aktivasi reseptor ionotropiknya. Reseptor-reseptor tersebut dapat dibedakan
melalui sifat farmakologi dan elektrofisiologinya: a-amino-3-hidroksi5-metil-4-
isosaksol-propionic acid (AMPA), asam kainat, dan N-metil-D-aspartat (NMDA).
Aktivasi reseptor-reseptor tersebut akan menyebabkan terjadinya eksitasi
neumoral dan depolarisasi.19 Glutamat yang menstimulasi reseptor NMDA akan
mengaktifkan reseptor AMPA akan memproduksi superoksida.20 Secara umum
patofisiologi stroke iskemik meliputi dua proses yang terkait, yaitu :
1. Perubahan fisiologi pada aliran darah otak
2. Perubahan kimiawi yang terjadi pada sel otak akibat iskemik.
13
3. Penderita atau penolong tidak mengetahui gejala-gejala stroke.
4. Terdapat beberapa kelainan yang gejalanya menyerupai stroke seperti
kejang, infeksi sistemik, tumor serebral, perdarahan subdural, ensefalitis dan
hiponatremia.
14
4. Strategi untuk memperbaiki aliran darah dengan mengubah reologik darah
secara karakteristik dengan meningkatkan tekanan perfusi tidak
direkomendasikan.
5. Pemberian terapi trombolisis pada stroke akut. Pemberian IV rTPA dosis 0,9
mg/KgBB (maksimum 90 mg), 10% dari dosis total diberikan sebagai bolus
inisial, dan sisanya diberikan sebagai infus selama 60 menit, terapi tersebut harus
diberikan dalam rentang waktu 3 jam dari onset.
a. Antikoagulasi yang urgent dengan tujuan mencegah timbulnya stroke
ulang awal, menghentikan perburukan deficit neurologi, atau memperbaiki
keluaran setelah stroke iskemik akut tidak direkomendasikan sebagai pengobatan
untuk pasien dengan stroke iskemik akut.
b. Antikoagulasi urgent tidak drekomendasikan pada penderita dengan
stroke akut sedang sampai berat karena meningkatnya risiko komplikasi
perdarahan intracranial.
c. Inisiasi pemberian terapi antikoagulan dlam jangka waktu 24 jam
bersamaan dengan pemberian intravena rtPA tidak direkomendasikan.
d. Secara umum, pemberian heparin, LMWH atau heparinoid setelah
stroke iskemik akut tidak bermanfaat. Namun, beberapa ahli masih
merekomendasikan heparin dosis penuh pada penderita stroke iskemik akut
dengan risiko tinggi terjadi reembolisasi, diseksi arteri atau stenosis berat arteri
karotis sebelum pembedahan. Kontraindikasi pemberian heparin juga termasuk
infark besar >50%, hipertensi yang tidak dapat terkontrol, dan perubahan
mikrovaskuler otak yang luas.
7. Pemberian antiplatelet
a. Pemberian Aspirin dengan dosis awal 325 mg dalam 24 sampai 48 jam
setelah awitan stroke dianjurkan untuk seiap stroke iskemik akut.
b. Aspirin tidak boleh digunakan sebagai pengganti tindakan intervensi
akut pada stroke, seperti pemberian rtPA intravena.
c. Jika direncanakan pemberian trombolitik, aspirin jangan diberikan.
d. Penggunaan aspirin sebagai adjunctive therapy dalam 24 jam setelah
pemberian obat trombolitik tidak dierkomendasikan.
15
e. Pemberian klopidrogel saja, atau kombinasi dengan aspirin, pada stroke
iskemik akut, tidak dianjurkan, kecuali pada pasien dengan indikasi spesifik,
misalnya angina pectoris tidak stabil, non-Q-wave MI, atau recent stenting,
pengobatan harus diberikan sampai 9 bulan setelah kejadian.
f. Pemberian antiplatelets intravena yang menghambat reseptor
glikoprotein IIb/IIIa tidak dianjurkan.
8. Hemodilusi dengan atau tanpa venaseksi dan ekspansi volume tidak dianjurkan
dalam terpi stroke iskemik akut.
9. Pemakaian vasodilator seperti pentoksifilin tidak dianjurkan dalam terapi stroke
iskemik akut.
10. Dalam keadaan tertentu, vasopressor terkadang digunakan untuk memperbaiki
aliran darah ke otak (cerebral blood flow). Pada keadaan tersebut, pemantauan
kondisi neurologis dan jantung harus dilakukan secara ketat.
11. Tindakan endarterektomi carotid pada stroke iskemik akut akut dapat
mengakibatkan risiko serius dan keluaran yang tidak menyenangkan. Tindakan
endovascular belum menunjukkan hasil yang bermanfaat, sehingga tidak
dianjurkan.
12. Pemakaian obat-obatan neuroprotektor belum menunjukkan hasil yang efekif,
sehingga sampai saat ini belum dianjurkan. Namun, citicolin sampai saat ini
masih memberikan manfaat pada stroke akut.6 Penggunaan citicolin pada stroke
iskemik akut dengan dosis 2x1000 mg intravena 3 hari dan dilanjutkan dengan
oral 2x1000 mg selama 3 minggu dilakukan dalam penelitian ICTUS
(International Citicholin Trial in Acute Stroke, ongoing). Selain itu, pada
penelitian yang dilakukan oleh PERDOSSI secara multisenter, pemberian Plasmin
oral 3x500 mg pada 66 pasien di 6 rumah sakit pendidikan di Indonesia
menunjukkan efek positif pada penderita strke akut berupa perbaikan motoric,
score MRS dan Barthel index.
13. Cerebral venous sinus thrombosis (CVST)
Diagnosa CVST tetap sulit. Faktor risiko yang mendasari baru diketahui
sebesar 80%. Beberapa faktor risiko sering dijumpai bersamaan. Penelitian The
International Study On Cerebral Vein And Dural Sinus Thrombosis (ISCVT)
16
mendapatkan 10 faktor risiko terbanyak, antara lain kontrasepsi oral (54,3%),
trombofilia (34,1%), masa nifas (13,8%), infeksi dapat berupa infeksi SSP, infeksi
organ-organ wajah, dan infeksi lainnya (12,3%), gangguan hematologi seperti
anemia, trombositemia, polisitemia (12%), obat-obatan (7,5%), keganasan (7,4%),
kehamilan (6,3%), presipitasi mekanik termasuk cedera kepala (4,5%), dan
vaskulitis (3%). Penatalaksanaan CVST diberikan secara komprehensif, yaitu
dengan terapi antitrombotik, terapi simptomatik, dan terapi penyakit dasar.
Pemberian terapi UFH atau LMWH direkomendasikan untuk diberikan, walaupun
terdapat infark hemoragik. Terapi dilanjutkan dengan antikoagulan oral diberikan
selama 3-6 bulan, diikuti dengan terapi antiplatelet.
DAFTAR PUSTAKA
AHA/ASA. 2018. Ischaemic Stroke. Available: http//: www.strokeassociation.org
Kanyal N. 2015. The Science of Ischemic Stroke: Pathophysiology and
Pharmacological Treatment. International Journal of Pharma Research &
Review. Vol. 4(10), pg:65-84.
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. 2011. Guideline stroke. Bagian
Ilmu Penyakit Saraf RSUD Arifin Achmad Pekanbaru.
Ringleb PA, Bousser MG, Ford G, et al. 2011. Ischaemic Stroke and Transient
Ischeamic Attack. European Handbook of Neurological Management: Volume
1, 2nd Edition.
Whibisono H. 2016. Wanita 55 Tahun dengan Stroke Non-Hemoragik dan
Hipertensi Derajat II. J Medula Unila. Volume 4, Nomor 3, pg: 69-72.
17