Anda di halaman 1dari 19

BAB II

TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI


ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI DENGAN BBLR

A. Konsep Dasar Tentang Asuhan Bayi Baru Lahir


Asuhan segera pada bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada
bayi tersebut selama jam pertama setelah kelahiran. Sebagian besar bayi yang
baru lahir akan menunjukkan usaha pernapasan spontan dengan sedikit bantuan
atau gangguan. Aspek- aspek penting dari asuhan segera bayi yang baru lahir
yaitu :
1. Pencegahan Infeksi
Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi yang disebabkan oleh
paparan atau kontamiasi mikroorganisme selama proses persainan berlangsung
maupun berapa saat setelah lahir. Sebelum menangani bayi baru lahir pastikan
penolong persalinan telah melakukan upaya pencegahan infeksi yaitu :
a. Cuci tangan dengan seksama sebelum setelah bersentuhan dengan bayi.
b. Pakai sarung tangan bersih pada saat menagani bayi yang belum dimandikan.
c. Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan, terutama klem, gunting
pengisap lendir DeLee dan benang tali pusat telah didisinfeksi tingkat tinggi atau
steril, gunakan bola karet yang baru dan bersih jika akan melakukan pengisapan
lendir ( jangan menggunakan bola karet pengisap yang sama untuk lebh dari satu
bayi )
d. Pastikan semua pakaian, handuk, selimut dan kain yang digunakan untuk
bayi, sudah dalam keadaan bersih. Demikian pula halnya timbangan, pita
pengukur, thermometer, stetoskop dan benda- benda lain yang akan bersentuhan
dengan bayi, juga bersih. Dekontaminasi dan cuci setiap kali selesai digunakan.
2. Penilaian
Segera setelah bayi lahir, letakkan bayi diatas kain bersih dan kering yang
disiapkan pada perut ibu. Bila hal tersebut tidak memungkinkan maka letakkan

6
7

bayi dekat ibu (diantara dua kaki atau disebelah ibu) tetapi harus dipastikan bahwa
area tersebut bersih dan kering. Segera pula lakukan penilaian awal dengan
menjawab 2 pertanyaan :
a. Apakah bayi menangis kuat dan bernapas tanpa kesulitan
b. Apakah bayi bergerak dengan aktif atau lemas
Jika bayi tidak bernapas atau bernapas megap-megap atau lemah maka segera
lakukan tindakan resusitasi bayi baru lahir.

3. Pencegahan Kehilangan Panas


Mekanisme pengaturan tempratur tubuh pada bayi baru lahir, belum berfungsi
secara sempurna. Oleh karena itu, jika tidak segera dilakukan upaya pencegahan
kehilangan panas tubuh maka bayi baru lahir dapat mengalami hipotermia. Bayi
dengan hipotermia sangat beresiko tinggi untuk mengalami kesakitan berat atau
bahkan kematian. Hipotermia mudah terjadi pada bayi yang tubuhnya dalam
keadaan basah atau tidak segera dikeringkan dan diselimuti walaupun berada
didalam ruangan yang relatif hangat.
a. Mekanisme kehilangan panas
Bayi baru lahir dapat kehilangan panas tubuhnya melalui cara- cara berikut :
1) Evaporasi
Adalah jalan utama bayi kehilangan panas. Kehilangan panas dapat terjadi karena
penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri
karena setelah lahir, tubuh bayi tidak segera dikeringkan dan diselimuti
2) Konduksi
Adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan
permukaan yang dingin. Meja, tempat tidur atau timbangan yang tempraturnya
lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi melalui mekanisme
konduksi apabila bayi diletakkan diatas benda- benda tersebut.
3) Konveksi
8

Adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang
lebih dingin. Bayi yang dilahirkan atau ditempatkan didalam ruangan yang dingin
akan cepat mengalami kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi jika
konveksi aliran udara dari kipas angin, hembusan udara melalui ventilasi atau
pendingin ruangan.
4) Radiasi
Adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan didekat benda-
benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi. Bayi bisa
kehilangan panas dengan cara ini karena benda- benda tersebut menyerap radiasi
panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan secara langsung).
b. Mencegah kehilangan panas
Cegah terjadinya kehilangan panas melalui upaya sebagai berikut:
1) Keringkan bayi dengan seksama
2) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat.
3) Selimuti bagian kepala bayi
4) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya
5) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir
6) Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat
c. Merawat tali pusat
Setelah placenta lahir dan kondisi ibu dinilai sudah stabil maka lakukan
pengikatan puntung tali pusat atau jepit dengan klem plastik tali pusat.
d. Pemberian ASI
Rangsangan isapan bayi pada puting susu itu akan diteruskan oleh serabut syaraf
ke hipofise anterior untuk mengeluarkan hormon prolaktin. Prolaktin inilah yang
memacu payudara untuk menghasilkan ASI. Semakin sering bayi mengisap puting
susu akan semakin banyak prolaktin dan ASI dikeluarkan. Pada hari- hari pertama
kelahiran bayi, apabila pengisapan putting susu cukup adekuat maka akan
dihasilkansecara bertahap 10 sampai 100 ml ASI. Produksi ASI akan optimal
9

setelah hari ke 10-14 usia bayi. Bayi sehat akan mengkomsumsi 700-800 ml ASI
per hari (kisaran 600-1000 ml) untuk tumbuh kembang bayi.

e. Pencegahan Infeki Pada Mata


Tetes mata untuk pencegahan infeksi mata dapat diberikan setelah ibu atau
keluarga memomong bayi dan diberi ASI. Pencegahan infeksi tersebut
menggunakan salep mata Tetrasiklin 1%. Salep antibiotika tersebut harus
diberikan dalam waktu satu jam setelah kelahiran. Upaya profilaksis infeksi mata
tidak efektif jika diberikan lebih dari satu jam setelah kelahiran.
f. Profilaksis perdarahan bayi baru lahir
Semua bayi baru lahir harus diberikan vitamin K 1 injeksi 1 mg intramuskular
dipaha kiri sesegera mungkin untuk mencegah perdarahan bayi baru lahir akibat
defisiensi vitamin K yang dapat dialami oleh sebagian bayi baru lahir.
g. Pemberian imunisasi Hepatitis B
Imunisasi Hepatitis B untuk mencegah infeksi Hepatitis B terhadap bayi, terutama
jalur penularan ibu- bayi. Terdapat 2 jadwal pemberian imunisasi Hepatitis B.
Jadwal Pertama imunisasi Hepatitis B sebanyak 3 kali, yaitu pada usia 0 (segera
setelah lahir menggunakan uniject), 1 dan 6 bulan. Jadwal kedua, imunisasi
Hepatitis B sebanyak 4 kali, yaitu pada usia 0 dan DPT + Hepatitis B pada 2,3 dan
4 bulan usia bayi.
B. Konsep Dasar Tentang Bayi Berat Lahir Rendah
1. Pengertian Bayi Berat Lahir Rendah
a. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
Adalah semua bayi baru lahir yang berat badannya kurang atau sama dengan
2.500 gr disebut Low Birth Weight Infant ( Bayi Berat Lahir Rendah
Prawirohardjo. S.2007 : 771 )
b. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
Adalah bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram.(dr.Arief ZR,
2009)
10

2. Klasifikasi Bayi Berat Lahir Rendah


Bayi dengan berat lahir rendah dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
a. Prematuritas Murni
Neonatus dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat
badan sesuai dengan berat untuk masa kehamilan, atau disebut bayi kurang bulan
sesuai masa kehamilan (BKB/SMK)
b. Dismaturitas
Dismaturitas adalah bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari berat badan
seharusnya untuk masa kehamilan atau bisa disebut bayi cukup bulan kecil masa
kehamilan (BCB/KMK)
( Wiknjosastro, H. 2007 )
3. Penyebab Bayi Berat Lahir Rendah
BBLR dapat disebabkan oleh beberapa faktor ( rukiyah, 2010) yaitu:
a. Faktor ibu
1) Penyakit
a) Toksemia gravidarum
b) Perdarahan antepartum
c) Trauma fisik dan psikologis
d) bekerja yang terlalu berat
e) Diabetes mellitus
2) Usia ibu
a) Usia ibu < 16 tahun
b) Usia > 35 tahun
c) Multi gravid yang jarak kehamilannya terlalu dekat
3) Keadaan sosial
a) Golongan sosial ekonomi rendah
b) Perkawinan yang tidak sah
4) Sebab lain
a) Ibu yang perokok
11

b) Ibu peminum alcohol


c) Ibu pecandu narkotik
b. Faktor janin
1) Hidramnion
2) Kehamilan ganda
3) Kelainan kromosom
4) Cacat bawaan
c. Faktor lingkungan
1) Tempat tinggal dataran tinggi
2) Radiasi
3) Zat-zat beracun
4. Gambaran Klinik Bayi Berat Lahir Rendah
a. Karakteristik Prematuritas Murni
1. Berat badan kurang dari 2500 gram, PB : 45 cm, Lingkar Kepala kurang dari
33 cm, Lingkar dada kurang dari 30 cm
2. Masa gestasi kurang dari 37 minggu
3. Kulit tipis dan transparan, tampak mengkilat dan licin.
4. Kepala lebih besar dari badan
5. Lanugo banyak terutama pada dahi, pelipis, telinga dan lengan.
6. Lemak subkutan kurang
7. Ubun- ubun dan sutura lebar
8. Ramut tipis, halus
9. Tulang rawan dan daun telinga immature
10. Puting susu belum terbentuk dengan baik.
11. Pembuluh darah kulit banyak terlihat, peristatik usus dapat terlihat
12. Genetalia belum sempurna, labia, minora belum tertutup oleh labia mayora (
pada wanita ), testis belum turun ( pada laki- laki )
13. Bayi masih posisi fetal
14. Pergerakan kurang dan lemah
12

15. Otot masih posisi fetal


16. Banyak tidur, tangis lemah, pernapasan belum teratur dan sering mengalami
serangan apnu.
17. Refleks tonic neck lemah
18. Refleks menghisap dan menelan belum sempurna.

5. Penilaian Maturitas Neonatus


Mengetahui dengan tepat lamanya masa gestasi untuk tiap neonatus
terutama BBLR secara individu, faktor maturitas sangat berpengaruh pada
morbiditas dan mortalitas perinatal, pengetahuan ini sangat penting untuk
menilai tingkat pengembangan bayi prematur.

Tabel 1. Ciri Kematangan Fisik Bayi Lahir Normal (Menurut Ballard)


0 1 2 3 4 5
Kulit Merah Merah Permukaan Daerah Seperti Sepe
seperti muda/ mengelupas pucat, kertas rti
agak licin, dengan/ retak- putih, kulit
transpara halus, tanpa ruam, retak, retak, retak
n tampak sedikit vena venus lebih -
vena jarang dalam, retak
tidak ada ,
vena men
gker
ut
Lanugo Tidak Banyak Menipis Menghil Umumny
ada ang a tidak
ada
Lipatan Tidak Tanda Hanya Lipatan Lipatan
plantar ada merah lipatan 2/3 di
sangat anterior anterior seluruh
sedikit yang lipatan
menghilang
Payuda Hampir Areola Areola Areola Areola
ra tidak ada datar, seperti titik lebih penuh,
tidak ada tonjolan jelas tonjolan
tonjolan sampai 2 tonjolan 5-10 mm
mm 3-4 mm
Daun Datar, Sedikit Bentuknya Bentuk Tulang
telinga tetap melengku lebih baik, sempurn rawan,
13

terlipat ng, lunak lunak, a telinga


lembut mudah kembali kaku
membalik membalik seketika
Kelami Skrotum Testis turun, Testis Testis
n laki- kosong, sedikit dibawah, bergantu
laki tidak ada rugae rugae ng dan
rugae bagus rugaenya
dalam
Kelami Klitoris Labia Labia Klitoris
n dan labia minora dan mayora dan
peremp minora mayora besar, minora
uan menonjol sama minora ditutupi
menonjol kecil labia
mayora

(Wiknjosastro, 2006, Hal : 772)


Tabel. 2 kematangan Neuromuskular
(Menurut sarwono prawirohardjo, 2006 : hal 773)
Cara menilai aktivitas Neuromuskular
a. Sikap (Posture)
Dinilai bila bayi dalam posisi terlentang dan tenang
b. Sudut pergelangan tangan (Square window)
Tangan bayi difleksikan diantara ibu jari dan telunjuk pemeriksa lalu diukur sudut
antara hypothenar eminence dengan forearm.
c. Membaliknya lengan (Popliteal angle)
Lakukan fleksi lengan bawah selama 5 detik, kemudian lengan tersebut
diekstensikan dan dilepas. Nilailah derajat kembalinya ke posisi fleksi.
d. Sudut popliteal (Scarf sign) Bayi tidur terlentang, paha dipegang sedemikian
rupa sehingga terdapat posisi lutut-dada (knee-chest position), setelah itu
dilakukan ekstensi tungkai bawah, ukurlah sudut dibawah lutut tersebut.
e. Tanda selempangan (Sraf sign)
Posisi terlentang, peganglah salah satu lengan bayi dan usahakan tangan tersebut
mencapai leher posterior dari bahu sisi lainnya. Angkat dan geserlah siku bayi
diatas dadanya dan lihat sampai dimana siku tersebut dapat digeser. Makin mudah
bayi makin mudah sikunya melewati garis tengah kesisi lain.
14

f. Kepala ke telinga (Heel to ear)


Poisisi terlentang, gerakkan kaki bayi ke telinga dari sisi yang sama. Perhatikan
jarak yang tidak mencapai telinga dan ekstensi lutut.
Tabel 3. Penilaian Tingkat Kematangan
SKOR MINGGU
5 26
10 28
15 30
20 32
25 34
30 36
35 38
40 40
45 42
50 44

(Wiknjosastro, 2006 Hal : 773)


Tabel 4. Hubungan antara berat lahir dengan usia kehamilan
( Menurut Surasmi A, 2003, Ha l: 5))

Kategori Singkatan Persentil

Kecil untuk usia gestasi SGA (small for gestational age) <ke-10
Sesuai untuk gestasi AGA (appropriate for gestational age) Ke 10-90
Besar untuk gestasi LGA (large for gestational age) > 90

6. Masalah yang bisa timbul (penyulit) pada BBLR


Alat tubuh bayi premature belum berfungsi seperti bayi matur, oleh sebab itu
mengalami lebih banyak kesulitan untuk hidup diluar uterus. Makin pendek masa
kehamilan makin kurang sempurna pertumbuhan alat- alat dalam tubuhnya.
Karena kurang sempurnanya alat- alat dalam tubuh baik anatomik maupun
fisiologik maka mudah timbul beberapa kelainan sebagai berkut :
a. Gangguan pengaturan suhu tubuh
Suhu tubuh yang tidak stabil oleh karena kesulitan mempertahankan suhu tubuh
yang disebabkan oleh penguapan yang bertambah akibat dari kurangnya jaringan
15

lemak dibawah kulit,permukaan tubuh relatif lebih luas dibandingkan dengan


berat badan, otot yang tidak aktif, produksi panas yang berkurang oleh karena
lemak coklat yang belum cukup serta pusat pengaturan yang belum berfungsi
secara sempurna.
b. Gangguan saluran pernapasan
Gangguan pernapasan sering menimbulkan penyakit berat pada BBLR. Hal ini
disebabkan karena kurangnya surfaktan, pertumbuhan dan perkembangan paru
yang belum sempurna, otot pernapasan yang masih lemah dan tulang iga yang
mudah melengkung. Penyakit gangguan pernapasan yang sering diderita bayi
prematur adalah penyakit membran hialin dan aspirasi pneumonia. Disamping itu
sering timbul pernapasan periodik dan apnea yang disebabkan oleh pernapasan di
medulla belum matur
c. Gangguan alat pencernaan dan problem nutrisi
Distensi abdomen akibat dari motilitas usus berkurang, volume lambung
bertambah, daya untuk mencernakan dan mengabsorsi lemak laktosa dan vitamin
yang larut dalam lemak dan beberapa mineral tertentu berkurang, kerja dari
spinter cardio oesofagus yang belum sempurna dan mudah terjadi aspirasi.
d. Immatur hati memudahkan terjadinya hiperbilirubinemia dan defisiensi
vitamin K.
e. Ginjal yang immatur baik secara anatonis maupun fungsinya
Produksi urine yang sedikit, urea clearance yang rendah, tidak sanggup
mengurangi kelebihan air tubuh dan elektrolit dari badan dengan akibat mudahnya
terjadi edema dan asidosis metabolik.
f. Perdarahan mudah terjadi karena pembuluh darah yang rapuh,
kekurangan faktor pembekuan seperti protrombin.
g. Gangguan imunologik
Daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena rendahnya kadar IgG gamma
globulin. Bayi prematur relative belum sanggup membentuk anti bodi dan daya
fagositosis serta reaksi terhadap peradangan masih belum baik.
16

h. Perdarahan intraventrikuler
Hal ini disebabkan oleh karena bayi prematur sering menderita apnea, asfiksia
berat dan syndrome gangguan pernapasan.Akibatnya bayi menjadi hipoksia,
hipertensi dan hiperkapnea. Keadaan ini menyebabkan aliran darah keotak
bertambah. Penambahan aliran darah keotak akan lebih banyak lagi karena tidak
adanya otoregulasi serebral pada bayi prematur, sehingga mudah terjadi
perdarahan dari pembuluh darah kapiler yang rapuh dan iskemia dilapisan
germinal yang terletak didasar ventrikel lateralis antara nukleus kaudatus dan
ependim. Luasnya perdarahan intraventrikuler ini dapat di diagnosis dengan
ultrasonografi atau CT scan.
i. Retrolental fibroplasias
Keadaan ini disebabkan oleh penggunaan oksigen dengan konsentrasi tinggi ( Pa
O2 lebih dari 115 mmHg = 15 k Pa ). Untuk menghindari retrolental fibroplasias
maka oksigen yang diberikan pada bayi prematur tidak lebih dari 40% atau
dengan kecepatan 2 liter/ menit.
(Sarwono Prawirohardjo, 2007 )
7. Penatalaksanaan/ Penanganan Bayi Berat Lahir Rendah
a. Pengaturan suhu badan bayi dengan berat lahir rendah
1). Mempertahankan suhu dengan ketat
BBLR mudah mengalami hipotermia, oleh sebab itu suhu tubuhnya harus
dipertahankan dengan ketat. (Sarwono, Pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal 2006: 377)
2). Menurut (Buku panduan manajemen masalah bayi baru lahir untuk
Dokter, Bidan, dan Perawat, di Rumah sakit)
Cara menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh ada lima cara
yaitu:
a). Kontak kulit dengan kulit
Petunjuk penggunaan yakni
(1). . Untuk semua bayi
17

(2). Untuk menghangatkan bayi dalam waktu singkat, atau menghangatkan bayi
hipotermi (32-36,4oC).
b). Kangaroo Mother Care (KMC) atau perawatan bayi lekat (PBL)
Kangaroo mother care (KMC) adalah kontak kulit diantara ibu dan bayi secara
dini, terus menerus dan dikombinasi dengan pemberian ASI eksklusif. Tujuannya
agar bayi kecil tetap hangat. Dapat dimulai segera setelah lahir atau setelah bayi
stabil. KMC dapat dilakukan di rumah sakit atau di rumah setelah bayi pulang.
Bayi tetap bisa dirawat dengan KMC meskipun belum bisa menyusu, berikan ASI
peras dengan menggunakan salah satu alternative cara pemberian minum.
c). Pemancar panas
d). Inkubator.
Menurut (Pengantar ilmu Keperawatan anak 1, Hidayat A, 2009: hal 191)
Merupakan cara memberikan perawatan pada bayi dengan dimasukkan kedalam
alat yang berfungsi membantu terciptanya suatu lingkungan yang cukup dengan
suhu yang normal.
Dalam pelaksanaan perawatan didalam inkubator terdapat dua cara yaitu dengan
cara tertutup dan terbuka.
a. Inkubator tertutup
1) Inkubator harus selalu tertutup dan hanya dapat dibuka apabila dalam
keadaan tertentu seperti apnea; dan apabila membuka inkubator usahakan suhu
bayi tetap hangat dan oksigen harus selalu disediakan.
2) Tindakan perawatan dan pengobatan diberikan melalui hidung
3) Bayi harus keadaan telanjang (tidak memakai pakaian) untuk memudahkan
observasi
4) Pengaturan panas disesuaikan dengan berat badan dan kondisi tubuh
5) Pengaturan oksigen selalu diobservasi
6) Inkubator harus ditempatkan pada ruangan yang hangat kira-kira dengan suhu
27ºC
b. Inkubator terbuka
18

1) Pemberian inkubator dilakukan dalam keadaan terbuka saat pemberian


perawatan pada bayi
2) Menggunakan lampu pemanas untuk memberikan keseimbangan suhu normal
dan kehangatan
3) Membungkus dengan selimut hangat
4) Dinding keranjang ditutup dengan kain atau yang lain untuk mencegah aliran
udara.
5) Kepala bayi harus ditutup karena banyak panas yang hilang melalui kepala
6) Pengaturan suhu inkubator disesuaikan dengan berat badan sesuai dengan
ketentuan dibawah ini

Berat badan lahir 0 - 24 2–3 4-7 8 hari


(gram) jam hari hari (oC)
(oC) (oC) (oC)

1500 34 – 36 33 – 33 – 32 – 33
1501-2000 33 – 34 35 34 32
2001-2500 33 33 32 – 32
> 2500 32 – 34 32 – 34 32
Ø 34 32
32 31 –
32

Catatan: apabila suhu kamar 28-29 derajat celcius hendaknya diturunkan 1 derajat
celcius setiap minggu dan apabila berta badan bayi sudah mencapai 2000 gram
bayi boleh dirawat diluar inkubator dengan suhu 27 derajat celcius.
e). Ruangan yang hangat.
Suhu kamar untuk bayi dengan pakaian
BB Suhu ruangan

1500-2000 gram 28 – 30 oC

>2000 gram 26 – 28 oC
19

Catatan : jangan digunakan untuk bayi < 1500 gram


b. Pemberian makanan bayi
1. Pada bayi prematur refleks isap, telan, dn batuk belum sempurna, kapasitas
lambung masih sedikit, daya enzim pencernaan terutama lifase masih kurang
disamping itu kebutuhan protein 3- 5 gram/ hari dan tinggi Kalori ( 110/kg/
hari ) agar berat badan bertambah sebaik- baiknya.
2. Pemberian minuman dimulai pada waktu berumur 3 jam agar bayi tidak
menderita hipoglikemia dan hiperbilirubinemia
3. Sebelum pemberian minuman pertama harus dilakukan pengisapan cairan
lambung hal ini perlu untuk mengetahui ada tidaknya atresia esophagus dan
mencegah muntah. Pengisapan cairan lambung juga dilakukan pada setiap
pemberian minum selanjutnya.
4. Pada umumnya bayi dengan berat lahir 2000 gram atau lebih dapat menyusu
dengan ibunya, bayi degan kurang 1500 gram diberikan minum melalui sonde
lambung. Sesudah 5 hari bayi dicoba menyusu pada ibunya, bila daya isap bayi
kecil ini lebih baik dengan dot dibandingkan dengan putting susu ibu pada
keadaan ASI dipompa dan diberikan melalui botol.
5. Cara pemberian ASI melalui susu botol adalah dengan frekuensi pemberian
yang lebih sering dalam jumlah susu yang sedikit, frekuensi pemberian minum
makin berkurang dengan bertambahnya berat bayi.
6. Jumlah cairan yang diberika pertama kali adalah 1- 5 ml/ jam dan jumlahnya
dapat ditambah sedikit demi sedikit setiap 12 jam. Penambahan susu tersebut
tergantung dari jumlah susu yang tertinggal pada pemberian minum sebelumnya,
untuk mencegah regurgitasi/ muntah atau distensi abdomen.
7. Banyaknya cairan yang diberikan adalah 60 ml/ kg/ hari, setiap hari dinaikkan
20 sampai 200 ml/kg/hari
8. Air susu yang paling baik adalah ASI, bila bayi belum dapat menyusu, ASI
dipompa dan dimasukkan kebotol steril. Bila ASI tidak ada susunya dapat diganti
dengan susu buatan yang rendah lemak yang mudah dicerna bayi dan
20

mengandung 20 kalori/ 30 ml air atau sekurang- kurangnya bayi mendapat 110


kalori/ kg BB/ hari.
oleh karena itu mudahnya terjadi regurgitasi dan pneumonia aspirasi pada bayi
BBLR, maka terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemberian
makanan pada bayi dengan berat lahir rendah, yaitu :
a). Bayi diletakkan pada sisi kanan untuk membantu mengosongkan lambung,
atau dalam posisi setengah duduk dipangkuan perawat atau dengan meninggikan
kepala dan suhu ± 30ºC ditempat tidur bayi
b). Sebelum susu diberikan diteteskan dahulu dipunggung tangan untuk
merasakan apakah susu cukup hangat dan apakah keluarnya satu tetes tiap detik.
c). Pada waktu bayi minum harus diperhatikan apakah ia menjadi biru, ada
gangguan pernapasan atau perut gembung. Pengamatan dilakukan terus sampai
kira- kira setengah jam sesudah minum. Gumpalan susu dimulut harus
dibersihkan dengan memberikan 3- 4 sendok teh air putih yang sudah dimasak.
d). Untuk mencegah perut kembung, bayi diberi minum sedikit demi sedikit
dengan perlahan- perlahan dan hati- hati. Penambahan susu setiap kali minum
tidak boleh lebih dari 5 ml setiap kali minum.
d). Sesudah minum, bayi didudukkan atau diletakan diatas pundak selama 10-15
menit untuk mengeluarkan udara dilambung dan kemudian ditidurkan pada posisi
kanan atau tidur dalam posisi tengkurap, hal ini dilakukan agar tidak terjadi
regurgitasi atau muntah.
e). Bila biru dan mengalami gangguan pernapasan pada waktu minum, kepala bayi
harus direndahkan 30º cairan dimulut dan faring disuction, bila masih biru dan
tidak bernapas harus segera diberi oksigen dn pernapasan buatan. (Winkjosastro,
H.2007)
c. Pencegahan terjadinya infeksi
1. Mencuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi di bawah air yang
mengalir dengan menggunakan sabun cair.
2. Memakai masker dan gaun khusus dalam ruangan .
21

3. Pisahkan bayi infeksi dengan bayi yang bayi yang sehat.


4. Setiap bayi mempunyai perlengkapan sendiri, bila memungkinkan bayi di
mandikan ditempat tidurnya masing – masing .
5. Perawatan kulit dan tali pusat di lakukan dengan teknik aseptic dan antiseptic.
6. Para pengujung orang sakit hanya dapat melihat dari balik kaca.
7. Petugas kesehatan yang menderita penyakit menular , (ISPA, Konjungtivitis,
dll) tidak boleh merawat bayi.
8. Membersihkan ruang perinatal dan tempat tidur bayi paling sedikit seminggu
sekali dengan cairan antiseptic (winkjosastro, H. 2007)

Bagan Penanganan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)


Berat Badan bayi <
Kriteria
2500 gram
Bayi berat lahir sangat Bayi berat lahir rendah
Kategori rendah ( BBLR )
( BBLSR )
Berat lahir < 1500 Berat lahir 1500 – 2500
Penilaian
gram gram
1. Keringkan secepatnya dengan handuk hangat
2. Kain yang basah secepatnya diganti dengan yang
kering dan hangat.
Pertahankan tetap hangat
3. Berikan lingkungan hangat dengan cara kontak kulit
Penanganan ke kulit dan bungkus BBLSR dengan kain hangat
4. Beri lampu 50 watt dengan jarak minimal 60 cm
dari bayi
5. Kepala bayi ditutupi topi
6. Beri oksigen
7. Tali pusat dalam keadaan bersih
1. Teteki ASI bila dapat1. Beri ASI
menelan . Bila tidak Bila tidak dapat
dapat menelan, menghisap, bisa menelan
Puskesmas langsung rujuk langsung tetesi langsung
2. Rujuk ke rumah sakit dari putting
2. Bila tidak dapat menelan
langsung dirujuk
22

1.Sama dengan diatas


2.Beri minum dengan sonde/ tetesi ASI ( lihat tabel I
BBLR )
3. Bila tidak mungkin, infus dekstrose 10% +
Bicarbonas Natricus 1,5%= 4:1
Rumah Sakit
Hari I : 60 cc/kg/hari Hari II : 70 cc/kg/hari
4. Antibiotika
Bila tidak dapat menghisap putting susu / tidak dapat
menelan langsung/sesak/biru/tanda-tanda hipotermi
berat, terangkan kemungkinan akan meninggal.

Sumber : Saifuddin AB, 2006

C. Proses Manajemen Kebidanan


1. Pengertian Manajemen Kebidanan
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan
sebagai metode untuk mengorganisasikan fikiran dan tindakan berdasarkan teori
ilmiah,penemuan- penemuan, keterampilan dalam rangkaian/ tahapan yang logis
untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien. ( Salma, 2007 )
Manajemen kebidanan terdiri dari tujuh langkah yang berurutan, yang dimulai
dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Ketujuh langkah
tersebut membentuk kerangka yang lengkap yang biasa diaplikasikan dalam suatu
situasi.
2. Tahapan Manajemen Kebidanan
Proses manajemen terdiri dari 7 langkah yaitu:
a. Langkah I : Melaksanakan pengkajian data dan analisa data
b. Langkah II : Merumuskan diagnosa atau masalah aktual
c. Langkah III : Merumuskan diagnosa atau masalah potensial
d. Langkah IV : Melaksanakan tindakan segera dan Kolaborasi
e. Langkah V : Merencanakan asuhan kebidanan
f. Langkah VI : Melaksanakan tindakan asuhan
g. Langkah VII : Mengevaluasi asuhan kebidanan
23

3. Pendokumentasian asuhan kebidanan (SOAP)


Menurut Helen Varney, alur berfikir bidan saat menghadapi klien meliputi
tujuh langkah, agar diketahui orang lain apa yang telah dilakukan oleh seorang
bidan melalui proses berpikir sistematis, maka dilakukan pendokumentasian
dalam bentuk SOAP yaitu :

a. Subjektif ( S )
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien dan keluarga
melalui anamnese sebagai langkah I Varney.
b. Objektif ( O )
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil
laboratorium dan diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk
mendukung asuhan sebagai langkah I Varney.
c. Assesment ( A )
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data subjektif
dan objektif dalam suatu identifikasi : diagnosa /masalah, antisipasi
diagnosa/masalah potensial, perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter,
konsultasi/kolaborasi dan atau rujukan sebagai langkah 2, 3 dan 4 Varney.
d. Planning ( P )
Mengambarkan pendokumentasian dari perencanaan, tindakan implementasi (I)
dan evaluasi (E) berdasarkan assesment sebagai langkah 5, 6 dan 7 langkah
Varney
24

Anda mungkin juga menyukai