Anda di halaman 1dari 10

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN

PROGRAM TRAUMA CENTER

BAB I

PENDAHULUAN

Jaminan sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh
rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak hal ini sesuai
dengan amanat Undang-Undang Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN).

Adapun jenis-jenis dari Program Jaminan Sosial meliputi:

1. Jaminan Kesehatan;
2. Jaminan Kecelakaan Kerja
3. Jaminan Hari Tua;
4. Jaminan Pensiun; dan
5. Jaminan Kematian.

Jaminan kecelakaan kerja diselenggarakan dengan tujuan menjamin agar peserta


memperoleh manfaat pelayanan kesehatan dan santunan uang tunai apabila seorang
pekerja mengalami kecelakaan kerja atau menderita penyakit akibat kerja.

Undang-Undang Nomor 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial


(BPJS), menyebutkan bahwa BPJS Ketenagakerjaan diamanatkan untuk
menyelenggarakan Program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Program Jaminan
Kematian (JK), Program Jaminan Pensiun (JP) dan Program Jaminan Hari Tua (JHT).

Misi dari PT. Jamsostek (Persero) adalah memenuhi perlindungan dasar bagi tenaga
kerja, serta menjadi mitra terpercaya bagi tenaga kerja, pengusaha dan negara.

Upaya kesehatan dan keselamatan kerja bertujuan agar masyarakat pekerja


memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik, mental, maupun sosial,
dengan melaksanakan program menyeluruh/komprehensif, mulai dari promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif terhadap penyakit/gangguan kesehatan yang
diakibatkan oleh pekerjaan dan/atau lingkungan kerja, serta terhadap penyakit pada
umumnya.

Sesuai dengan amanat Undang Undang No 40 tahun 2004 bahwa manfaat dari
Program JKK dalam bentuk pelayanan kesehatan (inkind benefit), maka PT. Jamsostek
(Persero) sebagai Badan Penyelenggara harus memperluas jaringan pelayanan
kesehatan dengan membentuk jejaring trauma center.

Tujuan Umum:

Terselenggaranya upaya kesehatan kerja secara optimal dan mudah dijangkau oleh
masyarakat pekerja sehingga dapat menanggulangi kasus kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja secara tepat dan cepat.

Tujuan Khusus:

1. Meningkatkan kualitas pelayanan dan manfaat Program JKK bagi peserta dan
pengusaha.
2. Terlaksananya pelayanan kesehatan kerja yang komprehensif dan proaktif
dengan menerapkan sistem rujukan.
3. Terlaksananya pendataan, pencatatan dan pelaporan penyakit akibat kerja dan
kecelakaan kerja.
4. Tersedianya fasilitas pelayanan kesehatan kerja dengan tenaga, sarana dan
prasarana yang memadai.
5. Mempercepat proses penyelesaian klaim Program JKK dengan tetap menjaga
pengendalian biaya tanpa mengurangi kualitas pelayanan.

BAB II

PENGERTIAN UMUM

1. Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) adalah suatu tata cara penyelenggaraan
program jaminan sosial oleh beberapa badan penyelenggara jaminan sosial.
2. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah badan hukum yang
dibentuk untuk menyelenggarakan Program Jaminan Sosial.
3. BPJS Ketenagakerjaan adalahBPJS yang berfungsi menyelenggarakan program
jaminan kecelakaan kerja, program jaminan kematian, program jaminan pensiun
dan jaminan hari tua.
4. Kecelakaan Kerja adalah kecelakaan yang terjadi dalam hubungan kerja,
termasuk kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan dari rumah menuju tempat
kerja atau sebaliknya, dan penyakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja.
5. Cacat adalah keadaan berkurang atau hilangnya fungsi tubuh atau hilangnya
anggota badan yang secara langsung mengakibatkan berkurang atau hilangnya
kemampuan pekerja untuk menjalankan pekerjaannya.
6. Cacat total tetap adalah cacat yang mengakibatkan ketidakmampuan seseorang
untuk melakukan pekerjaan.
7. Peserta adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6
(enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran.
8. Klinik Trauma Center adalah pelayanan kesehatan kerja primer dapat berbentuk
klinik perusahaan, puskesmas ataupun praktek dokter bersama yang mampu
memberikan upaya pelayanan kesehatan preventif, promotif dan kuratif.
9. Rumah Sakit Trauma Center adalah adalah pelayanan kesehatan kerja tingkat
sekunder yang berbentuk rumah sakit mampu memberikan upaya pelayanan
kesehatan preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif.
10. Return to Work (RTW) adalah program jaminan kecelakaan kerja yang bertujuan
agar tenaga kerja yang mengalami kecelakaan kerja-penyakit akibat kerja (KK-
PAK) dapat bekerja kembali.
11. Kecelakaan atau sakit berhubung dengan hubungan kerja adalah :
a. Kecelakaan yang dialami oleh tenaga kerja perusahaan peserta program
Jamsostek, pada waktu yang bersangkutan berangkat ke dan pulang dari
tempat kerja melalui jalan dan waktu yang wajar dan biasa dilalui.
b. Kecelakaan yang dialami oleh tenaga kerja perusahaan peserta Program
Jamsostek, pada waktu tenaga kerja menjalankan tugas di tempat tugas
termasuk pada waktu kerja lembur.
c. Kecelakaan yang dialami oleh tenaga kerja perusahaan peserta program
Jamsostek, pada waktu tenaga kerja menjalankan tugas keluar kota dan
tugas dari perusahaan lainnya, dengan ketentuan dalam hal ini harus
didukung dengan surat perintah dan surat keterangan lainnya yang
diperlukan.
d. Sakit yang timbul karena hubungan kerja seperti dimaksud dalam
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1993 dianggap
kecelakaan kerja. Daftar penyakit yang timbul karena hubungan kerja
terlampir.
12. Tidak dapat dikategorikan sebagai kecelakaan kerja dan biaya yang timbul
bukan menjadi tanggungan pihak pertama adalah :
a. Kecelakaan yang terjadi pada waktu cuti, atau hari libur lainnya, dimana
yang bersangkutan bebas dari urusan pekerjaan yang menjadi tugas dan
tanggung jawabnya.
b. Kecelakaan yang terjadi di mess/perkemahan yang tidak berada di lokasi
(tempat) kerja.
c. Kecelakaan yang terjadi di luar waktu kerja atau dalam rangka melakukan
kegiatan yang bukan merupakan tugas dari atasan untuk kepentingan
perusahaan.
d. Kecelakaan yang terjadi pada waktu yang bersangkutan meninggalkan
tempat kerja untuk kepentingan pribadi.
Contoh: pergi untuk makan, tidak dianggap sebagai kecelakaan kerja jika
perusahaan yang bersangkutan menyediakan fasilitas makan.
e. Sakit biasa yang tidak ada hubungannya dengan hubungan kerja.

BAB III

STANDAR PELAYANAN KESEHATAN

RUMAH SAKIT TRAUMA CENTER


Kegiatan pelayanan kesehatan kerja mencakup :
1. Pelayanan kesehatan promotif,preventif, kuratif dan rehabilitatif.
2. Pelayanan Kesehatan kuratif dan rehabilitatif meliputi:
2.1. Pertolongan medis terhadap kecelakaan kerja atau penyakit akibat
kerja.
2.2. Medical emergency response (kesiapsiagaan dan tanggap darurat) .
2.3. Deteksi dini, diagnosis Penyakit Akibat Kerja (PAK) sesuai kompetensi
dan batas wewenangnya.
2.4. Rujukan ke fasilitas kesehatan kerja yang lebih lengkap.
2.5. Pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang diagnostik
lainnya.
2.6. Pengobatan dan perawatan oleh dokter spesialis.
2.7. Tindakan operatif.
2.8. Rehabilitasi medik.
2.9. Perawatan di Kelas 1 RS Pemerintah dan RS swasta yang setara.
2.10. Perawatan di ruangan Intensif.
2.11. Obat-obatan sesuai indikasi medis dengan mengutamakan
penggunaan obat generik berlogo.
2.12. Alat kesehatan dan implant.
2.13. Pelayanan Khusus, seperti Pembelian gigi tiruan, kacamata, dan alat
bantu dengar (hearing aid).
2.14. Transfusi darah
2.15. Pemberian sarana rehabilitasi alat bantu (orthose) dan/ atau alat ganti
(prothese) kepada tenaga kerja yang anggota badannya hilang atau
tidak berfungsi akibat kecelakaan kerja.
2.16. Memberikan Surat Keterangan Dokter (Formulir F3b / KK4)
3. Membuat Pencatatan, dan pelaporan rekapitulasi pelayanan.

BAB IV

KREDENSIALING RS TRAUMA CENTER

Rumah Sakit Trauma Center


Pengertian: Mampu memberikan pelayanan kecelakaan kerja tingkat lanjutan
dan penyakit akibat kerja spesialistik.
Fasilitas :
- Rumah Sakit minimal type D.
- Memiliki fasilitas UGD.
- Memiliki Ruang Operasi.
- Memiliki dokter spesialis Bedah tetap.
- Diutamakan memiliki dokter spesialis: rehabilitasi medis, ortopedi, paru,
penyakit dalam, dan jantung.
- Membentuk tim Kecelakaan Kerja- Penyakit Akibat Kerja (KK-PAK) di RS,
yang terdiri dari petugas admin, dokter bedah, dokter umum/dokter unit
gawat darurat (UGD),dan perawat).
- Memiliki Apotek/instalasi farmasi.

Kredensialing Rumah Sakit Trauma Center:

1. Sumber Daya Manusia (SDM)


 Dokter :
- Mempunyai sertifikat pelatihan Hiperkes dan Keselamatan Kerja.
- Mempunyai sertifikat Advanced Cardiac Life Support (ACLS) –
Advanced Trauma Life Support (ATLS) yang masih berlaku.
- Mempunyai STR (Surat Tanda Registrasi) dan SIP (Surat Izin
Praktek)

 Perawat/Paramedis :
- Mempunyai sertifikat pelatihan Hyperkes dan Keselamatan Kerja.
- Mempunyai sertifikat Basic Trauma Life Support (BTLS).
- Mempunyai Surat Izin Praktek (SIP)

2. Sarana dan prasarana


 Memiliki jaringan internet
 Laboratorium.
 Ruang radiologi.
 Ruang operasi.
 Diutamakan mempunyai ruang intensif.
 Instalasi Farmasi.
 Spirometer/Audiometer.

3. Perizinan operasional RS.

4. Memberikan pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif sesuai


dengan kebutuhan medis dan kemampuan fasilitas kesehatan masing-
masing.

5. Bersedia memenuhi ketentuan dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial


Ketenagakerjaan:
 Prosedur dan standar pelayanan
 Prosedur administratif: pelaporan
 Menjadi peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Ketenagakerjaan
 Bersedia memasang plang sebagai fasilitas kesehatan Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan

BAB V

SISTEM DAN PROSEDUR TRAUMA CENTER

Prosedur di Klinik TC:


1. Tenaga Kerja yang menderita kecelakaan kerja dapat dibawa ke Klinik TC terdekat
untuk mendapatkan pertolongan pertama dengan membawa identitas KPJ dan KTP.
2. Badan Penyelenggara menyediakan formulir 3, 3a, 3b dan 3c di Rumah Sakit.
3. FO Klinik TC meneliti status kepesertaan tenaga kerja melalui Daftar tenaga kerja
yang dikirim oleh Kantor Cabang yang bekerjasama dan/atau melalui fasilitas
internet.
a. Apabila tidak terdaftar, maka petugas FO klinik TC melakukan konfirmasi kepada
Kantor Cabang.
b. Bila ternyata peserta tersebut terdaftar dari cabang lain, maka petugas
pelayanan Kantor cabang menghubungi Kacab Kepesertaan untuk dibuatkan
surat pengantar rujukan.
c. Apabila eligibilitas kepesertaan meragukan, maka peserta diberlakukan sebagai
pasien umum. Dan biaya yang telah dikeluarkan dapat diajukan ke Badan
penyelenggara untuk mendapatkan penggantian sesuai ketentuan yang berlaku.
4. Peserta / petugas perusahaaan / keluarga peserta mengisi form daftar kunjungan
Klinik TC.
5. Klinik menghubungi perusahaan untuk mengisi data yang berhubungan dengan
tenaga kerja di Formulir Laporan Kecelakaan tahap I (formulir 3).
6. Perusahaan membuat laporan tahap I disertai dokumen pendukung (fotokopi KTP,
KPJ, kronologis kejadian, dan absensi hari kejadian) untuk diajukan ke Badan
penyelenggara dan disnaker setempat dalam waktu 2 x 24 jam. Untuk tertib
administrasi klaim,maka salinan laporan tahap I diserahkan juga oleh Perusahaan
ke Klinik TC.
7. Apabila diperlukan penanganan lebih lanjut dapat diberikan rujukan ke fasilitas
pelayanan kesehatan yang lebih tinggi dengan melampirkan surat rujukan, salinan
form laporan kecelakaan tahap I dan formulir perincian biaya pelayanan yang telah
diberikan.
8. Peserta/petugas perusahaaan / keluarga peserta menandatangani form bukti
layanan dan pernyataan bersedia membayar jika dinyatakan bukan kecelakaan
kerja / tidak memenuhi persyaratan administrasi perusahaan.
9. Setelah selesai perawatan dokter yang merawat wajib mengisi formulir 3 b dan klinik
TC menghubungi perusahaan untuk membuat laporan kecelakaan tahap II (formulir
3a) beserta dokumen pendukungnya.
10. Bila proses pengobatan belum selesai maka tagihan biaya tersebut dapat diajukan
ke Badan penyelenggara tanpa disertai formulir Tahap II dari perusahaan. Laporan
tahap II tersebut dapat diserahkan setelah perawatan dinyatakan selesai.
11. Bila kasusnya adalah penyakit akibat kerja, maka dokter wajib mengisi formulir 3 c.
12. Setiap akhir bulan klinik merekap data pasien yang berobat untuk ditagihkan ke PT.
Jamsostek yang dilengkapi dengan dokumen sebagai berikut:
12.1. Bukti kunjungan, form bukti layanan, surat pernyataan perusahaan dan buku
monitor JKK.
12.2. Kuitansi asli bermaterai sesuai ketentuan.
12.3. Formulir 3, 3a,
12.4. 3b dan/atau 3c bila perawatan dinyatakan selesai.
13. Klinik dapat memberikan penyuluhan K3 ke perusahaan di wilayahnya secara
sendiri atau bersama-sama Badan Penyelenggara minimal setahun sekali.

Prosedur di Rumah Sakit TC:


1. Tenaga Kerja yang mendapat rujukan dari klinik atau dalam keadaan emergensi
dapat dibawa langsung ke Rumah Sakit TC terdekat untuk mendapatkan
pertolongan pertama dan atau pertolongan lanjutan dengan membawa identitas KPJ
dan KTP.
2. Badan Penyelenggara menyediakan formulir 3, 3a, 3b dan 3c di Rumah Sakit.
3. FO RS TC meneliti status kepesertaan tenaga kerja melalui Daftar tenaga kerja
yang dikirim oleh Kantor Cabang yang bekerjasama dan/atau melalui fasilitas
internet.
a. Apabila tidak terdaftar, maka petugas FO RS TC melakukan konfirmasi kepada
Kantor Cabang.
b. Bila ternyata peserta tersebut terdaftar dari cabang lain, maka petugas
pelayanan Kantor cabang menghubungi Kacab Kepesertaan untuk dibuatkan
surat pengantar rujukan.
c. Apabila eligibilitas kepesertaan meragukan, maka peserta diberlakukan sebagai
pasien umum. Dan biaya yang telah dikeluarkan dapat diajukan ke Badan
penyelenggara untuk mendapatkan penggantian sesuai ketentuan yang berlaku.
4. Untuk kasus emergensi (bukan kasus rujukan) Rumah Sakit mengisi data yang
berhubungan dengan tenaga kerja di Form Laporan Kecelakaan tahap I (formulir 3),
kemudian menghubungi perusahaan untuk dilengkapi dan ditandatanganinya.
5. Perusahaan membuat laporan tahap I disertai dokumen pendukung (fotokopi KTP,
KPJ, kronologis kejadian, dan absensi hari kejadian) untuk diajukan ke Badan
penyelenggara dan disnaker setempat dalam waktu 2 x 24 jam. Untuk tertib
administrasi klaim, maka salinan laporan tahap I diserahkan juga oleh Perusahaan
ke RS TC
6. Dokter mengisi surat keterangan rawat, untuk kemudian dikirimkan ke Badan
Penyelenggara agar dapat dibuatkan surat jaminannya. Dikirim melalui fax/email.
7. Badan Penyelenggara menerbitkan surat jaminan maksimal 2 x 24 jam hari kerja.
8. Apabila diperlukan penanganan lebih lanjut dapat diberikan rujukan ke fasilitas
pelayanan kesehatan yang lebih tinggi dengan melampirkan formulir surat rujukan
dan salinan form laporan kecelakaan tahap I dan formulir perincian biaya pelayanan
yang telah diberikan.
9. Setelah selesai perawatan, dokter yang merawat wajib mengisi formulir 3 b dan FO
rumah sakit membantu menghubungi perusahaan untuk membuat laporan
kecelakaan tahap II (formulir 3a).
10. Peserta/petugas perusahaaan / keluarga peserta menandatangani form bukti
layanan.
11. Perusahaan membuat surat pernyataan yang menyatakan bersedia:
a. Membayar terlebih dahulu biaya pengobatan, perawatan dan/atau rehabilitasi
untuk kemudian diajukan ke Badan Penyelenggara jika tidak melengkapi
dokumen administrasi dan pendukungnya (F3 dan F3a) pada saat pasien
dinyatakan sembuh/cacat/meninggal.
b. dan pernyataan bersedia membayar jika dinyatakan bukan kecelakaan kerja /
tidak memenuhi persyaratan administrasi perusahaan
12. Setiap akhir bulan Rumah Sakit merekap data pasien yang berobat untuk
ditagihkan ke Badan Penyelenggara yang dilengkapi dengan dokumen sebagai
berikut:
12.1. KPJ
12.2. Surat Jaminan
12.3. Formulir 3, 3a,
12.4. Formulir 3b dan/atau 3c jika telah dinyatakan sembuh perawatan..
12.5. Perincian tagihan.
12.6. Dokumen pendukung (resume medis hasil lab, radiologi, transfusi, copy
resep,dll)
12.7. Buku Monitor Kunjungan.
12.8. Kuitansi asli.
Kewajiban Klinik dan Rumah Sakit

1) Memverifikasi kasus-kasus penyakit yang tidak berhubungan langsung dengan


kecelakaan kerja dan dapat berkoordinasi dengan Badan Penyelenggara untuk
kasus yang meragukan.
2) Menunjuk petugas Rumah Sakit sebagai kontak person Program JKK.
3) Memberikan pelayanan pengobatan dan perawatan yang rasionalsesuai dengan
indikasi medisbagi peserta yang mengalami kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja.
4) Rumah Sakit TC menyediakan fasilitas ruang rawat inap untuk peserta BPJS
Ketenagakerjaan dan ruang rawat inap intensif bila diperlukan.
5) Rumah Sakit TC menyediakan fasilitas ambulance untuk evakuasi penderita yang
mengalami kecelakaan kerja dan mengantarkan kembali penderita apabila telah
sembuh.
6) Membentuk Tim Trauma Centre di Rumah Sakit
7) Memberikan pertimbangan medis dan dokumen pendukung apabila diperlukan
Badan Penyelenggara
8) Memberitahukan kepada BPJS Ketenagakerjaan bahwa perawatan telah selesai.
9) Disarankan menyediakan ruangan khusus/counter yang dapat digunakan oleh
petugas Customer Service sebagai pusat informasi dan pelayanan Administrasi.
10) Menghubungi perusahaan untuk melengkapi dan menandatangani formulir 3 dan 3a.
11) Mengisi formulirF3b dan/atau Formulir F3c (Surat Keterangan Dokter).
12) Rumah sakit mengisi formulir keterangan rawat saat pengajuan surat jaminan.
13) Membuat dan menyampaikan rincian dan rekapitulasi biaya perawatan, pengobatan
dan rehabilitasi medis kepada badan penyelengara
14) Memisahkan biaya perawatan, pengobatan dan rehabilitasi medis yang melebihi
plafon jaminan untuk ditagihkan ke perusahaan.
15) Membuat laporan rekapitulasi kasus kecelakaan kerja sesuai dengan format yang
disediakan oleh Badan Penyelenggara

BAB VI

PEMBIAYAAN TRAUMA CENTER

Sistem Pembiayaan Rumah Sakit Trauma Center


a. Pembiayaan menggunakan sistem Fee for Service berdasarkan negosiasi
kecukupan dana Kantor Cabang dan kelengkapan fasilitas yang dimiliki oleh
Rumah Sakit.
b. Menggunakan system Paket Pembiayaan Esensial (PPE) per diagnose
berdasarkan negosiasi dengan Kacab, menggunakan kertas kerja
perhitungan. Terlampir daftar tarif paket Rumah Sakit TC.
c. Pada kasus tertentu yang belum tercantum dalam system PPE, dapat dibuat
berdasarkan negosiasi dengan Kacab.
d. Pembiayaan yang melebihi plafon ditagihkan langsung kepada perusahaan.

BAB VII

HAL-HAL YANG TIDAK DITANGGUNG

1. Penyakit yang tidak berhubungan dengan ruang lingkup kecelakaan kerja dan
akibat dari hubungan kerja.
2. Pengobatan tradisional.
3. Penyakit akibat kecanduan alkohol/narkotika.
4. Percobaan bunuh diri.
5. Semua obat/vitamin yang tidak ada hubungannya dengan kasus kecelakaan
kerja atau penyakit akibat kerja.
6. Semua obat kosmetik, obat gosok seperti minyak kayu putih dan sejenisnya.
7. Operasi plastik dengan tujuan kosmetik.
8. Kecelakaan yang terjadi pada waktu yang bersangkutan meninggalkan tempat
kerja untuk kepentingan pribadi.
9. Kecelakaan yang terjadi di luar waktu kerja atau melakukan kegiatan yang
bukan berhubungan dengan kedinasan.
10. Penyakit akibat hubungan kerja yang dicetuskan, diperberat oleh pekerjaan
seperti hernia yang ada faktor bawaan, asma yang diakibatkan keturunan.
11. Kasus meninggal mendadak yang terjadi tidak di lokasi tempat kerja, tidak
langsung dibawa ke fasilitas kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai