Anda di halaman 1dari 10

Hubungan Pengetahuan Gizi Dan Frekuensi Konsumsi Fast Food

Dengan Status Gizi Siswa SMA Negeri 4 Surakarta

Nanik Kristianti, Dwi Sarbini dan Mutalazimah


Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta

Abstract

This study analyzes the Nutritional knowledge relationship, fast food consumption frequency and
student’s anthropometry status.The method used in this study was observasional with crossectional.
The result of this study there is no connection between nutritional knowledge with anthropometry status
(p>0,05, p value: 0,228) and there is no connection between fast food consumption frequency with
anthropometry status (p>0,05, p value: 0,116).

Keywords: Adolescent, nutritional knowledge, fast food, fast food consumption frequency,
anthropometry status.

PENDAHULUAN akan berdampak negatif bagi status


Pengetahuan gizi berpengaruh gizi remaja.
terhadap sikap dan perilaku dalam Penelitian ini secara umum
memilih makanan. Pengetahuan gizi bertujuan untuk mengetahui
yang baik diharapkan mempengaruhi hubungan antara pengetahuan gizi dan
konsumsi makanan yang baik sehingga frekuensi konsumsi fast food dengan
dapat menuju status gizi yang baik status gizi siswa SMA Negeri 4
pula. Kurang cukupnya pengetahuan Surakarta. Sementara itu tujuan khusus
tentang gizi dan kesalahan dalam penelitian ini adalah 1) mengetahui
memilih makanan akan berpengaruh pengetahuan gizi siswa SMA Negeri 4
terhadap status gizi (Sediaoetama, Surakarta; 2) mengetahui frekuensi
2000). konsumsi fast food siswa SMA Negeri 4
Berdasarkan Penelitian Muniroh Surakarta; 3) mengetahui status gizi
(2008), menunjukkan tingkat siswa SMA Negeri 4 Surakarta; 4)
pengetahuan gizi remaja di Jombang mengetahui hubungan antara
adalah baik sebesar 81,5% tetapi masih pengetahuan gizi dengan status gizi
terdapat remaja yang berstatus gizi siswa SMA Negeri 4 Surakarta; 5)
kurang sebesar 20% walaupun mengetahui hubungan frekuensi
pengetahuan gizinya baik. Kehadiran konsumsi fast food dengan status gizi
fast food di Indonesia sangat siswa SMA Negeri 4 Surakarta.
mempengaruhi pola makan para Penelitian ini diharapkan dapat
remaja di kota besar. Tidak bisa memberikan manfaat guna menambah
dipungkiri dengan gaya hidup kota wawasan ilmu pengetahuan tentang
yang serba praktis para remaja sulit pengetahuan gizi dan frekuensi
menghindar dari fast food. Fast food konsumsi fast food, memberikan
mengandung tinggi kalori, lemak , informasi kepada pihak terkait
gula dan sodium (Na), tetapi rendah mengenai hubungan pengetahuan gizi
serat, vitamin A, asam askorbat, dan frekuensi konsumsi fast food
kalsium dan folat. Kandungan gizi dengan status gizi serta meningkatkan
yang tidak seimbang inilah yang pengetahuan masyarakat khususnya
apabila terlanjur menjadi pola makan, para orang tua siswa tentang fast food

Hubungan Pengetahuan Gizi dan Frekuensi Konsumsi Fast Food... (Nanik Kristianti, dkk) 39
dan pentingnya pengetahuan gizi yang Analisis data menggunakan uji
harus dimiliki guna mencapai status korelasi Rank Spearman. Signifikansi
gizi baik dan kesehatan yang optimal. nilai p adalah jika nilai p<0,05 Ho
ditolak, berarti ada hubungan antara
METODE PENELITIAN pengetahuan gizi dan frekuensi
Penelitian ini menggunakan konsumsi fast food dengan status gizi
jenis penelitian observasional dengan siswa SMA Negeri 4 Surakarta dan bila
rancangan crossectional yaitu penelitian nilai p≥0,05 Ho diterima, berarti tidak
yang dilakukan dengan wawancara ada hubungan antara pengetahuan gizi
secara langsung dimana variabel bebas dan frekuensi konsumsi fast food
dan variabel terikat diambil pada satu dengan status gizi siswa SMA Negeri 4
waktu secara bersamaan. Populasi Surakarta.
pada penelitian ini adalah siswa kelas I
di SMA Negeri 4 Surakarta yang HASIL DAN PEMBAHASAN
berjumlah 360 siswa sedangkan besar Distribusi Responden Menurut Jenis
sampel dalam penelitian ini dihitung Kelamin
dengan menggunakan rumus besar Dari 75 respoden dapat
sampel minimal yaitu sebesar 75 siswa. diketahui jenis kelamin berdasarkan
Tabel 4, berikut ini:

Tabel. 4 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin


Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persentase (%)
Laki-laki 24 32,0
Perempuan 51 68,0
Jumlah 75 100,0

Berdasarkan tabel tersebut berat badan diperoleh rata-rata


terlihat bahwa jumlah responden laki- berat badan responden adalah
laki adalah 24 orang (32,0%) dan sebesar 49,62 kg, dengan nilai
responden perempuan berjumlah 51 minimal 39 kg dan nilai maksimal
orang (68,0%). 85 kg.
b. Tinggi badan
Distribusi Responden Menurut TB merupakan antropometri
Ukuran Antropometri yang menggambarkan suatu
a. Berat Badan keadaan pertumbuhan skeletal.
Berat badan adalah salah satu Pada keadaan normal, tinggi badan
parameter yang memberikan tumbuh seiring dengan
gambaran massa tubuh. Massa pertambahan umur. Pertumbuhan
tubuh sangat sensitif terhadap tinggi badan tidak seperti berat
perubahan-perubahan yang badan, relatif kurang sensitif
mendadak, misalnya karena terhadap masalah kekurangan gizi
terserang penyakit infeksi, dalam waktu yang pendek
menurunnya nafsu makan, atau (Supariasa dkk, 2002)
menurunnya jumlah makanan Berdasarkan pengukuran
yang dikonsumsi (Supariasa dkk, tinggi badan diperoleh rata-rata
2002). Berdasarkan pengukuran tinggi badan responden adalah

40 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, VOL. 2, NO. 1, JUNI 2009 Hal 39-47
sebesar 160,74 cm, dengan nilai maksimal 176 cm.
minimal 149 cm dan nilai
Pengetahuan Gizi

Tabel. 5 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Gizi


Kategori Pengetahuan Frekuensi (n) Persentase (%)
Baik 35 46,7
Cukup 39 52,0
Kurang 1 1,3
Jumlah 75 100,0

Berdasarkan tabel tersebut komputer dan ruang multimedia yang


dapat dilihat bahwa sebagian besar menunjang para siswa untuk selalu
responden memiliki pengetahuan gizi mengakses informasi terkini.
cukup (52,0%), pengetahuan gizi baik Pendidikan formal merupakan
(46,7%) dan pengetahuan gizi kurang faktor utama yang mempengaruhi
(1,3%). Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan seseorang termasuk
sebagian besar siswa memiliki pengetahuan tentang gizi dan
pengetahuan gizi yang cukup. kesehatan. Semakin tinggi tingkat
Cukupnya pengetahuan gizi pendidikan akan semakin mudah
siswa berhubungan dengan menyerap informasi gizi dan kesehatan
tersedianya fasilitas bacaan dan sehingga pengetahuan gizi dan
fasilitas informasi yang ada di sekolah, kesehatan akan semakin baik.
seperti perpustakaan, laboratorium

Intensitas Konsumsi Fast Food

Tabel. 6 Distribusi Responden Berdasarkan Intensitas Konsumsi Fast Food


Intensitas Konsumsi Fast Food Frekuensi (n) Persentase (%)
Jarang (< median) 34 45,3
Sering (≥ median) 41 54,7
Jumlah 75 100,0

Berdasarkan Tabel 6 tersebut, Pola konsumsi makanan sering


terlihat bahwa keseluruhan responden tidak teratur, sering jajan, sering tidak
yang sering mengkonsumsi fast food makan pagi dan sama sekali tidak
sebesar 54,7% dan yang jarang makan siang sehingga tidak jarang
mengkonsumsi fast food sebesar 45,3%. remaja untuk mengkonsumsi fast food
Meningkatnya aktivitas, kehidupan (Sayogo, 2006).
sosial dan kesibukan pada remaja,
akan mempengaruhi kebiasaan makan
remaja.

Hubungan Pengetahuan Gizi dan Frekuensi Konsumsi Fast Food... (Nanik Kristianti, dkk) 41
Alasan Mengkonsumsi Fast Food

Tabel. 7 Distribusi Responden Berdasarkan Alasan Sering Mengkonsumsi Fast Food


Alasan Sering Mengkonsumsi Fast
Frekuensi (n) Persentase (%)
Food
Malas makan di rumah 47 62,7
Rasanya enak 28 37,3
Jumlah 75 100,0

Sebagian besar responden alasan remaja mengkonsumsi fast food


menyatakan alasan sering karena fast food enak, cepat saji, praktis
mengkonsumsi fast food karena malas dan sebagai makanan selingan pada
makan di rumah (62,7%). Hasil suatu saat remaja merasa bosan karena malas
penelitian menyatakan sebagian besar makan di rumah
.

Alasan Memilih Fast Food

Tabel. 8 Distribusi Responden Berdasarkan Alasan Memilih Fast Food


Alasan Memilih Fast Food Frekuensi (n) Persentase (%)
Rasanya enak 17 22,7
Hemat waktu 1 1,3
Suka saja 31 41,3
Baru ngetrend 8 10,7
Diajak teman 13 17,3
Coba-coba 5 6,7
Jumlah 75 100,0

Berdasarkan Tabel 8, terlihat bentuk fast food serta cocok untuk gaya
bahwa alasan terbanyak responden hidup orang modern (Sari, 2008).
memilih fast food adalah karena suka
saja ( 41,3%). Kesukaan memilih fast
food didasarkan pada daya tarik dan

42 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, VOL. 2, NO. 1, JUNI 2009 Hal 39-47
Jenis Fast Food Yang Dikonsumsi

Tabel. 9 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Fast Food Yang Dikonsumsi


Jenis Fast Food Frekuensi (n) Persentase (%)
KFC 13 17,3
Mc. Donald’s 15 20,0
Nasi goreng 1 1,3
Mie Instan 10 13,3
Mie ayam /bakso 6 8,0
Steak 1 1,3
Texas Chicken 3 4,0
Pizza Hut 18 24,0
Hoka-Hoka Bento 2 2,7
Siomay 3 4,0
Batagor 3 4,0
Jumlah 75 100.0

Informasi mengenai jenis fast responden adalah dari jenis fast food
food yang sering dikonsumsi responden modern yaitu Pizza Hut (24,0%), Mc.
dari tabel tersebut, terlihat bahwa jenis Donald’s (20,0%), dan KFC (17,3%)
fast food yang banyak dikonsumsi

Alasan Menyukai Jenis Fast Food

Tabel. 10 Distribusi Responden Berdasarkan Alasan Menyukai Jenis Fast Food


Alasan Menyukai Jenis Fast Food Frekuensi (n) Persentase (%)
Memenuhi selera 35 46,7
Penyajian cepat dan praktis 23 30,7
Bergizi tinggi 1 1,3
Higienis 7 9,3
Pelayanan ramah 1 1,3
Tempatnya menarik 8 10,7
Jumlah 75 100,0

Alasan terbanyak responden dengan selera oleh siapa saja yang


menyukai jenis fast food adalah karena mengkonsumsinya (Sari, 2008).
fast food memenuhi selera (46,7%).
Alasan responden bahwa fast food
memenuhi selera dapat diasumsikan
karena fast food menawarkan berbagai
macam menu makanan yang bervariasi
dengan rasa yang sangat enak dan
lezat sehingga sangat disukai dan pas

Hubungan Pengetahuan Gizi dan Frekuensi Konsumsi Fast Food... (Nanik Kristianti, dkk) 43
Tempat Membeli Fast Food

Tabel. 11 Distribusi Responden Berdasarkan Tempat Membeli Fast Food


Tempat Membeli Fast Food Frekuensi (n) Persentase (%)
Mall 37 49,3
Lingkungan rumah 12 16,0
Outlet Fast Food 10 13,3
Kantin sekolah 9 12,0
Supermarket 3 4,0
Pinggir jalan 2 2,7
Restoran 2 2,7
Jumlah 75 100,0

Berdasarkan Tabel 11, Secara sosiologis, orang akan


didapatkan informasi bahwa sebagian merasa lebih nyaman dengan datang
besar responden membeli fast food di tempat makan yang ber-AC dengan
adalah di mall (49,3%). Kecenderungan pelayanan yang memuaskan
responden membeli fast food di mall dibandingkan dengan makan di
dikarenakan lokasi mall yang sangat warung yang sederhana meskipun
strategis sehingga memungkinkan menu makanannya tidak kalah
responden membeli dan menikmati fast enaknya dengan menu makanan yang
food setelah kegiatan jam tambahan ada di mall yang juga menyediakan
dan kegiatan ekstrakurikuler di menu makanan fast food (Sari, 2008).
sekolah. Selain itu, mall juga
menyediakan berbagai macam jenis fast
food.

Waktu Mengkonsumsi Fast Food

Tabel. 12 Distribusi Responden Berdasarkan Waktu Mengkonsumsi Fast Food


Waktu Mengkonsumsi Fast Food Frekuensi (n) Persentase (%)
Siang 23 30,7
Sore 52 69,3
Jumlah 75 100,0

Waktu yang paling sering Hal ini cukup relevan karena


digunakan responden untuk sore hari merupakan waktu berkumpul
mengkonsumsi fast food adalah sore bersama teman sehabis kegiatan jam
hari (69,3%). tambahan dan kegiatan ekstrakurikuler
di sekolah.

44 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, VOL. 2, NO. 1, JUNI 2009 Hal 39-47
Status Gizi
Tabel. 13 Kategori IMT Responden
Kategori IMT Frekuensi (n) Persentase (%)
Kurus 37 49,3
Normal 35 46,7
Gemuk 3 4,0
Jumlah 75 100,0

Dilihat dari Tabel 13, dapat sejak kecil akan berpengaruh terhadap
diketahui bahwa sebagian besar pola makan disaat remaja),
responden mempunyai status gizi pemahaman gizi yang keliru (tubuh
kurus (49,3%), status gizi normal langsing idaman para remaja putri),
(46,7%) dan status gizi gemuk (4,0%). kesukaan terhadap makanan tertentu
Adapun faktor-faktor yang (produk yang tengah marak beredar)
mempengaruhi status gizi pada remaja dan promosi yang berlebihan melalui
yaitu kebiasaan makan yang buruk media massa.
(kebiasaan makan yang kurang baik

Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Status Gizi

Tabel. 15 Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Status Gizi


Status Gizi
Jumlah
Pengetahuan Normal Tidak Normal
n % n % n %
Baik 16 45,71 19 54,29 35 100,0
Cukup 18 46,15 21 53,85 39 100,0
Kurang 1 100,0 0 0 1 100,0
Jumlah 35 46,66 40 53,34 75 100,0
p 0,228
Berdasarkan Tabel 15, statistik yang digunakan untuk
memperlihatkan bahwa dari 35 mengetahui ada tidaknya hubungan
responden yang mempunyai antara pengetahuan gizi dengan status
pengetahuan gizi baik, yang memiliki gizi menggunakan uji korelasi Rank
status gizi normal sebanyak 16 orang Spearman.
(45,71%), dan status gizi tidak normal Didapatkan dari uji tersebut
sebanyak 19 orang (54,29%), dari 39 nilai p sebesar 0,228, nilai ini lebih
responden yang mempunyai besar dari 0,05 sehingga dapat
pengetahuan gizi cukup, yang disimpulkan bahwa tidak ada
memiliki status gizi normal sebanyak hubungan antara pengetahuan gizi
18 orang (46,15%) dan status gizi tidak dengan status gizi responden.
normal sebanyak 21 orang (53,85%), Tidak adanya hubungan antara
sedangkan 1 responden mempunyai pengetahuan gizi dengan status gizi ini
pengetahuan gizi kurang dengan dikarenakan status gizi tidak hanya
status gizi normal (100,0%). dipengaruhi oleh pengetahuan saja
Distribusi data yang dihasilkan yang merupakan faktor tidak langsung
tidak normal (p<0,05), maka uji tetapi dipengaruhi pula oleh faktor

Hubungan Pengetahuan Gizi dan Frekuensi Konsumsi Fast Food... (Nanik Kristianti, dkk) 45
langsung seperti infeksi dan konsumsi pangan.

Hubungan Frekuensi Konsumsi Fast Food Dengan Status Gizi

Tabel. 16 Hubungan Frekuensi Konsumsi Fast Food Dengan Status Gizi


Status Gizi
Frekuensi konsumsi Fast Jumlah
Normal Tidak Normal
Food
n % n % n %
Sering 21 51,21 20 48,79 41 100,0
Jarang 14 41,17 20 58,83 34 100,0
Jumlah 35 46,66 40 53,34 75 100,0
p 0,116

Berdasarkan Tabel 16, dapat Keterbatasan Penelitian


diketahui bahwa dari 41 responden 1. Penelitian ini tidak mengukur recall
yang sering mengkonsumsi fast food, asupan makan sehari, sehingga
yang memiliki status gizi normal tidak dapat menggambarkan
sebanyak 21 orang (51,21%), dan status asupan makan sehari.
gizi tidak normal sebanyak 20 orang 2. Penelitian ini hanya mengukur
(48,79%), sedangkan dari 34 responden frekuensi konsumsi fast food dan
yang jarang mengkonsumsi fast food, tidak mengukur asupan konsumsi
yang memiliki status gizi normal fast food.
sebanyak 14 orang (41,17%), dan status
gizi tidak normal sebanyak 20 orang Kesimpulan
(58,83%). 1. Keseluruhan jumlah responden
Data yang dihasilkan yang memiliki pengetahuan gizi
berdistribusi tidak normal (p<0,05), baik sebesar 46,7%, pengetahuan
maka uji statistik yang digunakan gizi cukup sebesar 52,0% dan
adalah Rank Spearman. Pengujian pengetahuan gizi kurang sebesar
hubungan antara frekuensi konsumsi 1,3%.
fast food dengan status gizi 2. Keseluruhan jumlah responden
menunjukkan nilai p sebesar 0,116, yang sering mengkonsumsi fast
nilai ini lebih besar dari 0,05 sehingga food sebesar 54,7% dan yang jarang
dapat disimpulkan bahwa tidak ada mengkonsumsi fast food sebesar
hubungan antara frekuensi konsumsi 45,3%.
fast food dengan status gizi. 3. Keseluruhan jumlah responden
Tidak adanya hubungan antara yang memiliki status gizi kurus
frekuensi konsumsi fast food dengan sebesar 49,3 %, status gizi gemuk
status gizi ini dikarenakan banyak sebesar 4.0 % dan status gizi
faktor-faktor lain yang mempengaruhi normal sebesar 46,7 %.
status gizi antara lain infeksi, 4. Hasil uji statistik (p>0,05), tidak
pendapatan, ketersediaan pangan, ada hubungan antara pengetahuan
pendidikan gizi, pengetahuan gizi, gizi dengan status gizi siswa SMA
sosial budaya dan aktifitas fisik. Negeri 4 Surakarta.
5. Hasil uji statistik (p>0,05), tidak
ada hubungan antara frekuensi

46 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, VOL. 2, NO. 1, JUNI 2009 Hal 39-47
konsumsi fast food dengan status b. Bagi Siswa
gizi siswa SMA Negeri 4 Surakarta. Diharapkan para siswa agar teliti
dalam memilih makanan,
Saran memperhatikan kualitas makanan
a. Bagi Pihak Sekolah dan manfaatnya bagi tubuh serta
Meningkatkan kerja sama dengan mengatur frekuensi dalam
Instansi Kesehatan (Dinas mengkonsumsi fast food untuk
Kesehatan) melalui program KIE mencapai status gizi yang normal.
(komunikasi, informasi dan c. Bagi Peneliti
edukasi) dan meningkatkan fungsi Hasil penelitian ini bisa menjadi
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) rujukan awal untuk melakukan
sebagai tempat pencapaian penelitian lebih lanjut mengenai
kesehatan siswa dan sebagai pengaruh frekuensi konsumsi fast
tempat / wahana pemberian food pada remaja dengan
informasi tentang gizi yang menggunakan pengukuran status
berhubungan dengan pengaruh gizi secara biokimia.
frekuensi konsumsi fast food
terhadap kesehatan

DAFTAR PUSTAKA

Muniroh. 2000. Faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan Status Gizi Remaja Putri di Daerah
Perkotaan dan Pedesaan Kabupaten Jombang. Skripsi. Universitas Air Langga. Surabaya.

Sari, R., Sapril, M. 2008. Bahaya Makanan Cepat Saji dan Gaya Hidup Sehat. Panembahan.
Yogyakarta.

Sayogo, S. 2006. Gizi Remaja Putri. FKUI. Jakarta.

Sediaoetama, AD. 2000. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi jilid 1. Dian Rakyat. Jakarta.

Supariasa, ID N., Bakri, B., Fajar, I. 2002. Penilaian Status Gizi. EGC. Jakarta.

Hubungan Pengetahuan Gizi dan Frekuensi Konsumsi Fast Food... (Nanik Kristianti, dkk) 47

Anda mungkin juga menyukai