Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Massa testikuler jinak dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori utama,


dengan yang pertama adalah yang paling sering terjadi dan pengumpulan
cairan jinak, kemudian tumor solid jinak. Pengumpulan cairan tersebut antara
lain varikokel, hidrokel, dan spermatokel. Sementara tumor solid jinak
meliputi tumor adenomatoid, inflamasi pseudotumor dan hernia.
Varikokel dapat didefinisikan sebagai tortuisitas dan dilatasi vena pada
pleksus pampiniformis. Varikokel idiopatik biasanya asimptomatik.
Varikokel ini dapat dikenali dengan adanya asimetrisitas pada ukuran
skrotum, dan adanya perasaan berat pada skrotum, atau juga kadang-kadang
disertai dengan nyeri testikuler.
Pada kebanyakan kasus pada remaja muda yang tidak menyadari adanya
varikokel, biasanya keadaan ini dijumpai pada pemeriksaan fisik regular atau
selama pemeriksaan untuk masuk militer. Insiden varikokel kira-kira 5% di
seluruh dunia. Varikokel berkaitan dengan gangguan pertumbuhan pada usia
dewasa muda dan laki-laki dewasa. Terdapat hubungan yang jelas antara
varikokel, infertilitas dan gangguan pertumbuhan testis. Proses
varikokelektomi juga diketahui mampu membalik proses gangguan
pertumbuhan testis pada remaja muda. Fakta-fakta ini telah meningkatkan
pertanyaan bagaimana cara terbaik mengangani varikokel pada remaja.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk membahas tentang
asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan varikokel.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari varikokel ?
2. Bagaimana etiologi dari varikokel ?
3. Bagaimana faktor risiko dari varikokel ?
4. Bagaimana klasifikasi dari varikokel ?
5. Bagaimana patofisiologi dari varikokel ?
6. Bagaimana manifestasi klinis dari varikokel ?

1
7. Bagaimana pemeriksaan dari varikokel ?
8. Bagaimana komplikasi dari varikokel ?
9. Bagaimana penatalaksanaan dari varikokel ?
10. Bagaimana pathway dari kista varikokel ?
11. Bagaimana asuhan keperawatan teori pada pasien dengan varikokel ?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui definisi dari varikokel
2. Mengetahui etiologi dari varikokel
3. Mengetahui faktor risiko dari varikokel
4. Mengetahui klasifikasi dari varikokel
5. Mengetahui patofisiologi dari varikokel
6. Mengetahui manifestasi klinis dari varikokel
7. Mengetahui pemeriksaan dari varikokel
8. Mengetahui komplikasi dari varikokel
9. Mengetahui penatalaksanaan dari varikokel
10. Mengetahui pathway dari kista varikokel
11. Mengetahui asuhan keperawatan teori pada pasien dengan varikokel.

2
BAB II

LAPORAN PENDAHULUAN

2.1 Definisi

Varikokel adalah varises vena pada korda spermatic (Tambayong, 1999).


Varikokel adalah dilatasi pleksus pampiniformis dari vena di atas testis.
Merupakan gambaran lazim dalam pria muda dan paling sering terlihat pada
bagian kiri. Pleksus pampiniformis bermuara ke dalam vena spermatika
interna, yang mengalir ke dalam vena renalis di kiri dan vena kava di kanan
(Sabiston, 1994). Varikokel ini terbentuk dari massa yang mengalami
konvolusi dari vena yang berdilatasi dalam pleksus venosus korda. Karena
varikokel terbentuk dari vena yang terisi darah, maka varikokel tidak
mengirimkan cahaya seperti hidrokel.

2.2 Etiologi

Hingga sekarang masih belum diketahui secara pasti penyebab varikokel,


tetapi dari pengamatan membuktikan bahwa varikokel sebelah kiri lebih
sering dijumpai daripada sebelah kanan (varikokel sebelah kiri 70–93%). Hal
ini disebabkan karena vena spermatika interna kiri bermuara pada vena
renalis kiri dengan arah tegak lurus, sedangkan yang kanan bermuara pada
vena kava dengan arah miring. Di samping itu, vena spermatika interna kiri

3
lebih panjang daripada yang kanan dan katupnya lebih sedikit dan
inkompeten. Jika terdapat varikokel di sebelah kanan atau varikokel bilateral
patut dicurigai adanya: kelainan pada rongga retroperitoneal (terdapat
obstruksi vena karena tumor), muara vena spermatika kanan pada vena renails
kanan, atau adanya situs inversus.
Etiologi secara umum:
a. Dilatasi atau hilangnya mekanisme pompa otot atau kurangnya struktur
penunjang atau atrofi otot kremaster, kelemahan kongenital dan proses
degeneratif pleksus pampiniformis.
b. Hipertensi vena renalis atau penurunan aliran ginjal ke vena kava inferior.
c. Turbulensi dari vena supra renalis ke dalam juxta vena renalis internus kiri
berlawanan dengan ke dalam vena spermatiak interna kiri.
d. Tekanan segment iliaka (oleh feses) pada pangkal vena spermatika.
e. Tekanan vena spermatika interna meningkat letak sudut turun vena renalis
90o
f. Sekunder : tumor retroperitoneal, trombus vena renalis, hidronefrosis.
2.3 Faktor Risiko
Faktor penyebab yang diduga dapat mempengaruhi terjadinya varikokel,
adalah :
a. Faktor genetik. Orang tua dengan varikokel memiliki kecenderungan
menurunkan sifat pembuluh-pembuluh yang mudah melebar pada
anaknya.
b. Makanan. Beberapa jenis makanan yang dioksidasi tinggi, dapat merusak
pembuluh darah.
c. Suhu. Idealnya, suhu testis adalah 1-2oC di bawah suhu tubuh. Suhu yang
tinggi di sekitar testis dapat memicu pelebaran pembuluh darah balik di
daerah itu.
d. Tekanan tinggi di sekitar perut.

4
2.4 Klasifikasi

Secara klinis varikokel dibedakan dalam 3 tingkatan atau derajat, yaitu :


a. Derajat I
Varikokel baru teraba setelah penderita dalam posisi berdiri melakukan
valsava manuver berulang kali.
b. Derajat II
Dalam posisi berdiri, varikokel terlihat setelah penderita melakukan
valsava manuver. Pada saat berbaring varikokel tidak tampak.
c. Derajat III
Pada posisi berdiri tanpa melakukan valsava manuver, varikokel tampak
dan teraba dengan jelas, pada posisi berbaring varikokel tidak jelas
terlihat.
d. Derajat IV
Jelas terlihat vena yang mengalami dilatasi dan berkelok-kelok baik dalam
posisi berdiri maupun berbaring.
2.5 Patofisiologi
a. Peningkatan tekanan vena
Perbedaan letak vena spermatika interna kanan dan kiri menyebabkan
terplintirnya vena spermatika interna kiri, dilatasi dan terjadi aliran darah
retrogard. Darah vena dari testis kanan dibawa menuju vena cava inferior
pada sudut oblique (kira-kira 30o). Sudut ini, bersamaan dengan tingginya
aliran vena kava inferior diperkirakan dapat meningkatkan drainase pada
sisi kanan (venturi effect). Vena renalis kiri dapat juga terkompres di
daerah proksimal diantara arteri mesenterika superior dan aorta, dan
distalnya di antara arteri iliaka komunis dan vena. Fenomena ini dapat juga
menyebabkan peningkatan tekanan pada sistem vena testikular kiri.
b. Anastomosis vena kolateral
c. Katup yang inkompeten
Varikokel dapat menimbulkan gangguan proses spermatogenesis melalui
beberapa cara, antara lain:
 Terjadi stagnasi darah balik pada sirkulasi testis sehingga testis
mengalami hipoksia karena kekurangan oksigen.

5
 Refluks hasil metabolit ginjal dan adrenal (antara lain katekolamin dan
prostaglandin) melalui vena spermatika interna ke testis.
 Peningkatan suhu testis.
 Adanya anastomosis antara pleksus pampiniformis kiri dan kanan,
memungkinkan zat-zat hasil metabolit tadi dapat dialirkan dari testis
kiri ke testis kanan sehingga menyebabkan gangguan spermatogenesis
testis kanan dan pada akhirnya terjadi infertilitas.
2.6 Manifestasi Klinis

Varicokel memiliki beberapa tanda dan gejala yang sering dijumpai, yaitu:
a. Nyeri jika berdiri terlalu lama. Hal ini terjadi karena saat berdiri, maka
beban untuk darah kembali ke arah jantung akan semakin besar, dan akan
semakin banyak darah yang terperangkap di testis. Dengan membesarnya
pembuluh darah, maka akan mengenai ujung saraf, sehingga terasa sakit.
b. Masalah kesuburan. Berdasarkan penelitian, ditemukan bahwa 40% dari
pria-pria infertil merupakan penderita varicocele
c. Atrofi testis. Atrofi testis banyak ditemukan pada penderita varicocele,
namun setelah perawatan lebih lanjut biasanya akan kembali ke ukuran
normal.
2.7 Pemeriksaan
a. Pemeriksaan fisik
 Inspeksi :
Pada varikokel grade III dan IV dapat dilihat dengan mudah adanya
pelebaran, pemanjangan dan berkelok keloknya pleksus pampiniformis
di daerah skrotum.
 Palpasi :
Pada penderita varikokel grade I dan II akan dijumpai pelebaran
pleksus pampiniformis setelah dilakukan valsava manuver. Pada posisi
berbaring maka pelebaran tersebut akan hilang.
b. Thermografi skrotal
Terdapat perbedaan suhu skrotum antara penderita varikokel dengan orang
normal. Rata-rata didapatkan perbedaan suhu 0,6oC lebih tinggi pada
penderita varikokel.

6
c. Venografi retrograd
Cara ini dapat untuk melihat varikokel sub klinis. Pemeriksaan ini bisa
melalui perkutan, transfemoral, selektif venografi melalui vena spermatika
interna.
d. Ultrasonografi skrotal
Merupakan pemeriksaan non invasif yang dapat menderteksi abnormalitas
intra skrotal yang memvisualkan testis dan struktur yang mengelilinginya.
e. Ultrasonografi stetoskope
Cara ini dipergunakan untuk mendeteksi adanya venous refluks.
f. Analisa sperma
Spermiogram penderita infertilitas yang disebabkan oleh varikokel
menunjukkan gambaran yang khas yaitu kelainan dari jumlah sperma,
motilitas yang menurun, morfologi banyak yang tidak normal, tapering
(banyaknya bentuk muda) dan mungkin pula disertai dengan penurunan
volume ejakulasi.
g. Biopsi testis
Didapatkan bentuk muda dari spermatozoa yaitu spermatid dan
spermatosit primer.
2.8 Komplikasi

Komplikasi pada varikokel, yaitu :

a. Infertilitas
Berpotensi menyebabkan infertilitas pada sebagian kecil kasus karena
varikokel dapat menurunkan kualitas dan kuantitas sperma.
b. Penyusutan testis atau atrofi testis
Katup pembuluh vena yang rusak dapat menyebabkan darah berkumpul
dan meningkatkan tekanan di dalam pembuluh darah tersebut. Tekanan
dan toksin yang dikandung darah vena inilah yang diduga dapat merusak
dan menyusutkan testis.
c. Hidrokel
Selain prosedur bedah mikro, pada prosedur penanganan varikokel sering
dilaporkan adanya komplikasi hidrokel. Insiden komplikasi ini bervariasi

7
antara 3-33% dengan rata-rata 7%. Analisa konsentrasi protein dari cairan
hidrokel menunjukkan bahwa hidrokel yang terjadi pasca varikokelektomi
bertambah besar dan memerlukan terapi eksisi oleh karena menimbulkan
keluhan.
d. Cedera arteri spermatika interna
Rata-rata diameter arteri spermatika interna antara 0,5-0,8 mm. Selama
diseksi funikulus spermatikus atau pada prosedur yang lain arteri mungkin
akan spasme. Pada kondisi tersebut sering sangat sulit mengidentifikasi
dan memisahkannya sehingga sering mengalami trauma yang
menyebabkan atrofi testis.
e. Rekurensi
Insiden rekurensi varikokel pasca varikokelektomi bervariasi antara 0,6-
45%. Rekurensi lebih sering terjadi pada anak-anak.

2.9 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada varikokel meliputi :

a. Operatif
Kebanyakan pasien penderita varikokel tidak selalu berhubungan dengan
infertilitas, penurunan volume testicular, dan nyeri, untuk itu tidak selalu
dilakukan tindakan operasi. Varikokel secara klinis pada pasien dengan
parameter semen yang abnormal harus dioperasi dengan tujuan
membalikkan proses yang progresif dan penurunan durasi dependen fungai
testis. Untuk varikokel subklinis pada pria dengan faktor infertilitas tidak
ada keuntungan dilakukkan tindakan operasi. Varikokel terkait dengan
atrofi testikular ipsilateral atau dengan nyeri ipsilateral testis yang makin
memburuk setiap hari, harus dilakukkan operasi segera. Ligasi varikokel
pada remaja dengan atrofi testikular ipsilateral memberi hasil peningkatan
volume testis, untuk itu tindakan operasi sangat direkomendasikan pada
pria golongan usia ini.
Indikasi dilakukan operasi :
 Infertilitas dengan produksi semen yang jelek
 Ukuran testis mengecil

8
 Nyeri kronis atau ketidaknyamanan dari varikokel yang besar.
b. Ablasi non operatif
Dengan menggunakan injeksi selektif dengan skleroting agent ke dalam
vena spermatika interna akan terjadi oklusi vena.
c. Hormonal
Preparat hormonal dapat digunakan sebagai kombinasi setelah operasi atau
digunakan tunggal apabila penderita menolak operasi, atau digunakan pada
operasi yang gagal. Dilaporkan adanya peningkatan volume dan motilitas
sperma setelah ppengobatan dengan hormon androgen (fluoxymusterone)
dengan dosisi 20 mg/hari. Beberapa peneliti memilih dosis kecil 2-5
mg/hari dengan hasil baik selama 3 bulan. Terapi hormonal ini
memberikan hasil rata-rata 10%.

9
2.10 Pathway

Peningkatan tekanan vena Anastomosis vena kolateral Katup yang inkompeten

Varikokel

Pelebaran pembuluh darah dan Stagnasi darah balik Refluks hasil metabolit Peningkatan suhu Anastomosis antara
nyeri saat beridiri terlalu lama pada sirkulasi testis ginjal dan adrenal testis pleksus pampiniformis
kiri dan kanan

Pembedahan Hipoksia

MK : Ansietas MK : Defisit pengetahuan


Gangguan spermatogenesis

MK : Nyeri akut MK : Risiko infeksi


Infertilitas

MK : Harga diri rendah

10
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

3.1 Pengkajian

a. Pengumpulan data
Biodata pasien, meliputi :

a. Nama pasien
agar lebih mudah memanggil dan mengenali klien antara yang satu
dengan yang lainnya.
b. Umur
terbanyak pada umur 10-15 tahun, dijumpai pada 10% seluruh populasi
pria. Insiden ini meningkat dengan perkembangan usia pubertas dan
semakin berkurang dengan bertambahnya usia.
c. Jenis kelamin
laki-laki.
d. Lingkungan
keadaan lingkungan klien, apakah sering terpapar suhu tinggi.
e. Pendidikan
tingkat pengetahuan klien mempengaruhi pemahaman informasi yang
diberikan mengenai penyakitnya.
f. Pekerjaan
mengetahui bagaimana taraf hidup dan sosial ekonomi klien. Untuk
mengetahui juga lingkungan kerja klien apakah outdoor atau indoor.
1. Riwayat keperawatan (nursing hostory)
Keluhan utama :
Keluhan utama yang sering muncul saat pengkajian adalah adanya
benjolan pada testis disertai rasa berat dan nyeri terutama saat berdiri,
keluhan paling banyak pada testis sebelah kiri.
2. Riwayat penyakit sekarang
Pemeriksaan difokuskan pada gejala sekarang dan gejala yang pernah
dialami hingga sampai membuat klien dibawa ke pelayanan kesehatan.

11
3. Riwayat kesehatan terdahulu
Ada tidaknya riwayat trauma yang meyebabkan gangguan pada organ
reproduksi, konsumsi obat-obatan yang mengganggu spermatogenesis dan
riwayat pernah menjalani operasi yang berefek mengganggu organ
reproduksi.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Penyakit yang dialami satu anggota keluarga, dan apabila merupakan
penyakit keturunan maka mengkaji 3 generasi ke atas.
5. Riwayat kesehatan lingkungan
Keadaan kondisi lingkungan klien, apakah sering terpapar suhu tinggi.

Pemeriksaan fisik

1.1 Tanda-tanda vital:


Suhu : normal

Nadi : normal

TD : normal

RR : normal

1.2 Pemeriksaan per sistem (data fokus)


1. Sistem pernapasan
Anamnesa : tidak ada keluhan.

2. Cardiovaskuler dan limfe


Anamnesa: tidak ada keluhan

3. Persyarafan
Anamnesis : tidak ada keluhan

Tingkat kesadaran (kualitas) : compos mentis

Tingkat kesadaran (kuantitas) : GCS (E4V5M6)

4. Perkemihan-eliminasi urin
Anamnesa :

12
pasien mengeluh nyeri pada testis sebelah kiri terutama pada saat berdiri
terlalu lama.

Genetalia eksterna

Penis

Inspeksi : penis normal, tidak terdapat ulkus dan bersih

Palpasi : tidak nyeri tekan

Skrotum

Inspeksi : terdapat benjolan pada testis sebelah kiri

Palpasi : teraba pelebaran vena pada testis sebelah kiri, permukaan

tidak rata, dan nyeri tekan

5. Sistem pencernaan-eliminasi alvi


Anamnesa : tidak ada keluhan.
6. Sistem muskuloskeletal & integumen
Anamnesa : tidak ada keluhan.

Kekuatan otot : 5 5

5 5

Keterangan :

5 : gerakan aktif, dapat melawan grafitasi serta mampu menahan tahanan

penuh.

7. Sistem endokrin dan eksokrin


Anamnesa : tidak ada keluhan.

8. Sistem reproduksi
Anamnesa :
pasien mengeluh nyeri pada testis sebelah kiri terutama pada saat berdiri
terlalu lama.

13
Genetalia eksterna
Penis
Inspeksi : penis normal, tidak terdapat ulkus dan bersih
Palpasi : tidak nyeri tekan
Skrotum
Inspeksi : terdapat benjolan pada testis sebelah kiri
Palpasi : teraba pelebaran vena pada testis sebelah kiri, permukaan
tidak rata, dan nyeri tekan

9. Persepsi sensori :
Anamnesa : tidak ada keluhan.

3.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa yang ditegakkan berdasarkan data subyektif, data obyektif


dan gejala yang terjadi pada pasien yang terkait varikokel.

Diagnosa yang muncul pada klien dengan varikokel :

a) Pre operasi
 Nyeri akut berhubungan dengan dilatasi vena pada pleksus
pampiniformis.
 Ansietas berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakit yang
dialami.
 Risiko harga diri rendah berhubungan dengan infertilitas.
b) Post operasi
 Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
akibat pembedahan.
 Risiko infeksi berhubungan dengan masuknya organisme akibat
pembedahan.

3.3 Intervensi Keperawatan

Rencana mengenai tindakan yang akan dilakukan oleh perawat, baik


mandiri maupun kolaboratif. Rencana yang dilakukan menyesuaikan pada
diagnosa keperawatan terkait varikokel.

14
Intervensi keperawatan pada klien dengan varikokel :

1) Pre operasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan dilatasi vena pada pleksus
pampiniformis.
 Tujuan : nyeri yang dirasakan berkurang atau terkontrol.
 Kriteria hasil : klien mengungkapkan nyeri berkurang, skala
nyeri berkurang, klien tidak meringis, dan TTV dalam batas
normal.
 Intervensi keperawatan :
o Kaji skala, lokasi, karakteristik dan intensitas nyeri.
o Observasi TTV, terutama nadi.
o Berikan posisi nyaman pada klien.
o Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.
o Kolaborasi pemberian analgesik sesuai indikasi.
b. Ansietas berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakit
yang dialami.
 Tujuan : kecemasan pasien berkurang atau teratasi.
 Kriteria hasil : klien dapat mengungkapkan kecemasan yang
dirasakan dan ekspresi wajah pasien tidak tegang.
 Intervensi keperawatan :
o Kaji tingkat ansietas dan ekspresi klien
o Berikan kesempatan klien untuk mengekspresikan
perasaannya.
o Berikan informasi mengenai prosedur pembedahan
yang akan dijalankan.
c. Risiko harga diri rendah berhubungan dengan infertilitas.
 Tujuan : gangguan konsep diri klien teratasi.
 Kriteria hasil : klien mampu mengekspresikan perasaan tentang
infertil, terjalin kontak mata saat berkomunikasi dan klien
mampu mengidetifikasi aspek positif diri.
 Intervensi keperawatan :

15
o Anjurkan klien mengungkapkan perasaannya tentang
infertilitas yang diderita.
o Dorong dan motivasi klien untuk mengidentifikasi
aspek positif diri.
o Berikan informasi mengenai pembedahan dan alternatif
lain yang diperlukan dalam memecahkan masalah klien.
o Bantu klien memilih alternatif yang tepat dan sesuai
dengan klien memecahkan masalahnya.
2) Post operasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
akibat pembedahan.
 Tujuan : nyeri yang dirasakan berkurang atau terkontrol.
 Kriteria hasil : klien mengungkapkan nyeri berkurang, skala
nyeri berkurang, klien tidak meringis, dan TTV dalam batas
normal.
 Intervensi keperawatan :
o Kaji skala, lokasi, karakteristik dan intensitas nyeri.
o Observasi TTV, terutama nadi.
o Berikan posisi nyaman pada klien.
o Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.
o Kolaborasi pemberian analgesik sesuai indikasi.
b. Risiko infeksi berhubungan dengan masuknya organisme akibat
pembedahan.
 Tujuan : tidak terjadi infeksi.
 Kriteria hasil : tidak terjadi tanda-tanda infeksi dan TTV dalam
batas normal.
 Intervensi keperawatan :
o Lakukan perawatan luka pasca operasi dengan teknik
aseptik.
o Monitor TTV.
o Berikan pengertian pada keluarga untuk membatasi
jumlah pengunjung.

16
o Berikan antibiotik sesuai indikasi.

3.4 Implementasi Keperawatan

Tindakan yang dilakukan perawat berdasarkan intervensi keperawatan


yang telah disusun, baik secara mandiri maupun kolaboratif. Implementasi
dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi keluhan yang mengganggu pasien
khususnya diagnosa keperawatan pada klien dengan varikokel.

3.5 Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, dimana


evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan dengan terus-menerus dengan
melibatkan pasien, keluarga, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya.
Tujuan evaluasi ini adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana
keperawatan tercapai dengan baik atau tidak serta untuk melakukan
pengkajian ulang apabila kriteria hasil tidak tercapai.

17
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Varikokel adalah varises vena pada korda spermatic (Tambayong, 1999).


Varikokel adalah dilatasi pleksus pampiniformis dari vena di atas testis.
Varikokel dipertimbangkan menjadi suatu penyebab potensial infertilitas pria.
Diagnosis varikokel ditegakkan berdasarkan klinis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Diagnosis varikokel secara tepat dan cepat sangat
penting, dimana pada sebagian besar kasus dengan diagnosis dan tatalaksana
yang tepat dapat menghasilkan peningkatan kualitas sperma.

4.2 Penutup

Setelah mengetahui dan membahas mengenai asuhan keperawatan pada


pasien dengan varikokel, maka diharapkan penulis dan pembaca dapat
membaca dan mencari informasi, meningkatkan kemampuan dan
keterampilan dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif
khususnya pada pasien dengan varikokel.

18
DAFTAR PUSTAKA

Handayani, Dewi Lestari. 2017. Laporan Pendahuluan 01.


https://www.scribd.com/doc/97043687/LAPORAN-PENDAHULUAN-01.
Diakses pada 17 Maret 2018 pukul 20.00 WIB.

Kenny. 2018. Laporan Pendahuluan Varikokel.


https://www.scribd.com/document/369491921/LAPORAN-PENDAHULUAN-
VARIKOKEL. Diakses pada 17 Maret 2018 pukul 20.05 WIB.

Ambarwati, Risty. 2014. PP Askep pada Varikokel.


https://www.scribd.com/doc/228536389/PP-Askep-pada-varikokel. Diakses pada
17 Maret 2018 pukul 20.10 WIB.

Viana, Nopi Destian. 2018. Askep Fix Varikokel.


https://www.scribd.com/document/349937156/Askep-Fix-Varikokel. Diakses
pada 18 Maret 2018 pukul 15.00 WIB.

19

Anda mungkin juga menyukai