Anda di halaman 1dari 12

URL : www.stiestembi.ac.id/?

&c=jurnal-star ISSN : 1693-4482

Pemahaman Wajib Pajak, Sosialisasi Perpajakan dan Kepatuhan


Wajib Pajak

Aceng Kurniawan
Dosen STIE STEMBI – Bandung Business School

Meilani Purwanti
Dosen STIE STEMBI – Bandung Business School

Elis Lidiawati
Peneliti Junior STIE STEMBI – Bandung Business School

Abstrak
Data Dirjen Pajak menunjukan, tingkat kepatuhan wajib pajak orang
pribadi per 10 September 2015, baru 56,36%. Angka itu jauh lebih rendah
dibandingkan tingkat kepatuhan 2014 yang mencapai 59,88%. Kewajiban formal
wajib pajak Indonesia tergolong rendah. Pemahaman masyarakat tentang pajak
yang masih rendah adalah salah satu yang menjadi penyebabnya. Untuk itulah,
diperlukan upaya sosialisasi terus-menerus agar pemahaman masyarakat semakin
baik. Gencarnya sosialisasi yang dilakukan telah dirasakan memberi dampak yang
signifikan terhadap peningkatan kepedulian Wajib Pajak untuk melaporkan
pajaknya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan secara empiris bahwa
pemahaman wajib pajak dan sosialisasi perpajakan berpengaruh terhadap
kepatuhan wajib pajak. Objek penelitian dalam penelitian ini adalah pemahaman
wajib pajak (X1), sosialisasi perpajakan (X2) dan kepatuhan wajib pajak (Y).
Penelitian yang dilakukan adalah deskriptif dengan pendekatan metode
survey sehingga data yang diperoleh adalah data primer yang diperoleh dengan
menyebarkan kuesioner kepada responden wajib pajak badan pada Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Sumedang. Penentuan sampel data menggunakan
metode Simple Random Sampling. Jumlah sampel yang diambil adalah sebanayak
98 wajib pajak badan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Sumedang.
Sedangkan alat analisis yang digunakan yaitu Regresi Linear Berganda. Hasil
penelitian membuktikan bahwa (1) pemahaman wajib pajak berpengaruh
signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak (2) sosialisasi wajib pajak berpengaruh
signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak

Kata Kunci : Pemahaman Wajib Pajak, Sosialisasi Perpajakan, Kepatuhan Wajib


Pajak.

PENDAHULUAN membiayai seluruh kepentingan umum


Pengeluaran utama Negara adalah tersebut, salah satu yang dibutuhkan dan
untuk pengeluaran rutin seperti gaji pegawai terpenting adalah peran aktif dari masyarakat
pemerintah serta untuk berbagai macam untuk memberikan iuran kepada Negara
subsidi diantaranya pada sektor pendidikan, dalam bentuk pajak sehingga segala keperluan
kesehatan, pertahanan dan keamanan, pembangunan dapat dibiayai. Pajak sangat
perumahan rakyat, ketenagakerjaan, agama, penting bagi pembangunan Indonesia karena
lingkungan hidup dan pengeluaran pajak memberikan kontribusi terbesar bagi
pembangunan lainnya. Oleh sebab itu, untuk pemasukan Negara. Pajak saat ini menjadi

STAR – Study & Accounting Research | Vol XIV No.1 – 2017 1


URL : www.stiestembi.ac.id/?&c=jurnal-star ISSN : 1693-4482

andalan penerimaan bagi Negara masuk usia produktif. Artinya, kepatuhan kita
(Winerungan, 2013). membayar pajak rendah. Sigit menuturkan,
Usaha memaksimalkan penerimaan kepatuhan WNI yang masih rendah dalam
pajak tidak dapat hanya mengandalkan peran membayar pajak bisa menjadi peluang untuk
dari Dirjen Pajak maupun petugas pajak, tetapi melakukan pembinaan pajak yang lebih baik.
dibutuhkan juga peran aktif dari para wajib Hendar Iskandar (2015) bahwa
pajak itu sendiri. Mengingat begitu pentingnya ketidaktaatan bisa dipandang sebagai
peranan pajak, maka pemerintah dalam hal ini kesalahan kolektif akibat kurangnya
Direktorat Jenderal Pajak telah melakukan pemahaman akan pentingnya pajak serta
beberapa upaya untuk memaksimalkan kurangnya pemahaman atas perpajakan baik
penerimaan pajak. Salah satu upaya yang karena unsur kekhilafan atau kesengajaan.
dilakukan adalah melalui reformasi Untuk meningkatkan kesadaran
perundang-undangan di bidang perpajakan membayar pajak ini, pemerintah melakukan
dengan diberlakukannya self assessment beberapa kegiatan sosialisasi perpajakan
system. Self assessment system mengharuskan dengan tujuan memberikan pemahaman bagi
Wajib Pajak untuk mendaftar, menghitung, masyarakat mengenai perpajakan di
membayar, serta melaporkan sendiri jumlah Indonesia. Selain itu pemerintah juga harus
pajak terutang yang menjadi kewajiban dapat menunjukan bahwa pajak yang dibayar
mereka. Kepatuhan memenuhi kewajiban oleh masyarakat, yakni melalui transparansi
pajak secara sukarela merupakan tulang administrasi perpajakan. Apabila wajib pajak
punggung dari self assessment system. Salah semakin sadar dan dengan tepat waktu
satu kendala yang dapat menghambat membayar pajak terutang, maka tentunya hal
keefektifan pengumpulan pajak adalah tersebut dapat meningkatkan penerimaan
kepatuhan Wajib Pajak (Tax Compliance). pajak Negara (Herryanto dan Toly, 2013).
Kepatuhan Wajib Pajak yaitu bagaimana sikap Berdasarkan uraian di atas, penulis
dari seorang Wajib Pajak yang mau dan mengidentifikasi permasalahan sebagai
melaksanakan kewajiban perpajakan yang ada berikut:
(Tiraada, 2013). 1. Seberapa besar pengaruh Pemahaman
Data Dirjen Pajak menunjukan, tingkat Wajib Pajak terhadap Kepatuhan Wajib
kepatuhan wajib pajak orang pribadi per 10 Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak
September 2015, baru 56,36%. Angka tersebut Pratama Sumedang.
diperoleh dari jumlah pelaporan Surat 2. Seberapa besar pengaruh Sosialisasi
Pemberitahuan (SPT) wajib pajak orang Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib
pribadi dibandingkan dengan jumlah orang Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak
pribadi yang memiliki Nomor Pokok Wajib Pratama Sumedang.
Pajak (NPWP). Angka itu jauh lebih rendah 3. Seberapa besar pengaruh antara
ketimbang tingkat kepatuhan 2014 yang Pemahaman Wajib Pajak dan Sosialisasi
mencapai 59,88%. Kewajiban formal wajib Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib
pajak Indonesia tergolong rendah. Dari tahun Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak
ke tahun, Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak Pratama Sumedang.
Kementerian Keuangan belum juga berhasil
membenahi kepatuhan wajib pajak KAJIAN PUSTAKA
melaporkan pajaknya. Pemahaman Wajib Pajak
Direktur Jenderal Pajak Kementerian Fahluzy dan Agustina (2014)
Keuangan (Kemenkeu) Sigit Priadi menjelaskan bahwa pengetahuan dan
Pramudito mengatakan tax ratio RI lebih pemahaman wajib pajak adalah semua hal
rendah dari Malaysia dan Singapura. Sigit tentang perpajakan yang dimengerti dengan
menyebutkan, tax ratio RI baru 11%, baik dan benar oleh wajib pajak. Wajib pajak
sedangkan Malaysia sebesar 16% dan hendaknya memiliki pengetahuan dan
Singapura 18%. Tax ratio sendiri merupakan pemahaman tentang peraturan perpajakan,
jumlah pemilik NPWP terhadap populasi yang khususnya tentang arti penting pajak bagi
STAR – Study & Accounting Research | Vol XIV No.1 – 2017 2
URL : www.stiestembi.ac.id/?&c=jurnal-star ISSN : 1693-4482

pembiayaan pembangunan negara. Perilaku perundang-undangan perpajakan (Zain,


wajib pajak tersebut didasarkan dari 2005:3).
pandangan mereka tentang pajak. Selanjutnya, Pengertian informasi perpajakan adalah
wajib pajak juga harus memiliki pemahaman keterangan, pernyataan, gagasan, atau simbol-
yang memadai tentang peraturan perpajakan simbol yang mengandung nilai, makna, dan
yang berhubungan dengan pemenuhan hak pesan, baik data, fakta, maupun penjelasan
dan kewajiban perpajakannya. Adanya mengenai perpajakan yang bisa dilihat, dibaca,
pengetahuan dan pemahaman tentang serta didengar yang disajikan dalam berbagai
peraturan perpajakan diharapkan dapat kemasan dan format sesuai dengan
mendorong kesadaran wajib pajak untuk perkembangan media serta teknologi
memenuhi kewajiban perpajakannya. informasi dan komunikasi, baik secara
Menurut pengamatan Norman elektronik ataupun non-elektronik mengenai
D.Nowak dalam Zain (2005:31), peningkatan pajak (Pandiangan, 2014:57).
penerimaan pajak akibat verifikasi aparat Dengan diperolehnya informasi
perpajakan, aktivitas para ahli hukum, para perpajakan yang cukup oleh wajib pajak, maka
akuntan serta tehnisi lainnya dan keputusan akan menambah pengetahuan dan
peradilan pajak, biasanya hanya merupakan pemahaman wajib pajak terhadap kewajiban
tiga sampai lima persen dari seluruh perpajakannya. Informasi itu dapat digunakan
penerimaan pajak, sedangkan sisanya sebesar untuk (Pandiangan, 2014:58):
sembilan puluh lima persen adalah hasil dari a. Memperoleh standar, aturan-aturan,
pengembangan iklim perpajakan. Misi utama ukuran-ukuran yang ada dalam
dari instansi pajak adalah menciptakan dan perpajakan.
mengembangkan iklim perpajakan dengan b. Mencapai keputusan yang baik di
salah satu cirinya yaitu wajib pajak paham bidang perpajakan.
atau berusaha untuk memahami ketentuan c. Menambah pengetahuan dan
peraturan perundang-undangan perpajakan. pemahaman di bidang perpajakan.
d. Mengurangi bahkan menghilangkan
Hal ini berarti bahwa ketentuan keragu-raguan apalagi ketidakpastian
peraturan perundang-undangan perpajakan WP dalam melaksanakan kewajiban
harus tertulis dengan jelas dan juga adanya dan perolehan hak-haknya di bidang
sistem komunikasi yang memungkinkan setiap perpajakan.
wajib pajak mendapatkan informasi yang e. Menghindari kesalahan, hambatan,
cukup, terutama dalam era yang sering dan kesulitan dalam perpajakan.
berubah-ubahnya ketentuan peraturan f. Mengurangi risiko kegagalan dalam
perundang-undangan perpajakan atau sering perpajakan.
dikeluarkannya surat edaran yang bersifat
interpretasi ketentuan peraturan perundang- Sosialisasi Perpajakan
undangan perpajakan atau petunjuk Menurut Basalamah (2004:196)
pelaksanaannya. Cara pendekatan ini harus dalam Widiastuti, dkk (2014) berpendapat
merupakan bagian dari struktur resmi dalam bahwa yang dimaksud dengan sosialisasi
bentuk undang-undang, keputusan- adalah suatu proses dimana orang-orang
keputusan, dan adanya tindakan-tindakan mempelajari sistem nilai, norma dan pola
tertentu oleh administrator pajak untuk prilaku yang diharapkan oleh kelompok suatu
menafsirkan dan menyebarkan informasi. bentuk transformasi dari orang tersebut
Tanpa diperhatikannya hal-hal tersebut diatas, sebagai orang luar menjadi organisasi yang
para wajib pajak tidak akan mempunyai efektif.
pengetahuan yang cukup mengenai Sosialisasi perpajakan adalah upaya
perpajakan, baik wajib pajak maupun aparat yang dilakukan oleh Dirjen Pajak untuk
perpajakan hendaknya sama-sama memberikan sebuah pengetahuan kepada
berlandaskan kepada persesuaian yang masyarakat dan khususnya wajib pajak agar
mendasar mengenai ketentuan peraturan mengetahui tentang segala hal mengenai

STAR – Study & Accounting Research | Vol XIV No.1 – 2017 3


URL : www.stiestembi.ac.id/?&c=jurnal-star ISSN : 1693-4482

perpajakan baik peraturan maupun tata cara masyarakat dengan tidak atau sedikit
perpajakan melalui metode-metode yang melakukan interaksi dengan peserta.
tepat. Susanto (2012) menyatakan bahwa Contoh kegiatan sosialisasi tidak
upaya dalam meningkatkan kesadaran dan langsung antara lain sosialisasi melalui
kepatuhan wajib pajak dilakukan dengan radio/ televisi, penyebaran buku/
sosialisasi perpajakan dengan beragam bentuk booklet/ leaflet perpajakan. Bentuk-
atau cara sosialisasi. Namun, kegiatan bentuk sosialisasi tidak langsung dapat
sosialisasi harus dilakukan secara efektif dan dibedakan berdasarkan medianya.
dilakukan dengan media-media yang lain yang Dengan media elektronik dapat berupa
lebih diketahui masyarakat (Rohmawati, talkshow TV, built-in program, dan
dkk., 2013). talkshow radio. Sedangkan dengan
Dalam rangka mencapai tujuannya, media cetak (koran/ majalah/ tabloid/
maka kegiatan sosialisasi atau penyuluhan buku) dapat berupa suplemen,
perpajakan dibagi ke dalam tiga fokus, yaitu advertorial (booklet/ leaflet
kegiatan sosialisasi bagi calon Wajib Pajak, perpajakan), rubrik tanya jawab,
kegiatan sosialisasi bagi Wajib Pajak baru, dan penulisan artikel pajak, dan penerbitan
kegiatan sosialisasi bagi Wajib Pajak terdaftar. majalah/ buku/ alat peraga penyuluhan
Kegiatan sosialisasi bagi calon Wajib Pajak (termasuk komik pajak).
bertujuan untuk membangun awareness Penyuluhan dan sosialisasi pajak dalam
tentang pentingnya pajak serta menjaring Widodo, dkk (2010:168) merupakan salah
Wajib Pajak baru. Kegiatan sosialisasi bagi satu strategi paling penting didalam
Wajib Pajak baru bertujuan untuk memasyarakatkan pengetahuan dan peran
meningkatkan pemahaman dan kepatuhan penting pajak, oleh karena itu DJP berusaha
untuk memenuhi kewajiban perpajakannya, untuk menyeragamkan sosialisasi perpajakan
khususnya bagi mereka yang belum masyarakat yang meliputi (Surat Edaran
menyampaikan SPT dan belum melakukan Direktorat Jenderal Pajak No. SE-22/PJ/2007
penyetoran pajak untuk yang pertama kali. tentang penyeragaman sosialisasi perpajakan
Sedangkan kegiatan sosialisasi bagi Wajib bagi masyarakat):
Pajak terdaftar bertujuan untuk menjaga 1. Media informasi
komitmen Wajib Pajak untuk terus patuh Sumber informasi tentang pajak banyak
(Herryanto dan Toly, 2013). bersumber dari media massa, namun
Kegiatan sosialisasi atau penyuluhan media luar ruang juga menjadi sumber
perpajakan dapat dilakukan dengan dua cara informasi pajak yang diperhatikan
sebagai berikut (Herryanto dan Toly, 2013): masyarakat. Berdasarkan hal tersebut,
1. Sosialisasi Langsung maka sebaiknya media informasi lebih
Sosialisasi langsung adalah kegiatan banyak digunakan dalam sosialisasi
sosialisasi perpajakan dengan perpajakan secara urut adalah media
berinteraksi langsung dengan Wajib televisi, Koran, spanduk, Flyers (poster
Pajak atau calon Wajib Pajak. Bentuk dan brosur), billboard, radio.
sosialisasi langsung yang pernah 2. Slogan
diadakan antara lain Early Tax Slogan yang digunakan hendaknya tidak
Education, Tax Goes To School/ Tax Goes boleh menakut-nakuti atau bersifat
To Campus, perlombaan perpajakan intimidasi, tetapi lebih bersifat ajakan.
(Cerdas Cermat, Debat, Pidato Slogan lebih ditekankan pada “manfaat
Perpajakan, Artikel), sarasehan/ tax pajak” yang diperoleh.
gathering, kelas pajak/ klinik pajak, 3. Cara Penyampaian
seminar/ diskusi/ ceramah, dan Penyampaian informasi perpajakan
workshop/ bimbingan teknis. sebaiknya dilakukan dengan cara kontak
2. Sosialisasi tidak langsung langsung kepada masyarakat misalnya
Sosialisasi tidak langsung adalah melalui seminar, diskusi dan sejenisnya.
kegiatan sosialisasi perpajakan kepada Dalam penyampaian informasi tersebut

STAR – Study & Accounting Research | Vol XIV No.1 – 2017 4


URL : www.stiestembi.ac.id/?&c=jurnal-star ISSN : 1693-4482

sebaiknya menggunakan bahasa yang Maka, pada prinsipnya kepatuhan


sesederhana mungkin dan bukan perpajakan adalah tindakan wajib pajak dalam
bersifat teknis, sehingga informasi pemenuhan kewajiban perpajakannya sesuai
tersebut dapat diterima dengan baik. dengan ketentuan peraturan perundang-
4. Kualitas Sumber Informasi undangan dan peraturan pelaksanaan
Informasi tentang pajak dirasa masih perpajakan yang berlaku dalam suatu Negara.
kurang oleh masyarakat. Sumber Predikat wajib pajak patuh dalam arti disiplin
informasi yang dinilai informatif dan dan taat, tidak sama dengan wajib pajak yang
dibutuhkan secara urut adalah call berpredikat pembayar pajak dalam jumlah
center, penyuluhan, internet, petugas besar, tidak ada hubungan antara kepatuhan
pajak, televisi, iklan bis. dengan jumlah nominal setoran pajak yang
5. Materi Sosialisasi dibayarkan pada kas Negara. Karena,
Materi sosialisasi yang disampaikan pembayar pajak terbesar sekalipun belum
lebih ditekankan pada manfaat pajak, tentu memenuhi kriteria sebagai wajib pajak
manfaat NPWP dan layanan perpajakan patuh, meskipun memberikan kontribusi
di masing-masing unit. besar pada Negara, jika masih memiliki
6. Kegiatan Penyuluhan tunggakan maupun keterlambatan penyetoran
Dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan, pajak maka tidak dapat diberikan predikat
yang penting diperhatikan adalah, wajib pajak patuh (Devano dan Rahayu,
metode yang digunakan adalah metode 2006:112).
diskusi, media yang dipergunakan adalah Ada dua macam kepatuhan menurut
proyektor, materi yang disampaikan Nurmantu dalam Ihsan (2013) yaitu:
adalah pengisian SPT dan pengetahuan 1. Kepatuhan Formal
perpajakan, penyuluhan/pembicara Kepatuhan formal adalah suatu keadaan
harus sudah menguasai materi. Melalui dimana wajib pajak memenuhi
penyuluhan dan sosialisasi yang kewajiban secara formal sesuai dengan
dilakukan oleh petugas pajak, diharapkan ketentuan dalam Undang-Undang
dapat memudahkan masyarakat perpajakan. Misalnya ketentuan batas
khususnya Wajib Pajak dan menambah waktu penyampaian SPT PPh Tahunan
pengetahuan perpajakan mereka. tanggal 31 Maret. Apabila Wajib Pajak
telah melaporkan SPT PPh Tahunan
Kepatuhan Wajib Pajak sebelum atau pada tanggal 31 Maret
Safri Nurmantu dalam Devano dan maka Wajib Pajak telah memenuhi
Rahayu (2006:110) mengatakan bahwa kepatuhan formal, akan tetapi isinya
kepatuhan perpajakan dapat di identifikasikan belum tentu memenuhi kepatuhan
sebagai suatu keadaan dimana wajib pajak material.
memenuhi semua kewajiban perpajakan dan 2. Kepatuhan Material
melaksanakan hak perpajakannya. Kepatuhan material dalah suatu
Wajib pajak patuh adalah wajib pajak keadaan dimana wajib pajak secara
yang sadar pajak, paham hak dan kewajiban substantif atau hakikatnya memenuhi
perpajakannya, dan diharapkan peduli pajak, semua ketentuan material perpajakan,
yaitu melaksanakan kewajiban perpajakan yakni sesuai dan jiwa Undang-Undang
dengan benar dan paham akan hak perpajakan. Kepatuhan pajak material
perpajakannya. Sebenarnya pemberian memuat norma-norma yang
predikat wajib pajak patuh, yang sekaligus menerangkan antara lain keadaan,
sebagai suatu pemberian penghargaan bagi perbuatan, peristiwa hukum yang
wajib pajak, sudah pasti akan memberi dikenai pajak (objek pajak), siapa yang
motivasi dan detterent effect yang positif bagi dikenakan pajak (sumber), berapa besar
wajib pajak yang lain untuk menjadi wajib pajak yang dikenakan (tarif), segala
pajak patuh (Devano dan Rahayu, sesuatu tentang timbul dan hapusnya
2006:114). utang pajak, dan hubungan hukum

STAR – Study & Accounting Research | Vol XIV No.1 – 2017 5


URL : www.stiestembi.ac.id/?&c=jurnal-star ISSN : 1693-4482

antara pemerintah dan Wajib Pajak. Pemahaman Wajib Pajak dan Kepatuhan
Kepatuhan material dapat juga meliputi Wajib Pajak
kepatuhan formal. Wajib pajak yang Pengaruh pemahaman wajib pajak
memenuhi kepatuhan material adalah terhadap kepatuhan wajib pajak dapat
wajib pajak yang mengisi dengan jujur, dijelaskan dengan teori atribusi dan teori
lengkap dan benar surat pemberitahuan pembelajaran sosial. Dalam teori atribusi,
sesuai ketentuan dan pemahaman wajib pajak tentang peraturan
menyampaikannya ke KPP sebelum perpajakan merupakan penyebab internal
batas waktu berakhir. karena berada di bawah kendali wajib pajak
Fidel (2010:53) mendefinisikan wajib sendiri. Tingkat pemahaman wajib pajak yang
pajak patuh adalah wajib pajak yang berbeda-beda akan mempengaruhi penilaian
ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak masing-masing wajib pajak untuk berperilaku
sebagai wajib pajak yang memenuhi kriteria patuh dalam melaksanakan kewajiban
tertentu: perpajakan. Tingkat pemahaman wajib pajak
1) Tepat waktu dalam menyampaikan Surat tinggi akan membuat wajib pajak memilih
Pemberitahuan, meliputi: berperilaku patuh dalam melaksanakan
a. Penyampaian Surat Pemberitahuan kewajiban perpajakan. Dalam teori
Tahunan tepat waktu dalam 3 (tiga) pembelajaran sosial, wajib pajak dapat belajar
tahun terakhir; dengan mengamati wajib pajak lain dan
b. Penyampaian Surat Pemberitahuan mengalami langsung bagaimana peran
Masa yang terlambat dalam tahun pemahaman yang dimiliki wajib pajak tentang
terakhir untuk masa Pajak Januari peraturan perpajakan dalam membantu wajib
sampai November tidak lebih dari 3 pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan
(tiga) Masa Pajak untuk setiap jenis sehingga menjadi lebih mudah. Pengamatan
pajak dan tidak berturut – turut; dan dan pengalaman langsung tersebut menjadi
c. Surat Peberitahuan Masa yang dasar bagi wajib pajak untuk menilai
terlambat sebagaimana dimaksud pemahaman tentang peraturan perpajakan
pada butir b) telah disampaikan tidak dan memilih berperilaku patuh atau tidak
lewat dari batas waktu penyampaian (Masruroh dan Zulaikha, 2013).
Surat Pemberitahuan Masa pajak Penelitian yang dilakukan oleh
berikutnya. Widiastuti, dkk. (2014) memperoleh
2) Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk kesimpulan bahwa pemahaman wajib pajak
semua jenis pajak, kecuali tunggakan yang diketahui sangat berpengaruh terhadap
pajak yang telah memperoleh izin untuk kepatuhan wajib pajak. Hal tersebut berarti
mengangsur atau menunda pembayaran jika KPP terus berusaha untuk memberikan
pajak, meliputi keadaan pada 31 pemahaman mengenai perpajakan yang
Desember tahun sebelum penetapan membuat wajib pajak paham dan mengerti,
sebagai Wajib Pajak Patuh dan tidak maka kepatuhan wajib pajak pada KPP
termasuk utang pajak yang belum tersebut dapat meningkat.
melewati batas akhir pelunasan.
3) Tidak pernah terkena sanksi perpajakan, Sosialisasi Perpajakan dan Kepatuhan
wajib pajak atau pengusaha kena pajak Wajib Pajak
yang tidak atau terlambat penyampaikan Sosialisasi yang diberikan kepada
SPT akan dikenakan sanksi perpajakan masyarakat dimaksudkan untuk memberikan
berupa sanksi administrasi dan sanksi pengertian kepada masyarakat akan
pidana. Sanksi pidana sehubungan dengan pentingnya membayar pajak. Dengan
pelanggaran terhadap peraturan sosialisasi ini masyarakat menjadi mengerti
perundang-undangan perpajakan dan paham tentang manfaat membayar pajak
khususnya dalam Ketentuan Umum dan serta sanksi jika tidak membayar pajak.
Tata Cara Perpajakan. Sehingga dengan demikian sosialisasi
perpajakan ini dapat berpengaruh untuk

STAR – Study & Accounting Research | Vol XIV No.1 – 2017 6


URL : www.stiestembi.ac.id/?&c=jurnal-star ISSN : 1693-4482

menambah jumlah wajib pajak dan dapat H3: Pemahaman Wajib Pajak dan Sosialisi
menimbulkan kepatuhan dari wajib pajak Perpajakan Berpengaruh Signifikan
sehingga secara otomatis tingkat kepatuhan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.
wajib pajak akan semakin bertambah juga
penerimaan pajak negara akan meningkat. METODE PENELITIAN
Kurangnya sosialisasi mungkin berdampak Objek penelitian ini terdiri dari dua
pada rendahnya pengetahuan masyarakat variabel yaitu variabel bebas (independent
tentang pajak yang menyebabkan rendahnya variable) dan variabel terikat (dependent
kesadaran masyarakat untuk melaporkan dan variable). Variabel bebas (independent
membayar pajak yang pada akhirnya mungkin variable) dalam penelitian ini yaitu
menyebabkan rendahnya tingkat kepatuhan pemahaman wajib pajak (X1) dan sosialisasi
wajib pajak (Winerungan, 2013). perpajakan (X2), sedangkan variabel terikat
Penelitian yang dilakukan oleh (dependent variable) dalam penelitian ini yaitu
Widiastuti, dkk. (2014) memberikan kepatuhan wajib pajak (Y).
kesimpulan bahwa peran sosialisasi sangat Penelitian yang dilakukan oleh penulis
berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. termasuk kedalam penelitian kuantitatif,
Hal ini menjadi penting karena wajib pajak metode penelitian kuantitatif dapat diartikan
telah mengangap bahwa sosialisasi yang telah sebagai metode penelitian yang berlandaskan
diberikan oleh Kantor Pelayanan Pajak telah pada filsafat positivisme, digunakan untuk
memberikan banyak pengertian tentang meneliti pada populasi atau pada sampel
semua hal yang berkaitan tentang perpajakan. tertentu, teknik pengambilan sampel pada
umumnya dilakukan secara random,
KERANGKA BERPIKIR pengumpulan data menggunakan instrument
Berdasarkan penelusuran teori dan penelitian, analisis data bersifat
hasil penelitian, maka model penelitian dapat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk
dibuat dalam paradigm seperi dibawah ini: menguji hipotesis yang telah ditetapkan
(Sugiyono, 2014:14).
Pemahaman Dalam penelitian ini jenis penelitian
Wajib Pajak yang digunakan adalah metode survey. Dalam
(X1) (Fahluzy Sugiyono (2014:11) Metode survey
Kepatuhan
dan Agustina, digunakan untuk mendapatkan data dari
Wajib Pajak
2014) tempat tertentu yang alamiah (bukan buatan),
(Y) (Devano
dan Rahayu, tetapi peneliti melakukan perlakuan dalam
Sosialisasi 2006:112) pengumpulan data, misalnya dengan
Perpajakan (X2) mengedarkan kuesioner, test, wawancara
(Rohmawati, terstruktur, dan sebagainya (perlakuan tidak
dkk., 2013) seperti dalam eksperimen).
Populasi adalah wilayah generalisasi
Gambar 1 yang terdiri atas obyek/subyek yang
Kerangka Paradigma Penelitian mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
HIPOTESIS dan kemudian ditarik kesimpulannya
Adapun hipotesis atau kesimpulan (Sugiyono, 2014:117). Dalam penelitian ini
sementara yang dapat disajikan sebagai yang akan dijadikan populasi adalah Wajib
berikut: Pajak Badan yang terdaftar pada Kantor
H1: Pemahaman Wajib Pajak Berpengaruh Pelayanan Pajak (KPP) Sumedang.
Signifikan terhadap Kepatuhan Wajib Sampel adalah bagian dari jumlah dan
Pajak. karakteristik yang dimiliki oleh populasi
H2: Sosialisasi Perpajakan Berpengaruh tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak
Signifikan terhadap Kepatuhan Wajib mungkin mempelajari semua yang ada pada
Pajak. populasi, misalnya karena keterbatasan dana,

STAR – Study & Accounting Research | Vol XIV No.1 – 2017 7


URL : www.stiestembi.ac.id/?&c=jurnal-star ISSN : 1693-4482

tenaga dan waktu, maka peneliti dapat Kadang-Kadang/Ragu-Ragu, Tidak


menggunakan sampel yang diambil dari Pernah/Tidak Setuju. Dalam penelitian ini,
populasi itu (Sugiyono, 2014:118).Teknik penulis memberikan skor dari setiap jawaban
sampling adalah merupakan teknik responden berturut-turut diberi nilai 3,2,1 jika
pengambilan sampel (Sugiyono, 2014:118). item pertanyaan berindikasi positif, dan
Simple Random Sampling, dikatakan simple sebaliknya setiap jawaban responden
(sederhana) karena pengambilan anggota berturut-turut jika item pertanyaan
sampel dari populasi dilakukan secara acak berindikasi negatif.
tanpa memperhatikan strata yang ada dalam Pengujian analisis data dalam
populasi itu (Sugiyono, 2014:120). Sampel penelitian ini menggunakan analisis regresi
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu linear berganda, karena tidak menjelaskan ada
wajib pajak badan yang terdaftar pada Kantor atau tidaknya hubungan antar variabel secara
Pelayanan Pajak (KPP) Sumedang pada tahun jelas, sehingga dalam hal ini menarik
2014 sebanyak 4.488 Wajib Pajak. Dalam kesimpulan adanya keterhubungan antar
penentuan sampel menggunakan rumun slovin variabel tersebut secara nalar. Secara umum,
sehingga responden yang diambil adalah analisis regresi berganda merupakan studi
sebanyak 98 Wajib Pajak Badan. mengenai ketergantungan variabel terikat
Teknik pengumpulan data yang (dependen) dengan satu atau beberapa
digunakan dalam penelitian ini sebagai veriabel bebas (independen), dengan tujuan
berikut: untuk mengestimasi/ memprediksi rata-rata
nilai variabel dependen berdasarkan nilai
1. Telaah kepustakaan variabel independen yang diketahui.
Telaah kepustakaan ini
dilakukan untuk mendapatkan data HASIL DAN PEMBAHASAN
secara sekunder, yaitu dengan cara Untuk mengetahui pengaruh Pemahaman
mencari dan mempelajari berbagai teori Wajib Pajak (X1), Sosialisasi Perpajakan (X2)
yang ada hubungannya dengan masalah terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Y) baik
yang sedang diteliti. Selain itu juga secara simultan maupun parsial. Dengan
penulis banyak mengumpulkan dan bantuan software IBM SPSS Statistics 22, maka
mengolah data dari jurnal dan artikel hasil dapat dilihat pada tabel berikut:
serta melalui situs internet. Tabel 1
2. Kuesioner Koefisien Regresi Dependen (Y)
Kuesioner merupakan teknik Coefficientsa
pengumpulan data yang dilakukan Coefficients
a

dengan cara memberi seperangkat Unstandardized Standardized Collinearity

pertanyaan atau pernyataan tertulis Coefficients Coefficients Statistics

kepada responden untuk dijawabnya Model B Std. Error Beta T Sig. Tolerance VIF

(Sugiyono, 2014:199). 1 (Constant) 2.896 1.168 2.478 .015

Skala yang digunakan dalam penelitian


X1 .217 .066 .308 3.297 .001 .896 1.116

X2 .170 .051 .314 3.356 .001 .896 1.116


ini adalah Skala Likert. Sugiyono, (2014:134) a. Dependent Variable: Y
menyatakan bahwa skala likert digunakan
untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
Sumber: Data Olah Hasil SPSS
seseorang atau sekelompok orang tentang
fenomena sosial. Dengan skala Likert, maka
variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi Dari tabel 1 diatas pengujian
indikator variabel. Kemudian dijadikan menunjukan persamaan regresi dengan
sebagai titik tolak untuk menyusun item-item persamaan regresi linear berganda yaitu
instrumen yang dapat berupa pernyataan atau sebagai berikut:
pertanyaan. Dalam penelitian skala likert, Y = β0 + β1X1 + β2X2 + ε
pilihan jawaban untuk kuesioner yang
diajukan peneliti adalah Selalu/Setuju, Yang diperoleh adalah sebagai berikut:

STAR – Study & Accounting Research | Vol XIV No.1 – 2017 8


URL : www.stiestembi.ac.id/?&c=jurnal-star ISSN : 1693-4482

wajib pajak (X1) dan sosialisasi


Y = 2,896 + 0,217X1 + 0,170X2 + ε perpajakan (X2) secara simultan
Dari persamaan regresi diatas dapat terhadap kepatuhan wajib pajak
dilihat bahwa koefisien regresi (β1) untuk (Y)
variabel pemahaman wajib pajak (X1) Untuk mengetahui seberapa besar
berpengaruh positif signifikan dan koefisien persentase pengaruh kedua variabel X
regresi (β2) untuk variabel sosialisasi tersebut secara simultan terhadap variabel Y
perpajakan (X2) juga berpengaruh positif adalah dengan melakukan pengujian dengan
signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak (Y). koefisein determinasi (R2). Dari hasil
Variabel pemahaman wajib pajak (X1) pengujian diperoleh nilai koefisien
memiliki nilai koefisien regresi (β1) sebesar determinasi ( R2) persamaan regresi yaitu
0,217. Hal ini menunjukan bahwa setiap sebesar 0,256 (nilai R-Square pada tabel Model
peningkatan variabel pemahaman wajib pajak Summary) berikut:
(X1) satu satuan nilai akan meningkatkan Tabel 2
kepatuhan wajib pajak 0,217 satuan nilai, Model Summary
dengan asumsi variabel lainnya nol/konstan. Model Summary
b

Artinya, semakin banyak wajib pajak yang Model R


a
R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson

paham mengenai perpajakan maka akan 1 .506 .256 .240 1.55141 2.116

a. Predictors: (Constant), X2, X1


meningkatkan kesadaran wajib pajak b. Dependent Variable: Y
mengenai pentingnya pajak sehingga bisa
meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Sumber: Data Olah Hasil SPSS
Variabel sosialisasi perpajakan (X2) memiliki
nilai koefisien regresi (β2) sebesar 0,170. Hal Ini berarti secara bersama-sama
ini menunjukan bahwa setiap peningkatan variabel pemahaman wajib pajak (X1) dan
variabel sosialisasi perpajakan (X2) satu sosialisasi perpajakan (X2) memberikan
satuan nilai akan meningkatkan kepatuhan pengaruh sebesar 0,256 atau 25,6% terhadap
wajib pajak 0,170 satuan nilai, dengan asumsi kepatuhan wajib pajak (Y). Angka 25,6% disini
variabel lainnya nol/konstan. Artinya, dengan artinya setiap perubahan kepatuhan wajib
dilaksanakannya kegiatan sosialisasi dengan pajak sebesar 25,6% dipengaruhi oleh
baik maka akan meningkatkan kepatuhan pemahaman wajib pajak dan sosialisasi
wajib pajak pada Kantor Pelayanan Pajak perpajakan. Adapun sebesar 0,744 atau 74,4%
(KPP) Pratama Sumedang. sisanya disebabkan oleh variabel-variabel lain
diluar variabel pemahaman wajib pajak dan
Pemahaman Wajib Pajak dan Sosialisasi sosialisasi perpajakan yang tidak dilibatkan
Perpajakan terhadap KepatuhanWajib dalam penelitian ini, seperti kualitas
Pajak Secara Simultan pelayanan dan sanksi perpajakan dalam
Setelah asumsi-asumsi klasik linear penelitian Masruroh dan Zulaikha (2013).
berganda diperiksa dan dipenuhi maka Untuk mengetahui signifikan tidaknya
berikutnya akan diuji pengaruh pemahaman pengaruh pemahaman wajib pajak (X1) dan
wajib pajak (X1) dan sosialisasi perpajakan sosialisasi perpajakan (X2) terhadap
(X2) secara simultan terhadap kepatuhan kepatuhan wajib pajak (Y) secara keseluruhan,
wajib pajak (Y). bentuk hipotesisnya adalah maka dilakukan uji F dengan uji satu pihak
sebagai berikut: dalam taraf nyata 1% (0,01). Adapun hasilnya
H0: β1=β2=0 Artinya tidak terdapat pengaruh adalah sebagai berikut:
signifikan antara pemahaman Tabel 3
wajib pajak (X1) dan sosialisasi Tabel ANOVA
perpajakan (X2) secara simultan
terhadap kepatuhan wajib pajak
(Y)
H1: β1≠β2≠0 Artinya terdapat pengaruh
signifikan antara pemahaman

STAR – Study & Accounting Research | Vol XIV No.1 – 2017 9


URL : www.stiestembi.ac.id/?&c=jurnal-star ISSN : 1693-4482

ANOVA
a
H1 : β1 ≠ 0, Artinya terdapat pengaruh
Model
1 Regression
Sum of Squares
78.616
Df
2
Mean Square
39.308
F
16.332
Sig.
.000
b
signifikan pemahaman wajib
Residual 228.653 95 2.407
pajak (X1) secara parsial
Total 307.269 97 terhadap kepatuhan wajib
a. Dependent Variable: Y
pajak (Y)
H0 : β2 = 0, Artinya tidak terdapat pengaruh
b. Predictors: (Constant), X2, X1

signifikan sosialisasi
Sumber: Data Olah Hasil SPSS
perpajakan (X2) secara parsial
terhadap kepatuhan wajib
Berdasarkan hasil perhitungan yang
pajak (Y)
terlibat dalam tabel ANOVA diatas diperoleh
H1 : β2 ≠ 0, Artinya terdapat pengaruh
nilai Fhitung sebesar 16,332. Sedangkan Ftabel
signifikan sosialisasi
pada taraf nyata (α) 1% dengan derajat bebas
perpajakan (X2) secara parsial
V1 = k; V2 = n-k-1 = 98 - 2 - 1 = 95 ialah 4,84.
terhadap kepatuhan wajib
Berikut merupakan perbandingan F hitung
pajak (Y)
dengan F tabel:
Statistik uji yang digunakan untuk
Tabel 4
menguji hipotesis diatas adalah uji-t. untuk
Kesimpulan Pengujian Secara Keseluruhan Model
Persamaan
mengetahui pengaruh langsung secara
individual, maka harus dilakukan uji-t terlebih
Nilai Fhitung Nilai Ftabel Kesimpulan
dahulu. Terlebih dahulu harus dicari nilai thitung
16,332 4,84 Signifikan dari masing-masing X1 dan X2 setelah itu nilai
Sumber: Data Penghitungan thitung tersebut dibandingkan dengan nilai t di
tabel. Jika nilai thitung lebih besar dari nilai ttabel
Dari tabel 4 diatas terlihat bahwa nilai maka hipotesis signifikan, artinya bahwa
Fhitung lebih besar dari nilai F tabel sehingga hasil pengaruh yang terjadi dapat digeneralisir
pengujian yang diperoleh adalah signifikan, terhadap seluruh populasi yaitu wajib pajak
atau dengan kata lain pengaruh yang terjadi badan pada KPP Pratama Sumedang.
dapat digeneralisir terhadap seluruh populasi Sebaliknya apabila nilai thitung lebih kecil dari
yakni wajib pajak badan pada KPP Pratama nilai ttabel, maka hipotesis tidak signifikan,
Sumedang. Sehingga dapat disimpulkan artinya bahwa pengaruh yang terjadi tidak
bahwa H0 ditolak dan H1 diterima, atau dengan dapat digeneralisir terhadap seluruh populasi
kata terdapat pengaruh signifikan variabel yaitu wajib pajak badan pada Kantor
pemahaman wajib pajak (X1) dan sosialisasi Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Sumedang.
perpajakan (X2) secara simultan terhadap Berdasarkkan hasil pengolahan data
kepatuhan wajib pajak (Y). sebagaimana terlihat pada tabel Coeffecients
(tabel 5) diperoleh nilai thitung:
Pemahaman Wajib Pajak dan Sosialisasi Tabel 5
Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Coeffecients
a

Pajak Secara Parsial


Coefficients

Unstandardized Standardized Collinearity


Berikutnya akan diuji pengaruh dari Coefficients Coefficients Statistics

masing-masing variabel pemahaman wajib Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF

pajak (X1) dan sosialisasi perpajakan (X2) 1 (Constant) 2.896 1.168 2.478 .015
X1 .217 .066 .308 3.297 .001 .896 1.116
memiliki pengaruh signifikan terhadap X2 .170 .051 .314 3.356 .001 .896 1.116
kepatuhan wajib pajak (Y) secara parsial. a. Dependent Variable: Y

Bentuk hipotesisnya adalah sebagai berikut:


H0 : β1 = 0, Artinya tidak terdapat pengaruh Sumber: Data Olah Hasil SPSS
signifikan pemahaman wajib
pajak (X1) secara parsial Dari tabel Coeffecients (tabel 5) diatas,
terhadap kepatuhan wajib maka dapat diambil kesimpulan seperti yang
pajak (Y) tertera dalam tabel thitung dari masing-masing
variabel bebas yang tertera dibawah ini.
STAR – Study & Accounting Research | Vol XIV No.1 – 2017 10
URL : www.stiestembi.ac.id/?&c=jurnal-star ISSN : 1693-4482

Sedangkan nilai ttabel ialah nilai distribusi t- terhadap kepatuhan wajib pajak pada
student pada taraf nyata (α) 1% dengan derajat wajib pajak badan di Kantor Pelayanan
bebas df = n-k= 98-2 = 96. Adapun kesimpulan pajak (KPP) Pratama Sumedang.
yang dapat diambil adalah sebagai berikut:
Tabel 6 SARAN
Kesimpulan Pengujian Secara Individual Mengacu pada kesimpulan hasil
Model Persamaan penelitian ini, disampaikan beberapa saran
Nilai Nilai sebagai berikut:
Variabel Kesimpulan
thitung ttabel 1. Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama
X1 3,297 2,628 Signifikan Sumedang perlu melaksanakan kegiatan
penyuluhan lebih gencar lagi, utamanya
X2 3,356 2,628 Signifikan dalam hal perubahan penghitungan pajak
Sumber: Hasil Penghitungan atau tarif pajak.
2. Untuk peneliti selanjutnya sebaiknya
Dari tabel 6 diatas terlihat bahwa X1 menambahkan referensi buku dan jurnal,
memiliki pengaruh yang positif signifikan, dan disarankan untuk menggunakan
dengan demikian untuk variabel pemahaman variabel lain diluar variabel pemahaman
wajib pajak (X1) H0 ditolak dan H1 diterima. wajib pajak dan sosialisasi perpajakan,
Artinya apabila terjadi perubahan sedikit saja seperti kualitas pelayanan, sanksi
pada variabel pemahaman wajib pajak (X1) perpajakan atau modernisasi administrasi
maka akan terjadi perubahan yang berarti perpajakan seperti e-Filing, e-Billing, e-
pada variabel kepatuhan wajib pajak (Y). Faktur, dll.
Untuk variabel X2 memiliki pengaruh yang
positif signifikan, dengan demikian untuk DAFTAR PUSTAKA
variabel sosialisasi perpajakan (X2) H0 ditolak Devano, Sony dan Siti Kurnia Rahayu. 2006.
dan H1 diterima. Artinya apabila terjadi PERPAJAKAN : Konsep Teori dan Isu. Jakarta
perubahan sedikit saja pada variabel : Kencana.
sosialisasi perpajakan (X2) maka akan terjadi Dirjen Pajak. 2015. “Kepatuhan Lapor Pajak
perubahan yang berarti pada variabel 2015 Turun”. Artikel. Melalui
kepatuhan wajib pajak (Y). Selain itu http://www.ortax.org/ortax/?mod=berita
pengaruhnya dapat digeneralisir terhadap &page=show&id=14353&q=&hlm=4
seluruh populasi wajib pajak badan pada (06/10/2015).
Kantor Pelayanan (KPP) Pratama Sumedang. Fahluzy, Septian Fahmi dan Linda Agustina.
2014. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
SIMPULAN Kepatuhan Membayar Pajak UMKM Di
Penelitian mengenai pengaruh Kabupaten Kendal. Jurnal. Fakultas
Pemahaman Wajib Pajak dan Sosialisasi Ekonomi Universitas Negeri Semarang. Vo.
Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak 3 No. 3.
menyimpulkan hal-hal sebagai berikut: Fidel. 2010. Cara Mudah & Praktis Memahami
1. Pemahaman wajib pajak berpengaruh Masalah-Masalah Perpajakan. Jakarta : PT.
signifikan terhadap kepatuhan wajib RajaGrafindoPersada.
pajak pada wajib pajak badan di Kantor Herryanto, Marisa dan Agus Arianto Tolly.
Pelayanan Pajak (KPP) Pratama 2013. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak,
Sumedang. Kegiatan Sosialisasi Perpajakan, dan
2. Sosialisasi perpajakan berpengaruh Pemeriksaan Perpajakan terhadap
signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak Penerimaan Pajak Penghasilan Di KPP
pada wajib pajak badan di Kantor Pratama Surabaya Sawahan. Jurnal.
Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Universitas Kristen Petra. Vol. 1 No. 1.
Sumedang. Ihsan, Muchsin. 2013. Pengaruh Pengetahuan
3. Pemahaman wajib pajak dan sosialisasi Wajib Pajak, Penyuluhan Pajak, Kualitas
perpajakan berpengaruh signifikan Pelayanan Pajak, dan Pemeriksaan Pajak

STAR – Study & Accounting Research | Vol XIV No.1 – 2017 11


URL : www.stiestembi.ac.id/?&c=jurnal-star ISSN : 1693-4482

Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Badan Di Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Bisnis.
Kota Padang. Jurnal. Fakultas Ekonomi Bandung: Alfabeta.
Universitas Negeri Padang. Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif,
Iskandar, Hendar. 2015. “Ampunan Yang Kualitatif dan R&DUntuk pendidikan.
Berjenjang”. Artikel. Melalui Bandung : Alfabeta.
http://pajak.go.id/content/article/ampun Suhendri, Diyat. 2015. Pengaruh Pengetahuan,
an-yang-berjenjang (06/10/2015). Tarif Pajak, dan Sanksi Pajak terhadap
Masruroh, Siti dan Zulaikha. 2013. Pengaruh Kepatuhan WPOP yang Melakukan Kegiatan
Kemanfaatan NPWP, Pemahaman Wajib Usaha dan Pekerjaan Bebas Di Kota Padang.
pajak, Kualitas Pelayanan, Sanksi Jurnal. Fakultas Ekonomi Universitas
Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Negeri Padang.
Pajak. Jurnal. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Tiraada, Tryana A.M. 2013. Kesadaran
Universitas Diponegoro. Vol. 2 No. 4 : Hal. 1- Perpajakan, Sanksi Pajak, Sikap Fiskus
15. terhadap Kepatuhan WPOP Di Kabupaten
Pandiangan, Liberti. 2014. Administrasi Minahasa Selatan. Jurnal. Universitas Sam
Perpajakan. Jakarta : Erlangga. Ratulangi Manado. Vol. 1 No. 3 : Hal. 999-
Rohmawati, Alifa Nur dan Ni Ketut Rasmini. 1008.
2012. Pengaruh Kesadaran, Penyuluhan, Widiastuti, dkk. 2014. Pengaruh Sosialisasi,
Pelayanan, dan Sanksi Perpajakan Pada Motivasi, dan Pemahaman Wajib Pajak
Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi. terhadap Kepatuhan Wajib pajak (Studi
Jurnal. Fakultas Ekonomi Universitas Pada PKP Di KPP Paratama Malang Utara).
Udayana (Unud) Bali. Jurnal. Fakultas Ilmu Administrasi
Rohmawati, dkk. 2013. Pengaruh Sosialisasi Universitas Brawijaya.
dan Pengetahuan Perpajakan terhadap Widodo, Widi dkk. 2010. Moralitas, Budaya
Tingkat Kesadaran dan Kepatuhan Wajib dan Kepatuhan Pajak. Bandung :
Pajak (Studi Pada KPP Pratama Gresik ALFABETA. Hal. 52.
Utara). Jurnal. Fakultas Ekonomi Winerungan, Oktaviane Lidya. 2013. Sosialisasi
Universitas Trunojoyo Madura. Perpajakan, Pelayanan Fiskus dan Sanksi
Simanjuntak, Timbul Hamonangan dan Imam Perpajakan terhadap Kepatuhan WPOP Di
Mukhlis. 2012. Dimensi Ekonomi KPP Manado dan KPP Bitung. Jurnal.
Perpajakan Dalam Pembangunan Ekonomi. Universitas Sam Ratulangi Manado. Vol. 1
Jakarta: Raih Asa Sukses. No. 3 : Hal. 960-970.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Bisnis. Zain, Mohammad. 2005. Manajemen
Bandung : Alfabeta. Perpajakan. Jakarta: Salemba Empat.

STAR – Study & Accounting Research | Vol XIV No.1 – 2017 12

Anda mungkin juga menyukai