Anda di halaman 1dari 15

SISTEM PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA – RE 142414

IMPLEMENTASI SISTEM PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA PERKOTAAN


(STUDI KASUS: KOTA SURABAYA DAN KOTA MEKSIKO)

Kelompok 4:

Januar Catur Putranto 03211650012016


Lailil Qurotul Ain 03211650012023
Rachmi Layina Chimayanti 03211750010011
Aisyah Ahmad 03211750010013

DOSEN PENGAJAR

Dr. Abdu Fadli Assomadi S.Si., MT

197510182005011003

PROGRAM MAGISTER
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL, LINGKUNGAN, DAN KEBUMIAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA 2018
I. Latar Belakang History Kota

Udara merupakan salah satu komponen lingkungan penting yang paling mendasar untuk mendukung
kehidupan makhluk hidup. Kondisi kualitas udara akhir-akhir ini semakin mengalami penurunan. Isu
lingkungan tersebut telah melanda banyak kota di dunia terutama kota-kota besar. Sumber pencemaran
udara dapat berasal dari berbagai aktivitas, seperti transportasi, industri, perkantoran, serta perumahan.
Semakin meningkatnya jumlah kendaraan bermotor di daerah perkotaan akan mengakibatkan penurunan
kualitas udara bersih akibat emisi dari hasil pembakaran bahan bakar kendaraan tersebut (Abubakar,
2006). Asap dari kendaraan bermotor akan mengeluarkan gas – gas yang beracun. Data Badan Pusat
Statistik (BPS) tahun 2004, di beberapa propinsi terutama di kota-kota besar seperti Medan, Surabaya dan
Jakarta, emisi kendaraan bermotor merupakan kontribusi terbesar terhadap konsentrasi NO2 dan CO di
udara yang jumlahnya lebih dari 50% (Simanjuntak, 2007). Pencemaran udara tersebut menyebabkan
penurunan kualitas udara yang berdampak negatif pada kesehatan manusia. Salah satu contoh kota besar
yang mengalami pencemaran udara adalah Kota Surabaya dan Kota Meksiko.

Surabaya merupakan kota kedua terbesar di Indonesia. Kota ini mempunyai volume lalu lintas
kendaraan bermotor yang sangat tinggi. Berdasarkan laporan KLHK Jawa Timur tahun 2017 menunjukkan
bahwa Kota Surabaya telah mengalami penurunan kualitas udara. Hal ini antara lain disebabkan oleh
kegiatan transportasi dan industri. Pencemaran udara yang ditimbulkan dari sumber industri ini tidaklah
signifikan. Penyebab utama pencemaran udara di Kota Surabaya adalah kegiatan transportasi. Hal ini
dibuktikan dengan peningkatan volume kendaraan yang naik secara signifikan dengan nilai indeks kualitas
udara sebesar 74,86 di tahun 2016. Menurut Kasatlantas Polrestabes Surabaya AKBP Raydian Kokrosono
(2017), setiap bulan pertambahan kendaraan di Surabaya selalu di atas 17 ribu. Rata-rata, setiap bulan
sepeda motor di Surabaya bertambah 13.441. Sementara itu, kendaraan roda empat atau lebih setiap bulan
rata-rata bertambah 4.042. Data di kepolisian menyebutkan, saat ini jumlah kendaraan di Surabaya
mencapai angka 4,5 juta atau tepatnya 4.521.629. Dari jumlah itu, sepada motorlah yang paling dominan.
Tahun ini jumlah kendaraan roda dua di Surabaya mencapai 3.625.999. Sisanya merupakan kendaraan
roda empat atau lebih. Dengan meningkatnya jumlah kendaraan bermotor akan menyebabkan penurunan
kualitas udara akibat emisi polutan dari hasil pembakaran bahan bakar sehingga beberapa penelitian telah
membahas pencemaran udara akibat emisi polutan pada kendaraan bermotor (Yusriani, 2015).

Permasalahan yang sama juga terjadi di Kota Meksiko, dimana ibu kota Meksiko, Mexico City
dilanda polusi udara terburuk dalam satu dekade terakhir. Otoritas lokal terpaksa membatasi jumlah
kendaraan yang boleh beroperasi setiap harinya. Meksiko merupakan sebuah kota berbentuk cekungan
yang dikelilingi oleh pegunungan. Kota ini telah tumbuh pada tingkat kepadadatan yang luar biasa, yang
menyebabkan polusi dalam jumlah besar. Udara dingin sering menyebabkan inversi termal, dimana udara
tercemar tidak dapat keluar dari kota tersebut. Dua puluh tahun yang lalu, Kota Meksiko pernah menempati
peringkat pertama sebagai kota dengan kualitas udara terburuk di dunia. Seperti dikutip AFP, Senin
(11/7/2016), Pacchiano mengatakan kurangnya tiupan angin serta temperatur udara tinggi pada Maret
berkontribusi terhadap meningkatnya level polusi di Mexico City.
Pertambahan jumlah penduduk Meksiko yang kian lama kian meningkat sebanding dengan
peningkatan jumlah kendaraan bermotor khususnya kendaraan pribadi. Beberapa rencaan perbaikan
pencemaran udara telah dilakukan oleh pemerintah, sehingga kondisi udara di kota ini sedikit demi sedikit
mengalami perbaikan. Sekarang, kota ini bahkan tidak tercatat sebagai “10 Kota Terburuk Dalam Kualitas
Udara”.

Pada tugas ini akan dibahas terkait sistem pengendalian pencemaran udara sektor transportasi dan
perumahan, khusunya di Kota Surabaya dan Kota Meksiko. Ruang lingkup pembahasan berupa
implementasi sistem pengendalian pencemaran udara, perencanaan dan target-target yang akan dicapai
dalam tahap-tahap perencanaannya, pelaksanaan sistem pengendalian pencemaran udara dan sistem
evaluasi, serta sistem riset dan pengembangan sistem pengendalian pencemaran udara di masing-masing
kota untuk sektor transportasi dan perumahan. Diharapkan kajian ini dapat menganalisis perbandingan
melalui kelebihan dan kekurangan sistem pengendalian pencemaran udara yang di implementasikan.

II. Perencanaan Sistem Pengendalian Pencemaran Udara Perkotaan

2.1. Kota Surabaya

Pengendalian pencemaran udara dalam sektor transportasi diawali dengan pembuatan perencanaan
serta penentuan target yang akan dicapai. Kebijakan upaya mewujudkan peningkatan sistem transportasi
kota berdasarkan Renstrada Kota Surabaya 2002-2005 adalah sebagai berikut :

a. Program Peningkatan Sistem Transportasi Kota

Program ini bertujuan untuk mewujudkan kelancaran lalu lintas, sedangkan sasarannya adalah
terwujudnya pengelolaan sistem transportasi kota. Untuk melaksanakan program ini ditetapkan beberapa
kegiatan strategis, yakni :

• Optimalisasi Traffic Management System (TMS)


• Penataan sistem transportasi darat
• Pengaturan dan penataan parkiran
• Penyediaan dan pemeliharaan sarana prasarana terminal
• Perubahan model angkutan dengan pola “Two in One” secara selektif dan bertahap.

b. Program Optimalisasi Sarana-Prasarana Jalan dan Jembatan

Program ini bertujuan untuk mewujudkan kelancaran lalu lintas, sedangkan sasarannya adalah
terwujudnya pemeliharaan dan penambahan panjang serta lebar jalan/jembatan. Program ini dilaksanakan
beberapa kegiatan strategis, yakni :

• Pemeliharaan jalan dan jembatan


• Pembangunan dan peningkatan jalan dan jembatan
Kebijakan yang ditetapkan dalam pengelolaan kualitas udara adalah penanganan langsung pada
sumber-sumber pencemar udara area transportasi, yaitu :
a. Beban lalu lintas yang disesuaikan dengan kapasitas jalan atau sesuai dengan daya dukung udara
dan jalan
b. Perencanaan jalan - jalan baru harus memperhatikan daya dukung udara dan jalan kota untuk
mengelolanya
c. Monitoring rutin udara kota dan umur kendaraan terutama di daerah rawan macet dibawah
pengawasan Dinas Lingkungan Hidup kota dan Kepolisian
d. Menetapkan aturan standar umur kendaraan yang layak operasi pada jam sibuk
e. Memberlakukan aturan, larangan dan sanksi bagi pemilik kendaraan yang tidak mematuhinya
f. Melakukan pelatihan terapan pada petugas monitoring dan pengawasan udara dan kendaraan.
g. Perlu meningkatkan kinerja, kedisplinan dan tanggungjawab setiap SDM pada pengelolaan udara
secara rutin

Kementrian Lingkungan Hidup Jawa Timur juga telah melaksanakan amanah undang-undang
maupun peraturan perundangan dibawahnya terkait pengendalian pencemaran udara salah satunya di
Kota Surabaya dengan melakukan berbagai program kegiatan sebagai berikut:

a. Penyusunan dan Pelaksanaan Peraturan Perundangan di Bidang Pengendalian Pencamaran Udara

• Pemberlakuan Baku Mutu udara emisi dan ambien melalui Peraturan Gubernur No. 10 tahun
2009.
• Penerapan kebijakan pemerintah dalam pengendalian pencemaran udara yang dituangkan
dalam Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 1999.
• Penerapan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor: KM 63 Tahun 1993 tentang Ambang Batas
Laik Jalan Kendaraan Bermotor, Kereta Gandengan, Kereta Tempelan, Karoseri dan Baku
Muatan serta Komponen-Komponennya, yang dikontrol oleh Dinas Perhubungan Provinsi
JawaTimur dan di tingkat kabupaten/kota melalui dana APBD;
• Penerapan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor: KM 9 Tahun 2004 tentang Pengujian Tipe
Kendaraan Bermotor, yang dikontrol oleh Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Timur dan di tingkat
kabupaten/kota melalui dana APBD;
• Penerapan Peraturan Menteri Perhubungan RI No. PM 70 Tahun 2015 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, yang dikontrol oleh Dinas Perhubungan Provinsi Jawa
Timur dan di tingkat kabupaten/kota melalui dana APBD;
• Penerapan Peraturan Gubernur Jawa Timur No. 67 tahun 2012 tentang Rencana Aksi Daerah
Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca yang dikontrol oleh SKPD terkait di level Provinsi dengan
dana APBD Provinsi Jawa Timur;

b. Penyediaan anggaran pengelolaan lingkungan melalui dana APBD, Dana Alokasi Khusus, dan Dana
Dekonsentrasi
c. Tindakan persuasif melalui program pembinaan dan penilaian kinerja lingkungan Instansi
Pemerintah, Swasta maupun masyarakat umum yang berdampak pada perbaikan mutu udara:
• Pembinaan pengelolaan lingkungan bagi industri dan kegiatan usaha lainnya, khususnya di sektor
trasnportasi dan perumahan.
• Pelaksanaan Penilaian Kinerja Pengelolaan Lingkungan Perusahaan melalui PROPER
• Penghargaan Kalpataru bagi pelestari dan penyelamat lingkungan.
• Program Adiwiyata, Program Desa/Kelurahan Bersih Sehat Lestari (Berseri), dan Program
Kota/Kabupaten Sehat, dimana salah satu indikatornya adalah perindangan dan Hutan Kota.
• Perolehan Jawa Timur dalam penghargaan dan prestasi di bidang lingkungan sangat menonjol,
penghaargaan Adiwiyata, Kabupaten/Kota Sehat, dan Kalpataru mendapatkan penghargaan
terbanyak se Indonesia.
• Pemberian penghargaan lingkungan di tingkat lokal seperti Desa Berseri, Program Kampung
Iklim.
• Pemberian penghargaan terhadap pengelolaan lingkungan terhadap industri seperti PROPER
oleh KLHK serta Industri Hijau oleh Kementerian Perindustrian

d. Tindakan represif berupa pelaksanaan Pengawasan dan Penegakan Hukum Lingkungan


e. Pemantauan rutin kualitas udara ambien secara rutin pada lokasi pemukiman, lalu lintas padat dan
sekitar industri.
f. Kegiatan untuk menurunkan beban pencemaran dan pemberdayaan masyarakat terkait pengendalian
pencemaran udara.

• Kegiatan Car Free Day hampir di setiap kabupaten/kota, diantaranya: Kota Surabaya, Kota
Probolinggo, Kota Kediri, dll.
• Penghijauan dan reboisasi, melalui: Gerakan penanam satu milyar pohon melalui OBIT,
perindangan jalan, pemanfaatan pekarangan melalui Program Kawasan Rumah Pangan Lestari.
• Penerapan ecco office melalui surat edaran Gubernur Jawa Timur.

Pengendalian pencemaran udara akibat kendaraan bermotor mencakup upaya-upaya pengendalian


baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga dapat menurunkan tingkat emisi dari kendaraan
bermotor secara efektif, antara lain (Sutrajad ,2006) :

a. Mengurangi jumlah mobil Mengurangi jumlah mobil lalu lalang, misalnya dengan jalan kaki, naik
sepeda, kendaraan umum atau naik satu kendaraan pribadi bersama teman-teman (car pooling);
b. Melakukan perawatan mobil dengan saksama agar tidak boros bahan bakar dan asapnya tidak
mengotori udara,
c. Meminimalkan pemakaian AC dengan memilih AC non-CFC dan hemat energi;
d. Memilih bensin yang bebas timbal.

Sedangkan menurut Irawan (2009) yaitu dengan menggunakan pemanfaatan teknologi pengontrolan
gas emisi, antara lain :

a. Modifikasi mesin;
b. Modifikasi pada saluran gas buang;
c. Modifikasi penggunaan bahan bakar atau sistem bahan bakarnya.
Menurut Machsus (2008) menyatakan bahwa dengan menggunakan bahan bakar alternatif
merupakan salah satu bentuk upaya perbaikan kualitas udara di Kota Surabaya. Bahan bakar alternatif,
selain BBM yang dapat digunakan diantaranya : CNG (Compressed Natural Gas), LPG (Liquid Petroleum
Gas) dan juga bensin super TT sudah mulai digunakan di Indonesia walaupun masih dalam skala terbatas.

2.2. Kota Meksiko

Pemerintah Meksiko berencana menanam 18 juta pohon di wilayah ibu kota dan sekitarnya sebagai
upaya memerangi polusi udara yang semakin mengkhawatirkan. Langkah lain yang diumumkan Pacchiano
termasuk mengganti 1.000 kendaraan taksi yang sudah berumur lebih dari 10 tahun dengan mobil hidrida.
Ia juga berencana menjalankan program pembaruan bagi kendaraan kargo dan transportasi
massal. Perencanaan yang dilakukan kota Meksiko untuk mengendalikan pencemaran uadara yang terjadi
anatar lain yaitu:

a. Memberlakukan standar kontrol emisi mobil baru yang semakin ketat


b. Meningkatkan kualitas bahan bakar dengan mengurangi kandungan sulfur dari bensin dan solar
sehingga teknologi kendaraan baru dapat diperkenalkan.
c. Melaksanakan Program Verifikasi Kendaraan yang semakin ketat dan canggih secara teknis untuk
pemeriksaan semi-tahunan sistem pengendalian emisi kendaraan.
d. Meningkatkan penggunaan transportasi umum berkapasitas tinggi dengan memperluas jalur metro,
memperkenalkan bus rapid transit, meningkatkan kualitas layanan dan keamanan pribadi dan
memfasilitasi transfer antar moda.
e. Berikan pinjaman berbunga rendah untuk substitusi taksi.
f. Pembangunan jalan dan infrastruktur lainnya

III. Pelaksanaan Sistem Pengendalian dan Sistem Evaluasi Pencemaran Udara Perkotaan

3.1. Kota Surabaya

Menurut Nanny (2008) menyatakan bahwa dampak-dampak pencemaran udara kendaraan bermotor
dapat juga dicegah dengan cara pemilihan rute lalu lintas yang cukup jauh dari areal berpenduduk dan
mengurangi kemacetan lalu lintas, misalnya dengan pembuatan jalan bypass tidak memasuki areal
permukiman, mempertahankan integritas komersial dan sosial jalan, tapi masih membolehkan akses ke
jalan raya. Selain itu juga, dapat dilakukan mitigasi perbaikan desain untuk meminimalkan pencemaran
udara akibat kendaraan bermotor yang meliputi :

a. Pemilihan alinyemen jalan tidak melalui daerah dekat permukiman, sekolah dan perkantoran;
b. Menyediakan kapasitas jalan yang cukup memadai untuk menghindari kemacetan lalu lintas dengan
proyeksi peningkatan arus lalu lintas di masa yang akan datang;
c. Menghindari penempatan perpotongan jalan yang sibuk;
d. Memperhitungkan pengaruh arah angin dalam penentuan lokasi jalan dan bangunan pelengkapnya,
seperti penempatan pompa bensin di dekat permukiman;
e. Sebisa mungkin harus menghindari lereng curam dan belokan tajam yang akan mendorong
penurunan atau peningkatan kecepatan serta shifting;
f. Laburi jalan-jalan yang berdebu terutama di daerah-daerah padat penduduk;
g. Penanaman vegetasi yang tinggi, berdaun lebat dan juga rapat diantara jalan dan pemukiman untuk
menyaring pencemaran udara.

Sampai saat ini program-program kegiatan yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Surabaya
dalam rangka pengendalian pencemaran udara adalah sebagai berikut:
a. Penataan Ruang, distribusi dan penataan kawasan-kawasan pusat perekonomian ke seluruh wilayah
kota Surabaya, sehingga mengurangi jumlah perjalanan (travel) atau mengurangi konsentrasi
transportasi di ruas-ruas jalan tertentu.
b. Pengoperasian 5 (lima ) Stasiun Pemantau Permanen (Fix Station) Kualitas Udara Kota Surabaya,
sehingga apabila terjadi peningkatan pencemaran udara maka dapat segera diambil tindakan untuk
antisipasi. Pengoperasian Jaringan Pemantauan Kualitas Udara Ambien dilakukan berdasarkan
tingkat konsentrasi pencemar dan penyebaran pencemar. Berdasarkan survey lokasi bersama Tim
BAPEDAL Pusat, Tim Pemerintah Austria, Tim Pemerintah Kota Surabaya, Tim BAPEDAL Propinsi
Jawa Timur, ditetapkan lokasi penempatan Stasiun Pemantauan Kualitas Udara Ambient, sebagai
berikut:
• Fixed Station 1, terletak di halaman Taman Prestasi, Jalan Ketabang Kali (mewakili Surabaya
Pusat sebagai daerah pusat kota, permukiman, perkantoran dan perdagangan)
• Fixed Station 2, terletak di halaman kantor Kelurahan Perak Timur, Jalan Selangor (mewakili
Surabaya Utara sebagai daerah pergudangan dan industri).
• Fixed Station 3, terletak di halaman kantor Pembantu Walikota Surabaya Barat, Jalan
Sukomanunggal (mewakili Surabaya Barat sebagai daerah permukiman, daerah pinggir kota).
• Fixed Station 4, di halaman Kecamatan Gayungan, Jalan Gayungan (mewakili Surabaya
Selatan sebagai daerah permukiman dan dekat dengan lokasi Tol Surabaya- Gempol).
• Fixed Station 5, di halaman Convention Hall, Jalan Arif Rahman Hakim (mewakili Surabaya
Timur sebagai daerah permukiman, kampus, perkantoran)
c. Kegiatan Kampanye Car Free Day, untuk meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat
tentang perbaikan kualitas udara serta memberikan pengetahuan tentang permasalahan transportasi
dan polusi udara
d. Mengurangi jarak tempuh, waktu tempuh (travel time), memperlancar arus lalu-lintas sehingga
menaikkan kecepatan rata-rata kendaraan melalui managemen lalu-lintas (ATCS).
e. Konsep kebijakan transportasi massal di Surabaya untuk program jangka pendek yaitu perubahan
moda angkutan dari 2 angkutan kota ke 1 bus mini, dan konsep transportasi kota yang berkelanjutan
untuk program jangka panjang dengan beberapa kebijakannya seperti :
• Memperbaiki sistem angkutan umum
• Menyusun program penyelenggaraan bus-bus kota yang ramah lingkungan
• Meningkatkan perilaku berkendaraan
• Menggalakkan penggunaan non motorize vehicle (sepeda)
• Memperbaiki fasilitas dan keselamatan bagi pejalan kaki
• Memulai program perintis dengan bahan bakar tanpa timbal
f. Kegiatan Kampanye Penggunaan BBG, penggunaan Bahan Bakar Gas untuk kendaraan dinas
Pemerintah Kota Surabaya sebagai salah satu bentuk upaya penggunaan Teknologi Bersih.
Demikian pula dengan kegiata sosialisasi dan substitusi bahan bakar seperti penggunaan bahan
bakar gas (LPG) dan Super TT (tanpa timbal) serta pembangunan stasiun pengisian BBG
g. Program Langit Biru, dengan substansi kegiatan pemantauan dan pemeriksaan kualitas udara
ambient pada kawasan indstri dan area transportasi, melakukan sosialisasi dan publikasi Program
Langit Biru melalui media brosur, leaflet dan stiker; seminar atau lokakarya, pemberdayaan
masyarakat dan pilot proyek.
h. Pembangunan industri di Kota Surabaya diarahkan pada industri non-polutif yang dapat
menghasilkan keunggulan kompetitif.
i. Meningkatkan peran serta swasta dan dunia usaha dalam penyediaan fasilitas pengujian layak emisi
gas buang.
j. Membangun Ruang Terbuka Hijau (RTH), mengupayakan reboisasi menghasilkan oksigen yang
sangat kita perlukan, sementara karbondioksida yang dihasilkan oleh mesin-mesin kendaraan
bermotor maupun industri pabrik akan diserap oleh tumbuhan tersebut. Selain itu, tumbuh-tumbuhan
yang rindang dapat mengatasi panasnya suhu yang diakibatkan oleh pembakaran pada mesin
kendaraan bermotor terutama pada saat lalu lintas padat.

Pemerintah Kota Surabaya juga telah melakukan beberapa program melalui lembaga/dinas terkait,
swasta maupun masayarakat. Beberapa programnya adalah:
a. Telah dicanangkan penggunaan bensin tanpa timbal di Surabaya sejak beberapa tahun terakhir
b. Beberapa gerakan penghijauan (oleh pemerintah, swasta maupun masyarakat), seperti: gerakan
sejuta pohon, gerakan bakti penghijauan pemuda, anjuran perindangan dan kebersihan sekolah,
anjuran taman kantor dan rumah tinggal.
c. Pelaksanaan uji kir bagi kendaraan umum secara berkala oleh Dinas Perhubungan.4.
d. Pelaksanaan uji emisi kendaraan dinas/operasional di lingkungan Pemerintah Kota Surabaya.
e. Penataan tata ruang wilayah dan mempertahankan kawasan Ruang Terbuka Hijau Kota (RTHK) atau
taman kota.
f. Gerakan Car Free Day setiap hari minggu dan Car Free Night setiap tahunnya.
g. Pelaksanaan pemantauan kualitas udara ambien melalui Air Quality Mangement System (AQMS
atau ISPU) secara kontinyu dan sifatnya permanen.

3.2. Kota Meksiko

Beberapa program yang telah diterapkan kota Meksiko untuk mengurangi polusi udara adalah
sebagai berikut:

a. Membangun metrobus untuk menggantikan bus yang tidak ramah lingkungan


Layanan metrobus di kota Meksiko telah dimulai sejak tahun 2002. Pada tahun 2009, Mexico City
Metrobus System mendapatkan penghargaan The Roy Family Award for Environmental Partnership
dari The John F. Kennedy School of Government, Harvard University. Penghargaan ini diberikan
karena metrobus dianggap secara signifikan berperan dalam perbaikan kualitas udara dan
memudahkan para pengguna transportasi publik. Selain itu, jarak waktu yang ditempuh dapat
dikurangi sebanyak 50% dibandingkan dengan menggunakan bus biasa. Diperkirakan dengan
adanya metrobus ini emisi karbondioksida dapat dikurangi sebanyak 80,000 ton setiap tahun.
b. Mengganti taksi lama dengan taksi yang berbahan bakar lebih ramah lingkungan
Taksi dianggap bertanggung jawab sebanyak 35% dari emisi yang dihasilkan oleh kendaraan
bermotor. Pada awal program tersebut diterapkan, Meksiko memiliki 103.000 taksi yang terdaftar.
Sebagai permulaan, pemkot mengganti 3000 taksi yang telah berusia 8 tahun atau lebih. Mekanisme
penggantian tersebut adalah sebagai berikut :
• Pemerintah kota membuat program “Government of Mexico City’s Taxi Substitution Program”
bekerjasama dengan Nacional Financiera, Grupo Financiero Banorte, Secretariat of
Transportation dan Mexico City’s Secretariat of the Environment.
• Pemerintah kota mensubsidi pemilik taksi yang berkeinginan mengganti taxinya, masing2
sebesar 15000 peso.
• Pengemudi taksi melunasi pinjaman dalam jangka waktu 4 tahun dengan membayar 760-870
peso setiap bulan (sekitar 70 sampai 80 USD).
c. Menerapkan “Hoy No Circula” terhadap kendaraan pribadi
Program ini telah dilakukan sejak tahun 1989, jauh sebelum walikota Meksiko yang sekarang,
Marcelo Ebrard mencanangkan Plan Verde. “Hoy No Circula” (No Driving Today) adalah hari dimana
kendaraan pribadi dilarang beroperasi dari jam 05.00-22.00. Kendaraan yang dimaksud adalah
sebagai berikut :
• Hari Senin, kendaraan dengan plat nomer berakhiran 5 dan 6 dan berwarna stiker kuning
• Hari Selasa, kendaraan dengan plat nomer berakhiran 7 dan 8 dan berwarna stiker merah
muda
• Hari Rabu, kendaraan dengan plat nomer berakhiran 3 dan 4 dan berwarna stiker merah
• Hari Kamis, kendaraan dengan plat nomer berakhiran 1 dan 2 dan berwarna stiker hijau
• Hari Jumat, kendaraan dengan plat nomer berakhiran 9 dan 0 serta kendaraan dengan ijin
khusus dan berwarna stiker biru
Pada tahun 2008, Marcelo Ebrard memperpanjang Hoy No Circula sampai dengan hari Sabtu.
Kendaraan-kendaraan yang dimaksud adalah sebagai berikut :
• Hari Sabtu pada minggu pertama setiap bulan, kendaraan dengan no. plat berakhiran 5
dan 6 dan berwarna stiker kuning
• Hari Sabtu pada minggu kedua setiap bulan, kendaraan dengan no. plat berakhiran 7 dan
8 dan berwarna merah muda
• Hari Sabtu pada minggu ketiga setiap bulan, kendaraan dengan no. plat berakhiran 3 dan
4 dan berwarna stiker merah
• Hari Sabtu pada minggu keempat setiap bulan, kendaraan dengan no. plat berakhiran 1
dan 2 dan berwarna stiker hijau
• Hari Sabtu pada minggu kelima setiap bulan (jika ada), kendaraan dengan no. plat
berakhiran 9 dan 0 serta, kendaraan dengan no plat yang tidak terdiri dari nomer (hanya
terdiri dr huruf saja) dan berwarna stiker biru.
d. Penambahan Line Metro
Meksiko telah mempunyai sistem transportasi kereta api bawah tanah sejak tahun 1969. Sistem
transportasi bawah tanah ini adalah yang terbesar ke-2 di Amerika Utara setelah New York City.
Total line yang dimiliki oleh Meksiko pada saat ini adalah 12 line.
e. Menerapkan Sistem Bike-Sharing. Alasan pembangunan jalur sepeda di Meksiko, selain untuk
mengurangi polusi udara adalah untuk membiasakan agar penduduk kota melakukan aktivitas fisik.
Meksiko menempati peringkat pertama di dunia sebagai negara dengan tingkat obesitas tertinggi.
Penyebabnya adalah kebiasaan memakan junk food dan kurangnya aktivitas fisik. Ada dua system
bike-sharing di Meksiko, yaitu cicloestaciones dan ecobici. Mekanisme cicloestaciones adalah
penyewa dapat menggunakan sepeda maksimal 3 jam, namun harus meninggalkan kartu
identitasnya.
f. Pelaksanaan proyek jangka panjang yang dinamakan “Plan Verde (rencana hijau)”.
Meksiko telah menemukan cara terbaik untuk membersihkan polutan di udara. Kolom tiang
penyangga jembatan layang dimanfaatkan pemerintah Kota Meksiko sebagai lebih dari 600.000
m2 media vertical garden dengan proyek bernama Via Verde. Proyek ini mampu meningkatkan
kualitas udara perkotaan di Mexico City serta menambah keestetikaan kota. Selain beberapa hal
tersebut, vertical garden ini juga mampu memproduksi oksigen untuk lebih dari 25.000 manusia
setiap tahunnya, menyerap lebih dari 27.000 ton gas berbahaya, menjerap lebih dari 11.000 pon
debu, dan dapat menjadi penangkap air hujan yang kemudian dimanfaatkan bersama grey water
sebagai air penyiram tanaman kota (Via Verde Mexico, 2017). Tanaman pada vertical garden ini
tidak ditanam pada media tanah, melainkan menggunakan media kain yang terbuat dari limbah
botol plastik dimana memiliki densitas yang sama dengan tanah. Langkah ini tidak hanya baik untuk
lingkungan, tetapi juga mampu mengurangi rasa stress para pengguna jalan.

VI. Sistem Riset dan Pengembangan Sistem Pengendalian Pencemaran Udara Perkotaan

Untuk menjaga kualitas udara yang dicanangkan dalam program langit biru dan mengurangi
kebisingan, maka perlu dilakukan upaya-upaya pengelolaan dan pemantauan serta penetapan kebijakan
yang mendukung program tersebut, diantaranya:
a. Perlu dilakukan koordinasi dengan Dinas Perhubungan Kota Surabaya untuk membatasi umur
kendaraan yang beroperasi di jalan sehingga dapat mengurangi emisi gas buang.
b. Melibatkan pihak swasta, sekolah menengah atas dan perguruan tinggi negeri dan swasta untuk ikut
melaksanakan hari tanpa mobil.
c. Penyusunan inventarisasi emisi.
d. Restrukturisasi dan reformasi angkutan umum.
e. Perbaikan sarana transportasi tidak bermotor.
f. Penguatan pengujian emisi kendaraan bermotor.
g. Penyediaan informasi publik mengenai pemantauan kualitas udara.
h. Perbaikan alat Air Quality Management System (AQMS atau ISPU) yang rusak dengan berkordinasi
dengan Kementrian Lingkungan Hidup.

Pelaksanaan pengendalian pencemaran udara sektor transportasi di Surabaya salah satunya adalah
dengan menggunakan Ruang Terbuka Hijau. Kebijakan pengelolaan Ruang Terbuka Hijau di Surabaya
sudah tercantum dalam Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2002 Tentang Pengelolaan Ruang Terbuka
Hijau. Perda tersebut mengatur proporsi luas ruang terbuka hijau yang ditetapkan dan diupayakan secara
bertahap sebesar 30% dari luas wilayah kota. Luasan RTH publik yang telah di

Tabel 1. Luasan Ruang Terbuka Hijau Publik di Kota Surabaya

Sumber: Bappeko Surabaya 2016 dalam Puri, 2017

Ruang terbuka hijau (RTH) yang ada di Kota Surabaya telah memenuhi target luasan RTH sesuai
Peraturan Daerah No. 3 Tahun 2007 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya, dimana
ditetapkan RTH diupayakan 20 % dari luas kota. Pada tahun 2015 jumlah ruang terbuka hijau (RTH) di
Kota Surabaya sudah mencapai 30 persen yang terdiri 20 persen ruang terbuka hijau publik dan 10 persen
ruang terbuka hijau privat. Peningkatan luas ruang terbuka hijau (RTH) di Surabaya dilakukan melalui
berbagai kebijakan pengelolaan Ruang Terbuka Hijau yang didukung oleh berbagai program diantaranya
program satu jiwa satu pohon, green and clean Surabaya dan konsentrasi hutan mangrove. Selain adanya
program tersebut juga dilakukan dengan mengembalikan lahan hijau yang sebelumnya dialihfungsikan
sebagai SPBU menjadi lahan dengan fungsi awal yaitu ruang terbuka hijau (RTH) kota yang berupa taman
baik aktif maupun taman pasif. Program Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau di Kota Surabaya tahun 2010-
2015 dilakukan dengan penataan ruang terbuka hijau, pemeliharaan dan pengadaan sarana dan
prasarana, pembangunan hutan kota, pengembangan dekorasi kota, pengelolaan kawasan lindung pesisir,
pengawasan dan pengendalian ruang terbuka hijau.

Ruang terbuka hijau kota di Surabaya dibedakan menurut fungsi dan kegiatannya, antara lain :
• Taman Monumen, merupakan ruang terbuka hijau yang diperuntukkan sebagai perletakan
monumen atau patung perjuangan. Hal demikian dapat dipahami mengingat predikat kota
Surabaya sebagai kota pahlawan. Taman monumen yang paling menonjol adalah taman
monumen Tugu Pahlawan, disamping taman inseden Jembatan Merah Surabaya. Khusus
taman monumen Tugu Pahlawan telah dilakukan pembenahan atau pembangunannya pada
tahun 1991, meliputi kegiatan pengisian benda-benda museum atau bersejarah.
• Taman Jalur Hijau Jalan, merupakan ruang terbuka hijau yang terletak di median jalan yang
cukup lebar sehingga memungkinkan untuk dibuat jalan. Taman tersebut bersifat pasif, karena
memiliki keleluasaan yang cukup seringkali dimanfaatkan oleh sebagian warga masyarakat
sebagai tempat kegiatan bermain sepak bola, yang pada akhirnya dapat mengganggu
kelancaran lalu lintas dan membahayakan keamanan lalu lintas.
• Taman Rotonde, merupakan ruang terbuka hijau yang mempunyai luas bervariasi, yang terletak
dipersimpangan jalan atau sebagai pulau-pulau jalan. Umumnya dapat dimanfaatkan sebagai
taman pasif. Masalah yang dihadapi taman rotonde terutama jika terjadi keramaian ataupun
unjuk rasa yang saat ini sedang marak, biasanya akan menjadi rusak.
• Taman Lingkungan, adalah ruang terbuka hijau yang pada mumnya dikelilingi jalan, dengan
bentuk lahan persegi, bulat ataupun oval. Pada umumnya taman lingkungan merupakan taman
aktif yang dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan warga masyarakat untuk bersantai, olah raga,
anak bermain. Mengingat terbatasnya lapangan olah raga, seringkali taman lingkungan menjadi
ajang tempat bermain sepak bola.
• Taman Bermain, lokasi dan bentuk umumnya sama dengan taman lingkungan, hanya karena
fungsinya dikhususkan untuk bermain anak-anak, maka taman tersebut dilengkapi dengan
elemen-elemen khusus untuk sarana bermain anak.
• Taman Kantor, merupakan ruang terbuka hijau yang tidak dapat dipisahkan dengan keberadaan
kantor mengingat taman tersebut menjadi satu kesatuan dari kantor dan berfungsi sebagai
ruang luar, sebagai contoh di taman surya Surabaya.
• Taman Stren/Bantaran Sungai, merupakan ruang terbuka hijau yang sangat luas karena
utamanya sebagai lahan pengaman berupa jalur hijau, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai
taman rekreasi. Saat ini taman bantaran sungai yang paling dikenal di Surabaya adalah taman
Prestasi di jalan Ketabangkali dan taman Monkasel di kawasan jembatan Gubeng.
• Lapangan Olah raga, merupakan ruang terbuka hijau yang dimanfaatkan sebagai sarana atau
tempat olah raga bagi warga kota. Di kawasan pinggiran kota umumnya berasal dari tanah-
tanah ex ganjaran di tingkat Kelurahan.
• Taman Kampus, berfungsi sebagai ruang luar yang dapat dimanfaatkan ebagai sarana rekreasi,
olah raga, penghijauan dan pelestarian tanaman, sebagai contoh kawasan kampus ITS memiliki
potensi yang cukup besar bagi perluasan ruang terbuka hijau dan sekaligus berfungsi sebagai
media pendidikan.
Program pengembangan kebijakan lingkungan aspek transportasi sebagai sumber pencemar
kualitas udara area transportasi ke depan adalah sebagai berikut :
a. Program peningkatan peran serta masyarakat, yang bertujuan untuk meningkatkan partisipasi,
mendidik, dan membentuk opini masyarakat pengguna serta pengelola jasa angkutan mengenai
program langit biru dan konservasi energi. Program tersebut dapat dirinci sebagai berikut:
• Program kampanye dan penyuluhan kepada masyarakat tentang program langit biru, uji
emisi gas buang dan kampanye car free day
• Program pemberian penghargaan kepada perusahaan angkutan yang aktif melakukan
upaya konservasi energi dan penekanan polusi.
• Program pembinaan dan pelatihan mengenai konservasi energi kepada bengkel-bengkel
untuk mengurangi terjadinya peningkatan emisi gas buang kendaraan
• Program sosialisasi perluasan peng-gunaan BBG termasuk didalamnya adalah
pembangunan stasiun BBG
• Program penertiban PKL, parkir liar, pasar tradisional, dan terminal liar - Program pengujian
kendaraan pribadi dan kendaraan umum
• Program sosialisasi penggunaan catalytic conveyor dan electronically fuel injection sistem
pada perusahaan otomotif sebelum kendaraan dipasarkan.
b. Program Pemeliharaan, Peningkatan dan Pembangunan Jalan, sarana dan prasarananya,
meliputi :
• Pemeliharaan jalan rutin maupun secara periodik berupa peningkatan jalan, pembuatan
saluran tepi, pembuatan trotoir, pengecatan marka jalan, perbaikan rambu-rambu lalu-
lintas, dan pemasangan/pemeliharaan Penerangan Jalan Umum (PJU)
• Pembangunan jalan
• Penyusunan studi perencanaan jalan dan jembatan
c. Program Managemen Lalu-Lintas, yang bertujuan meningkatkan kapasitas jalan dan
memperlancar arus lalu-lintas. Program –program tersebut meliputi :
• Program pelaksanaan studi ATCS
• Program pemeliharaan sarana dan prasarana penunjang jalan seperti PJU, marka jalan,
dan rambu-rambu lalu-lintas
• Program penerapan jalur khusus bus, kendaraan MPU, MPP, kendaraan roda dua
• Program uji coba penerapan pembatasan lalu-lintas kawasan-kawasan tertentu
• Program penyusunan SIM untuk bidang transportasi
• Program studi alternative angkutan massal Kota Surabaya untuk mengurangi kemacetan
lalu-lintas dan polusi udara
• Program penyelenggaraan transportasi air yang dilengkapi dengan kegiatan sosialisasi dan
pembangunan dermaga bus air
• Program Penataan Angkutan Umum
d. Program Pembinaan dan Pengawasan yang meliputi :
• Program perluasan jaringan bengkel-bengkel Pengujian Kendaran Bermotor (PKB) untuk
mengantisipasi wajib uji kendaraan pribadi
• Program perbaikan sistem pengujian kendaraan bermotor
• Program Pemantauan / monitoring pelaksanaan pengujian kendaraan bermotor
• Program penataan parkir on street maupun off street
• Optimalisasi sarana jembatan penyebe-rangan
• Program Penerapan pajak progresif maupun penerapan pajak kendaraan ber CC besar dan
keringanan pajak untuk proyek angkutan massal
• Program Penyusunan Perda mengenai pembatasan umur kendaraan.
• Program penertiban pelanggaran
• Program peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia berupa pelatihan, dan pendidikan,
studi banding dan pelaksanaan kegiatan penelitian
e. Program Monitoring Pencemaran Udara, yang meliputi
• Kegiatan pengoperasian Jaringan Pemantau Kualitas Udara (AQMS) yang digunakan untuk
memberikan informasi kepada masyarakat mengenai kualitas udara kota Surabaya
• Kegiatan perluasan jaringan distribusi stasiun-stasiun bahan bakar non-timbal sampai ke
konsumen

DAFTAR PUSTAKA

Abubakar Iskandar, (2006). Perkiraan Penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk Transportasi
Darat, Badan Litbang Perhubungan Departemen Perhubungan RI Jakarta.

Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya. 2017. Laporan Pemeliharaan Stasiun Monitoring
Udara Ambient. Surabaya: Dinas Lingkungan Hidup Kota Surabaya

Irawan, Denny. (2016). Collaborative Governance (Studi Diskriptif Proses Pemerintahan Kolaboratif
dalam Pengendalian Pencemara Udara di Kota Surabaya). IR.Perpustakaan Universitas
Airlangga.

Irawan RM Bagus. 2009. Efektivitas Pemasangan Catalytic Converter Kuningan Terhadap Penurunan
Emisi GasCarbon Monoksida pada Kendaraan Motor Bensin.Traksi. Vol. 9. No. 1, Juni,
http://jurnal.unismus.ac.id.

Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia, Evaluasi Kualitas Udara Perkotaan (EKUP) tahun
2014. http://www.menlh.go.id/pengelolaan-kualitas-udara-melalui-penerapan-transportasi-
berkelanjutan/

Machsus, Basuki R. 2008. Penggunaan BBG pada Kendaraan Bermotor di Kota Surabaya. Jurnal
Aplikasi: Media Informasi & Komunikasi Aplikasi Teknik Sipil Terkini, Volume 4, Nomor 1, Februari.

Molina, Mario J, Molina, Luisa T. (2017). Improving Air Quality in Megacities: Mexico City Case Study.
Massachusetts Institute of Technology. USA.

Nanny K, G. Gunawan, 2008. Polusi Udara Akibat Aktivitas Kendaraan Bermotor di Jalan Perkotaan
Pulau Jawa dan Bali, Puslitbang Jalan dan Jembatan.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1077/ Menkes/ Per/ V/ 2011 tentang pedoman
Penyehatan Udara dalam Ruang Rumah.

Puri, Herati Sekar. (2017). Perbandingan Pengelolahan Ruang Terbuka Hijau Kota Semarang dan Kota
Surabaya Tahun 2010-2015. Universitas Diponegoro.

Prasetyo, Adhi Dwi. (2016). Kendaraan Pribadi Penyumbang Pencenaran Udara Terbesar di Surabaya.
https://ehsurabaya.wordpress.com/2016/02/17/kendaraan-pribadi-penyumbang-pencemaran-
udara-terbesar-di-surabaya/

Simanjuntak A.G. (2007). Pencemaran Udara.Buletin Limbah Vol. 11 No.1. Pusat Teknologi Limbah
Radioaktif.

Rini, Titien Setiyo. (2005). Kebijakan Sistem Transportasi Kota Surabaya dalam Rangka Pengendalian
Pencemaran Udara Area Transportasi. Jurnal Rekayasa Perencanaan. Vol. I, No.2.

Via Verde Mexico. 2017. Escribamos juntos una mejor historia VÍA VERDE.
https://www.youtube.com/watch?v=_M_PSoOZoac.

Widjajanti, Wiwik Widyo. (2016). Keberadaan dan Optimasi Ruang Terbuka Hijau bagi Kehidupan Kota.
Institut Teknolohi Adhi Tama Surabaya.

Yusrianti. (2014). Studi Literatur tentang Pencemaran Udara akibat Aktivitas Kendaraan Bermotor di
Jalan Kota Surabaya. Jurnal Teknik Lingkungan. Vol.1, No.1.

https://www.kompasiana.com/giustizia/transportasi-dan-perbaikan-kualitas-udara-di-meksiko-
city_550f699fa33311ac2dba8622

Anda mungkin juga menyukai