Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH TEKNIK KOROSI

KOROSI HIDROGEN

Hidrogen damage adalah istilah umum yang mengacu pada kerusakan mekanis dari
logam yang disebabkan adanya interaksi antara logam dengan hidogen. Kerusakan yang
diakibatkan oleh hydrogen damage ini seperti tebentuknya crack, blistering, pembuntukan
hidrida, serta berkurangnya sifat ductilitas dari benda tersebut. Hydrogen damage sendiri
diklasifikasikan menjadi empat tipe yangberbeda :

1. Hydrogen Blistering
Hydrogen blistering diakibatkan dari penetrasi hidrogen ke dalam logam. Contoh dari
hydrogen blistering seperti gambar di bawah ini. Hydrogen blistering dapat terjadi
ketika hydrogen memasuki logam akibat adanya reaksi reduksi pada katoda logam.
2. Hydrogen Embrittlement
Hidrogen embrittlement disebabkan penetrasi hydrogen ke dalam logam yang mana
kan megakibatkan hilangnya ductility dan tensile strength.
3. Decarburization
Decarburization, atau pemindahan atom karbon dari baja adalah sering terjadi pada
hydrogen lembab pada temperature yang tinggi. Decarburization mengakibatkan
turunnya tensile strength pada baja.
4. Hydrogen Attack
Hydrogen attack terjadi pada interaksi antara hydrogen dan komponen paduan yang
dalam temperature yang tinggi.

1. Hydrogen Blistering
Atom hidrogen (H) adalah salah satu jenis atom yang mampu berdifusi
melewati baja dan logam lainnya. Bentukan molekul hidrogen (H 2) tidak berdifusi
ke dalam logam. Jadi hidrogen damage hanya dihasilkan oleh atom bentukan
hidrogen. Penyebab dari hydrogen damage ialah temperatur tinggi pada atmosfer
yang lembab, proses korosi, dan elektrolisis. Reduksi dari ion hidrogen melibatkan
produksi dari atom hidrogen dan susunan molekul hidrogen. Karena itu, korosi dan
pengaplikasian dari perlindungan katodik, electroplating, dan proses lainnya
merupakan sumber penting dari hidrogen pada logam. Substansi tertentu seperti
ion sulfida dan fosfor dapat mereduksi dari ion hidrogen.

Hydrogen blistering terjadi ketika hidrogen masuk pada logam akibat dari
reaksi reduksi pada katoda logam. Atom hidrogen (H) akam menyebar melalui
logam sampai atom-atom itu bertemu dengan atom lain, biasanya terjadi pada
inklusi atau cacat pada logam. Molekul hidrogen yang dihasilkan kemudian
berpindah secara besar-besaran dan dapat menjadi terjebak. Akhirnya gas
menumpuk sehingga melepuh dan dapat membelah logam seperti yang ditunjukkan
pada gambar di atas.
Apa yang menyebabkan hidrogen blistering? Ion hidrogen direduksi menjadi
atom hidrogen yang menyerap pada permukaan baja. Beberapa atom hidrogen akan
menyebar melalui baja dan menumpuk menjadi terperangkap.Ketika terperangkap
dan atom hidrogen bertemu, mereka membentuk molekul gas gidrogen (H 2).
Akumulasi gas hidrogen dalam logam sangat kecil akan menyebabkan
penumpukan tekanan hidrogen yang berlebihan. Pada waktu tertentu tekanan
hidrogen ini akan menyebabkan hidrogen melepuh.

Hidrogen blistering dapat dicegah dengan cara tindakan berikut:


1. Menggunakan baja bersih, substitusi membunuh baja sangat meningkatkan
resistensi terhadap blistering hidrogen karena tidak adanya void dalam
material ini.
2. Menggunakan lapisan. Lapisan logam, anorganik, organik dan liners sering
digunakan untuk mencegah terik hidrogen kontainer baja. Untuk menjadi
sukses, lapisan atau kapal harus tahan terhadap hidrogen penetrasi dan
tahan terhadap media yang terkandung dalam tangki. Berpakaian dengan
austenitic stainless steel baja nikel sering digunakan untuk tujuan ini.
Juga, karet dan plastik lapisan dan lapisan batu bata sering digunakan.
3. Menggunakan inhibitor. Inhibitor dapat mencegah terik sice, mengurangi
tingkat korosi dan tingkat pengurangan ion hidrogen. Inhibitor biasanya
digunakan dalam sistem tertutup dan penggunaanya terbatas dalam sekali
melalui sistem.
4. Menghilangkan racun blistering biasanya terjadi di korosif hydrogen-
evolution media yang mengandung racun seperti sulfida, senyawa arsen,
cyanides, dan phosphorous-containing ion dan jarang terjadi dalam asam
murni corrosives. Banyak dari racun ini yang ditemui dalam minyak
bumi. Yang menjelaskan cara blistering adalah masalah yang utama dalam
minyak bumi industri.
5. Mengganti paduan yang mengandung nikel steels menjadi aloi nikel-
dasar yangmemiliki laju difusi hidrogen sangat rendah dan sering
digunakan untuk mencegah terik hidrogen.

2. Hydrogen Embrittlemet

hydrogen embrittlement yang ditimbulkan oleh masuknya atom hydrogen kedalam


logam disebut juga Hidrogen Induced Cracking (HIC) . Di dalam material logam, atom-atom
hidrogen ini bergabung menjadi molekul (H2) .
Sumber atom hydrogen ini bisa berasal dari proses elektrokimia seperti proteksi
katodik, elektroplatting maupun factor lingkungan seperti adanya H2S,aktivitas bakteri
anaerob (Sulphate Reducing Bacteria) Hidrogen dalam atmosfer maupun jenis zat kimia
lainnya. Selain dari pada itu pemilihan jenis material logam juga sangat berpengaruh untuk
mengatasi serangan hydrogen ini. Baja Alloy dengan kekerasan tinggi, nickel dan titanium
alloy adalah logam yang paling rentan terhadap serangan hydrogen, Baja dengan nilai ultimate
Tensile Strenght (UTS) dibawah 1000 MPa (~145,000 psi) termasuk baja yang rentan terhadap
serangan hydrogen

Serangan hydrogen dapat juga didapatkan dari pengelasan busur (arc welding) dimana
hydrogen timbul akibat adanya kelembaban pada coating elektroda las. Untuk meminimalisir
hal ini maka digunakan low hydrogen elektroda dalam pengelasan High strength steel dan
perlakukan pre-post heating sangat dibutuhkan untuk mengeluarkan atom hydrogen yang
masuk kedalam struktur logam sebelum merusak.

Mekanisme terjadinya hydrogen embrittlement bermacam-macam, beberapa diantaranya


terjadi pada material khusus dan lainnya berlaku umum untuk semua material. Mekanisme
tersebut antara lain :

1. Dislocation Locking (Hidrogen terjebak)

Pada mekanisme ini, atom hydrogen dalam logam terdilokasi, untuk mengurangi beban
tegangan maka atom tersebut harus bergerak ke daerah lain dalam logam, namun atom
tersebut tidak bisa bergerak jauh karena mendapat desakan dari atom hydrogen lain yang
masuk ke daerah dislokasi sehingga atom terjebak. Adanya atom yang terjebak inilah yang
disebut dengan embrittlement

Gambar 5. Hidrogen Terjebak

2. Precipitate Crack Nucleation ( Retak endapan)

Baja dan paduan aluminium (Aluminium Alloy) biasanya mengandung campuran yang
digunakan untuk merubah sifat mekanis logam, atau untuk menangkap kelebihan sulfur yang
bermigrasi ke batas butir dan menyebabkan kerusakan. Namun campuran tersebut
menjadikan logam tidak seragam. Interface antara dua unsur tersebut dapat menjadi tempat
berkumpulnya hydrogen dan menyebabkan embrittlement

3. Hydride Formation (Pembentukan gas Hidrogen)

Mekanisme ini berlaku untuk logam yang mempunyai kelarutan hydrogen rendah ketika
logam terebut berada dalam fase liquidnya. Ketika batas kelarutannya tercapai maka
hydrogen mulai membentuk fase hidrida dalam logam yang rapuh dan mulai kerusakan
(brittle). Titanium beserta logam paduannya merupakan jenis logam yang mengalami
mekanisme ini dikarenakan mempunyai kelarutan hydrogen yang rendah.

4. Grain Boundary Decohesion (Kegagalan batas butir)

Mekanisme ini menyebabkan kegagalan batas butir terutama untuk baja berkekuatan tinggi.
Batas butir menjadi tempat terbanyak atom hydrogennya dibandingkan tempat lain dalam
logam, adanya atom hydrogen mengganggu ikatan antar atom pada logam sehingga atom
logam bisa berikatan dengan atom hydrogen. Ikatan yang lemah antar atom tersebut dapat
menyebabkan embrittlement.

Gambar 6. Ikatan antar Atom

Berdasarkan 4 jenis mekanisme diatas, jelas bahwa pergerakan atom hydrogen pada lapisan
oksida dipermukaan logam menjadi penting. Atom hydrogen yang terbentuk pada lapisan
film tersebut sebisa mungkin tidak terakumulasi dan dapat keluar dengan mudah ke
lingkungan. Jika atom hydrogen tersebut berdifusi masuk kedalam logam dan berkumpul
pada batas butir, dapat mengakibatkan embrittlement atau cracking.

Gambar 7. Hidrogen pada Batas Butir

Faktor Penyebab Terjadinya Korosi


Faktro penyebab terjadinya korosi dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu sifat dari
material, faktor lingkungan dan adanya reaksi
 Sifat material
1. Pengaruh susunan kimia material
Semua logam termasuk baja tahan karat, alumunium, dan sebagainya cenderung akan akan
mengalami pengkaratan oleh media korosif.
2. Pengaruh struktur kristal
Kurangnya homogenitas struktur dapat emnimbulkan efek-efek galvanis mikro pada material
yang menyebabkan pengkaratan. Perbedaan potensial akan mneyebabkan terjadinya aliran
elektron bila baja dimasukkan kedalam larutan elektrolit. Pada material yang mengalami
deformasi akan lebih mudah terjadi korosi, karena butiran dalam material mengalami
perubahan bentuk dan susunanya.
3. Pengaruh beda potensialbila dua logam mempunyai beda potensial tidak sama
digabungkan dan dimasukkan dalam larutan elektrolit maka akan terjadi pengkaratan.
4. Pengaruh bentuk permukaan material
Permukaan logamm yang mempunyai bentuk sendiri akan menyebabkan terjadinya korosi.
Adanya kotoran pada permukaan material akan menyebabkan korosi karena
terperangkapnya oksigenn dalam material.
3.2 Lingkungan Korosi
Adapun beberapa pengaruh lingkungan korosi secara umum sebagai berikut.
1 Lingkungan Air
Air atau uap air dalam jumlah sedikit atau banyak akan mempengaruhi tingkat korosi
pada logam. Reaksinya bukan hanya antara logam dengan oksigen saja, tetapi juga dengan
uap air yang menjadi reaksi elektrokimia. Karena air berfungsi sebagai:
- Pereaksi. Misalnya pada besi akan berwarna cokelat karena terjadinya besi hidroksida.
- Pelarut. Produk-produk korosi akan larut dalam air seperti besi klorida atau besi sulfat.
- Katalisator. Besi akan cepat bereaksi dengan O2 dari udara sekitar bila ada uap air.
- Elektrolit lemah. Sebagai penghantar arus yang lemah atau kecil.
Mekanisme reaksi uap air di udara dengan logam sebagai berikut (Sumber: Supardi,
1997:72).
4H2O 4H+ + 4OH-
4H+ + O2 2H2O
Fe Fe2+ + 2e
2Fe + 4H+ 2Fe2+ + 4H+
2Fe2+ + 4OH2- 2Fe(OH)2
2Fe(OH)2 + H2 + 1/2 O2 2Fe(OH)3
4Fe + 6H2O + 3O2 4Fe(OH)3

Proses reaksi uap air terjadi seperti pada gambar 1 di bawah ini

Gambar 1. Sel Karat Logam di dalam Titik Embun


Korosi pada lingkungan air bergantung pada pH, kadar oksigen dan temperatur.
Misalnya pada baja tahan karat pada suhu 300-500oC bisa bertahan dari karat. Namun pada
suhu yang lebih tinggi 600-650oC baja tahan karat akan terserang korosi dengan cepat.
Demikian juga dengan penambahan kadar O2 dalam air maka akan mempercepat laju korosi
pada logam. Pengaruh kondisi lingkungan yang berubah-ubah sangat mempengaruhi laju
korosi. Seperti faktor-faktor berikut.
2.pH
Menurut penelitian Whitman dan Russel ternyata pH dari suatu elektrolit sangat
mempengaruhi pada proses terjadinya korosi pada besi. Pengaturan pH dilakukan dengan
pembubuhan KOH pada air yang pH 6-14 dan pembubuhan asam pada 7-0. Seperti terlihat
pada gambar 2.
Gambar 2.

3. Kadar Oksigen
Oksigen hampir ada dimana-mana, karena potensial redoks sangat tinggi maka oksigen
dalam proses korosi akan terlebih dahulu akan direduksi oleh H+.
Potensial redoks reaksi: O2 + H2O + 4e 4OH- , E=1,23 V.
Kelarutan O2 dalam larutan harus dikurangi oleh garam yang terlarut dalam larutan dan
kelarutannya bergantung pada logam yang tercelup dan luasan permukaan logam tercelup
serta temperaturnya. Lihat gambar 3 di bawah ini.
Gambar 3. Kelarutan O2
Adapun macam-macam air seperti air suling merupakan air yang paling bersih dan
bebas dari kation dan anion serta terisolir dari udara dan bebas mikroba. Adapun air hujan
atau salju merupakan proses sulingan alam, namun demikian air ini masih mengandung
CO2 dari udara yang dapat membentuk senyawa H2CO3 dan akan bersifat asam
menyebabkan korosif pada baja. Untuk air permukaan komposisi zat terlarut bergantung
pada tanah yang ditempati atau tergenang. Tetapi pada umumnya zat yang terlarut lebih
rendah dari pada air laut. Biasanya air permukaan mengandung Ca 2+, Mg2+, NH4+, Cl-, dan
SO-4 yang agresifitasnya lebih rendah daripada air laut.
Korosi oleh air bersih pada logam yang tidak mulia akan terbentuk reaksi sebagai
berikut: L + 2H2O L(OH)2 + H2
Sedangkan untuk air bersih dan adanya O2, akan ada proses oksidasi dari udara
sekitarnya. Hal ini biasanya terjadi pada air dekat permukaan.
Reaksinya: 2L + 3H2O + 3/2O2 2L(OH)3
3.1 Lingkungan Udara
Temperatur, kelembaban relatif, partikel-partikel abrasif dan ion-ion agresif yang
terkandung dalam udara sekitar, sangat mempengaruhi laju korosi. Dalam udara yang
murni, baja tahan karat akan sangat tahan terhadap korosi. Namun apabila udara mulai
tercemari maka serangan korosi dapat mudah terjadi. Salah satu polusi udara yang
menimbulkan karosi adalah NOX dari pabrik asam nitrat, SO 2 dari hasil pembakaran bahan
bakar fosil, Cl2 dari pabrik soda dan NaCl dari air laut.

3.3 Lingkungan Asam, Basa dan Garam


Pada lingkungan air laut, dengan konsentrasi garam NaCl atau jenis garam-garam
yang lain seperti KCl akan menyebabkan laju korosi logam cepat. Sama halnya dengan
kecepatan alir dari air laut yang sebanding dengan peningkatan laju korosi, akibat adanya
gesekan, tegangan dan temperatur yang mendukung terjadinya korosi.
Pada larutan basa seperti NaOH (caustic soda), baja karbon akan tahan terhadap
serangan korosi pada media ini dengan suhu larutan 75 oF (24 oC) dan konsentrasi 45%
berat. Pada larutan asam seperti asam kromat (CrO 3), dengan konsentrasi asam kromat
10% pada suhu 60oC, tidak akan menyerang baja tahan karat. Dan tingkat korosi akan naik
sebanding dengan temperatur dan konsentrasi yang juga meningkat.
Sedangkan pada larutan asam seperti H2SO4, proses terjadinya perkaratan pada
permukaan baja yang terbuka keseluruhannya terhadap hujan lebih baik dari pada sebagian
saja terkena hujan atau sebagian terlindungi. Mekanismenya sebagai berikut.
FeH2SO4 + 1/2O2 FeSO4 1/4O2 + 1/2 H2SO4 1/2Fe2(SO4)
1
/2Fe2(SO4) 1/2H2O 1
/2Fe2O3 + 3/2 H2SO4
(Sumber: Widharto,1999:5)
Senyawa kromat mampu sebagai pemasif yang efektif terhadap laju korosi pada
logam. Dalam kenyataannya dapat tereduksi menjadi Cr2O3 yang membentuk serpih yang
berwarna hijau kecoklatan. Cr2O3 banyak digunakan sebagai abrasi pada pemolesan karena
Cr2O3 keras, tajam sehingga mampu mengikis atau mengasah logam menjadi mengkilap.
Penggunaan larutan garam natrium kromat atau sodium kromat (Na2CrO4) dengan
kadar tertentu mampu menghambat laju korosi. karena natrium kromat sebagai inhibitor
kimia, yaitu suatu zat kimia yang dapat menghambat atau memperlambat suatu reaksi kimia.
Secara khusus, inhibitor korosi merupakan suatu zat kimia yang bila ditambahkan ke dalam
suatu lingkungan tertentu, dapat menurunkan laju penyerangan lingkungan itu terhadap
suatu logam.
Selain itu, fungsi dari inhibitor adalah mampu memperpanjang umur pakai logam,
melindungi dan memperindah permukaan logam, lebih mengkilap dan terang dengan warna
tertentu yang dihasilkan sesuai inhibitornya.
Penggunaannya sebagai berikut:
- Na2CrO4 dengan konsentrasi 50 ppm digunakan pada pipa baja.
- 2,3 gr/l Na2CrO4 untuk sambungan galvanik Cu-Zn-Fe.
- 2,4 gr/l Na2CrO4 untuk sambungan galvanik Fe-Al.
- 0,1% Na2CrO4 digunakan untuk penghambat laju korosi logam Fe, Cu, Zn dalam sistem air
pendingin (water cooling) dan pada larutan garam (Brines).
- 0,1% - 1% Na2CrO4 digunakan untuk penghambat laju korosi (inhibisi) logam Fe, Pb, Cu,
Zn dalam sistem mesin pendingin (engine coolants).

Terdapat berbagai macam media korosi dan faktor-faktor yang mempengaruhi laju
korosi, seperti yang terlihat pada gambar 4 di bawah ini (Sumber: Widharto S, 1999:2).
Gambar 4. Berbagai Media Korosi dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya

 Perhitungan Laju Korosi


Logam baja karbon dicelupkan pada lingkungan yang telah dipersiapkan
sebelumnya. Volume lingkungan yang digunakan mengikuti rasio minimum volume larutan
terhadap luas permukaan benda uji adalah 20 ml/cm 2, sesuai dengan ASTM G31-72
(Reapproved 1990) “Standard Practice for Laboratory Immersion Corrosion Testing of
Metals”.
Untuk perhitungan laju korosi dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut:
Laju korosi = (mpy)
Dimana :
mpy = laju korosi, (mils/year)
W = berat yang hilang, (gr)
A = luas, (cm2)
T = waktu, (jam)
D = density, (gr/cm3)
(Sumber: Annual Book Of ASTM Standart)

Efisiensi Inhibitor dihitung berdasarkan rumus empiris di bawah ini:

Dimana:
E = Efisiensi Inhibitor (%)
R0 = Laju korosi tanpa adanya inhibitor (mpy)
Ri = Laju korosi dengan adanya inhibitor (mpy)
 Inhibitor
Inhibitor adalah suatu zat kimia yang apabila ditambahkan atau dimasukkan dalam
jumlah sedikit ke dalam suatu zat koroden (lingkungan yang korosif), dapat secara efektif
memperlambat atau mengurangi laju korosi. Selain itu, fungsinya mampu memperpanjang
umur pakai logam, melindungi dan memperindah permukaan logam, lebih mengkilap dan
terang dengan warna tertentu yang dihasilkan sesuai inhibitornya.
Terdapat beberapa jenis inhibitor sebagai berikut.
1. Passivating Inhibitor
Inhibitor pemasif adalah yang paling efektif dari seluruh inhibitor yang ada.
Karena dapat melumpuhkan korosi hampir secara menyeluruh. Namun jenis inhibitor
ini sangat berbahaya karena pada kondisi tertentu justru akan mempercepat laju
korosi. Terdapat dua jenis inhibitor pemasif, yaitu anion yang mengoksidasi seperti
kromat, nitrat, nitrit yang dapat memasifkan baja jika tidak terdapat oksigen dan yang
kedua adalah ion yang tidak mengoksidasi seperti tungsten, fosfat dan molibdat yang
memerlukan keberadaan oksigen untuk memasifkan baja.
2. Cathodic Inhibitor
Perlambatan laju korosi dengan mempolarisasi reaksi katodik. Terdapat tiga
kategori utama tentang inhibitor yang mempengaruhi reaksi katodik adalah racun
katoda, endapan katoda dan pemulung.
a) Racun katoda
Adalah suatu zat yang mengganggu reaksi, misalnya pembentukan atau
hidrogen menjadi gas hidrogen pada permukaan metal yang terkorosi. Laju reaksi
katoda diperlambat dan karena reaksi katodik dan anodik harus berlanjut pada laju
yang sama, seluruh proses korosi menjadi lambat pula. Beberapa racun katoda
seperti sulfida dan selenida teradsorpsi pada permukaan metal. Senyawa lain seperti
arsenik, bismut, antimon teredusir pada katoda untuk mengendap menjadi lapisan
dari metal-metal tersebut. Arsenat dipergunakan untuk melemahkan atau
melambatkan laju korosi pada asam kuat.
Terdapat suatu hal yang merugikan penggunaan racun katoda adalah zat tersebut
menyebabkan blister atau gelembung pada baja dan meningkatkan kepekaan baja
terhadap kerapuhan hidrogen. Karena proses pengkombinasian kembali atom-atom
hidrogen diperlambat, konsentrasi permukaan meningkat dan karenanya sejumlah
besar hidrogen yang dihasilkan pada proses korosi diabsorp oleh baja. Untuk
menaikkan tingkat penetrasi hidrogen ke dalam baja hanya diperlukan sejumlah kecil
sulfida atau arsenik, sebagai faktor penentu seringnya terjadi kasus kerusakan dan
kegetasan hidrogen akibat pengaruh racun tersebut.
b) Endapan katoda
Inhibitor tipe endapan katoda yang paling banyak dipakai adalah senyawa
karbonat dengan kalsium dan magnesium. Hal ini disebabkan proses persenyawaan
ini terjadi dalam air alami dan inhibitasi dengan senyawa ini biasanya hanya
diperlukan pengaturan pH saja. Pada tingkat pH yang tepat, endapan berupa lapisan
halus dan relatif keras yang mirip dengan kulit telur. Dengan terbentuknya lapisan
tersebut, pH air harus dijaga pada posisi setimbang. Sebab jika kondisinya menjadi
asam (acidid), endapan yang keras tadi akan mencair kembali. Keadaan di mana pH
menciptakan lapisan keras disebut Langelier index.
c) Pemulung oksigen (oxygen scavenger)
Korosi pada baja dalam air dengan pH di atas 6 biasanya disebabkan oleh
adanya zat asam yang larut dalam air tersebut yang mendepolarisasi reaksi katoda.
Air netral mengandung sedikit garam yang berequilibrium dengan udara pada 21 oC
akan mengandung sekitar 8 ppm zat asam yang larut dalam air. Konsentrasi zat
asam ini akan menurun dengan naiknya konsentrasi garam dan naiknya suhu.
Sedangkan untuk kenaikan laju korosi yang serius pada sistem yang dinamis hanya
diperlukan penambahan 0,1 ppm zat asam larut.
Dalam suatu sistem yang statis diperlukan penambahan oksigen yang lebih banyak
untuk menaikkan laju korosi yang cukup besar. Karena reaksi korosi akan
menghabiskan pasokan oksigen di sekitar metal. Zat pemulung atau pemungut zat
asam dimasukkan ke dalam air, baik sendiri maupun bersamaan dengan zat
penghambat korosi untuk menekan laju korosi logam. Zat penghambat karat organik
mampu menghambat laju korosi pada air asin yang mengandung oksigen, namun
tidak selalu mencegah terjadinya pitting.
Zat pemulung oksigen yang umum dipakai di dalam air pada
suhu ambient (lingkungan) adalah sodium sulfit dan sulfur dioksida.
3. Organic inhibitor
Senyawa organik banyak yang bersifat menghambat laju korosi yang tidak
dapat digolongkan sebagai bersifat anodik atau katodik. Secara umum dapat
dikatakan bahwa zat ini mempengaruhi seluruh permukaan metal yang sedang
terkorosi apabila diberikan dalam konsentrasi secukupnya. Kemungkinan kedua
daerah katodik dan anodik dihambat, namun dalam tingkat yang berbeda bergantung
pada potensial metal, susunan kimiawi dari molekul zat inhibitor dan ukuran
molekulnya.
Kenaikan tingkat perlambatan pada proses korosi selaras dengan kenaikan
konsentrasi inhibitor. Hal ini memberikan gambaran bahwa proses perlambatan laju
korosi (inhibition) pada hakikatnya adalah hasil absorpsi zat tersebut pada
permukaan metal. Lapisan film yang terbentuk oleh proses absorpsi dari zat inhibitor
organik yang larut hanya beberapa molekul saja tebalnya sehingga tidak tampak oleh
pandangan mata. Inhibitor kationik seperti amine atau inhibitor anionik seperti
sulfonat diserap ke dalam larutan secara cepat atau lambat bergantung muatan
metal apakah negatif atau positif. Potensial antara dimana tidak diperlukan baik
molekul kationik ataupun anionik disebut titik nol atau ZPC (zero point of charge).
Pada amine organik akan lebih efisien sebagai unsur penghambat korosi, apabila
terdapat ion halogen. Ion halogen sendiri bersifat menghambat korosi hingga tingkat
tertentu pada larutan asam. Ion-ion lain seperti iodida, bronida, klorida, dan ion
fluorida yang menghambat laju korosi pada pada baja di dalam asam belerang
(sulfuric acid).
4. Precipitate inducing inhibitor
Inhibitor penyebab pengendapan adalah sejenis senyawa pembentuk film
yang menutupi keseluruh permukaan metal sehingga secara tidak langsung
mengganggu daerah katoda dan anoda sekaligus. Jenis yang paling utama adalah
silikat dan fosfat. Dalam air yang hampir netral yang mengandung sedikit konsentrasi
silikat, fosfat dan klorida menyebabkan pasifasi pada baja akibat terdapat kandungan
oksigen pada air tersebut. Sehingga unsur-unsur tersebut bersifat inhibitor anodik.
Apabila jumlah fosfat atau silikat yang ditambahkan dalam air yang asin sedikit,
maka akan timbul korosi sumuran.
Namun demikian baik silikat atau fosfat akan membentuk lapisan endapan
dipermukaan baja yang meningkatkan polarisasi katodik, sehingga sifat tersebut
dikatakan mixed (kombinasi pengaruh anodik dan katodik). Zat silikat sering
digunakan di dalam air dengan salinitas rendah yang mengandung oksigen larut. Zat
ini mampu menghambat korosi pada permukaan baja yang telah terkorosi atau
berkerak. Sedangkan jumlah silikat untuk melindungi, bergantung pada tingkat
salinitas air.
5. Vapor phase inhibitor
Inhibitor bentuk uap adalah senyawa yang dialirkan dalam sistem tertutup ke
bagian yang terkorosi dengan penguapan dari asalnya. Di dalam ketel uap, dasar
senyawa yang mudah menguap (volatil) seperti morpholine atau ethyline
diaminedicampur dengan uap air untuk mencegah korosi di
dalam tube kondenser dengan menetralisir karbon dioksida yang bersifat asam.
Senyawa ini menghambat korosi dengan menciptakan suasana alkalin. Zat padat
volatil seperti garam nitrit, karbonat, benzoat dari dicyclohexylamine,
cyclohexylamine dan hexylamethylene-amine yang
dipergunakan sebagai penghambat laju korosi. Proses terjadinya adalah sewaktu
menyinggung permukaan metal, uap inhibitor mengembun (kondensasi) dan
dihidrolisa oleh kelembaban yang ada untuk membebaskan ion-ion nitrit, benzoat
atau bikarbonat. Karena keberadaan oksigen, ion-ion ini mampu membuat pasif baja
sebagaimana pada kondisi normal dalam air.

 Beberapa Masalah dalam Penggunaan Inhibitor


Adapun masalah-masalah yang akan timbul dalam penggunanan inhibitor sebagai
penghambat laju korosi sebagai berikut.
1. Pembuihan (foaming)
Sifat zat inhibitor sebagai sabun (deterjen). Akibat pengaruhnya (organic inhibitor)
terhadap permukaan karena fungsinya diserap oleh permukaan
tersebut. Foaming terjadi pada peralatan yang mengandung gas dan gerakan agitasi.
Untuk mencegah hal tersebut perlu diinjeksikan zat anti foaming atau menggunakan
inhibitor secara tepat.
2. Terjadi Emulsi
Terjadinya emulsi karena terdapatnya fase-fase gas dan cairan yang bercampur atau
dua jenis cairan yang bercampur disertai gerakan agitasi. Dalam hal ini inhibitor berlaku
sebagai stabilisator emulsi. Untuk mengatasi masalah tersebut ditambahkan
zat demulsifier.
3. Penyumbatan (plugging)
Ada jenis inhibitor tertentu dapat mengakibatkan terkelupasnya lapisan oksida atau
kerak yang sudah ada pada permukaaa baja, sehingga kerak tersebut ikut aliran dan
menyumbat pada opening-opening kecil seperti filter, tubing dan lain-lain. Untuk
mengatasinya peralatan dibersihkan dahulu permukaannya dari kerak-kerak sebelum
diberi inhibitor. Atau melindungi sistem dengan filter untuk menyaring kerak yang
terlepas.
4. Terciptanya masalah korosi baru
Pemberian inhibitor diharapkan mampu menghambat laju korosi suatu metal yang
dilindungi. Namun dalam waktu yang bersamaan inhibitor justru mempercepat laju
korosi. Misalnya beberapa amine melindungi baja dengan baik, namun akan semakin
menyerang metal baja dan kuningan. Untuk itu perlu diperhatikan susunan kimia
material dan sifat-sifat inhibitor yang akan dilindungi metal dari korosi.
5. Masalah Heat Transfer
Adanya endapan fosfat, silikat atau sulfat sebagai zat inhibitor secara berlebihan
pada permukaan alat penukar kalori, dapat menimbulkan masalah karena mengurangi
pertukaran panas sehingga mengurangi efisiensi alat tersebut. Maka dari itu perlunya
pemberian zat tidak berlebihan atau dipertahankan dalam batas minimum.
6. Pengaruh beracun
Pengaruh beracun harus dipikirkan dari zat inhibitor terhadap panca indra. Maka
dalam pemilihan harus sangat hati-hati dan teliti. Serta perlakuan atau pemrosesan
yang benar akan mengurangi resiko ini.
7. Kehilangan inhibitor
Pada proses inhibition tidak akan efektif bila terjadi kehilangan zat sebelum sempat
berhubungan dengan permukaan metal atau sebelum terciptanya perubahan yang
dikehendaki. Suatu inhibitor akan menghilang karena pengendapan (presipitation),
proses absorpsi dan reaksi dengan komponen sistem yang dilindungi atau karena
mudah larut atau terlalu lambat pelarutannya. Misalnya proses pengendapan fosfat oleh
ion kalsium, reaksi antara kromat dan sulfida, proses adsorpsi zat inhibitor pada butir
padat yang mengembang (suspended solid) dan penginjeksian zat inhibitor yang sulit
larut tanpa bahan pelarut (dispersing agent).

7. Pengendalian Korosi
Korosi tidak mungkin sepenuhnya dapat dicegah karena memang merupakan proses
alamiah bahwa semuanya akan kembali ke sifat asalnya. Asalnya dari tanah maka akan
kembali ke tanah. Hal ini adalah siklus alam yang akan terus terjadi selama kesetimbangan
alam belum tercapai. Namun demikian pengendalian dan pencegahan korosi harus tetap
dilakukan secara maksimal, karena dilihat dari segi ekonomi dan dari segi keamanan
merupakan hal yang tidak boleh ditinggalkan dan dibiarkan begitu saja.
Pengendalian korosi harus dimulai dari suatu perencanaan, pengumpulan data
lingkungan, proses, peralatan dan bahan yang dipakai serta pemeliharaan yang akan
diterapkan. Adapun metode-metode yang dilakukan dalam pengendalian korosi sebagai
berikut:
1. Pengubahan lingkungan
2. Pemilihan bahan
3. Modifikasi rancangan
4. Teknik pelapisan
5. Proteksi anodik dan katodik

 Korosi Lingkungan Industri


Korosi dilingkungan industri yang menggunakan bahan kimia seperti pada
pembuatan H2SO4, HNO, HCl dan sebagainya maka akan sangat korosif sekali. Yang akan
terjadi di sini dapat saja sejak mesin dan fasilitas lainya sehingga seringkali menimbulkan
hal yang fatal. Oleh karena itu pengendalian korosi di daerah ini adalah paling pelik
Tujuan pengendalian korosi dilingkungan Industri:
1. Untuk menjaga, stabilitas, kelancaran dan mencapainya tugas dari Industri itu sendiri
2. Bahwa dengan pengendalian maka nilai ekonomis dari seluruh Industri akan tidak menyusut
secara dramatis.
 HF bila tercampur air dan O2 juga sangat korosif
 SO2 di atas kelembaban relatif (±70%), akan membentuk SO3 dan H2SO4sangat koroasif
pada logam.
 NH3 dalam lembab sangat merusak pada paduan tembaga, macam macam yang biasa
adalah lingkungan Industri Cl2, Br2, dan J2 ternyata dalam udara lembab akan sangat
korosif.
Pengendalian korosi dilingkungan Industri.
1) Dipilih/ Dicari bahan logam untuk kontruksi yang paling ekonomis tapi teknis masih dapat
dipertanggungjawabkAN.
2) Dapat pula memilih bahan non logam seperti plastik keramik beton dan sebagainya.
Dengan tidak boleh melupakan kondisi kerjA.
3) Memberi logam lindung yang tepat atau lapis lindung lainya.
Didalam air terdapat beberapa unsur seperti oksigen terlarut,sodium klorida,kalsium
sulfat,kalsium karbonat,dan unsur kimia lainnya.sebagian unsur-unsur yang terdapat
didalam air merupakan ion – ion agresif, sehingga kemungkinan besar akan terjadi suatu
reaksi. Jika reaksi ini terjadi pada logam, maka reaksi dinamakan korosi.

REFERENSI

 http://ifankiwon.blogspot.co.id/2012/05/korosi.html
 http://www.corrosioncop.com/hidrogen-embrittlement-pada-pipa-baja/

Anda mungkin juga menyukai