HOM E
M AKALAH
AR TIKE L
DAFTAR IS I
Search
EVALUASI KURIKULUM
05.31 evaluasi, Guru, kurikulum, manajemen, Pendidikan, pengajaran, strategi
pengajaran No comments
Setiap program, kegiatan-kegiatan atau sesuatu yang lain yang direncanakan selalu
diakhiri dengan suatu evaluasi. Evaluasi dimaksudkan untuk melihat kembali apakah suatu
program/kegiatan telah sesuai dengan perencanaan atau belum. Dari kegiatan evaluasi akan
diketahui hal-hal yang telah / akan dicapai sudahkah memenuhi kriteria yang ditentukan.
Berdasarkan hasil evaluasi tersebut kemudian diambil keputusan apakah program tersebut
akan diteruskan ataukah direvisi / bahkan diganti seluruhnya.
Kegiatan pengembangan kurikulum juga tidak akan lepas dari unsur evaluasi, karena
evaluasi merupakan salah satu komponen yang amat penting yang tidak dapat diabaikan
begitu saja. Dalam banyak hal, komponen penilaian sangat berperan dalam menunjang
keberhasilan pengembangan kurikulum, seperti yang kita ketahui, kurikulum yang
dikembangkan itu masih berupa perencanaan-perencanaan bersifat teoritis dan abstrak.
Dengan adanya evaluasi, kita akan memperoleh gambaran mengenai keberhasilan kurikulum
yang sedang / telah dikembangkan di sekolah-sekolah. Dari kegiatan evaluasilah akan
diketahui kelebihan, kelemahan dan kekurangan-kekurangannya.
Evaluasi pada dasarnya adalah proses penentuan nilai sesuatu berdasarkan kriteria
tertentu. Dalam proses evaluasi terdapat beberapa komponen, yaitu mengumpulkan
data/informasi yang diperlukan sebagai dasar dalam menentukan nilai sesuatu yang
menjadi obyek evaluasi. Evaluasi kurikulum memegang peranan penting baik dalam
penentuan kebijaksanaan pendidikan pada umumnya, maupun pada pengambilan
keputusan dalam kurikulum. Hasil-hasil evaluasi kurikulum dapat digunakan oleh para
pemegang kebijaksanaan pendidikan dan para pengembang kurikulum dalam memilih
dan menetapkan kebijaksanaan pengembangan sistem pendidikan dan modal
pengembangan kurikulum yang digunakan. Hasil evaluasi kurikulum juga dapat dipakai
oleh guru, kepala sekolah maupun para pelaksana pendidikan lainnya untuk mengetahui
perkembangan siswa, memilih bahan pelajaran, memilih metode serta cara penilaian
pendidikan.
Menurut Stufflebeam, ada tiga hal penting yang tercakup dalam proses evaluasi,
(a) menetapkan suatu nilai, (b) adanya suatu kriteria, (c) adanya deskripsi program
sebagai obyek penilaian.[1]
1. Tujuan
2. Isi Kurikulum
3. Strategi Pengajaran
4. Media Pengajaran
Hal-hal yang dicapai dalam suatu kurikulum paling tidak mencakup tiga
masalah, yaitu keluaran, efek dan dampak. Keluaran berupa prestasi belajar yang
dicapai siswa sesuai dengan tujuan. Efek berupa perubahan tingkah laku sebagai
akibat dari perlakuan belajar. Sedangkan dampak merupakan pengaruh suatu
kurikulum pada perkembangan lembaga pendidikan itu sendiri, pengetahuan dan
masyarakat.
Evaluasi kurikulum merupakan usaha yang sulit dan kompleks, karena banyaknya
aspek yang harus dievaluasi, banyaknya orang yang terlibat dan luasnya kurikulum yang
harus diperhatikan. Itu sebabnya evaluasi kurikulum memerlukan ahli-ahli yang
mengembangkan menjadi disiplin ilmu.
1. Penilaian formatif
Penilaian ini disebut juga dengan penilaian proses, yakni penilaian yang dilakukan
sepanjang pelaksanaan kurikulum. Data dikumpulkan dan dianalisis untuk
menemukan masalah serta mengadakan perbaikan sedini mungkin.[5]
Berbagai alat penilaian, dapat digunakan dalam penilaian formatif, di antaranya yaitu
tes, wawancara, observasi dan lain-lain. Dan yang dinilai adalah semua komponen
dan menunjang pelaksanaan program. Untuk mencapai maksud evaluasi formatif,
tidaklah perlu atau bahkan dikehendaki menanyakan seluruh siswa dalam pertanyaan
yang sama.
2. Penilaian sumatif
Proses evaluasi yang dilakukan pada akhir jangka waktu tertentu, berbeda dengan
penilaian formatif, penilaian sumatif ini harus menunggu selesainya suatu program.
Misalnya setelah satu tahun program berjalan, atau setelah lembaga pendidikan
menghasilkan lulusannya.[6]
Penilaian secara formatif mempunyai manfaat baik bagi siswa, guru maupun
program itu sendiri, di antaranya yaitu :
a) Digunakan untuk mengetahui apakah siswa sudah menguasai bahan program secara
menyeluruh.
b) Usaha perbaikan. Dengan umpan balik (feed back) yang diperoleh setelah
melakukan tes siswa mengetahui kelemahan-kelemahannya.[8] Sehingga siswa
mengetahui bab mana yang dirasa belum dikuasainya. Dengan demikian ada
motivasi untuk meningkatkan penguasaan.
c) Sebagai diagnosa. Bahwa pelajaran yang sedang dipelajari oleh siswa merupakan
serangkaian pengetahuan dan ketrampilan. Dengan mengetahui hasil tes formatif,
siswa dengan jelas dapat mengetahui bagian mana dari bahan pelajaran yang
masih dirasakan sulit.
a) Mengetahui sejauh mana bahan yang diajarkan sudah dapat diterima oleh siswa.
Dengan ini guru bisa menentukan apakah strategi mengajarnya harus diganti atau
tetap menggunakan strategi lama.
b) Dapat mengetahui bagian-bagian mana dari bahan pelajaran yang belum dipahami
oleh siswa.
c) Dapat meramalkan sukses dan tidaknya seluruh program yang akan diberikan.
a) Apakah program yang telah diberikan merupakan program yang tepat dalam arti
sesuai dengan kecakapan anak.
c) Apakah diperlukan alat, sarana dan prasarana untuk mempertinggi hasil yang akan
dicapai.
Nilai dalam tes sumatif digunakan sebagai acuan dalam menentukan perbandingan
siswa dan kedudukan siswa dalam kelas. Sehingga dalam nilai tersebut dapat
diketahui prestasi belajar siswa-siswa dalam kelas.
Tes ini untuk menentukan seorang anak sudah menguasai bahan pelajaran yang sudah
diberikan, sehingga siswa mampu melanjutkan program selanjutnya ataukah siswa
harus mengulang / mempelajari lagi bahan pelajaran tersebut.
3. Untuk mengisi catatan kemajuan belajar siswa, sehingga akan berguna bagi :
Evaluasi kurikulum dapat dilihat sebagai proses sosial dan sebagai institusi sosial.
Proyek-proyek evaluasi yang dikembangkan di Inggris atau di negara-negara lain
merupakan institusi sosial dari gerakan penyempurnaan kurikulum.
Konsep utama dalam evaluasi adalah masalah nilai. Hasil dari suatu evaluasi
berisi suatu nilai yang akan digunakan untuk tindakan selanjutnya. Hal ini
mengandung dua pengertian, pertama,evaluasi berisi suatu skala nilai moral,
berdasarkan skala tersebut, suatu obyek evaluasi dapat dinilai. Kedua, evaluasi berisi
suatu perangkat kriteria praktis berdasarkan kriteria-kriteria tersebut suatu hasil dapat
dievaluasi.
Lain halnya dengan keputusan yang diambil oleh seorang guru, ia mengambil
keputusan untuk kepentingan seorang atau seluruh murid. Demikianlah keputusan
yang diambil kepala sekolah dan sebagainya. Jadi, tiap pengambil keputusan dalam
proses evaluasi mempunyai posisi nilai yang berbeda.
Secara historis, konsensus nilai dalam evaluasi kurikulum berasal dari tradisi
mental serta eksperimen. Konsensus tersebut berupa kerangka kerja penelitian, yang
dipusatkan pada tujuan-tujuan khusus, pengukuran prestasi belajar yang bersifat
behavioral, penggunaan analisis statistik dan pretest serta post test dan lain-lain.
Model penelitian di atas merupakan suatu social engineering atau system
approach dalam pendidikan. Dalam model penelitian tersebut keseluruhan kegiatan
dapat digambarkan dalam suatu flow chart yang merumuskan secara
operasional input (pretest) cara-cara kegiatan (treatment) serta output (pro test).[11]
KESIMPULAN
Evaluasi harus dilakukan secara kontinyu setelah kurikulum itu diresmikan sepanjang
kurikulum itu masih dipakai. Demikian juga bahan perlu disesuaikan dengan perkembangan
ilmu dan zaman. Dengan demikian mutu kurikulum senantiasa dapat dipelihara bahkan
ditinggalkan.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, PT. Bina Aksara, Jakarta, 1987.
Nasution, S., Kurikulum dan Pengajaran, PT. Bina Aksara, Jakarta, 1989.
Neil, John D. Mc., Kurikulum Sebuah Pengantar Komprehensif, Wira Sari, Jakarta, 1988.
Nurgiantoro, Burhan, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah, BPFE, Yogyakarta,
1988.
Sukmadinata, Nana Syaodih, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, PT. Rosdakarya,
2007.
UU RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, ar-Ruzz Media, Yogyakarta,
2003.
[1] Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, CV. Sinar
Baru, Bandung, 1991, cet.2, hal. 127.
[4] S. Nasution, Pengembangan Kurikulum, CV. Cika Aditya Bakti, Bandung, 1993,
hal. 131.
[5] S. Nasution, Kurikulum dan Pengajaran, PT. Bina Aksara, Jakarta, 1989, hal. 91.
[7] John D. Mc. Neil, Kurikulum Sebuah Pengantar Komprehensif, Wira Sari, Jakarta,
1988, hal. 225.
[8] Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, PT. Bina Aksara, Jakarta,
1987, hal. 33.
[9] Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, PT.
Rosdakarya, 2007, hal. 179.