Anda di halaman 1dari 69

Kuat Geser Tanah

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Desain suatu bendungan tipe urugan yang menyimpan air dalam volume besar, harus
mempertimbangkan faktor keamanan terhadap pengaruh kestabilan lereng bendungan. Dari
pengalaman di seluruh dunia kurang lebih 12% dari bendungan tipe urugan yang mengalami
keruntuhan, disebabkan oleh pengaruh kestabilan lereng bendungan. Kondisi lainnya yang
membahayakan stabilitas bendungan urugan adalah: deformasi berlebihan, tegangan
berlebihan, limpasan (overtopping), dan erosi internal. Bentuk-bentuk ketidak-stabilan
bendungan urugan ini dapat terjadi pada kondisi, baikbeban biasa (normal) maupunbeban
luar biasa.

Salah satu faktor penting dalam analisis stabilitas lereng suatu bendungan adalah
bagaimana menentukan parameter kuat geser tanah yang berkaitan dengan aplikasi
tegangan total dan tegangan efektif tanah. Disamping itu, modul ini juga membahas
pengaruh tekanan air pori terhadap kestabilan bendungan.

Modul ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang penentuan parameter kuat geser
tanah berdasarkan hasil pengujian kuat geser di laboratorium, khususnya dengan
menggunakan alat triaksial sebagai dasar analisis stabilitas bendungan tipe urugan yang
aman dan ekonomis.

Untuk memperoleh gambaran yang jelas dan terinci mengenai prosedur uji triaksial dan
penentuan parameter kuat geser sehubungan dengan aplikasi tegangan total dan tegangan
efektif, dapat mengacu ke SNI terkait.

1.2 Deskripsi Singkat


Materi pelatihan ini dimaksudkan untuk memberi pembekalan kepada peserta diklat
mengenai dasar-dasar kriteria keruntuhan Mohr-Coulomb, penentuan dan pemilhan
parameter kuat geser serta pengujian kuat geser di laboratorium serta aplikasi dalam analisis
stabilitas.

Materi pelatihan mengenai kuat geser ini meliputi :

1) Kuat geser.
2) Pengujian kuat geser
3) Aplikasi dalam analisis

1.3 Pokok Bahasan


Materi pelatihan ini membahas secara terinci dan komprehensif mengenaikuat geser material
tanah, pengujian kuat geser dan aplikasi dalam analisis. Untuk lebih memahami secara
komprehensif, disarankan untuk mempelajari pula modul-modul penting lainnya yang sangat

1
Kuat Geser Tanah

mendukung materi ini yang dituangkan dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) dan
pedoman-pedoman terkait dengan survei, investigasi, dan desain yang dikeluarkan oleh
Kementerian Pekerjaan Umum dan atau unit-unit organisasi di bawahnya.

2
Kuat Geser Tanah

BAB II
PRINSIP DASAR

2.1 Kriteria Keruntuhan Mohr-Coulomb


Analisis stabilitas lereng bendungan dan lereng alami membutuhkan perhitungan kuat geser
material di sepanjang permukaan yang berpotensi runtuh. Berdasarkan kriteria keruntuhan
Mohr-Coulomb dengan konsep tegangan efektif, maka secara umum kuat geser  f’ dapat
dirumuskan sebagai berikut:

 f’ = c’ + ( – u) tan ’
dengan:
c’ : kohesi efektif (kN/m2);
’ : sudut geser dalam efektif (derajat);
u : tekanan air pori pada bidang runtuh selama pembebanan, pada saat runtuh (kN/m2);
 : tegangan normal total pada bidang runtuh saat terjadi keruntuhan (kN/m2);
’ : kuat geser efektif (kN/m2).
Berdasarkan konsep kuat geser total, maka kuat geser kondisi undrained, su dapat
dirumuskan sebagai berikut :
su = f (c’)
dengan:
su : kuat geser undrained (kN/m2),
c’ : tekanan konsolidasi efektif (kN/m2).

Persamaan tersebut menunjukkan bahwa kuat geser undrainedmerupakan fungsi dari c’,
yaitu tekanan konsolidasi efektif sebelum terjadi keruntuhan geser. Dalam analisis stabilitas
lereng, tekanan konsolidasi efektif adalah tegangan efektif normal yang terjadi pada
permukaan yang berpotensi runtuh. Pada waktu terjadi keruntuhan, tegangan geser di
sepanjang bidang keruntuhan akan mencapai kekuatan geser maksimum (  f), seperti
gambar di bawah.


c

Gambar 2.1 Selubung kuat geser saat terjadi kkeruntuhan

3
Kuat Geser Tanah

Tanah seperti halnya material atau material padat lainnya, akan runtuh baik karena kekuatan
tarikan maupun geseran. Pengetahuan tentang kekuatan geser diperlukan untuk
menyelesaikan masalah-masalah yang berhubungan dengan stabilitas massa tanah. Bila
suatu titik pada sembarang bidang dari massa tanah mempunyai tegangan geser yang sama
dengan kekuatan gesernya, maka akan terjadi keruntuhan pada titik tersebut. Kekuatan geser
tanah (ζf) di suatu titik pada bidang tertentu dari massa tanah, dikemukakan oleh Coulomb
sebagai suatu fungsi linier terhadap tegangan normal (σf) pada bidang tersebut di titik yang
sama, sebagai berikut:

ζf = c + σf tan ø

di mana: c dan ø adalah parameter kekuatan geser, yang didefinisikan sebagai kohesi
(cohesion intercept atau apparent cohesion), dan sudut tahanan geser (angle of shearing
resistance) tanah. Berdasarkan konsep dasar Terzaghi, tegangan geser tanah hanya dapat
ditahan oleh tegangan dari partikel-partikel padat tanah. Kekuatan geser tanah dapat juga
dinyatakan sebagai fungsi dari tegangan normal efektif tanah sebagai berikut:

ζf= c’ + σ’f tan ø’

di mana: c’ dan ø’adalah parameter-parameter kekuatan geser tanah pada tegangan efektif.
Dengan demikian, keruntuhan massa tanah akan terjadi pada titik yang mengalami kondisi
kiritis, yang disebabkan oleh kombinasi antara tegangan geser dan tegangan normal efektif
tanah.

Selain itu, kekuatan geser dapat juga dinyatakan dalam tegangan-tegangan utama σ’1 (major
principle stress) dan σ’3 (minor principle stress) pada kondisi runtuh di titik yang ditinjau. Garis
yang dihasilkan oleh persamaan di atas pada kondisi runtuh merupakan garis singgung
(envelope) terhadap lingkaran Mohr, yang menunjukkan kondisi tegangan dengan nilai positif
untuk tegangan tekan. Koordinat titik singgung adalah ζf dan σ’f, di mana :

ζf= ½ (σ’1 - σ’3) sin 2θ


σ’f = ½ ( σ’1 - σ’3) + ½ (σ’1 - σ’3) cos 2 θ

danθ adalah sudut antara bidang utama dan bidang runtuh secara teoritis, yang besarnya
adalah θ = 45○ + Ф´/2 .

Dari hubungan antara tegangan utama efektif pada kondisi runtuh dan parameter-parameter
kekuatan geser (lihat Gambar 2.2), dapat dinyatakan :
½ (σ’1 - σ’3 )
sin Ф’ =
c’ cotФ´ + ½ (σ’1 - σ’3)
Sehingga :

½ (σ’1 - σ’3 ) = ½ (σ’1 - σ’3 ) sin Ф´ + 2 cos Ф´

4
Kuat Geser Tanah

atau
σ’1 =σ’3 tan2 (45○ + Ф´/2) + 2 c’ tan (45○ +Ф´/2)

Gambar 2.2Kondisi tegangan-tegangan saat terjadi keruntuhan

Persamaan ini disebut sebagai kriteria keruntuhan Mohr-Coulomb. Kriteria tersebut berlaku
dengan asumsi bahwa bila sejumlah kondisi tegangan telah diketahui, yang masing-masing
menghasilkan keruntuhan geser pada tanah, maka dapat digambarkan sebuah garis
singgung pada lingkaran Mohr; yang dinamakan selubung keruntuhan (failure envelope)
tanah. Kondisi tegangan tidak mungkin berada di atas selubung keruntuhannya. Namun,
kriteria ini tidak mempertimbangkan regangan pada saat atau sebelum terjadinya keruntuhan
dan secara tidak langsung menyatakan bahwa tegangan utama efektif σ’ tidak mempengaruhi
kekuatan geser tanah. Di dalam praktek, kriteria keruntuhan Mohr-Coulomb ini paling sering
digunakan karena cukup sederhana, walaupun bukan merupakan satu-satunya kriteria
keruntuhan tanah. Selubung keruntuhan untuk tanah tertentu tidak selalu berbentuk
garis lurus, tetapi secara perkiraan dapat dibuat garis lurus, yang diambil dari suatu
rentang tegangan serta parameter-parameter kekuatan geser pada rentang tersebut.

Dengan membuat plotting ½ (σ’1 -σ’3) terhadap ½ (σ’1 - σ’3), maka setiap kondisi tegangan
dapat dinyatakan dengan suatu titik tegangan (stress point), yang lebih baik daripada
lingkaran Mohr, seperti diperlihatkan pada Gambar 2.3. Setelah itu dapat dibuat selubung
keruntuhan yang dimodifikasi, dinyatakan dengan persamaan :

½ (σ’1 -σ’3) = a’ + ½ (σ’1 -σ’3) tan α’


di mana: a’ dan α’ adalah parameter-parameter kekuatan geser yang dimodifikasi. Kemudian
parameter-parameter c’ dan ø´ diperoleh dari :
ø´= sin-1 (tan α’)
c’= a’/cos ø´

5
Kuat Geser Tanah

Gambar 2.3Alternatif penggambaran kondisi tegangan saat terjadi keruntuhan

Garis-garis yang digambarkan dari titik tegangan pada sudut 450 terhadap horizontal (lihat
Gambar 2.3), berpotongan dengan sumbu horizontal di titik-titik yang menyatakan nilai-nilai
tegangan-tegangan utama σ’1danσ’3. Gambar tersebut juga dapat digambarkan untuk kondisi
tegangan total, dengan koordinat-koordinat vertikal dan horizontal berturut-turut ½(σ’1 -σ’3)
dan ½(σ1 -σ3), di mana dinyatakan bahwa :

½(σ’1 -σ’3) = ½(σ1 -σ3)

½(σ’1 -σ’3) = ½(σ1 -σ3) = µ

Dalamkondisisimetrisaksial, suatukondisiteganganefektifdapatjugadibuatplottingkoordinat-
koordinatvertikaldanhorizontalberturut-turutq’ danp’, dimana :

q’ = ½(σ’1 -σ’3)

p’ = ½(σ’1 + σ’3)

Besarantegangan-teganganini (yangmerupakanfungsidariteganganutama)
tidaktergantungpadaorientasisumbu-sumbukoordinat, sehinggategangan-
tegangansemacamitudisebutinvariantegangan, yangdinyatakansebagaiberikut :

q = ½(σ1 -σ3)

p = ½(σ1 + σ3)

Dalamhalini,hubunganantarateganganefektifdantegangantotaladalah :

q’ = q

p’ = p - µ

6
Kuat Geser Tanah

2.2 Tegangan-TeganganUtama
2.2.1 Tegangan Efektif dan Tegangan Total
Sifat kekuatan dan deformasi tanah dapat dijelaskan secara visual sebagai suatu partikel
tanah yang mudah mampat/kompresibel, yang pada kondisi jenuh pori-porinya terisi penuh
oleh air, atau pada kondisi jenuh sebagian, terisi oleh air dan udara. Tegangan-tegangan
geser hanya dapat ditopang oleh skeleton partikel padat.Tegangan normal pada setiap
bidang, umumnya, merupakan penjumlahan dari tegangan yang dibawa oleh partikel-partikel
solid/padat dan tekanan air pori.

Dari segi praktis, hal tersebut mempunyai konsekuensi penting, yakni :


1. Dalam hubungan antara tegangan normal dan perubahan volume, faktor kontrol bukan
tegangan normal total, tetapi perbedaan antara tegangan normal total dengan tekanan air
pori. Untuk suatu perubahan tegangan yang sama, berlaku hubungan sebagai berikut:
V
 C c (  u )
V
dimana:
V
= perubahan volume
V
 = perubahan tegangan normal
u = perubahan tekanan air pori
Cc = kompersibiliitas skeleton tanah

Perbedaan σ – u adalah sama dengan tegangan efektif σ’, jadi σ’ = σ – u. Perubahan


volume akan terjadi tanpa ada perubahan dalam tegangan total, bila tekanan air pori
mengalami perubahan. Hal ini yang menyebabkan terjadinya penurunan jangka panjang
dari bangunan di atas tanah lempungan, dimana tekanan air pori saat konstruksi
terdisipasi sangat lambat. Demikian juga terjadinya penurunan permukaan tanah akibat
penurunan muka air tanah.

7
Kuat Geser Tanah

Gambar 2.4 Pengaruh disipasi tekanan air pori terhadap perubahan volume

2. Kuat geser tanah granular sebagian besar ditentukan oleh gaya-gaya friksi yang timbul
selama pergesekan pada bidang kontak antar partikel-partikel tanah. Hal tersebut jelas
disebabkan oleh komponen-komponen tegangan normal yang dibawa skeleton
dibandingkan dengan tegangan normal total. Perlawanan geser maksimum pada setiap
bidang (  f ) dapat dituliskan seperti di bawah.

 f = c’ + (σ-u).tanØ’
dimana :
c’ = kohesi efektif

8
Kuat Geser Tanah

Ø’ = sudut geser dalam


σ = tekanan normal total tegak lurus pada bidang yang ditinjau
u = tekanan air pori

Pada banyak kasus yang menyangkut stabilitas, besar tegangan normal total pada potensi
bidang longsor dapat diperkirakan dari keseimbangan statis. Sedangkan besarnya tekanan air
pori dipengaruhi dari beberapa faktor yang dihasilkan dari pengujian laboratorium
konvensional yang kurang teliti.

a) Pada kasus yang paling sederhana, pada muka air tanah yang stasioner, tekanan air pori
adalah sama dengan posisi elemen yang ditinjau ke muka air tanah. Pada kondisi aliran
langgeng pada suatu kemiringan lereng, besar tekanan air pori dapat diperoleh dari flow
net atau berdasarkan hasil pembacaan pisometer yang dipasang di lapangan. Tekanan
air pori adalah merupakan suatu variable yang bebas dan besarannya tidak dikaitkan
dengan tegangan normal total. Fungsi pengujian triaksial adalah untuk memperoleh
hubungan antara kuat geser dan tegangan normal efektif. Pada tanah yang mempunyai
permeabilitas rendah, akan memerlukan waktu lama untuk membentuk kondisi aliran
langgeng (steady flow) di lapangan.

b) Pada umumnya, suatu perubahan, baik tegangan normal atau kuat geser pada skeleton
solid berpotensi terhadap terjadinya perubahan volume di dalam massa tanah. Jika tidak,
maka kondisi drainasi akanterjadi sedemikian rupa, sehingga air di dalam pori-pori akan
bebas keluar, sementara akan terjadi suatu tekanan air pori berlebih akibat terjadinya
perubahan tegangan. Laju disipasi tekanan air pori berlebih tergantung dari permeabilitas
tanah seperti yang ditunjukkan pada koefisien konsolidasinya. Untuk lapisan lempung
yang tebal atau timbunan yang dipadatkan akan memerlukan waktu yang lama atau
bertahun-tahun. Selama perioda ini tekanan air pori adalah merupakan fungsi dari : (1)
perubahan awal tegangan, (2) koefisien konsolidasi, dan (3) jarak elemen tanah yang
ditinjau ke permukaan drainasi. Kasus-kasus yang termasuk dalam katagori ini adalah :
i) Tegangan dari lapisan alami yang membentuk fondasi struktur atau bendungan
urugan tanah.
ii) Tegangan dari timbunan tanah yang dipadatkan selama konstruksi akibat berat
lapisan-lapisan di atasnya.
iii) Turunnya beban air waduk pada timbunan kedap air akibat surut cepat.
iv) Formasi kemiringan lereng atau lereng galian, dimana terjadi perubahan tekanan air
pori akibat berkurangnya berat tanah di atasnya.

Penggunaan tegangan efektif dalam analisis stabilitas mencakup dua tahap, yakni : (1)
penentuan parameter c’ dan Ø’, dan (2) memperkirakan besarnya tekanan air pori pada tahap
yang paling kritis saat konstruksi, operasi atau jangka panjang. Penentuan tekanan air pori
adalah merupakan hal yang sulit dilakukan secara teliti dan dengan alasan seperti itulah
maka dipasang sejumlah instrumen pengukur tekanan air pori (pisometer) di lapangan.

9
Kuat Geser Tanah

Tekanan air pori secara eksplisit tidak ditentukan pada kasus tertentu, dimanaperubahan
tegangan menyebabkan terjadinya keruntuhan dan disipasi tekanan air pori diabaikan.
Contoh tanah yang diuji pada kondisi undrainedyang tegangan geser pada saat runtuh
ditunjukkan sebagai fungsi tegangan normal total, maka analisis stabilitas dilakukan dengan
menggunakan tegangan total.

Hubungan antara perilaku tanah yang diuji pada kondisi undrained dan karakteristik
kekuatannya ditunjukkan sebagai tegangan efektif yang tergantung dari besaran tekanan air
pori dari hasil pengujian, analisis stabilitas juga dilakukan menggunakan tegangan efektif.

2.2.2 Parameter Tekanan Air Pori A dan B


Dasar fisik dari kedua parameter tersebut dapat dimengerti dengan mempertimbangkan
kasus sederhana dimana skeleton yang mudah mampat dari partikel tanah berperilaku seperti
material isotropis yang elastis dan cairan di dalam pori-pori menunjukkan hubungan yang
linier antara perubahan volume dengan tegangan. Suatu peningkatan pada tiga tegangan
utama  σ1,  σ2 dan  σ3 akan mengakibatkan terjadinya pengurangan volume -  V (V
adalah volume awal) dan peningkatan tekanan air pori  u.

Menurut Bishop (1962), perubahan tekanan air pori dapat ditulis seperti berikut :

 u = B{  σ3 + A(  σ1 -  σ3)}
Untuk tanah yang jenuh sempurna, parameter B = 1 Nilai parameter A sangat tergantung dari
riwayat konsolidasi tanah dan proporsi tegangan, sampai terjadinya keruntuhan.

Pada kasus tanah yang jenuh sebagian, parameter B < 1, dan bervariasi dengan kisaran
tegangan. Parameter B selama pemberian tegangan deviator (  σ1 -  σ3) berbeda dengan
nilai yang diberikan selama peningkatan tegangan keliling  σ3. Oleh karena itu, produk AB
dapat ditulis sebagai A’, sehingga rumus di atas menjadi :

 u = B  σ3 + A’(  σ1 -  σ3)
Hubungan antara tekanan air pori dengan perubahan tegangan utama major  σ1 dapat ditulis
sebagai :

 u = B’  σ1
Parameter tekanan air pori A dan B berkaitan dengan plane-strainyang biasanya berbeda
dengan yang diperoleh dari pengujian standar triaksial.Perlu diperhatikan bahwa adanya
perubahan tegangan pada kondisi undrained yang menentukan tekanan air pori yang juga
menentukan tegangan geser saat runtuh,  f yang diperoleh dari pengujian undrained.

2.3 Pemilihan Nilai Kuat Geser


Pemilihan parameter tanah yang sesuai dan penggunaannya yang benar dalam analisis
stabilitas, sangat penting dibandingkan dengan metode analisis stabilitas yang digunakan. Bila
nilai-nilai kuat geser dipilih dari data hasil uji kuat geser, maka perlu diperhitungkan bentuk

10
Kuat Geser Tanah

kurva tegangan-regangan untuk uji tanah masing-masing.

Bilamana tanah fondasi tak terganggu dan tanah yang dipadatkan tidak menunjukkan
penurunan kuat geser yang signifikan atau perbedaan tegangan setelah tegangan puncak
tercapai, maka nilai kuat geser dapat dipilih sebagai tegangan geser puncak dalam uji geser
langsung s, tegangan deviator puncak, atau tegangan deviator pada 15% regangan, di
mana perlawanan geser meningkat dengan regangan.

Kadang-kadang analisis stabilitas bendungan urugan dan fondasinya dilakukan


menggunakan nilai-nilai estimasi untuk properties materialnya. Estimasi untuk nilai properties
material terkait didasarkan pada:

a) Laporan uji laboratorium yang lalu dari studi proyek terkait.

b) Pengalaman dalam pengujian material yang sama pada bendungan lain.

Hal tersebut masih dapat diterima hanya untuk pekerjaan awal atau preliminary dalam proses
evaluasi keamanan bendungan. Yang perlu difahami adalah bahwa evaluasi akhir dan
rekomendasi untuk pekerjaan perbaikan (remedial) atau alternatif lain didasarkan pada nilai
properties material yang diperoleh dari hasil uji laboratorium dan lapangan yang sesuai
berdasarkan spesifikasi lapangan.

Pemikiran tersebut merupakan hal yang terbaik untuk membandingkan nilai-nilai uji dengan
data historis material yang sama atau secara empiris, dan untuk menyimpulkan perbedaan
yang terjadi. Tujuan akhirnya adalah untuk mendapatkan nilai-nilai properties yang
terbaik (best representative) untuk material terkait.

2.4 Cara Perolehan Kuat Geser


2.4.1 Parameter yang Diperkirakan dari Pengalaman
Kuat geser material dapat diperoleh dari uji lapangan dan uji laboratorium, atau diperkirakan
berdasarkan pengalaman yang tergantung pada tahapan analisis pada waktu desain.

Kuat geser untuk desain pada masa persiapan, diperkirakan berdasarkan data geologi lokal
dan hasil uji laboratorium untuk material yang sama, serta pengalaman.

Material urugan bendungan dianjurkan diperoleh dari lokasi di dekat rencana bendungan.
Hampir semua tanah material urugan dapat digunakan, kecuali tanah yang mengandung zat
organik atau zat yang mudah larut. Pada umumnya material urugan bendungan dibedakan
dalam 3 jenis, yaitu batu, pasir kerikilan dan tanah lempungan (kedap air).

Konstruksi bendungan disesuaikan dengan karakteristik material yang terpilih, kondisi


lapangan (topografi, geologi dan meteorologi), dan pola pelaksanaan, serta peralatan yang
digunakan agar biaya konstruksi dapat seefisien mungkin. Ketiga jenis material urugan yang
sering digunakan adalah tanah lempungan, pasir dan kerikil, dan batu.

11
Kuat Geser Tanah

2.4.2 Uji Geser di Lapangan


Uji kuat geser di lapangan dapat dilakukan pada material fondasi dan tubuh bendungan
dengan uji geser baling-baling sesuai dengan SNI 06-2487-1991. Tujuannya adalah untuk
mengukur langsung kuat geser tak-terdrainase (undrained) dari tanah lempung kohesif yang
jenuh air.

Cara lain dari perolehan kuat geser di lapangan adalah dengan menggunakan korelasi kuat
geser dengan pengujian menggunakan alat sondir (Dutch Cone Penetrometer) seperti yang
diuraikan pada bab selanjutnya.

2.4.3 Uji Geser di Laboratorium


Uji kuat geser di laboratorium dilakukan baik pada contoh tanah tak terganggu maupun yang
terganggu dari material fondasi dan tubuh bendungan. Pengujian ini dilakukan untuk
memperoleh parameter kuat geser yang diperlukan dalam analisis stabilitas bendungan. Yang
termasuk uji kuat geser di laboratorium adalah uji tekan bebas (SNI 03-3638-1994), uji geser
triaksial (SNI 03-2455-1991 dan SNI 03-4813-1998), uji geser langsung (SNI 03-2813-1992),
uji geser torsi atau rotasi, dan uji geser sederhana (simple shear).

Penentuan parameter kuat geser merupakan bagian terpenting dan tersulit dari analisis
stabilitas. Kesulitan itu antara lain dalam memperoleh contoh uji yang dapat mewakili,
menjaga contoh uji agar tetap tak terganggu, sesuai kondisi pembebanan di lapangan, dan
menghindari kesalahan pengujian. Pada umumnya, contoh uji yang benar-benar mewakili
kondisi di lapangan sangat sulit diperoleh.

Namun, parameter kuat geser dapat ditentukan berdasarkan nilai rata-rata dari sejumlah hasil
pengujian. Pembebanan dan tegangan yang bekerja pada contoh uji di laboratorium, berbeda
dengan yang ada pada elemen tanah di lokasi bidang runtuh. Oleh karena itu, pengalaman
mempunyai peranan penting dalam evaluasi hasil pengujian, yaitu untuk memastikan apakah
parameter yang dipilih dapat mewakili material di lapangan.

2.5 Tekanan Air Pori


Pada umumnya, ada dua pendekatan analisis yang berbeda, yang berlaku untuk menentukan
stabilitas bendungan urugan (K. Terzaghi and R. B. Peck, 1967), yaitu:
a) Analisis tegangan efektif
b) Analisis tegangan total

Dalam analisis tegangan efektif, kuat geser tanah dievaluasi berdasarkan tegangan normal
efektif, dan perhitungan dilakukan secara eksplisit terhadap tekanan air pori dalam
perhitungan analisis stabilitas. Dalam analisis tegangan total, kuat geser tanah meliputi
pengaruh tekanan air pori.

Dua pendekatan dari asumsi terhadap hasil lapangan, faktor keamanan yang identik untuk
bidang longsor akan menghasilkan kuat geser yang memadai dan data tekanan air pori terkait

12
Kuat Geser Tanah

yang digunakan dalam perhitungan.

Jadi, pemilihan pendekatan analisis dapat didasarkan pada:

 Manf aat penggunaan


 Manfaat pengujian dan pengumpulan data
 Ketersediaan prosedur penghitungan
Akan tetapi dalam teknik rekayasa bendungan urugan, biasanya menggunakan analisis tegangan
efektif sebab dapat membantu memberikan pemahaman yang memadai terhadap respons
relatif dari setiap elemen dalam matriks lapisan tanah.

Jadi, untuk melakukan analisis stabilitas dengan menggunakan tegangan efektif secara
memadai dari bendungan urugan, memerlukan:

 Tekanan air pori dalam material tubuh bendungan dan fondasinya.


 Gaya-gaya yang dihasilkan oleh air seperti rembesan melalui material tubuh dan fondasi
bendungan.

Konsep tegangan total dan tegangan efektif telah diuraikan di atas. Di bawah diuraikan cara
untuk memperoleh parameter tekanan air pori yang digunakan dalam analisis stabilitas.

2.5.1 Metode Garis Freatik


Tekanan air pori dapat dihitung dengan beberapa metode di bawah ini. Perhitungan tekanan
air pori untuk kondisi aliran langgeng dapat diperkirakan sebagai tekanan hidrostatik di bawah
garis freatik.

Permukaan garis freatik diperoleh berdasarkan prosedur yang dikembangkan oleh


Casagrande, Pavlovsky, Cedergren, dan yang lainnya (periksa RSNI M-02-2002, Metode
Analisis dan Cara Pengendalian Rembesan Air Untuk Bendungan Tipe Urugan).

Pada umumnya, metode ini agak konservatif untuk bendungan tipe zonal, dan tidak dapat
digunakan untuk kasus-kasus khusus. Sebagai contoh, adanya pengaruh anisotropi,
pengaruh infiltrasi air hujan dan tekanan artesis dalam fondasi, sehingga perlu digunakan
metode lain.

Metode garis freatik juga dapat digunakan untuk menghitung tekanan air pori pada kondisi
surut cepat, dengan memodifikasi garis freatik pada kondisi aliran langgeng dengan asumsi
kondisi aman sebagai berikut ini.

1) Selama terjadi surut cepat, tidak terjadi disipasi tekanan air pori pada material kedap air,
sehingga garis freatik tidak mengalami perubahan.
2) Elevasi muka air normal atau elevasi muka air maksimum diturunkan secara cepat sampai
elevasi muka air minimum.

Namun, metode garis freatik tidak dapat digunakan untuk menghitung tekanan air pori pada

13
Kuat Geser Tanah

kondisi selesai dan selama konstruksi berlangsung.

2.5.2 Metode Grafis Menggunakan Flow Net


Analisis dengan metode jaring-jaringaliran (flow net) pada kondisi aliran langgeng dapat
digunakan untuk memperkirakan tekanan air pori, penyebaran tekanan air pori dan garis
freatik pada tubuh dan fondasi bendungan. Pengaruh sifat anisotropi terhadap permeabilitas
dapat diperhitungkan, walaupun kurang teliti.

Metode analog listrik dapat juga digunakan untuk menghitung tekanan air pori secara akurat
dalam media isotropik dan anisotropik pada kondisi aliran langgeng.

2.5.3 Metode Numerik


Metode numerik adalah cara analisis yang terbaik untuk menentukan penyebaran tekanan air
pori di dalam tubuh dan fondasi bendungan yang kompleks, baik pada kondisi aliran langgeng
maupun surut cepat. Metode ini biasanya dikerjakan secara numerik dengan menggunakan
cara elemen hingga, beda hingga dan elemen batas.

Permeabilitas material tubuh dan fondasi bendungan harus diketahui secara teliti, untuk
menghitung tekanan pori secara akurat. Jika diperlukan, metode numerik dapat digunakan
pada desain akhir. Semua penjelasan mengenai metode analisis rembesan air dapat
diperiksa secara rinci pada standar analisis rembesan air.

2.5.4 Metode Pengukuran Lapangan dengan Pisometer


Peningkatan tekanan air pori selama konstruksi berlangsung di dalam tubuh dan fondasi
bendungan, tergantung pada sifat fisik material dan kecepatan pengurugan. Hasil
pengamatan tekanan air pori dengan pisometer sistem tertutup selama konstruksi
berlangsung, harus dibandingkan dengan perkiraan tekanan air pori dari hasil analisis desain.
Jika diperlukan, untuk memperkuat analisis stabilitas bendungan pada kondisi selama
konstruksi berlangsung, maka sebaiknya dilakukan pengawasan terhadap pergerakan dan
tekanan air pori di dalam bagian kritis tubuh dan fondasi bendungan.

Tekanan air pori yang terukur dari pisometer dapat langsung digunakan dalam analisis
stabilitas lereng bendungan atau lereng alami, pada kondisi aliran langgeng atau surut cepat.

Untuk mengetahui tekanan air pori dalam fondasi dan bendungan urugan diperlukan data
pisometrik yang ditunjang oleh:

a) Jumlahpisometercukup memadai dipasang pada lokasi-lokasi yang sesuai, baik dalam


fondasi maupun tubuh bendungan.
b) Hasil pembacaan pisometer dan elevasi muka air waduk yang dapat dipercaya, yang buat
dalam bentuk plotting, hubungan elevasi tekanan pisometer terhadap waktu.
c) Sumber daya manusia atau tenaaga yang kompeten untuk menghitung tekanan air pori
pada lokasi-lokasi yang memerlukan data sebaran (discrete) tekanan air pori (A. K.
Chugh, 1981).

14
Kuat Geser Tanah

Bila data pisometrik tidak tersedia, dapat dilakukan analisis rembesan (seepage) dengan
menggunakan model numerik untuk masalah tersebut (A.K. Chugh and H.T. Falvey, 1984).
Tekanan air pori dapat ditentukan dengan garis freatik yang dihitung.

Dalam analisis rembesan, gaya rembesan pada elemen tanah dihitung dengan mengalikan
volume elemen tanah, berat isi air, dan gradien hidraulik. Gaya-gaya rembesan dalam
material bendungan urugan dan fondasinya dapat dihitung, baik dari data pisometrik atau
hasil analisis rembesan.

Kadang-kadang untuk menyingkat waktu perhitungan gaya rembesan, tidak dilakukan


dengan analisis rembesan. Sebagai gantinya, garis freatik yang tinggi digambarkan pada
penampang melintang bendungan dari hasil studi, dan tekanan air pori sepanjang bidang
longsor dihitung berdasarkan distribusi tekanan hidrostatik. Akan tetapi, hal ini tidak
disarankan untuk menentukan tekanan air pori yang diperlukan dalam analisis stabilitas
bendungan. Demikian juga secara eksplisit gaya rembesan pada massa longsoran umumnya
tidak dilakukan dalam analisis stabilitas lereng.

2.5.5 Metode Hilf


Prosedur rinci untuk memperkirakan kurva tegangan total dengan tekanan air pori dari hasil
uji konsolidasi di laboratorium dapat dilakukan dengan metode J.W Hilf. Prosedur ini dapat
digunakan untuk menghitung tekanan air pori selama masa konstruksi berlangsung.

15
Kuat Geser Tanah

BAB III
PENGUJIAN KUAT GESER

3.1 Umum
Pengujian yang dilakukan di laboratorium untuk mengukur kuat geser, antara lain meliputi uji
kuat tekan bebas (unconfined compression test), uji geser langsung dan uji tekan triaksial.
Disamping itu, uji baling-balingdi laboratorium dianggap sebagai uji indeks kekuatan,
sedangkan uji baling-baling di lapangan juga sering dilakukan untuk memperoleh kuat geser
undrained in-situ.Dalam modul ini yang dibahas adalah pengujian kuat geser menggunakan
alat triaksial.

3.2 Uji Tekan Triaksial


3.2.1 Prinsip Pengujian
Pada uji tekan triaksial konvensional, benda uji silinder dibungkus denganmembran karet dan
diletakkan dalam sel triaksial dimana benda uji diberitekanan fluida.Beban aksial kemudian
diberikan dan ditingkatkan, sampaikeruntuhan terjadi. Pada kondisi tersebut, tegangan minor
dan pertengahan,masing-masing σ3 dan σ2, sama dengan tekanan fluida; tegangan utama
(major principle stress), σ1, diberikan oleh tekanan fluida dan tegangan aksial yang diberikan
oleh piston beban. Tegangan deviator, (σ1-σ3), adalah perbedaan antara tegangan utama
major dan minor.

Penampang sel triaksial diperlihatkan pada gambar di bawah.

Gambar 3.1 Diagramatik Alat uji triaksial

16
Kuat Geser Tanah

Secara umum, kondisi drainase selama pemberian tekanan sel dan beban aksial, menjadi
dasar klasifikasi umum uji tekan triaksial, yakni :
a. Tak Terkonsolidasi dan Tak Terdrainase, UU. Pada pengujian ini, tekanan sel tertentu
diberikan kepada benda uji dan tegangan deviator atau pembebanan geser diberikan
segera setelah tekanan sel stabil. Drainase tidak diizinkan selama pemberian tekanan sel
(tegangan keliling) dan drainase tidak diizinkan selama pemberian tegangan deviator.
b. Terkonsolidasi-TakTerdrainase, CU. Pada pengujian ini, drainase diizinkanselama
pemberian tegangan keliling dan sepenuhnyaterkonsolidasi pada tegangan ini. Drainase
tidak diizinkan selamapemberian tegangan deviator.
c. Terkonsolidasi-Terdrainase, CD. Pada pengujian ini, drainase diizinkanbaik selama
pemberian tegangan keliling maupun tegangan deviator,sehingga benda uji
terkonsolidasi pada tegangan keliling dan tekanan poriberlebih tidak terbentuk selama
pembebanan geser.

3.2.2 Uji Tak Terkonsolidasi-Tak Terdrainase, UU


Berikut adalah prinsip pengujian Triaksial UU:
- prosedur tidak mencakup cara untuk mendapatkan pengukuran tekanan pori,
- keruntuhan didefinisikan sebagai tegangan pada benda uji sama dengan tegangan
deviator maksimum yang dicapai atau tegangan deviator pada regangan aksial 15%,
tergantung yang mana tercapai terlebih dahulu selama pengujian,
- jika benda uji sepenuhnya jenuh, selubung keruntuhan Mohr biasanya akanberupa garis
lurus horizontal sepanjang keseluruhan tegangan keliling yangdiberikan pada benda uji;
untuk tanah yang jenuh sebagian, selubungkeruntuhan Mohr biasanya berbentuk
lengkung,
- beban diberikan sedemikian rupa, sehingga menghasilkan regangan aksial
dengankecepatan sekitar 1 – 2 % per menit untuk material plastis, dan 0,3% per
menituntuk material getas yang mencapai tegangan deviator maksimum padasekitar 3
sampai 6% regangan. Pembebanan dilanjutkan sampai mencapai15% regangan aksial
tetapi bisa dihentikan jika tegangan deviator telahmencapai puncak dan kemudian turun
sampai 20%, atau regangan aksialtelah mencapai 5% di luar regangan di mana tegangan
deviator puncakterjadi,
- beban yang cukup dan pembacaan deformasi harus diambil untuk membuatkurva
tegangan-regangan,
- sketsa atau foto benda uji harus dibuat pada saat keruntuhan, yangmemperlihatkan
sudut kemiringan bidang keruntuhan jika terlihat dan dapatdiukur.

Selubung keruntuhan Mohr yang tidaklinier pada lempung lunak ,kemungkinan menandakan
bahwa contoh tanah tidak sepenuhnya jenuh. Kondisi ini harus dicatat pada lembar
pengujian dan bila didapati nilai yang bervariasi, hasil tersebut harus disertai dengan suatu
catatan peringatan.

17
Kuat Geser Tanah

Kuat geser triaksial yang diperoleh pada kondisi tak terkonsolidasi tak terdrainase (UU),
berlaku untuk situasi desain dimana pembebanan berlaku sangat cepat sehingga tidak ada
waktu yang cukup untuk mendisipasi tekanan air pori yang timbul dan untuk terjadinya
konsolidasi (artinya drainase tidak terjadi). Pelaksanaan timbunan di atas lapisan lempung
merupakan suatu contoh kondisi dimana kuat geser tak terdrainase di lapanganakan
menentukan stabilitas. Perlu dicatat bahwa kuat geser tak terdrainase σf, tegangan geser
pada bidang keruntuhan pada saat keruntuhan diambil sama dengan setengah kuat tekan
tak terdrainase (σ1-σ3),yaitu :
 '1  '3
'f 
2
3.2.3 Uji Terkonsolidasi-Tak Terdrainase, CU
Berikut adalah prinsip pengujian Triaksial CU:
- benda uji yang telah dikonsolidasikan secara isotropis, kemudian diberi beban geser
dengan kondisi tak terdrainasepada tekanan dengan kecepatan regangan aksial yang
konstan (kontrolregangan),
- metode tersebut memberikan perhitungan tegangan total dan efektif pada,dan tekanan
aksial pada benda uji dengan pengukuran beban aksial,deformasi aksial dan tekanan air
pori,
- kekuatan dan sifat deformasi tanah kohesif, seperti selubung kuat geserMohr dan
modulus Young, bisa ditentukan dari data pengujian,
- tiga benda uji biasanya diuji pada tegangan konsolidasi efektif yang berbedauntuk
membuat satu selubung kuat geser,
- keruntuhan sering diambil pada tegangan deviator maksimum yang dicapaiatau tegangan
deviator yang dicapai pada 15% regangan aksial, tergantungmana yang tercapai terlebih
dulu. Bergantung pada perilaku tanah dan aplikasilapangan, kriteria keruntuhan lainnya
bisa didefinisikan seperti rasiotegangan utama efektif σ1’/σ3’, atau tegangan deviator
pada reganganaksial yang dipilih selain 15%,
- tekanan air pori bisa diukur menggunakan transduser tekanan elektronikyang sangat
kaku atau alat indikator nol (null indicator),
- komponen konsolidasi dan geser dari pengujian harus dilakukan pada suatukondisi
dimana fluktuasi suhu kurang dari ±4°C dan tidak ada kontaklangsung dengan cahaya
matahari,
- penjenuhan dicapai dengan memberikan tekanan balik pada air pori bendauji, untuk
membuat udara di dalam rongga pori menjadi larut dalam air pori.
Derajat penjenuhan diukur menggunakan parameter tekanan pori B yang didefinisikan
sebagai:

u
B=
 3

18
Kuat Geser Tanah

di mana:
u = perubahan tekanan pori benda uji yang terjadi sebagaiakibat perubahan tekanan
sel pada saat katup drainasebenda uji ditutup,
 3 = perubahan tekanan sel,
- selama konsolidasi, data didapat untuk digunakan pada penentuan kapankonsolidasi
selesai dan untuk menghitung kecepatan regangan yang akandigunakan untuk
komponen uji geser,

- konsolidasi dibiarkan berlanjut selama sekurang-kurangnya satu putaran logwaktu atau


semalam setelah 100% konsolidasi primer dicapai, kemudianwaktu untuk mencapai 50%
konsolidasi primer, t50, juga dihitung sesuaidengan ASTM D2435-90,

- jika keruntuhan diasumsikan terjadi setelah 4% regangan aksial, kecepatanregangan


yang sesuai bisa diperoleh dengan membagi 4% dengan 10 kalinilai t50; jika diperkirakan
keruntuhan akan terjadi pada nilai regangan yanglebih rendah dari 4%, kecepatan
regangan yang sesuai didapat denganmembagi regangan pada saat keruntuhan dengan
10 kali nilai t50,

- sketsa atau foto benda uji yang runtuh harus dibuat yang memperlihatkanpola
keruntuhannya (bidang geser, penggembungan, dan sebagainya).

Kuat geser pada pengujian ini diukur pada kondisi tak terdrainase dan bisa diterapkan untuk
kondisi lapangan di mana (i) tanah yang telah sepenuhnya dikonsolidasikan pada satu seri
rangkaian tegangan dan diberi satu perubahantegangan tanpa kesempatan konsolidasi lebih
lanjut dan (ii) kondisi-kondisi tegangan lapangan mirip dengan kondisi tegangan pada waktu
pengujian.

Karena pengukuran tekanan air pori dilakukan, kuat geser bisa dinyatakan dalam bentuk
tegangan efektif dan dapat diterapkan untuk kondisi lapangan di mana (i) drainase sempurna
bisa terjadi atau (ii) tekanan pori yang timbul akibat pembebanan bisa diperkirakan dan (iii)
dimana kondisi-kondisi tegangan lapangan mirip dengan kondisi pada waktu pengujian. Kuat
atau efektif, umumnya digunakan untuk analisis stabilitas timbunan.

3.2.4 Uji Terkonsolidasi-Terdrainase, CD


Tahap penjenuhan, konsolidasi dan pembebanan dari uji tekan triaksial terkonsolidasi
terdrainase dengan pengukuran perubahan volume, adalah seperti diuraikan di bawah.

1. Tahap Penjenuhan
Ada dua prosedur penjenuhan:
- penjenuhan dengan menaikan tekanan sel dan tekanan balik secarabergantian. Tahap
penambah tekanan sel dilakukan dengan menutup krandrainase masuk atau keluar, yang
memungkinkan nilai koefisien tekananpori B untuk ditentukan pada masing-masing level
tekanan total,

19
Kuat Geser Tanah

- penjenuhan dengan hanya menambahkan tekanan sel; kran ditutup sehinggaair tidak
bisa masuk atau keluar dari benda uji selama prosedur ini.

Penjenuhan ini diberi nama "penjenuhan pada kadar air yang konstan". Pada prosedur
pertama benda uji dianggap jenuh jika tekanan pori tetap stabil setelah 12 jam, atau
semalam, dan nilai B sama dengan atau lebih besar dari 0,95. Pada prosedur kedua, benda
uji dianggap jenuh jika salah satu kriteria ini dipenuhi.

2. Tahap Konsolidasi
Tahap konsolidasi berlangsung segera setelah tahap penjenuhan.Tujuan dari tahap ini
adalah untuk membuat benda uji berada pada kondisi tegangan efektif yang dibutuhkan
untuk melakukan uji tekan.

Data dari tahap konsolidasi digunakan untuk:


- memperkirakan kecepatan regangan yang cocok untuk diterapkan selamaproses
pembebanan,
- menentukan bilamana konsolidasi selesai,
- menghitung dimensi benda uji pada permulaan tahap pembebanan.Konsolidasi benda uji
dilanjutkan hingga tidak ada lagi perubahan volume yangsignifikan dan sampai derajat
konsolidasi U, seperti didefinisikan dalamprosedur, sama dengan atau lebih besar dari
95%.

Dari grafik perubahanvolume yang diukur terhadap akar kuadrat waktu, tentukan waktu t100
dari grafik; t100tersebut digunakan untuk memperkirakan waktu pengujian (dalam menit) atau
laju pembebanan gesernya (strain rate). Dari konsolidasi tersebut juga dapat dihitung
koefisien konsolidasi cv (m²/tahun), dan koefisien kompresibilitas volume mv (m²/MN).

3. TahapPembebanan (Kompresi)
Selama pemberian beban geser, drainase dibuka dan air pori dibiarkan keluar. Air yang
keluar atau masuk benda uji diukur melalui indikator perubahan volume pada garis tekanan
balik dan sama dengan perubahan volume benda uji selama geser; kanan pori bisa dipantau
sebagai suatu kontrol terhadap efisiensi drainase.

Pengujian dilakukan laju yang sangat lambat,sehingga tidak terjadi peningkatan tekanan
poriberlebih akibat penggeseran.

Pengujian dilanjutkan sampai kondisi-kondisi berikut telah secara jelas dapat diidentifikasi:
- tegangan deviator maksimum, atau
- deformasi geser tetap berlangsung dengan volume konstan dan tegangangeser konstan.

Bila tidak satupun kondisi keruntuhan yang diperlukan terjadi, pengujian dihentikan pada
regangan aksial 20%; untuk kondisi ini kuat geser tidak perlu dilaporkan.

20
Kuat Geser Tanah

Hasil pengujian CD yang dilakukan pada tanah kohesif dapat diterapkan pada situasi dimana
konstruksi akan berlangsung dengan kecepatan yang cukup lambat sehingga tidak ada
tekanan pori berlebih yang timbul.

3.3 Pengujian Rinci Triaksial


3.3.1 Jenis Pengujian Triaksial
Seperti telah disinggung di atas, pengujian triaksial diklasifikasikan sesuai dengan kondisi
drainasi air di dalam contoh tanah, yakni :
a) Pengujian Undrained; air tidak diperbolehkan terdrainasi, sehingga tidak terjadi disipasi
tekanan air pori selama pemberian tegangan keliling. Demikian juga, air tidak
diperbolehkan terdrainasi selama pembebanan tegangan deviator.
b) Pengujian Consolidated-Undrained; air diperbolehkan terdrainasi selaama pemberian
tegangan keliling, sehingga benda uji dapat terkonsolidasi sepenuhnya pada tegangan
keliling ini. Pada saat pembebanan tegangan deviator, air tidak diperbolehkan terdrainasi
dari benda uji.
c) Pengujian Drained; air dari benda uji diperbolehkan terdrainasi selama pengujian,
sehingga benda uji dapat terkonsolidasi sepenuhnya pada tegangan keliling dan tidak
boleh terjadi tekanan air pori selama pembebanan dengan tegangan deviator.

Biasanya, pengujian triaksial dilakukan terhadap jenis-jenis tanah sebagai berikut :


a) Pengujian Undrained pada tanah kohesif jenuh sempurna.
b) Pengujian Undrained pada tanah kohesif jenuh sebagian.
c) Pengujian Consolidated Undrained pada tanah jenuh sempurna.
d) Pengujian Consolidated Undrained pada tanah jenuh sebagian.
e) Pengujian Drained.

3.3.2 Pengujian Undrained pada Tanah Kohesif Jenuh Sempurna


Pengujian dilakukan pada contoh tanah tak terganggu dari lempung, lanau dan gambut untuk
memperoleh kekuatan alami tanah atau pada contoh tanah lempung remasan (remoulded) di
laboratorium.

Tegangan deviator saatruntuh tidak tergantung dari tekanan keliling.Gambar di bawah


contoh lingkaran tegangan Mohr. Bila kuat geser ditunjukkan sebagai fungsi tegangan
normal total dari hukum Coulomb :
 f = cu + σ tan Øu, dan bila Øu = 0, maka cu = ½ (σ1 – σ3)f. Kuat geser yang diperoleh dapat
digunakan dalam analisis stabilitas menggunakan tegangan total, analisis ini dikenal sebagai
metoda analisis Ø = 0 (Skempton, 1948).

21
Kuat Geser Tanah

Gambar 3.2 Lingkaran tegangan Mohr untuk pengujian undrained pada tanah kohesif jenuh
sempurna

Bila selama pengujian dilakukan pengukuran tekanan air pori, tegangan-tegangan efektif
saat runtuh dapat ditentukan. Untuk tanah lempung jenuh sempurna tegangan utama major
σ1’ (= σ1 – u) dan tegangan utama minor σ3’ ( = σ3 – u) tidak tergantung dari besar tekanan
sel yang diberikan. Jadi, hanya dapat diperoleh satu lingkaran tegangan efektif yang
diperoleh (Gambar 3) dan bentuk selubung keruntuhan untuk tegangan efektif tidak dapat
diperoleh. Untuk itu, perlu dilakukan pengujian consolidated undrained atau pengujian
drained.
Perubahan tekanan air pori yang terjadi pengambilan dan persiapan contoh tanah dapat
terjadi saat pengambilan contoh anah di lapangan. Tegangan saat runtuh yang diambil harus
berupa tegangan deviator maksimum. Pada beberapa contoh tanah yang melunak setelah
mengalami konsolidasi berat (heavily consolidated), dan pada contoh tanah remasan,
keruntuhan terjadi pada kondisi plastic pada tegangan konstan dan setelah terjadi regangan
aksial yang sangat besar, yakni sekitar 10% hingga 20%.

3.3.3 Pengujian Undrained pada Tanah Kohesif Jenuh Sebagian


Aplikasi pengujian ini dilakukan pada contoh tanah yang dipadatkan di laboratorium pada
kadar air dan kepadatan tertentu. Pengujian ini juga dilakukan untuk contoh tanah tak
terganggu dari perlapisan tanah di lapangan yang jenuh sebagian (misalnya tanah residual),
atau contoh tanah dari timbunan yang dipadatkan.Tegangan deviator saat runtuh
meningkatsesuai dengan tekanan keliling (sel). Peningkatan in menjadi lebih kecil secara
progresif saat kandungan udara dalam pori-pori termampatkan hilang melalui pelarutan, dan
berhenti ketika tegangan-tegangan cukup besar untuk menjenuhkan contoh tanah. Selubung
keruntuhan dari tegangan total berbentuk non-linier (Gambar 3.3), nilai cu dan Øu dapat
diperoleh untuk kisaran tegangan tertentu.

22
Kuat Geser Tanah

Gambar 3.3 Lingkaran tegangan Mohr hasil uji undrained untuk tanah jenuh sebagian,
(a) tegangan total, (b) tegangan efektif

Bila tekanan air pori diukur selama pengujian, dapat digambarkan selubung keruntuhan
tegangan efektif (Gambar 3.3b) yang hampir linier.

Penentuan nilai c’ dan Ø’ pada setiap pengujian dimana terjadi geseran pada kondisi
undrained, timbul keraguan mengenai kondisi tegangan saat runtuh. Perubahan tegangan
deviator dan tekanan air pori yang terjadi selama peng ujian terhadap contoh tanah yang
cenderung melebar (dilatasi) ditunjukkan pada Gambar 3.4 (a) dan (b). Nilai c’ dan Ø’ hampir
sama dengan nilai maksimum. Peningkatan tegangan deviator terjadi setelah nilai tersebut
sebagai akibat turunnya tekanan air pori, seperti contoh dari titik (1) ke titik (2), akibat
kecenderungan tanah mengembang (dilatasi) saat digeser.

23
Kuat Geser Tanah

Gambar 3.4 Variasi kondisi tegangan selama engujian undrained untuk tanah dilatan, (a)
tegangan deviator, (b) permaterial tekanan air pori, dan (c) lingkaran Mohr tegangan efektif

3.3.4 Pengujian Consolidated Undrained pada Tanah Jenuh Sempurna


Pengujian dilakukan pada contoh-contoh tanah lempung, lanau dan gambut, pada contoh
tanah lempung dan lanau remasan, dan pada contoh tanah tanah tak berkohesi, seperti
pasirdan kerikil.Pada kasus tanah tak berkohesi, karet membrane ditopang oleh cetakan
kaku.

Untuk pengujian standar, contoh tanah dikonsolidasi terlebih dahulu pada tekanan sel,
kemudian benda uji digeser pada kondisi undrained dengan beban aksial. Seperti halnya
pengujian undrained, tekanan sel saat benda uji digeser tidak berpengaruh terhadap
kekuatannya. Hasil pengujian adalah berupa tegangan total cuyang diplotkan terhadap
tekanan konsolidasi p. Hasil pengujian consolidated-undrained berupa tegangan total dapat
diaplikasikan secara terbatas di lapangan. Bila tekanan air pori diukur selama pengujian,
hasilnya berupa tegangan efektif. Nilai c’ dan Ø’ dapat diperoleh dan diaplikasikan dalam
analisis.Nilai c’ dan Ø’ biasanya ditentukan berdasarkan lingkaran tegangan efektif sesuai
dengan tegangan deviator maksimum.

24
Kuat Geser Tanah

Gambar 3.5 Pengujian CU pada tanah jenuh sempurna; (a) kadar air, (b) kekuatan
undrained), (c) Nilai Af, diplot terhadap tekanan konsolidasi p, (d) Selubung lingkaran Mohr
tegangan efektif

25
Kuat Geser Tanah

3.3.5 Pengujian Consolidated Undrained pada Tanah Jenuh Sebagian


Biasanya, pengujian ini dilakukan terhadap contoh tanah tak terganggu atau contoh tanah
timbunan yang dipadatkan, terutama ketika tingkatpenjenuhan tidak terlalu rendah untuk
menghasilkan kisaran tegangan pada pengujian undrained untuk menentukan selubung
keruntuhan yang baik. Pengujian tersebut juga digunakan untuk mempelajari pengaruh
terendamnya lapisan fondasi atau material timbunan tanah, dan mengindikasikan besarnya
perubahan volume.Rendaman (banjir), meskipun terjadi pada perioda bulanan pada suatu
gradient hidraulik yang siknifikan, hal tersebut tidak dapat menjenuhkan benda uji di
laboratorium. Jadi, untuk pengujian tertentu, kekuatan yang diukur selama tahap pengujian
undrained, tidak tergantung dari perubahan tekanan sel pada tahap ini, dan tidak dapat
menggambarkan nilai cu seperti kasus tanah jenuh sempurna. Analisis tegangan total tidak
praktis dilakukan. Nilai tegangan-tegangan efektif saat runtuh diperoleh dari pengukuran
tekanan air pori, dan nilai c’ dan Ø’ dapat ditentukan.Di bawah adalah contoh pengujian
triaksial CU yang selubung kelongsoran digambarkan dengan lingkaran Mohr dan p – q.

Gambar 3.6 Selubung kelongsoran dengan lingkaran Mohr dan p-q

26
Kuat Geser Tanah

3.3.6 Pengujian Drained


Pengujian drained dilakukan pada contoh semua jenis tanah, yakni contoh tak terganggu,
remasan, dipadatkan, baik jenuh sempurna maupun jenuh sebagian. Pada pengujian
standar, benda uji dikonsolidasi pada tekanan keliling (sel), kemudian digeser dengan
pembebanan aksial dengan kecepatan geser yang cukup lambat untuk menghindari
terjadinya tekanan air pori berlebih. Tegangan utama minor σ3’ saat runtuh sama dengan
tekanan konsolidasi p; tegangan utama major σ1’, adalah tegangan aksial. Karena tekanan
air pori nol, tegangan-tegangan efektif sama dengan tegangan-tegangan yang diberikan
(bekerja), dan selubung kekuatan geser atau tegangan-tegangan efektif dapat diperoleh
langsung dari lingkaran-lingkaran keruntuhan, seperti gambar di bawah. Nilai-nilai c’ dan Ø’
yang diperoleh dari hasil pengujian drained diganti dengan cd dan Ød.

Pengujian drained juga memberikan informasi terhadap perubahan volume yang diikuti
dengan aplikasi tekanan keliling, tegangan deviator dan karakteristik tegangan-regangan
tanah.

Gambar 3.7 Lingkaran Mohr pada pengujian drained, (a) tanah terkonsolidasi normal, dan
(b) tanah terkonsolidasi berlebih

3.4 Keuntungan dan Keterbatasan Pengujian Triaksial


Keuntungan yang menonjol dari pengujian triaksial, adalah: kontrol terhadap kondisi drainasi
dan pengukuran tekanan air pori. Hal tersebut tidak dapat dilakukan oleh jenis pengujian kuat

27
Kuat Geser Tanah

geser lainnya. Keruntuhan akibat tekanan air pori berlebih adalah merupakan faktor terbesar
dari terjadinya keruntuhan.

Kecuali penggunaan kotak geser (shear box) untuk mengukur kekuatan geser tanah dalam
kondisi drained dan karakteristik perubahan volume, alat triaksial telah digunakan untuk
mempelajari karakteristik kuat geser dan tekanan air pori.

Keterbatasan dari pengujian menggunakan triaksial, antara lain adalah :


a) Pengaruh tegangan utama intermediate (σ2).
b) Perubahan arah tegangan utama.
c) Pengaruh pengekangan akhir, antara end cap dengan benda uji.
d) Lama waktu pengujian.

3.4.1 Pengaruh tegangan utama intermediate


Dalam tabung silinder (chamber) pengujian triaksial, tegangan utama intermediate (σ2) sama
dengan tegangan utama minor (σ3). Pada prakteknya sebagai pendekatan pada plane strain,
nilai σ2 biasanya lebih tinggi dari σ3, hal tersebut akan dapat mempengaruhi c’ dan Ø’ serta
parameter tekanan air pori A dan B.

3.4.2 Perubahan arah tegangan utama


Dalam tabung silinder pengujian triaksial, bidang-bidang utama (principle planes) ditentukan
berhubungan dengan sumbu benda uji. Pada tanah yang berlapis-lapis (laminated) sebagai
hasil dari terkonsolidasi berlebih (over consolidated) atau metoda pemadatan atau akibat dari
pengendapan, nilai c’dan Ø’ akan dipengaruhi oleh inklinasi bidang, dimana terjadi tegangan
geser maksimum.Pengaruhnya dapat dipelajari dengan memotong benda uji dengan
sumbunya dimiringkan sedemikan rupa, sehingga permukaan keruntuhan dapat mengikuti
bidang lemah alami.Nilai c’ dan Ø’ adalah parameter yang paling dipengaruhi oleh laminasi
dalam lapisan terkonsolidasi berlebih.

3.4.3 Pengaruh Pengekangan Akhir


Friksi antara ujung benda uji dengan end cap yang kaku yang diperlukan untuk meneruskan
beban aksial membatasi deformasi lateral di dekat permukaan. Hal tersebut akan
mempengaruhi kondisi tegangan dan regangan yang seragam, yakni :
- Karakteristik kekuatan.
- Karakteristik perubahan volume.
- Karakteristik tekanan air pori.

Pengujian dilakukan dengan menggunakan penahan khusus untuk menghilangkan


pengekangan akhir (end restrain), juga menggunakan benda uji yang mensyaratankan
panjang benda uji minimal 2 kali diameter.

3.4.4 Lama Waktu Pengujian


Lama waktu pengujian yang biasa digunakan dalam pengujian triaksial mengundang
perdebatan, terutama adanya fenomena rangkakan (creep). Aplikasi tegangan geser

28
Kuat Geser Tanah

terhadap benda uji jenuh sempurna pada kondisi undrained akan mengakibatkan terjadinya
tekanan air pori berlebih. Pengujian undraineddikontrol oleh nilai tekanan air pori. Hubungan
antara tekanan air pori dengan tegangan deviator tidak tergantung dari laju pengujian, tetapi
oleh nilai rata-rata, oleh karena itu kekuatan yang diukur, dipengaruhi oleh banyaknya contoh
tanah.

Tekanan air pori awal “undrained” tidak menunjukkan kondisi paling kritis. Pendistribusian
tekanan air pori lokal pada jarak yang pendek atau pada sisipan (seams) yang mempunyai
permeabilitas yang lebih tinggi cenderung membuat peningkatan secara gradual terhadap
tekanan air pori sebelum drainasi menjadi efektif (Terzaghi and Peck, 1948, Ward, Penman
and Gibson, 1953). Pada kasus lempung terkonsolidasi berlebih, dimana saat penggeseran
dapat menjadikan turunnya tekanan aair pori pada kondisi undrained, terlambatnya
keruntuhan sebagai konsekuensi dari peningkatan tekanan air pori yang terjadi.

1. Pengujian Undrained tanpa Pengukuran Tekanan Air Pori


Biasanya, pengujianan dilakukan terhadap contoh tanah kohesif kondisi jenuh sempurna,
baik tak terganggu (undisturbed) maupun contoh remasan (remoulded) dengan diameter 1½”
(35, 8 mm).

Untuk pengujian rutin, laju pembebanan/peregangan (strain rate)yang diberikan adalah


sekitar 1% - 2%/menit. Regangan yang diberikan hingga tercapai keruntuhan tergantung
dari: jenis tanah, riwayat konsolidasi dan derajatketergangguan contoh tanah. Pada contoh
tanah lempung tak terganggu terkonsolidasi normal, dan pada beberapa contoh lempung
terkonsolidasi berlebih dengan kekuatan tinggi, keruntuhan terjadi pada regangan antara 2%
– 5%.Pada contoh remasan lempung mengandung kerakal, keruntuhan dapat terjadi pada
regangan sekitar 30%.

2. Pengujian Undrained dengan Pengukuran Tekanan Air Pori


Pengujian ini biasanya dilakukan terhadap contoh material tanah yang dipadatkan untuk
timbunan bendungan. Akibat adanya kandungan udara, peningkatan tekanan keliling pada
kondisi undrained membuat terjadinya pengurangan volume dan peningkatan tegangan
efektif. Lingkaran-lingkaran tegangan Mohr yang diperoleh dari sejumlah pengujian pada
tegangan-tegangan keliling yang berbeda-beda membuat selubung tegangan efektif dapat
ditarik, bila dilakukan ppengukuran tekanan air pori. Diameter benda uji yang biasa
digunakan adalah 4” (100 mm). Meskipun pada tanah lempung yang mempunyai
permeabilitas rendah, penggunaan kertas strip filter untuk mempercepat disipasi tekanan air
pori, laju penggeseran biasanya dilakukan sekitar 6 jam. Tabel di bawah memandu laju
pembebanan/pengujian pada pengujian undrained dengan pengukuran tekanan air pori.

29
Kuat Geser Tanah

Tabel 3.1 Laju pembebanan untuk pengujian undrained dengan pengukuran tekanan air pori
(Bishop & Henkel, 1972)
Jenis Tanah Permeabilitas Koefisien Laju Waktu runtuh
(cm/s) konsolidasi pembebanan (Jam)
(%/mnt) Di bawah Di atas OMC
OMC (%) (%)
Lempung laut 1x10-4 2x10-1 0,08 1 2½
(Moraine) hingga hingga
1x10-6 2x10-2
Lempung 1x 10-6 2x10-2 0,08 dengan 1½ 3
kerakalan hingga hingga strip kertas
1x10-7 2x10-3 filter
Lempung 1x10-7 2x10-3 0,08-0,04 2–4 4-8
kerakalan hingga hingga dengan strip
dan lempung 1x10-8 2x10-4 kertas filter
residual

3. Pengujian Consolidated-Undrained
Pengujian dapat dilakukan tanpa atau dengan pengukuran tekanan air pori, tetapi pada
umumnya dilakukan dengan pengukuran tekanan air pori..Untuk pasir jenuh lama waktu
pengujian biasanya sekitar satu jam,untuk lempung jenuh memakan waktu sekitar 4 – 6
jam.Untuk tanah lempung jenuh sebagian, biasanya pengujian dilakukan dengan
menggunakan benda uji berdiameter 4” (100 mm).

4. Pengujian Drained
Pengujian dikonsolidasi pada tegangan keliling (σ3) terlebih dahulu, kemudian diberi
pembebanan geser dengan memperbolehkan terjadinya drainasi air dari benda uji.Laju
pembebanan geser diatur sedemikian rupa, sehingga tekanan air porinyanol selama
pengujian.

Sebelum diberikan pembebanan geser, benda uji dikonsolidasi pada tegangan keliling.Dari
hasil konsolidasi tersebut dapat diperoleh waktu konsolidasi t100 dan koefisien konsolidasi cv.
Waktu keruntuhantfdapat dihitung dengan menggunakan rumus di bawah.

h2 20h 2
tf  
.0,05 cv
 adalah suatu faktor yang tergantung dari kondisi drainasi benda uji; bila tanpa
menggunakan kertas filter sebagai drainasi radial (hanya melalui ujung atas dan bawah), 
=3,0 dan bila menggunakan filter drainasi radial (plus ujung bawah dan atas),  =40,4.yang

30
Kuat Geser Tanah

Untuk memilih laju pembebanan yang sesuai, perlu juga diketahui regangan keruntuhan
tergantung dari jenis tanah dan riwayat konsolidasinya.Sebagai gambaran regangan
keruntuhan dan waktu keruntuhan ditunjukkan seperti tabel di bawah.

Tabel 3.2Regangan dan waktu keruntuhan dari beberapa jenis tanah (Bishop & Henkel,
1972)
Jenis Tanah LL (%) PL(%) Regangan Waktu keruntuhan
keruntuhan (Jam)
(%)
1. Contoh Tak Terganggu
- Terkonsolidasi normal 28-103 18-34 20-24 46-50
- Terkonsolidasi berlebih 43-80 18-27 4-8 8-30
2. Contoh Remasan
- Terkonsolidasi normal 43-78 18-26 20-22 30-48
- Terkonsolidasi berlebih 43-78 18-26 11-14 30-48
dengan rasio 4
- Terkonsolidasi berlebih 43-78 18-26 5-7 8-24
dengan rasio 24

Untuk analisis stabilitas jangka panjang dimana solusinya berdasarkan parameter-prameter


tegangan efektif dan tekanan air pori, baik yang dihitung maupun yang diukur di lapangan,
pengujian drained biasanya memerlukan waktu sekitar ½ hari hingga 3 hari, tergantung
jenis tanahnya.

Pada bendungan urugan, tekanan air pori yang kritis terjadi saat pelaksanaan konstruksi
atau saat air waduk surut cepat. Kesalahan pengujian dapat dikurangi dengan menggunakan
laju pengujian yang lebih lambat di laboratorium, secara praktis dengan menggunakan laju
minimum yang konsisten dengan memperoleh drainasi keseluruhan (full drainage) dalam
pangujian drained atau pengukuran tekanan air pori yang teliti dalam pengujian undrained.
Kesalahan pada kondisi tertentu ini diimbangi oleh pengaruh dari tegangan intermediate (σ 2)
dan perhitungan dua dimensi dari analisis stabilitas.

Pengujian rutin undrained pada contoh tanah tak tergangggu biasanya dilakukan dalam
waktu sekitar 10 - 15 menit. Penggunaan langsung dari hasil tersebut dalam analisis
tegangan total mencakup antara lain parameter-parameter c’, Ø’ dan tekanan air pori.

31
Kuat Geser Tanah

Tabel 3.3 Kuat geser material lempung di Indonesia (Najoan 1990)

3.5 Uji Geser Laboratorium Lainnya


3.5.1 Umum
Uji kuat geser di laboratorium dilakukan baik pada contoh tanah tak terganggu maupun yang
terganggu dari material fondasi dan tubuh bendungan.Pengujian ini dilakukan untuk
memperoleh parameter kuat geser yang diperlukan dalam analisis stabilitas bendungan.
Yang termasuk uji kuat geser di laboratorium adalah uji tekan bebas (SNI 03-3638-1994), uji
geser triaksial (SNI 03-2455-1991 dan SNI 03-4813-1998), uji geser langsung (SNI 03-2813-
1992), uji geser torsi atau rotasi, dan uji geser sederhana (simple shear).

Penentuan parameter kuat geser merupakan bagian terpenting dan tersulit dari analisis
stabilitas. Kesulitan itu antara lain dalam memperoleh contoh uji yang dapat mewakili,
menjaga contoh uji agar tetap tak-terganggu , sesuai kondisi pembebanan di lapangan , dan
menghindari kesalahan pengujian.

Pada umumnya contoh uji yang benar-benar mewakili kondisi di lapangan sangat sulit
diperoleh.Namun parameter kuat geser dapat ditentukan berdasarkan nilai rata-rata dari
sejumlah hasil pengujian.Pembebanan dan tegangan yang bekerja pada contoh uji di
laboratorium, berbeda dengan yang ada pada elemen tanah di lokasi bidang runtuh.Oleh
karena itu, pengalaman mempunyai peranan penting dalam evaluasi hasil pengujian, yaitu
untuk memastikan apakah parameter yang dipilih dapat mewakili material di lapangan.

3.5.2 Kuat Geser Tak Terkekang


Tujuan uji kuat geser tanah tak terkekang (biasa juga dikenal sebagai kuat tekan bebas)
adalah untuk mengukur kuat geser tidak terdrainase (cu) lempung dan lempung lanauan.Uji
ini dapat dilakukan dengan mengacu pada standar uji SNI 03-3638 atau ASTM D
2166.Pengujian ini juga disebut “quick compression test”, karena pembebanan aksial

32
Kuat Geser Tanah

dilakukan dalam waktu yang relatif cepat, dan tidak terjadi perubahankadar air dalam benda
uji selama pengujian.

Pengujian kuat tekan bebas dilakukan terhadap suatu benda uji silindris dengan memberikan
pembebanan aksial secara menerus hingga terjadi keruntuhan. Laju pembebanan konstan
yang diberikan biasanya sekitar 0,3 – 10%/menit, tetapi laju sekitar 2%/menit telah cukup
memuaskan untuk sebagian besar jenis tanah lempungan, sampai mencapai keruntuhan
dalam waktu sekitar 5 - 10 menit. Biasanya, diamataer (D) benda uji standar adalah 1½”
(35,8 mm) dengan panjang 2 D.

Hasil pengujian dinyatakan dalam qu = P/Ac, dimana P adalah beban aksial dan Ac adalah
A0
luas penampang saat runtuh, Ac= , A0 adalah luas penampang benda uji awal dan  f
1  f
adalah regangan (strain) waktu runtuh). Nilai kuat geser undrained cu = su = ½ qu.

Gambar 3.8 Hubungan tegangan-regangan dari hasil uji tekan tidak terkekang (UCS)

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menganalisis hasil uji kuat tekan bebas ini, adalah :
1) Penentuan kuat tekan bebas (tidak terkekang) dari tanah tidak terganggu, cetak ulang
atauyang dipadatkan dibatasi pada tanah kohesif atau tersementasi secara alami atau
buatan. Kuat geser yang dihasilkan dari uji ini pada tanah nonkohesif terlalu
rendah,namun biayanya murah dan waktu pelaksanaannya relatif singkat. Oleh karena
itu,jika tidak ada tekanan lateral dan kontrol tekanan air pori secara keseluruhan,hasilnya
menjadi tidak teliti.
2) Kurva tegangan-regangan dan ragam keruntuhan yang teramati selama pengujiandapat
memperlihatkan karakteristik lainnya. Sebagai contoh keruntuhan yangkurang baik atau
perosokan contoh menggambarkan tanah yang relatif lunak sepertipada lempung gemuk,
sementara keruntuhan kaku secara tiba-tibamenggambarkan lempung kering atau
material tersementasi. Kurva tegangan-reganganyang dikembangkan dari hasil uji ini

33
Kuat Geser Tanah

harus digunakan dengan hati-hatiuntuk penentuan modulus tanah sebagai masukan


dalam analisis numerik(misalnya analisis elemen hingga) yang sangat peka terhadap
perubahan modulus.
3) Tanah dengan rekahan miring, lensa-lensa pasir dan lanau serta cermin
sesarmempunyai kecenderungan runtuh lebih awal sepanjang bidang perlemahan
dalamuji tekan tidak terkekang ini. Ragam keruntuhan ini perlu dilaporkan kepada
tenagaahli geoteknik, karena kemungkinan memerlukan uji yang lebih canggih seperti
ujitriaksial untuk menentukan kekuatan di lapangan yang lebih realistis.

3.5.3 Uji Geser Langsung


Metode pengujian standar untuk uji geser langsung (direct shear test) dalam
kondisiterkonsolidasi dan terdrainase dijelaskan pada ASTM D3080-90.Metode pengujian
tersebut diringkaskan sebagai berikut:
- benda uji diletakkan pada alat geser langsung,
- tegangan normal yang telah ditentukan diberikan,
- ketetapan dibuat untuk pembasahan atau drainase benda uji, atau keduanya,
- benda uji dikonsolidasikan dengan suatu tegangan normal,
- rangka yang menahan benda uji kemudian dibuka dan satu rangka di dorongmendatar
terhadap lainnya dengan kecepatan deformasi geser yang konstan,
- gaya geser dan regangan horisontal selagi benda uji digeser diukur.

Hal-hal berikut diambil dari penjelasan metode pengujian:


- tiga atau lebih benda uji diuji, masing-masing pada beban normal yangberbeda, untuk
menentukan pengaruhnya terhadap tahanan geser danperpindahan, dan terhadap sifat-
sifat kekuatan seperti selubung lingkaranMohr,
- kondisi pengujian, termasuk beban normal, kecepatan penggeseran danlingkungan
kelembaban, ditentukan yang mewakili kondisi lapangan yangsedang diselidiki,
- diameter benda uji minimum untuk benda uji yang berbentuk silindris,atau lebar benda uji
yang berbentuk bujur sangkar, dan ketebalan benda ujiawal minimum ditentukan;
perbandingan minimum diameter benda ujiterhadap tebal atau lebar terhadap ketebalan
ditentukan sebagai 2:1,
- keruntuhan ditentukan pada tegangan geser maksimum yang dicapai atautegangan
geser pada 15 sampai 20% regangan lateral relatif,
- benda uji dikonsolidasikan pada beban normal yang diinginkan yangdiberikan pada satu
atau lebih kenaikan. Pemberian beban dengan satukenaikan cocok untuk tanah yang
relatif keras; untuk tanah yang relatiflunak, pemberian beban normal pada beberapa
kenaikan mungkindiperlukan untuk mencegah kerusakan pada benda uji,
- untuk semua kenaikan beban, akhir dari konsolidasi primer harus diperiksasebelum
melanjutkan pengujian (lihat ASTM D2435-90); kemudianlakukan pemeriksaan
perpindahan normal terhadap log waktu atau akarkuadrat waktu dalam menit,

34
Kuat Geser Tanah

- setelah konsolidasi primer dicapai, benda uji diberi pembebanan geser dengan
kecepatanyang bergantung pada karakteristik konsolidasi tanah. Kecepatan
harussedemikian rupa sehingga tak ada tekanan air pori berlebih pada saatkeruntuhan,
- perkiraan kecepatan yang cocok ditentukan sebagai berikut:
a) perkirakan waktu minimum yang diperlukan dari awal pengujiansampai keruntuhan,
(dalam menit), berdasarkan hubungan: tf = 50t50
dengan:
t50 adalah waktu yang diperlukan benda uji untuk mencapai 50persen konsolidasi
akibat tegangan normal yang ditentukan (ataukenaikan daripadanya) dalam menit,
b) tentukan kecepatan dari hubungan:
dr = df/tf
dengan:
dr adalah kecepatan, mm/menit;
df adalah perkiraan perpindahan horizontal pada saat keruntuhan,mm. sebagai
petunjuk, nilai df = 12 mm disarankan untuk digunakan jika materialtersebut tanah
berbutir halus yang terkonsolidasi normal atau sedikitterkonsolidasi; kalau tidak
gunakan df = 5 mm,
c) beberapa tanah seperti pasir padat dan lempung terkonsolidasi lebih,kemungkinan
tidak menampakan kurva perpindahan normal terhadap waktuyang jelas. Saran-saran
telah diberikan untuk memilih nilai tf yang sesuaiuntuk tanah ini. Metode untuk
menentukan nilai tf untuk tanah yangmengembang juga diberikan,
d) bidang keruntuhan benda uji tanah kohesif harus dipotret, disketsa ataudijelaskan
secara tertulis.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengujian ini, adalah :

a) Uji geser langsung (DS)


1) Uji DS adalah uji geser tertua dan paling sederhana pelaksanaannya. Kelemahan
ujiini yaitu bidang gesernya tertekan dengan kondisi sebagai berikut:
- Bidang runtuh sudah ditentukan terlebih dahulu yaitu berupa bidang horizontal
yang belum tentu merupakan bidang yang terlemah.
- Jika dibandingkan dengan uji triaksial, drainase pada uji ini tidakterkontrol.
- Kondisi tegangan pada benda uji tanah sangat komplek. Distribusitegangan
normal dan tegangan geser meliputi permukaan longsor tidakseragam, secara
tipikal ujung-ujungnya mengalami tegangan lebih besardaripada bagian
pusat/tengah. Oleh karena itu, bisa terjadi keruntuhan progresifyang sangat
besar, misalnya kuat geser tidak termobilisasisecara simultan.

2) Walaupun ada kelemahan, uji geser langsung masih tetap banyak digunakankarena
sederhana dan mudah dilaksanakan. Pengujian ini menggunakan volume tanahyang
lebih sedikit dibandingkan alat triaksial standar, sehingga waktu konsolidasi

35
Kuat Geser Tanah

lebihsingkat. Uji kotak geser langsung (DS) dengan laju pembebanan yang rendah
akan memberikannilai parameter kuat geser efektif c’ dan φ‘ yangcukup teliti (lihat
gambar di bawah).

3) Pengulangan siklus geser secara berkali-kali di sepanjang arah yang sama akan
memberikan parameter kuatgeser residual (cr’ dan φr‘). Uji geser langsung dapat
diaplikasikan khususnya padadesain fondasi yang diperlukan untuk menentukan
sudut geser antara tanah danmaterial fondasi yang dibangun, misalnya geseran
antara dasar fondasi beton dantanah di bawahnya. Dalam hal ini, kotak bawah diisi
dengan tanah dan kotak atasterdiri atas material fondasi.

Gambar 3.9Contoh hasil uji DS pada lempung terkonsolidasi normal

b) Uji geser sederhana (DSS = Direct simple shear)


1) Uji DSS dikembangkan terutama untuk memperbaiki uji geser langsung (DS)dengan
memberikan distorsi regangan geser dibandingkan regangan
(displasement)horisontal. Pada tahap awal digunakan benda uji bulat terkekang
dalam membran karet dengan serangkaian cincin kaku yang berjarak rata.
2) Versi uji lainnya dikembangkan oleh the Norwegian Geotechnical Institute (NGI)
dandigunakan benda uji persegi dengan pelat ujung berengsel, yang dapat
berpuntiruntuk mengatur agar panjang benda uji tetap selama terjadi geseran. Versi
NGI inidigunakan oleh sejumlah institusi geoteknik.
3) Pada umumnya alat ini digunakan untuk membantu studi regangan bidang
(misalbeban tanggul atau bendungan). Studi yang dilakukan di MIT, NGI,
SwedishGeotechnical Institute, dan Politecnico di Torino telah menyimpulkan bahwa
DSSmenghasilkan ragam yang paling representatif untuk kekuatan kerja tanah tidak
terdrainase yang digunakan dalam analisis stabilitas termasuk bendungan,
fondasi,dan galian dalam tanah lunak.

36
Kuat Geser Tanah

3.5.4 Uji Geser Bolak-Balik


Uji geser bolak-balik (reversal shear box) adalah alat modifikasi alat geser langsung dengan
melakukan penggeseran contoh tanah secara bolak-balik dan berkali-kali untuk memperoleh
kuat geser sisa (residual).Biasanya kuat geser sisa ini digunakan pada lapisan tanah yang
pernah mengalami kelongsoran atau batuan serpih yang berlapis-lapis.

Cara penentuan parameter diperoleh dengan menggunakan alat uji geser bolak-balik
(reversal shear box), atau torsional ring shear, dimana nilai kuat geser sisa (residual) diambil
saat kondisi benda uji digeser beberapa kali, sehingga kuat geser sisa telah mencapai nilai
yang hampir konstan. Hasil pengujian kuat geser residual menggunakan alat reversal shear
box ditunjukkan seperti gambar di bawah.

Kekuatan geser material tidak jenuh secara substansial umumnya lebih besar dibandingkan
dengan material tersebut pada kondisi jenuh.Meskipun demikian, kondisi yang mendekati
jenuh dapat dicapai pada kondisi lereng yang bervegetasi serta pada permukaan yang
dilindungi, kecuali jika lereng secara efektif telah terlindung sedemikian rupa baik dari efek
infiltrasi secara langsung maupun tidak langsung.

Gambar 3.10 Alat geser bolak-balik (reversal shear box)

37
Kuat Geser Tanah

Gambar 3.11 Hasil uji kuat geser residual menggunakan alat reversal shear box

3.6 Uji Geser Lapangan


Pengujian untuk memperoleh kuat geser tanah undrained yang untuk lapisan tanah fondasi
yang kohesif dan jenuh adalah menggunakan alat baling-baling (vane shear apparatus).
Pengujian dapat dilakukan melalui lubang bor atau bila tanahnya lunak dan tidak dalam (< 10
m) dapat dilakukan dengan cara penusukan alatnya sendiri.

Peralatan uji geser baling yang digunakan yailu yang mempunyai rangkaian sebagai berikut:
(1) baling harus berdaun empat, berbentuk runcing bersudut 90° atau persegi empat dengan
ukuran-ukuran yang standar;
(2) batang pemuntir, yang menghubungkan baling dengan alat pemuntir harusmempunyai
diameter tertentu (standar), agar tidak tertekuk waktu ditekanatau terpuntir waktu
pengujian;

38
Kuat Geser Tanah

(3) kerangka batang pemuntir untuk mencegah gesekan tlntara batang-batangpemuntir dan
pipa pelindung lubang bor atau dinding lubang bor;
(4) apabila kerangka batang pemuntir tidak digunakan, maka pasanglah bantalan peluru
pada pipa pemuntir di setiap interval 3,00 m, untuk mencegahkemungkinan batang
terdorong ke samping;
(5) alat pemuntir baling yang berfungsi untuk memuntir batang-batang pemuntirbaling,
dengan ketentuan :
- harus cukup teliti dan mempunyai ketepatan pembacaan momen puntir;
- pembacaan momen puntir harus menghasilkan ketelitian 2 kPa dari kekuatan geser
tanah yang diuji;
- pemilihan alat pemuntir dengan sistem roda gigi lebih dianjurkan daripada
pemuntir tangan dengan kunci pemutar;
- alat pembaca momen puntir dan stop watch harus dikalibrasi minimal 3 tahunsekali
dan atau pada saat diperlukan.

Pengujian dilakukan dengan cara memasukkan baling-baling ke dasar lubang bor atau
kerangka batang pemuntir baling, dengan cara mendorong/menekan ujung baling-baling
sampai pada kedalaman/dasar lubang bor yang diinginkan. Lakukan pengujian dengan cara:
- putar stang pipa di bagian atas dengan kecepatan sekitar 0,10/ detik.
- keruntuhan contoh pada tanah lempung biasanya terjadi setelab 2 - 5 menit, danpada
tanah lempung sangat lembek terjadi setelah 10 - 15 menit;
- catat momen puntir yang terjadi pada alat pemuntir dengan sistem roda gigiselang 10
detik sampai contoh runtuh;
- hitung momen puntir yang mengakibatkan keruntuhan lapisan tanah di sekitar
baling,dengan menggunakan persamaan :

T=sxK
dimana:
T = momen puntir (N.m);
s = kekuatan geser tanah berkohesi (N/m2);
K = konstanta yang tergantung padabentuk dan ukuran baling (m3).

Untuk bentuk baling segi empat, hitung nilai konstanta K, dengan menggunakan persamaan:

K = (π/10‘) X (D²H/2) x (1 + D/3H)

dimana:
D = diameter baling (cm);
H = tinggi baling (cm).

Untuk bentuk baling segi empat, hitung nilai konstanta K, dengan menggunakan persamaan:

K = 1/10‘[π D³ + 0,37(2D³ - d3)]

39
Kuat Geser Tanah

dimana:
D = diameter baling (cm)
d = diameter batang (cm).

Hitung sensitivitas dengan menggunakan persamaan:

St = Su/Sr

dimana:
St = sensitivitas;
Su = kekuatan geser tanah tak terganggu;
Sr = kekuatan geser tanah cetak ulang (remoulded).

Gambar 3.12 Alat uji geser undrained baling-baling (vane shear)

Hasil pengujian kuat geser undrained (Su) harus dikoreksi berdasarkan nilai indeks
plastisitas tanah (IP).

Gambar 3.13 Faktor koreksi baling terhadap indeks plastisitas(Chandler, 1988)

Beberapa korelasi antara nilai kuat geser dengan sondir dapat dilihat pada Lampiran C.

40
Kuat Geser Tanah

Gambar 3.14 Hasil uji baling-baling in-situ

41
Kuat Geser Tanah

BAB IV
APLIKASI DALAM ANALISIS

4.1 Umum
Hasil pengujian bisa diterapkan untuk menilai kekuatan pada situasi lapangan di mana
konsolidasi telah selesai akibat tegangan normal yang ada.Hasil dari beberapa pengujian
bisa digunakan untuk menyatakan hubungan antara tegangan konsolidasi dan kuat geser
terdrainase.Kuat geser yang didapat dari pengujian geser langsung dapat digunakan untuk
perhitungan stabilitas dan berlaku terutama untuk bagian tengah bidang gelincir yang
horisontal.

Meskipun demikian, pada uji geser langsung, keruntuhan mungkin tidak terjadi pada bidang
yang paling lemah karena keruntuhan dipaksa untuk terjadi pada atau mendekati bidang
horisontal pada bagian tengah benda uji. Juga, sementara kecepatan yang rendah (lambat)
memberi jalan untuk disipasi dari tekanan air pori berlebih, kecepatan tersebut juga
menyebabkan aliran plastis pada tanah kohesif lunak.

Analisis stabilitas berdasarkan perilaku tanah dapat dilakukan dengan berbagai carayakni :
a) analisis tegangan total (total stress analysis);
b) analisis tegangan efektif (effective stress analysis);
c) analisis kuat geser tak-teralirkan (undrained strength analysis).

Untuk timbunan yang melibatkan pembebanan satu tahap ataupun beberapa tahap dimana
pembebanan menimbulkan kenaikan tegangan pada tanah, kondisi jangka pendek
merupakan kondisi paling kritis. Hal ini disebabkan pola pembebanan seperti ini akan
menimbulkan kenaikan tekanan air pori dan disipasi tekanan air pori terhadap waktu setelah
pembebanan usai. Proses yang disebutkan terakhir menyebabkan tegangan efektif dan kuat
geser akan bertambah (gain in strength).

Teknik analisis kuat geser tak-teralirkan tidak akan dibahas di sini, karena selain jarang
digunakan, analisis ini membutuhkan pengujian kuat geser dengan konsolidasi anisotropik
yang jarang diterapkan pada laboratorium-laboratorium mekanika tanah pada umumnya.
Pembaca yang tertarik dengan teknik ini bisa merujuk ke tulisan Ladd (1991).

4.2 Pertimbangan Analisis


4.2.1 Analisis Tegangan Total
Stabilitas timbunan dihitung dengan hanya mempertimbangkan kuat geser undrained
sebelum dimulainya konstruksi tanpa memperhitungkan kenaikan kuat geser
akibatkonsolidasi. Pada suatu analisis tegangan total, kuat geser yang tersedia  f pada
suatupotensi bidang keruntuhan adalah:

42
Kuat Geser Tanah

 f = cu +σn tanφu

di mana cu dan φu diperoleh dari selubung keruntuhan tegangan total Mohr-Coulomb.

Apabila diasumsikan tanah sepenuhnya jenuh (fully saturated), kuat geser undrained cu yang
digunakan adalah cu = su dan φu = 0. Kuat geser untuk tegangan total dapat diperoleh dari uji
triaksial unconsolidated undrained (UU), geser baling-baling (vane shear, VST) atau sondir
(CPT).

Uji triaksial UU harus diinterpretasikan dengan konsep φ = 0. Sebagai contoh, pada gambar
di bawah diperlihatkan kuat geser undrained su yang berbeda untuk masing-masing benda uji
(specimen) akibat gangguan contoh tanah (sample) atau faktor-faktor lainnya. Namun,
kebanyakan laboratorium mekanika tanah menyajikan parameter kuat geser undrained
sebagai interpolasi atau best-fit selubung keruntuhan dari masing-masing lingkaran Mohr.
Interpretasi seperti ini adalah tidak tepat; untuk masing-masing pengujian, kuat geser
undrained (jari-jari dari masing-masing lingkaran Mohr) harus dievaluasi (lihat gambar di
bawah). Teknik sederhana yang direkomendasikan untuk digunakan adalah dengan merata-
ratakan kuat geser undrained untuk keseluruhan (n) buah lingkaran Mohr.
n
 1   3 
  2 
i
su= i 1
n

Gambar 4.1 Interpretasi hasil uji triaksial UU

Apabila kuat geser undrained didapat dari uji geser baling-baling lapangan (FVST), nilai yang
diperoleh dari hasil uji tersebut harus dikoreksi sebelum digunakan pada analisis stabilitas
timbunan. Faktor koreksi ini dinyatakan sebagai μ dan merupakan fungsi dari indeks
plastisitas IP dan waktu kerunruhan tf, Chandler, 1988, seperti grafik di bawah.

43
Kuat Geser Tanah

Gambar 4.2 Faktor koreksi baling-baling (R) yang dinyatakan dalam indeks plastisitas
dan waktu keruntuhan (Chandler, 1988)

Kenaikan kuat geser undrained Δcuakibat proses konsolidasi dapat diestimasi secara
sederhana dari parameter-paramater efektif hasil uji triaksial CU:

Δcu= U⋅tan φ’⋅Δσv

dengan pengertian:

U = derajat konsolidasi (dalam desimal)


φ’ = sudut geser dalam efektif (°)
Δσv = kenaikan tegangan (kN/m2)

Aplikasi kuat geser dengan metoda tegangan efektif dan tegangan total dalam analisis
stabilitas lereng bendungan tanah pada berbagai kondisi pembebanan ditunjukkan pada
tabel di bawah. Tabel tersebut juga menunjukkan persyaratan Faktor Keamanan (FK)
minimum yang harus dipenuhi dalam analisis.

4.2.2 Analisis Tegangan Efektif


Kuat geser efektif yang diperlukan untuk analisis tegangan efektif dinyatakan oleh parameter-
parameter kuat geser efektif Mohr-Coulomb c’ dan φ’ yang diperoleh dari uji triaksial drained
(CD), consolidated-undrained (CU) dengan pengukuran tekanan air pori atau dari geser
langsung (direct shear). Nilai c’ dan φ’ dari uji triaksial CU pada prinsipnya sama dengan
yang didapat dari uji triaksial CD dan geser langsung.

Analisis tegangan efektif memerlukan informasi tekanan air pori awal sebelum, selama dan
sesudah konstruksi. Tekanan air pori awal sebelum konstruksi bisa diketahui dengan relatif
mudah melalui penyelidikan lapangan. Namun, variasinya selama konstruksi sulit diprediksi
dengan akurat. Mempertimbangkan hal tersebut, kondisi undrained dapat dianalisis dengan
menggunakan tegangan total.

44
Kuat Geser Tanah

Tabel berikut merangkum parameter-parameter yang relevan untuk suatu analisis stabilitas.

Tabel 4.1 Kuat geser, tekanan air pori dan berat isi yang relevan untuk analisis stabilitas
pada berbagai kondisi

Masalah-masalah yang perlu diperhatikan dalam analisis stabilitas dan deformasi, adalah :
1) Untuk tanah lempung terkonsolidasi normal, nilai-nilai c’ dan Ø’ yang diperoleh dari
pengujian CU dengan pengukuran tekanan air pori, dan hasil dar pengujian CD
tergantung dari laju pembebanan geser (strain rate) yang digunakan.
2) Untuk tanah lempung terkonsolidasi berlebih berat (heavy over consolidated) dan pasir
(kecuali pada kondisi sangat urai), pengujian drained cenderung menghasilkan nilai c’
dan Ø’yang lebih tinggi akibat penammaterial volume contoh selama pemberian beban
geser terhadap laju pembebanan yang lambat.
3) Untuk tanah timbunan yang dipadatkan dan jenuh sebagian, nilai c’ akan berkurang, bila
terjadi peningkatan kadar air pada pengujian CU atau CD.

4.3 Hubungan antara Kuat Geser Dengan Kondisi Pembebanan


4.3.1 Umum
Pembebanan yang biasanya dievaluasi untuk analisis stabilitas lereng, adalah pada kondisi :
 selesai dan selama konstruksi berlangsung;
 aliran langgeng;
 surut cepat.
Parameter kuat geser material yang digunakan di dalam analisis harus memberikan
gambaran tentang perilaku material pada tiap kondisi pembebanan.

4.3.2 Kuat geser pada kondisi selesai dan selama konstruksi


Pembebanan pada kondisi selesai dan selama konstruksi berlangsung dapat dianalisis
dengan menggunakan konsep kuat geser total dan konsep kuat geser efektif.

45
Kuat Geser Tanah

1. Kuat geser total


a) Fondasi
Parameter kuat geser tanah lempungan fondasi yang jenuh air dapat diperoleh dengan uji
tekan bebas UC (UC=Unconfined compression test) atau uji UU (UU=Unconsolidated
undrained test) tanpa pengukuran tekanan air pori pada contoh uji tak terganggu.

Contoh tanah tak terganggu harus dipilih dan diuji berdasarkan rentang kedalaman dari
material fondasi.Jika digunakan uji geser baling di lapangan, maka juga harus diuji
berdasarkan rentang kedalaman. Sedangkan untuk tanah fondasi lainnya digunakan uji UU.

b) Material urugan
Contoh uji yang mewakili material urugan harus diuji kompaksi standar (SNI 03-2832-1992)
terlebih dahulu, sehingga diperoleh kurva hubungan antara kadar air (w) dan kepadatan
kering (dr). Untuk pengujian laboratorium disiapkan benda uji dengan menumbuk material
dalam tabung cetak. Benda uji yang diperoleh dapat mempunyai berat volume kering (dr-lap)
dan kadar air (wlap) sesuai dengan kondisi lapangan yang dikehendaki. Kemudian benda uji
ini diuji UU (tanpa drainase dan tanpa konsolidasi), dengan tekanan keliling sesuai dengan
rentang tegangan normal di lapangan.

Pada umumnya, sudut geser dalam 0 dan kohesi c0 diperoleh untuk tanah lempung yang
jenuh.Sedangkan untuk tanah lempung jenuh sebagian, selubung keruntuhan Mohr (Mohr
envelope) berbentuk kurva pada rentang tegangan normal rendah.Sudut geser dalam dan
kohesi ditentukan pada rentang tegangan yang sesuai dengan kondisi di lapangan.

2. Kuat geser efektif


Apabila tekanan air pori di dalam tubuh bendungan dan fondasi meningkat karena adanya
proses pengurugan beban, maka harus digunakan kuat geser efektif dalam analisis stabilitas
lereng. Uji triaksial terkonsolidasi tanpa drainase (CU = Consolidated Undrained test) dengan
pengukuran tekanan air pori harus dilakukan pada contoh tanah lempung dan lanau karena
permeabilitasnya rendah. Tujuannya agar contoh tanah dapat diasumsi mengalami
keruntuhan pada kondisi tanpa drainase.

Uji triaksial terkonsolidasi dengan drainase (CD = Consolidated Drained test) atau uji geser
langsung (CD) dapat digunakan untuk material fondasi dan tubuh bendungan. Baik untuk
material berbutir kasar maupun untuk material kedap air dan kedap sebagian pada
pembebanan jangka panjang dengan kecepatan pembebanan sama atau lebih rendah dari
kecepatan konsolidasi. Dalam hal ini, tekanan air pori berlebih dijaga tetap nol.

Kuat geser material fondasi lempung overkonsolidasi (overconsolidated clay) dan serpih
lempungan (clay-shale) dapat diperoleh dari uji CD atau CU. Bahkan pada batuan serpih
yang berlapis-lapis dengan bidang perlapisan miring, kuat geser biasanya diperoleh dari kuat
geser sisa (residual) dengan menggunakan alat geser bolak-balik (reversal shear box).

46
Kuat Geser Tanah

4.3.3 Kuat geser pada kondisi aliran langgeng


Stabilitas lereng bendungan pada kondisi aliran langgeng harus dianalisis dengan
menggunakan parameter kuat geser efektif dari material tubuh dan fondasi bendungan.Uji
CU atau CD harus dilakukan dengan pengukuran tekanan air pori. Pemberian tekanan balik
(backpressure) yang cukup untuk mencapai derajat kejenuhan 95%, harus dilakukan baik
untuk benda uji material terkompaksi maupun material fondasi takterganggu.Uji geser
langsung juga digunakan untuk pasir, lempung berpasir atau lempung kelanauan.

Uji ini dapat digunakan juga untuk lempung dengan plastisitas rendah sampai tinggi.Namun
pelaksanaannya membutuhkan kecepatan geser lambat, sehingga menjadi kurang praktis.

Stabilitas lereng hulu umumnya tidak bersifat kritis pada kondisi pembebanan ini, sehingga
hanya lereng bagian hilir yang harus dianalisis.

4.3.4 Kuat geser pada kondisi surut cepat


Stabilitas lereng bendungan pada kondisi surut cepat harus dianalisis dengan menggunakan
parameter kuat geser efektif dari material tubuh dan fondasi bendungan. Uji triaksial CU
dengan penjenuhan sebelumnya dan pengukuran tekanan air pori harus dilakukan untuk
tanah, baik yang kedap air maupun kedap air sebagian. Uji triaksial (CD) atau uji geser
langsung (CD) dapat digunakan untuk material dengan permeabilitas yang tinggi (> 10-4
cm/s).

Faktor-faktor yang harus diperhitungkan untuk pengujian tanah lempung overkonsolidasi


atau serpih lempungan, antara lain kondisi geologi sekitar bendungan, keberadaan bidang
perlapisan, dan daerah yang pernah mengalami longsoran. Pengujian yang harus dilakukan
untuk material ini adalah uji triaksial CU dengan pengukuran tekanan air pori, uji triaksial CD,
atau uji geser langsung (CD).

Pada daerah yang permukaannya berpotensi runtuh dan ada tanda-tanda bidang longsor,
maka harus dilakukan analisis stabilitas menggunakan parameter kuat geser sisa (residual)
dengan uji geser langsung (CD).

4.4 Aplikasi Pengujian Triaksial pada Solusi Masalah di Lapangan


Banyak pekerjaan yang dilakukan menggunakan hasil pengujian triaksial memberikan
pemahamanlangsung terhadap properties tanah dibandingkan menyelesaikan masalah yang
dihadapi.

Masalah yang berkaitan dengan analisis stabilitas dapat dibagi menjadi dua katagori, yakni :
a) Tekanan air pori bersifat bebas dan tidak tergantung pada tegangan total yang bekerja.
b) Tekanan air pori tergantung pada besaran tegangan-tegangan yang bekerja pada tanah
dan lama waktu berlangsung (elapsed time).

47
Kuat Geser Tanah

4.4.1 Analisis dengan Tekanan Air Pori merupakan Variabel Bebas


1. Stabilitas Lereng Jangka Panjang
Analisis dilakukan dengan menggunakan tegangan efektif c’ dan Ø’ yang diperoleh dari
pengujian drained. Nilai tekanan air pori u diperoleh dari flownet, atau dari hasil pengukuran
pisometer di lapangan untuk mempelajari perilaku lereng timbunan eksisting ketika nilai
tekanan air pori telah mencapai keseimbangan. Muka air freatik yang tinggi adalah
merupakan kondisi yang kritis.

Hal-hal yang perlu diperhatikan, adalah :


a) Nilai c’ dan Ø’ dapat diperoleh dari pengujian CU dengan pengukuran tekanan air pori.
b) Pada tanah yang rekah (stiff-fissured) dan lempung terlapuk, nilai c’ sesuai dengan
keseimbangan yang dicapai di lapangan (dari analisis kelongsoran) biasanya lebih kecil
sedikit dari yang diperoleh dari laboratorium dibandingkan dengan contoh yang diambil
dari zona longsoran aktual.
c) Nilai c’ dan Ø’ pada tanah timbunan yang dipadatkan sering diambil dari pengujian
undrained yang dilakukan pada kadar air lapangan. Perubahankadar air dan volume
terjadi akibat adanya kadar air dan pengisian waduk. Pada tanah timbunan dengan kadar
air berada pada sisi kering dari OMC, terutama bila kurang padat, nilai c’ akan turun
mendekati nol, dan nilai Ø’ praktis tidak banyak berubah. Timbunan yang dipadatkan
pada atau di atas OMC, tergantung dari kandungan fraksi lempung, akan menunjukkan
peningkatan kadar air yang diikuti peningkatan volume. Nilai c’ dan Ø’ untuk analisis
jangka panjang bendungan harus berdasarkan pengujian laboratorium dengan
konsekuensi terjadi pelunakan (softening) pada kisaran tegangan atau sebagai alternatif
c’ dapat diambil sama dengan nol.
d) Metoda tegangan total kadang-kadang digunakan pada analisis lereng timbunan
eksisting yang tekanan air porinya telah mencapai keseimbagan dalam waktu yang lama.
Kekuatan undrained cu dari contoh tanah tak terganggu dari lereng digunakan dalam
analisis. Untuk lereng yang keruntuhan gesernya menghasilkan FK berdasarkan metoda
ini, FK bervariasi antara 5 hingga 0,7 untuk lempung terkonsolidasi normal yang sensitif.
Untuk tanah terkonsolidasi normal lainnya, ketelitian FK adalah 1,0 ± 0,1.

2. Stabilitas Lereng akibat Air Surut Cepat


Pada tanah yang relatif pervious dengan kompresibilitas rendah, distribusi tekanan air pori
kondisi surut cepat dikontrol oleh laju drainasi air pori dari pori-pori tanah. Dengan
mengabaikan perubahan volume dalam pori-pori tanah, kondisi ini ditunjukkan leh suatu seri
flownet (Terzaghi, 1943; Reinius, 1948).Pola aliran adalah fungsi dari rasio dari laju surutnya
air waduk terhadap permeabilitas, dan nilainya diambil dari flownet yang digunakan dalam
analisis. Nilai c’ dan Ø’ yang digunakan dalam analisis diambil dari pengujian drained atau
pengujian CU dengan pengukuran tekanan air pori.

48
Kuat Geser Tanah

Analisis ini dilakukan dengan tegangan efektif menggunakan c’ dan Ø’ hasil pengujian CU.
Tekanan air pori saat air waduk turun dihitung dari perubahan tegangan menggunakan nilai

B yang diperoleh dari pengujian khusus. Pada pengujian ini, benda uji dijenuhkan dan
dikonsolidasi terlebih dahulu pada rasio tegangan utama yang diperoleh sebelum air surut,
kemudian diberi perubahan tegangan yang sesuai pada kondisi undained. Sebagai alternatif

dapat digunakan nilai B = 1.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan analisis pada kondisi ini, adalah :
a) Kecuali pada lapisan alami yang jenuh dan tanah yang kadar airnya lebih basah dari
OMC, atau diberi tegangan yang tinggi, pengaruh konsolidasi dan penjenuhan akan
mengakibatkan turunnya c’, sedangkan Ø’ hampir tidak berubah. Nilai c’ seluruhnya
dikontrol oleh kadar air selama pengujian berlangsung dan jenis pengujian yang
digunakan. Bila perkiraan kadar air cukup teliti pada akhir penjenuhan timbunan, nilai c’
dapat diperoleh dari hasil seri pengujian-pengujian undrained, CU atau pengujian
drained, CD dengan menggunakan interpolasi untuk memperoleh suatu seri lingkaran-
lingkaran tegangan dengan kadar air yang sama saat runtuh.
b) Bahkan bila air yang bebas dari gelembung udara (de-aired water) dilewatkan melalui
contoh tanah yang jenuh sebagian pada gradient hidraulik yang kecil pada waktu lama
(sebulan atau lebih), tidak akan dapat mencapai penjenuhan sempurna. Pengukuran

parameter B di laboratorium akan lebih kecil dibandingkan dengan yang diharapkan
terjadi di lapangan. Tekanan air pori sisa saat air waduk turun tampaknya menghasilkan
nilai yang over-estimate.
c) Penjenuhan yang tidak komplit juga akan berpengaruh terhadap ccu dan Øcu yang hanya
dapat diperoleh, bila tidak terjadi perubahan pada tekanan keliling setelah tahap
konsolidasi, sebelum benda uji diberi pembebanan geser (Skemton dan Bishop, 1950).
Batasan ini tidak praktis dimana keruntuhan terjadi pada saat pengurangan tegangan

rata-rata (dimana B =1 akan menghasilkan kekuatan yang lebih rendah dibandingkan
yang diindikasikan oleh pengujian CU konvensional). Penggunaan analisis tegangan total
berdasarkan parameter-parameter yang diukur dalam pengujian menimbulkan
perdebatan. Kritik terhadap pengujian untuk tanah yang jenuh sempurna, berdasarkan
kenyataan bahwa pada pengujian standar, terjadi konsolidasi pada suatu tegangan
keliling yang diberikan, dan tekanan air pori merupakan fungsi dari tegangan total yang
diberikan, sebagai pengganti meningkatnya tegangan geser hilangnya penopang akibat
air.

49
Kuat Geser Tanah

4.4.2 Analisis dengan Tekanan Air Pori merupakan Fungsi Perubahan Tegangan
1. Stabilitas Awal Fondasi Jenuh
Analisis dilakukan dengan menggunakan tegangan total dengan cu diperoleh dari pengujian
undrained terhadap contoh tanah tak terganggu. Karena benda uji dalam kondisi jenuh,
maka digunakan analisis Øu = 0. Pengujian undrained (di lapangan menggunakan uji vane
shear) digunakan dalam kasus ini, karena perubahan tegangan mengakibatkan terjadinya
keruntuhan pada kondisi undrained, jika tidak alur drainasi terlalu pendek, atau pelaksanaan
konstruksi yang lama.

Hal-hal yang perlu diperhatikan, adalah :


a) Sebagai alternatif, benda uji harus dikonsolidasi kembali pada tekanan keliling yang
sama dengan tekanan overburden sebelum melakukan tahap pengujian. Penggunaan
pengujian CU dengan cara ini akan menghasilkan kuat geser yang over-estimate,
terutama pada tanah yang mempunyai indeks plastisitas rendah.
b) Tingkat ketergangguan contoh tanah adalah cukup berpengaruh terhadap pengujian
undrained cu dibandingkan dengan c’ dan Ø’. Perlu perhatian khusus terhadap tanah
lempung yang sensitif.

2. Stabilitas Fondasi Lempung Kondisi Terkonsolidasi Sebagian


Analisis dilakukan dengan menggunakan tegangan efektif c’ dan Ø’ yang diperoleh dari
pengujian drained atau pengujian CU dengan pengukuran tekanan air pori. Laju konsolidasi
atau disipasi tekanan air pori dapat diukur dari alat oedometer atau triaksial. Besarnya
tekanan air pori awal dikontrol tidak hanya oleh tegangan vertikal dari berat sendiri timbunan,
tetapi juga oleh kuat geser di bawahnya. Koefisien A dari tekanan air pori yang diperlukan
dalam analisis ini diperoleh dari pengujian CU.

Perkiraan laju disipasi tekanan air pori dari lapisan endapan alluvial sering merupakan faktor
yang sulit diestimasi, dan memerlukan pengukuran tekanan air pori di lapangan selama
pelaksanaan konstruksi timbunan.

3. Stabilitas Timbunan Kedap Air


Analisis dilakukan dengan menggunakan tegangan efektif c’ dan Ø’ yang diperoleh dari
pengujian undrained dengan pengukuran tekanan air pori. Perkiraan tekanan air pori
diperoleh dari pengujian khusus dimana tegangan-tegangan utama major dan minor
ditingkatkan secara simultan mendekati kondisi tegangan-tegangan aktual pada timbunan
(Bishop, 1954). Laju disipasi tekanan air pori diperoleh dari pengujian triaksial yang laju
pengurangan tekanan air pori diukur pada salah satu ujung contoh tanah dan drainasi
dialirkan melalui ujung lainnya.

Hal-hal yang perlu diperhatikan, adalah :

50
Kuat Geser Tanah

a) Untuk contoh tanah timbunan yang dipadatkan pada kadar air di atas OMC, derajat
penjenuhan cukup tinggi dan parameter tekanan air pori A dan B berkisar antara 0,8 –
1,0. Untuk itu, pengujian dilakukan dengan menggunakan suatu seri pengujian CU.
b) Nilai awal tekanan air pori dapat dihitung dengan mengggunakan kompresibilitas tanah
yang diukur dari kondisi drained pada alat oedometer, dari porositas awal dan derajat
penjenuhan (Hilf, 1948).
c) Batasan prinsip ketelitian timbul dari sulitnya memprediksi kondisi kadar air dan
kepadatan yang digunakan dalam penimbunan, dan menirunya di laboratorium. Pada
umumnya, parameter Ø’ hampir tidak berubah terhadap kadar air yang bervariasi. Nilai c’
akan turun dengan cepat dengan meningkatnya kadar air, meskipun dalam bendungan
besar faktor tersebut menunjukkan hanya merupakan proporsi kecil dari perlawanan
geser pada bidang kelongsoran yang dalam. Perubahan mendadak sebesar dua kali
dapat terjadi pada tekanan air pori berlebih untuk jenis tanah tertentu, dengan
peningkatan air sebesar 1% saja.

Kesulitan lain yang dihadapi adalah pada tanah timbunan yang dipadatkan yang
mengandung batu. Dengan diameter benda uji 4”, ukuran partikel maksimum dibatasi
sebesar 3/8” ukuran ayakan, atau pada kondisi khusus sebesar ¾”. Fraksi yang lebih
kasar dari material alami mempunyai pengaruh yang siknifikan, terutama pada hubungan
antara kadar air dengan kepadatan yang diperoleh dari pemadatan. Perhitungan yang
lebih sulit adalah tekanan air pori. Untuk itu disarankan untuk melakukan pengukuran
tekanan air pori di lapangan.
d) Hasil dari pengujian undrained ditunjukkan oleh cu dan Øu dalam analisis menggunakan
tegangan total. Nilai tekanan air pori secara implisit telah tercakup dalam nilai-nilai cu dan
Øu; tetapi karena tidak dievaluasi secara terpisah, tekanan air pori yang terjadi tidak
dapat dichek terhadap pengukuran tekanan air pori selama pelaksanaan konstruksi di
lapangan.

51
Kuat Geser Tanah

Persyaratan faktor keamanan minimum untuk stabilitas bendungan tipe urugan dapat dilihat
pada tabel di bawah.

Tabel 4.2 Persyaratan faktor keamanan minimum untuk stabilitas bendungan tipe urugan

No Kondisi Kuat Tekanan Air Pori FK FK dg


Geser Tanpa Gempa
Gempa *

1. Selesai konstruksi tergantung: 1. Efektif Peningkatan tekanan air pori 1,30 1,20
1. Jadwal konstruksi. pada urugan dan fondasi
2. Hubungan antara tekanan air pori dihitung menggunakan data lab.
dan waktu. dan pengawasan instrumen.
Lereng U/S dan D/S. Idem hanya tanpa pengawasan 1,40 1,20
instrumen.
Dengan gempa tanpa kerusakan Hanya pada urugan tanpa data 1,30 1,20
digunakan 50% koefisien gempa desain. lab. dan dengan atau tanpa
pengawasan instrumen (taksir-
an konservatif)
2. Total Tanpa pengawasan instrumen. 1,30 1,20

2. Aliran langgeng tergantung: 1. Efektif Dari analisis rembesan 1,50 1,20


1. Elevasi muka air normal sebelah
udik.
2. Elev. muka air sebelah hilir.
Lereng U/S dan D/S. Dg gempa tanpa
kerusakan digunakan 100% koef. gempa
desain.

3. Pengoperasian waduk 1. Efektif Surut cepat dari el. muka air 1,30
tergantung : normal sampai elev. muka air 1,10
1. Elev.muka air maksimum di udik minimum.
2. Elev.muka air minimum di udik Lereng U/S dan D/S.
(dead storage).
Lereng U/S harus dianalisis untuk kondisi Surut cepat dari elev.ma. maks. 1,30 -
surut cepat. sampai el.m.a. min. Pengaruh
gempa diambil 0% dari koef.
gempa desain.

4. Kondisi darurat tergantung: 1. Efektif Surut cepat dari elev.ma 1,20 -


1. Pembuntuan pada sistem drainase maksimum sp elevasi terendah
2. Surut cepat karena penggunaan bangunan pengeluaran.
air melebihi kebutuhan. Pengaruh gempa diabaikan.
3.Surutcepat untuk keperluan darurat.
* Catatan: periksa standar tentang Pedoman Analisis Stabilitas Bendungan Tipe Urugan akibat Beban Gempa, Pd T-14-
2004-A,

52
Kuat Geser Tanah

RANGKUMAN
Salah satu faktor penting dalam analisis stabilitas lereng suatu bendungan adalah penentuan
parameter kuat geser tanah yang berkaitan dengan aplikasi tegangan total dan tegangan
efektif tanah.

Pengetahuan tentang kekuatan geser diperlukan untuk menyelesaikan masalah-masalah


yang berhubungan dengan stabilitas massa tanah. Bila suatu titik pada sembarang bidang
dari massa tanah memiliki tegangan geser yang sama dengan kekuatan gesernya, maka
akan terjadi keruntuhan pada titik tersebut. Analisis stabilitas lereng bendungan dan lereng
alami membutuhkan perhitungan kuat geser material di sepanjang permukaan yang
berpotensi runtuh, berdasarkan kriteria keruntuhan Mohr-Coulomb.

Penggunaan tegangan efektif dalam analisis stabilitas mencakup dua tahap, yakni : (1)
penentuan parameter c’ dan Ø’, dan (2) memperkirakan besarnya tekanan air pori pada
tahap yang paling kritis saat konstruksi, operasi atau jangka panjang. Penentuan tekanan air
pori adalah merupakan hal yang sulit dilakukan secara teliti dan dengan alasan seperti itulah
maka dipasang sejumlah instrumen pengukur tekanan air pori (pisometer) di lapangan.
Hubungan antara perilaku tanah yang diuji pada kondisi undrained dan karakteristik
kekuatannya ditunjukkan sebagai tegangan efektif yang tergantung dari besaran tekanan air
pori dari hasil pengujian, analisis stabilitas juga dilakukan menggunakan tegangan efektif.

Parameter kuat ggeser dapat diperoleh dari pengujian triaksial yang dapat diklasifikasikan
sesuai dengan kondisi drainasi air di dalam contoh tanah, yakni :

a) Pengujian Undrained; air tidak diperbolehkan terdrainasi, sehingga tidak terjadi disipasi
tekanan air pori selama pemberian tegangan keliling. Demikian juga, air tidak
diperbolehkan terdrainasi selama pembebanan tegangan deviator.
b) Pengujian Consolidated-Undrained; air diperbolehkan terdrainasi selaama pemberian
tegangan keliling, sehingga benda uji dapat terkonsolidasi sepenuhnya pada tegangan
keliling ini. Pada saat pembebanan tegangan deviator, air tidak diperbolehkan terdrainasi
dari benda uji.
c) Pengujian Drained; air dari benda uji diperbolehkan terdrainasi selama pengujian,
sehingga benda uji dapat terkonsolidasi sepenuhnya pada tegangan keliling dan tidak
boleh terjadi tekanan air pori selama pembebanan dengan tegangan deviator.

Biasanya, pengujian triaksial dilakukan terhadap jenis-jenis tanah sebagai berikut :


- PengujianUndrained untuk tanah kohesif jenuh sempurna.
- Pengujian Undrained pada tanah kohesif jenuh sebagian.
- Pengujian Consolidated Undrained pada tanah jenuh sempurna.
- Pengujian Consolidated Undrained pada tanah jenuh sebagian.
- Pengujian Drained.

53
Kuat Geser Tanah

Lama waktu pengujian yang biasa digunakan dalam pengujian triaksial mengundang
perdebatan, terutama adanya fenomena rangkakan (creep). Aplikasi tegangan geser
terhadap benda uji jenuh sempurna pada kondisi undrained akan mengakibatkan terjadinya
tekanan air pori berlebih. Pengujian rutin undrained (UU) pada contoh tanah tak tergangggu
biasanya dilakukan dalam waktu sekitar 10 - 15 menit. Pengujian triaksial CU untuk
lempung jenuh memakan waktu sekitar 4 – 6 jam.Untuk tanah lempung jenuh sebagian,
biasanya pengujian dilakukan dengan menggunakan benda uji berdiameter 4” (100 mm).
Sedangkan untuk analisis stabilitas jangka panjang yang solusinya berdasarkan parameter-
prameter tegangan efektif dan tekanan air pori, baik yang dihitung maupun yang diukur di
lapangan,pengujian drainedbiasanya memerlukan waktu sekitar ½ hari hingga 3 hari,
tergantung jenis tanahnya. Pengujian kuat geser di laboratorium selain triaksial, antara lain
kuat tekan, geser langsung dan geser bolak-balik (kuat geser sisa) serta pengujian geser
tanah di lapangan juga dibahas secara singkat dalam modul ini.

Pembebanan yang biasanya dievaluasi untuk analisis stabilitas lereng suatu bendungan
urugan adalah pada kondisi: selesai dan selama konstruksi berlangsung, aliran langgeng;
dan surut cepat.Pembebanan pada kondisi selesai dan selama konstruksi berlangsung dapat
dianalisis dengan menggunakan konsep kuat geser total dan konsep kuat geser efektif.

Parameter kuat geser tanah lempungan fondasi yang jenuh air dapat diperoleh dengan uji
tekan bebas UC (UC=Unconfined compression test), namun sebaiknya dengan uji UU
(UU=Unconsolidated undrained test) tanpa pengukuran tekanan air pori pada contoh uji tak
terganggu. Sedangkan untuk material timbunan yang dipadatkan, sebaiknya dilakukan uji
UU (tanpa drainase dan tanpa konsolidasi), dengan tekanan keliling sesuai dengan rentang
tegangan normal di lapangan.

Apabila tekanan air pori di dalam tubuh bendungan dan fondasi meningkat karena adanya
proses pengurugan beban, maka harus digunakan kuat geser efektif berdasarkan hasil uji
triaksial terkonsolidasi tanpa drainase (CU = Consolidated Undrained test) dengan
pengukuran tekanan air pori. Untuk material kedap air dan kedap sebagian pada
pembebanan jangka panjang dapat menggunakan uji triaksial terkonsolidasi dengan
drainase (CD = Consolidated Drained test), dimana kecepatan pembebanan dibuat sama
atau lebih rendah dari kecepatan konsolidasi dan tekanan air pori berlebih dijaga tetap nol.

LAMPIRAN A

54
Kuat Geser Tanah

Penentuan Parameter Material Timbunan Untuk Analisis Stabilitas


Lereng
Tabel A.1 Ikhtisar pengujian material urugan tanah untuk penentuan parameter desain
untuk analisis stabilitas
No Material Jenis uji Standar Parameter Kegunaan
1 Timbunan
tanah Sifat fisik :
Kadar air asli SNI 03-1965-1990 wn (%) Menghitung dr
n = dr (1+wn/100)
Berat jenis SNI 03-1964-1990 Gs atau Menghitung e, n dan sat
s = w x Gs e = dr / s
n /100 = 1- dr / s
sat = dr + w (n/100)

Berat volume SNI 03-3637-1994 n Menghitung dr


(tak terganggu)
Gradasi ASTM D 2217 % butir < no.200 Klasifikasi dan dapat digunakan
SNI 03-3423-1994 % butir < 2  untuk menghitung koef.
D10 , D15 , D30 , D50 , permeabilitas, desain material
D85 saringan dan menghitung
Uc = D60 / D10 (Koef. uniformiti)
Cc = (D30)2/(D10xD60) (Koef.
kurvatur)
Batas cair SNI 03-1967-1990 wl(%) Klassifikasi, korelasi
Batas plastis SNI 03-1966-1990 wp (%) Klassifikasi dan korelasi,
menhitung
Ip = wl-wp (indeks plastisitas)
LI = (wn – wp) / Ip (Indeks
likuiditas)
Ic = (wl – wn) / Ip (indeks
konsisitensi)
A = Ip/(% < 2 ) (rasio aktivitas)

Batas susut SNI 03-3422-1994 ws (%) Untuk menghitung


pengembangan
Karakteristik
Mekanis.
Pemadatan SNI 03-1742-1989 Hubungan w- dr Menentukan dr-lap dan wlap
standar diperoleh OMC dan dengan
MDD D  90-100 % dan
OMC-2 wlap  OMC + 3%
D =dr-lap / MDD = 0.95
dr-lap = 0.95 MDD
wlap = OMC + 3%
lap =dr-lap (1+ wlap /100)
n /100 = 1- dr-lap / s
sat = dr-lap + w (n/100)

Uji standar UU, SNI 03-4813-1998 Pengujian dilakukan Analisis stabilitas dan dapat
CU SNI 03-2455-1991 pada wlap dan lap dihitung modulus elastisitas yaitu
hasil perhitungan hubungan antara E50 dengan 3
pada hasil .Dapat digunakan untuk analisis
pemadatan standar dengan cara elemen hingga.
Hasil berupa
u , cu , ’cu , c’cu
Uji SNI 03-2435-1991 Pengujian dilakukan Analisis rembesan air
permeabilitas pada wlap dan lap
standar hasil berupa nilai K
(koefisien
permeabilitas)

55
Kuat Geser Tanah

Tabel A.2 Ikhtisar pengujian material urugan tanah untuk penentuan


parameter desain untuk analisis stabilitas (Lanjutan)

No Material Jenis uji Standar Parameter Kegunaan


Uji konsolidasi SNI 03-2812-1992 Pengujian dilakukan Analiisis penurunan.
pada wlap dan lap hasil
berupa nilai Cc , Es ,
Cv
Uji dispersif SNI 03-3405-1994 Penentuan tingkat Bila dispersif sebaiknya tidak
dispersi tanah . digunakan .Namun bila tetap
digunakan harus di stabilisasi
atau filter harus baik
2 Pasir
Kerikil Sifat fisik :
Kadar air asli SNI 03-1965-1990 wn (%) Menghitung dr
dr = n (1+wn/100)
Berat jenis SNI 03-1964-1990 Gs atau Menghitung e , n dan sat
s = w x Gs e = dr / s
n /100 = 1- dr / s
sat = dr + w (n/100)

Berat volume SNI 03-3637-1994 n Menghitung dr


(tak terganggu)
Gradasi ASTM D 2217 % butir < no.200 Klasifikasi dan dapat
SNI 03-3423-1994 % butir < 2  digunakan untuk menghitung
D10 , D15 , D30 , D50 , koef. permeabilitas , desain
D85 material saringan dan
menghitung
Uc = D60 / D10 (Koef. uniformiti)
Cc = (D30)2/(D10xD60) (Koef.
kurvatur)
Karakteristik
Mekanis
Kepadatan ASTM D-4253 d-min dan d-maks Menentukan dr-lap dan wlap
relatif ASTM D-4254 Dr kepadatan relatif dengan D  70 % dan
maksimum dan harus ditentukan wlap = wn
minimum harus  70% Dr = [d-maks (dlap-d-min)] / [d-
lap(d-maks - d-min)] = 0.70
Dari persamaan diatas
diperoleh
dr-lap

lap =dr-lap (1+ wlap /100)


n /100 = 1- dr-lap / s
sat = dr-lap + w (n/100)

Uji standar UU, SNI 03-4813-1998 Pengujian dilakukan Analisis stabilitas dan dapat
CU SNI 03-2455-1991 pada wlap dan lap menghitung modulus
hasil perhitungan pada elastisitas yaitu hubungan
Atau uji geser SNI 03-3420-1994 hasil pemadatan antara E50 dengan 3 .Dapat
langsung UU , SNI 03-2813-1992 standar Hasil berupa digunakan untuk analisis
CD u , cu , ’cu , c’cu dengan cara elemen hingga.

Uji SNI 03-2435-1991 Pengujian dilakukan Analisis rembesan air


permeabilitas pada wlap dan lap hasil
standar berupa nilai K
(koefisien
permeabilitas)

56
Kuat Geser Tanah

LAMPIRAN B
Tabel B1 Karakteristik tanah sebagai material timbunan dan fondasi bendungan, USBR,
1987

Data Pemadatan Standar (USBR).


Koef.
Klas. Kualitas sebagai
Tipe tanah Perm k
USCS material urugan MDD OMC ‘ c’
(cm/s) 3 2
t/m % () t/m
-2
GW Kerikil gradasi baik, Kuat geser tinggi, >10 >1.91 <13.3 >38 *
campuran kerikil- dapat digunakan
pasiran untuk zone lulus air
dangkal dari
bendungan
-2
GP Kerikil gradasi buruk, Sama dengan yang >10 >1.76 <12.4 >37 *
campuran kerikil diatas
pasiran
-3 -
GM Kerikil lanauan, kerikil Kuat geser tinggi, 10 -10 >1.83 <14.5 >34 *
pasiran lanauan gradasi kurang baik untuk 6
buruk zone lulus air, baik
untuk inti kedap air.
-6 -
GC Kerikil lempungan, Kuat geser tinggi, 10 -10 >1.84 <14.7 >31 *
kerikil pasiran dapat digunakan 8

lempungan gradasi untuk inti kedap air


buruk
-3
SW Pasir gradasi baik, Kuat geser baik, dapat 10 1.91 13.32. 38 1 *
campuran pasir digunakan untuk zone 0.08 5
kerikilan lulus air permukaan
perlu dilindungi

Kualitas sebagai Koef. Data Pemadatan Standar (USBR).


Klas.
Tipe tanah material Perm k
USCS MDD OMC ‘ c’
urugan (cm/s) 3
% ()
2
t/m t/m
-3
SP Pasir gradasi Kuat geser baik, dapat 10 1.76 0.03 12.41.0 37 1 *
buruk, digunakan untuk
campuran tubuh
pasir bendungan
kerikilan dengan lereng
sedang.

57
Kuat Geser Tanah

-3 -6
SM Pasir lanauan, Kuat geser sedang, 10 -10 1.83 0.02 14.50.4 34 1 2.01 0.67
pasir dapat digunakan
lanauan untuk zona
gradasi kedap air
buruk
-3 -6
SM-SC Pasir lanauan Sama dengan SM 10 -10 1.91 0.02 12.80.5 33 3 1.44 0.57
lempunga
n
plastisitas
rendah
-6 -8
SC Pasir lempungan, Kuat geser sedang, 10 -10 1.84 0.02 14.70.4 31 3 1.15 0.57
campuran dapat digunakan
pasir untuk inti kedap
lempunga air untuk
n gradasi pengendalian
buruk banjir
-3 -6
ML Lanau anorganik Kuat geser rendah, 10 -10 1.65 0.02 19.20.7 32 2 0.86 *
dan lanau dapat digunakan
lempunga untuk tanggul
n dengan sedikit
pengaturan

Koef. Data Pemadatan Standar (USBR).


Klas. Kualitas sebagai
Tipe tanah Perm k c’
USCS material urugan MDD OMC ‘
(cm/s) 3
%
2
t/m () t/m
-3 -6
ML-CL Campuran lanau Sama dengan ML 10 -10 1.75 0.03 16.80.7 32 2 2.20 *
anorganik dan dan CL
lempung
-6 -8
CL Lempung Kuat geser rendah 10 -10 1.73 0.02 17.33.0 28 2 1.34 0.19
anorganik dengan dapat dipergunakan
plastisitas rendah untuk inti atau
sampai medium lapisan kedap air
-4 -6
0L Lanau organik dan Tidak baik untuk 10 -10 * * * *
lanau lempungan tanggul
dengan plastisitas
rendah
-4 -6
MH Lanau lempungan Kuat geser sedang 10 -10 1.31 0.06 36.33.2 25 3 2.01 0.86
anorganik, lanau sampai rendah,
elastis dapat digunakan
untuk inti
bendungan

58
Kuat Geser Tanah

-6 -8
CH Lempung Kuat geser sedang 10 -10 1.51 0.03 25.51.2 19 5 1.15 0.57
anorganik dengan sampai rendah,
plastisitas tinggi dapat digunakan
untuk inti tipis
lapisan selimut dan
tubuh bendungan
-6 -8
OH Lempung dan Tidak baik untuk 10 -10 * * * *
lempung lanauan tanggul
organik

Pt Tanah Tidak mungkin * * * * *


mengandung dipergunakan untuk
gambut & organik konstruksi

Tabel B2 Parameter pemadatan tanah lempung di Indonesia (NAJOAN 1990)


b
Klasifikasi (USCS) OMC=a w +b b
 =aw
p MDD= aOMC f f

CH OMC=0.65 w +9.44 MDD= 5.8 OMC


-0.42
 = 6.28 w
-.44
p
f f

CL OMC=0.84 w +2.64 MDD=4.94 OMC


-0.37
 =5.11 w
-.0.37
p
f f

SC OMC=0.85 w +2.66 -0.29


 = 4.12 w
-.0.31
p MDD= 3.96 OMC
f f

MH OMC=0.65 w +1.77 -0.42


 = 6.47 w
-.0.45
p MDD= 5.72 OMC
f f

CH+MH OMC=0.67 w +9.15 MDD= 5.68 OMC


-0.41
 = 4.59 w
-.0.34
p
f f

CH+MH+ OMC=0.70 w +7.25 MDD= 5.54 OMC


-0.41
 = 6.28 w
-.45
p
CL+SC f f

3
Catatan : OMC = kadar air maksimum (%) MDD= kepadatan kering maks (t/m )
w = batas plastis (%) w = kadar air lapangan diatas OMC (%)
p f
3
 = kepadatan kering lapangan (t/m )
f

59
Kuat Geser Tanah

Tabel B3 Parameter pemadatan tanah lempung di Indonesia (NAJOAN 1990)

Geser
Kuat geser Efektif
Kuat u total
Hasil uji Keterangan
Hasil ji
CU Back Press.
Jenis tanah UU
(USCS)

 c ‘ c’
q=ap+b 2 q’ = a p’ + b 2
() (kg/cm ) () (kg/cm )

CH q = 0.19p+ 0.67 10.95 0.68 q’ = 0.48p’+ 0.07 28.69 0.08 OMC

CH q = 0.18p+ 0.45 10.37 0.46 q’ = 0.41p’+ 0.12 24.20 0.13 OMC+1/ +


7%

CH - - - q’ = 0.44p’+ 0.08 26.10 0.09 >OMC

MH q = 0.19p+ 0.67 13.88 0.75 q’ = 0.45p’+ 0.28 26.74 0.31 OMC

MH - - - q’ = 0.51p’+ 0.12 30.66 0.14 OMC+2/5%

MH - - - q’ = 0.48p’+ 0.19 28.69 0.22 >OMC

Catatan : q; q’ = ( -  )/2 ; ( ’-  ‘ )/2  = arc sin (a)


1 3 1 3
p; p’ = ( +  )/2 ; ( ’ +  ‘ )/2 c = b/cos()
1 3 1 3
2
  ’ = tegangan utama maksimum total ; efektif (kg/cm )
1; 1
2
  ’= tegangan utama minimum total; efektif (kg/cm )
3; 3
; ‘ = sudut geser total ; efektif ()
2
c; c’ = kohesi total ; efektif (kg/cm )

60
Kuat Geser Tanah

Tabel B4 Kuat geser fondasi dan material

No Material Total Metode Uji Efektif Metode Uji

1 Fondasi Tanah u dan cu Lapangan sondir, SPT, Kondisi normal = ’, Lab.TCU/CD
Lunak geser baling c’
OCR=1-3 Lab. UU

Fondasi Keras u dan cu Lapangan SPT, Sondir, Kondisi normal = ’, Lab.TCU/CD
pressuremeter c’ Lab. CU/CD atau
Lab UU Bidang perlapisan, direct shear CD
bidang longsoran,
sesar, bid pelapukan
r’, cr’

2. Urugan inti kedap u dan cu Lab. UU Kondisi normal = ’, Lab.TCU/CD


air c’

Urugan pasir u dan cu Lab /Direct shear UU Kondisi normal = ’, Lab.TCU/CD
kerikil c’ Atau direct shear
CD

Urugan Batu u dan cu Lab /Direct shear UU Kondisi normal = ’, Lab.TCU/CD
c’ Atau direct shear
CD

61
Kuat Geser Tanah

Tabel B5 Perhitungan tekanan pori

No. Metode Prosedur Kegunaan Keterangan

1 Garis freatik Casagrande. Estimasi tekanan pori untuk Standar : Metode analisis dan
Pavlosky, kondisi aliran langgeng dan cara pengontrolan rembesan air
Cedergen surut cepat . untuk bendungan tipe urugan

2 Grafis dengan Cedergen. Estimasi tekanan pori untuk Standar : Metode analisis dan
jaring alir kondisi aliran langgeng dan cara pengontrolan rembesan air
surut cepat . untuk bendungan tipe urugan

3 Model analog Media Estimasi tekanan pori untuk Periksa Najoan (1986) ,
(ERNA) dimodelkan kondisi aliran langgeng dan Peralatan Electrical Resistant
menggunakan surut cepat . Network Analog Puslitbang Air
resistor. Ada 128/BA-22/1986
kesamaan antara
aliran listrik dan
aliran air.
Pengaruh
anisotropi bisa
dilakuakn

4 Numerik Elemen hingga Estimasi tekanan pori pada Program Sigma ; Plaxis
setiap bagian pada
bendungan waktu
pembangunan, aliran
langgeng dan surut cepat

5 Hilf Menggunakan Estimasi tek. Pori waktu Bharat Singh , Earth and Rockfill
hasil uji konstruksi Dams (1976)
konsolidasi

62
Kuat Geser Tanah

Tabel B6 Metode Analisis Stabilitas Cara Keseimbangan Batas (FK)

Metode Karakteristik Program

Bishop termodifikasi (1955) Hanya bidang runtuh lingkaran , memenuhi Mstabl , Mstab, Slope-w,
keseimbangan momen, tidak memenuhi Stabl-g , SB-slope, Stablgm
keseimbangan gaya-gaya horisonal dan
vertikal

Force equilibrium (Lowe dan Segala bentuk bidang runtuh , tidak Utexas2, Utexas3, Slope-w
Karafiat, USA US Corps of memenuhi keseimbangan momen ,
Engineers 1970) memenuhi keseimbangan gaya-gaya
horisontal dan vertikal

Janbu’s Generalized Procedure Segala bentuk bidang runtuh, memenuhi Stabl-g


(Janbu 1968) segala kondisi keseimbangan, lokasi gaya
samping dapat di variasi.

Morgenstern dan Price (1965) Segala bentuk bidang runtuh, memenuhi Slope-w
segala kondisi keseimbangan, lokasi gaya
samping dapat di variasi

Spencer’s (1967) Segala bentuk bidang runtuh, memenuhi Mstab , Slope-w, Sb-slope,
segala kondisi keseimbangan, lokasi gaya Sstab2
samping dapat di variasi

Tabel B7Analisis Tegangan dan Regangan Dengan Metode Elemen Hingga

No. Program Kemampuan Keterangan

1 Plaxis 7.2. Menghitung tegangan dan regangan baik waktu Rembesan dapat dilakukan
pembangunan maupun waktu terjadi aliran langgeng , dalam program
untuk menilai apakah bendungan stabil atau tidak dari
kontour /max< 1 (stabil)

2 Sigma-w Sama dengan 1., hasil analisis dapat dipakai oleh Rembesan dilakukan dengan
Slope-w untuk analisis stabilitas Seep-w

63
Kuat Geser Tanah

LAMPIRAN C
KORELASI GEOTEKNIK
C.1 Umum
Parameter geoteknik biasanya diperoleh dari hasil pengujian di laboratorium atau pengujian
langsung di lapangan (in-situ test). Perlu dipertimbangkan, bahwa penentuan parameter
geoteknik dari hasil korelasi ini hanyalah sebagai panduan dan sangat terbatas, untuk itu
penggunaannya harus dilakukan secara hati-hati, karena :
- prosedur pengujian yang digunakan dan kemungkinan kesalahan/ketelitian,
- kondisi tanah dan jenis tanah serta cara pengambilan contoh tanah,
- sumber data dan frekuensi pengambilan data, dll.
Penetuan parameter geoteknik berdasarkan korelasi ini, sepenuhnya menjadi tanggung
jawab perencana yang menggunakannya.

C.2Klasifikasi tanah berdasarkan sondir mekanis (Begemann, 1982)

qc = perlawanan konus (kPa)


A = koefisien, tergantung dari jenis sondir

Pada tanah lunak, A = 12 – 15 untuk sondir elektris dan A = 15 – 20 (di daerah Sumatera A =
18), untuk sondir mekanis :
Pl
Cu  ................................................................................................................. (C.1)

dimana :
Cu = kuat geser undrained (kPa)
Pl = tekanan batas dari pengujian Pressure meter (kPa)
 = koefisien pressure meter, dibanyak kasus diambil 5,5
Cu
 0,11  0,0037 Ip ................................................................................................(C.2)
 'i

dimana :
 ' i = tekanan efektif awal (kPa)
Ip = Indeks plastisitas (%)

Untuk tanah yang mengalami konsolidasi normal :


Cu  (0,23  0,04) 'i ............................................................................................. (C.3)
Cu
Bjerrum and Simons :  0,045 Ip ................................................................... (C.4)
i'
Cu
Karlsson and Viberg :  0,005wL ...................................................................... (C.5))
i'

64
Kuat Geser Tanah

dimana wL = batas cair (%)

Korelasi kuat geser dan konsistensi menurut Wroth and Wood, juga dapat dilihat pada
Lampiran A.4 dibawah.

Perlawanan konus mekanikal (MPa) 0 0.8

40
1.1

r
sa
ka
30

sir

ng
Pa
1.4

da
se
lus

sir
ha

Pa
sir an 1.8

Rasio Friksi
Pa au
lan
20 Pa
si r
un
ga
n
l emp 2.0
sir an
Pa asir 2.1
gp n
m pun lanaua
Le g 2.9
e m pun
L 3.3
ung
10 Lemp 4.0

butan 5.0
ng gam
Lempu 8.1
10.0
Gambut

0 0.1 0.2 0.3 0.4


Friksi Lokal (MPa)
Gambar C1 Klasifikasi tanah berdasarkan sondir elektris (Begemann, 1982)

Gambut
Friksi (Fr)

Lanau pasiran
dan lanau
Pasir

lananuan

Lanau
lempungan
dan lempung
lanauan

lempung


Gambar C2Klasifikasi tanah – rasio friksi, sondir elektris (Searle, 1979)

65
Kuat Geser Tanah

C.3 Korelasi Kuat Geser


qc
Cu  ................................................................................................................ (C.6)
A

dimana :

Cu = kuat geser undrained (kPa)


qc = perlawanan konus (kPa)
A = koefisien, tergantung dari jenis sondir

Pada tanah lunak, A = 12 – 15 untuk sondir elektris dan A = 15 – 20 (di daerah Sumatera A =
18), untuk sondir mekanis :
Pl
Cu  ................................................................................................................. (C.7)

dimana :

Cu = kuat geser undrained (kPa)


Pl = tekanan batas dari pengujian Pressure meter (kPa)
 = koefisien pressure meter, dibanyak kasus diambil 5,5
Cu
 0,11  0,0037 Ip ................................................................................................(C.8)
 'i
dimana :
 ' i = tekanan efektif awal (kPa)
Ip = Indeks plastisitas (%)

Untuk tanah yang mengalami konsolidasi normal :


Cu  (0,23  0,04) 'i ............................................................................................. (C.9)
Cu
Bjerrum and Simons :  0,045 Ip ................................................................... (C.10)
i'
Cu
Karlsson and Viberg :  0,005wL ...................................................................... (C.11)
i'
dimana wL = batas cair (%)

Korelasi kuat geser dan konsistensi menurut Wroth and Wood, juga dapat dilihat pada
gambar dibawah.

66
Kuat Geser Tanah

Gambar C.4 Korelasi kuat geser dan konsistensi

C.4 Modulus Elastisitas


Untuk pasir, Eoed = 3 qc .......................................................................................... (C.12)
Untuk lempung, Eoed = 7 qc
Dimana qc = perlawanan konus (kPa)

A.5 Indeks Kompresi

Terzaghi and Peck : Cc = 0,009 (wl – 10) ............................................. (C.13)


Skempton : Cc = 0,007 (wl – 7) ............................................... (C.14)
Schofield and Wroth : Cc = 1,325 Ip ....................................................... (C.15)

Tanah jenis loam berpasir yang lunak mempunyai kuat geser dan kekakuan yang lebih tinggi
dibanding lempung berpasir; sedangkan lempung lunak dan lempung organik lunak
mempunyai kuat geser dan kekakuan (stiffness) yang rendah; tanah gambut mempunyai
kuat geser dan kekakuan yang paling rendah. Jadi konsistensilunak adalah dihubungkan
dengan kuat geser dan kekakuan yang rendah atau tidak mempunyai ketahanan terhadap
deformasi dan penurunan.Kekakuan atau kompresibilitas ditunjukkan oleh modulus
elastisitas, sedangkan kuat geser ditunjukkan oleh perlawanan konus, Lampiran A.5.

67
Kuat Geser Tanah

Berat Jenis sat (KN/m3)

Gambar C.5Korelasi antara modulus elastisitas, berat isi dan perlawanan konus(Standar
Belanda, NEN6740)

Gambar C.6 Grafik Jenis Tanah Berdasarkan Perlawanan Sondir

68
Kuat Geser Tanah

DAFTAR PUSTAKA

1. Bishop and Henkel, The measurement of Soil Properties in the Test, Edward Arnold Ltd,
25 Hill Street, London, W1X 8LL, Second Edition 1962, Reprinted 1972.

2. Bharat Singh & HD Sharma, Earth and Rockfill dams, Sarita Prakashan, Meerut, India,
1982.

3. K.H.Head, Manual of Soil Laboatory Testing, Volume 2: Permeability Shear Strength and
Compressibility Tests, Robert Hartnoll Limited, Bodmin, Cornwall, 1981.

4. Satuan Kerja Balai Keamanan Bendungan, DitJen SDA,”Pedoman Pembangunan


Bendungan Urugan pada Pondasi Tanah Lunak”, Nopember 2006.

5. SNI 03-2455-1991, Rev-2004,Cara Uji Triaksial untuk Tanah dalam Kondisi


Terkonsolidasi Tidak Terdrainase (CU) dan Terkonsolidasi Terdrainase (CD),Departemen
Pekerjaan Umum.

6. SNI 03-3638-1994, Metode pengujian kuat tekan bebas tanah kohesif, Departemen
Pekerjaan Umum.

7. SNI 03-4813-1998, Rev. 2004, Cara uji triaksial untuk tanah kohesif dalam kondisi tidak
terkonsolidasi dan tidak terdrainase (UU),Departemen Pekerjaan Umum.

8. RSNI M-03-2002, Metode analisis stabilitas lereng statik bendungan tipe urugan,
Departemen Pekerjaan Umum.

9. Pt M-01-2002-B, Timbunan Jalan pada Tanah Lunak, Panduan Geoteknik 3,


Penyelidikan Tanah Lunak, Pengujian Laboratorium, Departemen Permukiman dan
Prasarana Wilayah.

10. Pd T-03.2-2005-A, Penyelidikan geoteknik untuk fondasi bangunan air, Volume II,
Pengujian lapangan dan laboratorium, Departemen Pekerjaan Umum.
11. RSNI M-02-2002, Metode Analisis dan Cara Pengendalian Rembesan Air Untuk
Bendungan Tipe Urugan.

69

Anda mungkin juga menyukai