Anda di halaman 1dari 9

PERHITUNGAN KOSENTRASI CHEMICAL OXYGEN

DEMAND (COD) AIR SUNGAI CIAPUS

MEASSURING CHEMICAL OXYGEN DEMAND (BOD)


CONCENTRATION OF CIAPUS RIVER’S WATER
Siti Romadhonah1
Rabu Siang – Kelompok 8
1)
Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor, Jl. Raya Dramaga Kampus IPB
Sitiromadhonah98@gmail.com

Abstrak: Sungai merupakan salah satu sumber daya air alami yang harus dijaga dan diamankan
dari penyebab pencemaran seperti pengaruh limbah cair atau polutan. Kualitas air dapat
diketahui dengan melakukan pengujian tertentu terhadap air seperti pengujian terhadap
parameter fisika dan parameter kimia, Salah satnya yaitu pengujian konsentrasi chemical oxygen
demand (COD). Penelitian ini dilakukan bertujuan menetapkan konsentrasi COD contoh uji
sebagai indikator pencemar pada air sungai, membandingkan konsentrasi COD pada setiap titik
sampling, dan menentukan solusi alternative dalam mengatasi konsentrasi COD berlebih didalam
air sungai. Metode stadart yang digunakan dalam penelitian konsentrasi COD yaitu metode
refluks tebuka. Metode ini memiliki prinsip mekanisme reaksi oksidasi senyawa organik oleh
larutan K2Cr2O7 berlebih dalam suasana asam dan panas (150°C). Hasil konsentrasi COD yang
didapatka dari penelitian yaitu, pada hulu sungai didapatan konsentrasi COD sebesar 56 mg/liter,
dan 24 mg/liter, dan pada hilir sungai yaitu sebesar 8 mg/liter dan 12 mg/liter. Menurut
Peraturan Pemerintah nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air bahwa air Sungai Ciapus termasuk ke dalam kualitas air dengan mutu air kelas 1
pada titik ke 3, kelas 2 pada titik ke 2 dan 4, dan mutu air kelas 3 pada titik pertama. Berdasarkan
baku mutu, konsentrasi COD pada air sungai Ciapus masih dibawah baku mutu, sehingga air
digolongkan kedalam air tercemar ringan, dan masih dapat digunakan sebagaimana fungsinya.
Kata Kunci : COD, pencemar, sungai

Abstrack: River is one of the natural water resources that must be maintained and secured from
pollution causes such as the influence of liquid waste or pollutants. Water quality can be known by
doing certain tests on water such as testing of physical parameters and chemical parameters, One
of them is the chemical oxygen demand (COD) concentration testing. The aim of this study was to
determine the COD concentration of test samples as pollutant indicator in river water, compare
COD concentration at each sampling point, and to determine alternative solution to overcontrol
COD concentration in river water. The stadart method used in the research of COD concentration
is opens reflux method. This method has the principle of oxidation reaction mechanism of organic
compound by excessive K2Cr2O7 solution in acidic and hot atmosphere (150°C). The result of
COD concentration obtained from the research that is, on the upstream of the river COD
concentration of 56 mg/liter, and 24 mg/liter, and in the downstream is 8 mg/liter and 12 mg/liter.
According to Government Regulation No. 82 of 2001 on Water Quality Management and Water
Pollution Control that Ciapus River water included into water quality with grade 1 water quality
at point 3, grade 2 at point 2 and 4, and grade 3 water quality at point first. Based on the quality
standard, the COD concentration in Ciapus river water’s still below the quality standard, so the
water’s classified into lightly contaminated water, and can still be used as it functions.
Keywords: COD, pollutants, rivers

PENDAHULUAN
Seiring dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk dan pesatnya proses
industrialisasi, kualitas lingkungan hidup juga menurun akibat pencemaran.
Pemukiman yang padat, sanitasi lingkungan yang tidak memadai serta, air limbah
yang langsung dibuang ke lingkungan adalah penyebab utama terjadinya
pencemaran (Soemarwoto 1983). Sungai merupakan salah satu sumber daya air

1
alami yang harus dijaga dan diamankan dari penyebab pencemaran seperti
pengaruh limbah cair atau polutan yang berasal dari limbah industri, limbah
domestik, limbah pertanian dan lainnya ke sungai.Pencemaran air yang dimaksud
dalam hal ini adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi,
dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia sehingga kualitas air
turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai
peruntukkannya (PPRI 2001).
Beberapa tahun terakhir ini, kualitas air sungai di Indonesia sebagian besar
dalam kondisi tercemar, terutama setelah melewati daerah pemukiman, industri
dan pertanian (Simon dan Hidayat 2008). Bagi manusia, kualitas air yang
digunakan harus layak untuk dikonsumsi. Salah satu sumber air yang digunakan
oleh manusia adalah sungai. Air sungai yang keluar dari mata air biasanya
mempunyai kualitas yang sangat baik. Namun dalam proses pengalirannya air
tersebut akan menerima berbagai macam bahan pencemar (Sofia et al 2010).
Pencemaran air permukaan seperti sungai dapat mengakibatkan resiko kesehatan.
Kekhawatiran muncul ketika air permukaan tersebut terhubung dengan sumur
dangkal yang digunakan untuk minum air. Selain itu, aliran air sungai memiliki
peran penting karena sering digunakan masyarakat sekitarnya untuk mencuci,
pertanian, perikanan dan rekreasi (Dini 2011).
Kualitas air merupakan istilah yang menggambarkan tingkat kesesuaian atau
kecocokan air untuk penggunaan tertentu, misalnya air minum, perikanan,
pengairan atau irigasi, rekreasi, dan sebagainya (Yuliastuti 2011). Kualitas air
dapat diketahui dengan melakukan pengujian tertentu terhadap air seperti
pengujian terhadap parameter fisika dan parameter kimia. Uji parameter fisika
dapat meliputi suhu, kekeruhan, total suspended solids dan total dissolved solids.
Uji parameter kimia dapat meliputi power of hydrogen (pH), dissolved oxygen
(DO), biochemical oxygen demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD),
fosfat, amonia dan nitrit. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan bertujuan
menetapkan konsentrasi COD contoh uji sebagai indikator pencemar pada air
sungai, membandingkan konsentrasi COD pada setiap titik sampling, dan
menentukan solusi alternative dalam mengatasi konsentrasi COD berlebih
didalam air sungai.

METODOLOGI
Penelitian mengenai perhitungan konsentrasi chemical oxygen demand (BOD)
air sungai dilaksanakan pada tanggal 15 Mei 2018 di Lab Lingkungan,
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan. Alat bahan yang dibutuhkan dalam
penelitian ini yaitu contoh uji air sungai, oven, buret, pipe, tabung klem, labu
enlemeyer, larutan K2Cr2O7, larutan Ag2SO4, ferroin, dan larutan FAS. Metode
stadart yang digunakan dalam penelitian konsentrasi COD yaitu metode refluks
tebuka. Metode ini memiliki prinsip mekanisme reaksi oksidasi senyawa organik
oleh larutan K2Cr2O7 berlebih dalam suasana asam dan panas 150°C. Langkah
pertama yaitu, 10 ml contoh uji dipipet ke dalam tabung. Kemudian, ditambahkan
5 ml K2Cr2O7 0.1 N dan 15 ml larutan asam (Ag2SO4). Tabung ditutup dengan
klem. Kemudiaan, dipanaskan dalam oven selama 2 jam. Setelah itu, dinginkan
dalam air sampai dingin. Kemudian, tabung bekas sampel uji dibilas dengan

2
menggunakan aquades 10 sampai dengan 15 ml. Setelah itu, ditambahkan 7 tetes
ferroin. Kemudian, dititrasi dengan menggunakan larutan FAS hingga warna
berubah dari hijau biru menjadi merah bata. Kemudian, konsentrasi COD dapat
dihitung dengan menggunakan Persamaan (1).

………………. (1)

Keterangan : Kb = ml FAS untuk titrasi blanko


Kc = ml FAS untuk titrasi sampel sungai
N = Molaritas FAS

Langkah-langkah penelitian perhitungan konsentrasi Biochemical Oxygen


Demand (BOD) dapat dilihat pada Gambar 1.

Mulai

Dipipet 10 ml contoh uji ke tabung COD

Ditambahkan 5 ml K2Cr2O7 0.1 N dan 15 ml larutan asam (Ag2SO4)

Tabung ditutup dengan klem

Dipanaskan dalam oven selama 2 jam (105°C)

Didinginkan dalam air sampai dingin

Tabung COD dibilas dengan menggunakan aquades 10-15 ml aquades

Ditambahkan 7 tetes ferroin

Dititrasi dengan larutan FAS

Selesai

Gambar 1 Langkah-langkah penentuan konsentrasi COD

PEMBAHASAN
Chemical Oxygen Demand (COD) atau kebutuhan oksigen kimia adalah
jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan buangan yang ada di dalam air dapat
teroksidasi melalui reaksi kimia. Sumber COD berasal dari kegiatan industri
kertas, penyamakan kulit, gula, pemotongan daging, pengalengan ikan,
pembekuan udang, roti, susu, keju, dan mentega, limbah domestik dan lain-lain.
Keberadaan COD di lingkungan akan memberikan dampak pada manusia dan
lingkungan, diantaranya adalah banyaknya biota air yang mati karena konsentrasi
oksigen terlarut dalam air terlalu sedikit dan semakin sulitnya mendapatkan air
sungai yang memenuhi kriteria sebagai bahan baku air minum (Lumaela et al

3
2013). COD atau Chemical Oxygen Demand adalah sejumlah oksigen yang
dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat anorganis dan organis. Penurunan COD
menekankan kebutuhan oksigen akan kimia dimana senyawa-senyawa yang
diukur adalah bahan-bahan yang tidak dipecah secara biokimia (Ginting 2007).
Menurut Metcalf dan Eddy (2003), COD adalah jumlah oksigen yang diperlukan
untuk mengurai seluruh bahan organik yang terkandung dalam air yang sengaja
diurai secara kimia dengan menggunakan oksidator kuat kalium bikromat pada
kondisi asam dan panas dengan katalisator perak sulfat sehingga segala macam
bahan organik baik yang mudah urai maupun yang kompleks dan sulit urai akan
teroksidasi.
Parameter COD, secara umum banyak dipakai untuk menentukan tingkat
pencemaran air buangan. Pengujian Chemical oxygen demand (COD) sama
halnya dengan Pengujian BOD, yaitu untuk menggambarkan kandungan bahan
organik di suatu perairan. Akan tetapi, COD dapat menggambarkan kandungan
bahan organik yang dapat dioksidasi secara kimiawi, baik yang biodegradable
maupun yang nonbiodegradable (Ishartanto 2009). Nurdin (2011) mengatakan
bahwa chemical oxygen demand menggambarkan seberapa besar air telah
tercemar oleh pengotor, khususnya pengotor berupa zat organik. Penelitian kali ini
yaitu menentukan konsentrasi COD air sungai Ciapus. Pengambilan sampel untuk
penelitian dilakukan di daerah hulu dan hilir Sungai Ciapus. Perhitungan
konsentrasi COD air sungai Ciapus disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1 Perhitungan COD air sungai Ciapus


Kb Kc Volume sampel Konsentrasi COD
Kelompok N
(ml) (ml) uji (ml) (mg/liter)
5 7.6 56
6 8.4 24
9 0.05 10
7 8.8 8
8 8.7 12

Berdasarkan Tabel 1, nilai COD yang didapatkan dari ke empat titik sungai
yaitu menunjukkan konsentrasi yang berbeda-beda. Pengambilan sampel pada
kempat titik yaitu 2 sampel di hulu dengan jarak 2 meter, dan 2 sampel lainnya di
hilir sungai dengan satu titik didekat WTP dan titik satunya jauh dari WTP. Hasil
perhitungan COD pada hulu sungai didapatan konsentrasi COD sebesar 56
mg/liter, dan 24 mg/liter. Hasil perhitungan konsentrasi COD pada hilir sungai
yaitu sebesar 8 mg/liter dan 12 mg/liter. Perbedaan titik dihulu maupun hilir
mempengaruhi konsentrasi COD yang terkandung dalam air sungai. Nilai
parameter COD mengalami peningkatan dari arah hulu ke hilir. Parameter COD
dapat disebabkan oleh limbah organik (biodegradable) yang sebagian besar terdiri
dari kotoran manusia dan hewan. Ketika limbah biodegradable memasuki
pasokan air, limbah menyediakan sumber energi (karbon organik) untuk bakteri
(Dini 2011). Semakin ke hilir, nilai COD semakin meningkat dikarenakan jumah
penduduk yang semakin banyak dan berkontribusi dalam pembuangan limbah
domestik ke badan perairan. Berdasarkan perubahan waktu pengambilan sampel,
nilai COD mengalami fluktuasi yang dapat disebabkan variasi limbah organik
(biodegradable dan nonbiodegradable) yang masuk ke dalam badan perairan.

4
Namun pada hasil penelitian konsentrasi COD yang dihasilkan semakin
kehilir, konsentrasi COD semakin rendah. Menurunya konsentrasi COD dari hulu
ke hilir pada sungai ciapus kemungkinan dipengaruhi oleh kecepatan arus pada
masing-masing titik sungai. Menurut Lumaela et al (2013), faktor yang
berpengaruh dalam menentukan nilai COD adalah nitrat, fosfat dan kecepatan
arus. Jika nilai nitrat fosfat naik maka nilai COD juga akan ikut naik. Sebaliknya
jika arus semakin cepat maka nilai COD akan turun. Dalam penelitiannya
dikatakan bahwa setiap naik 1 m/det maka nilai COD akan turun sebesar 3.59
mg/l.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 dan Peraturan Daerah
No. 10 tahun 2004 mengenai baku mutu air, atas dasar kegunaannya dibagi
menjadi 4 klasifikasi kelas yaitu Mutu air kelas 1, yaitu air yang peruntukannya
digunakan untuk air baku air minum dan peruntukan lain yang mensyaratkan
mutu air sama dengan kegunaan diatas. Mutu air kelas 2, yaitu air yang
peruntukannya digunakan untuk prasarana rekreasi air, pembudidayaan air tawar,
peternakan, air untuk mengairi pertamanan dan peruntukan lain yang
mensyaratkan mutu air sama dengan kegunaan diatas. Mutu air kelas 3, yaitu air
yang peruntukannya digunakan untuk pembudidayaan air tawar, peternakan, air
untuk mengairi pertamanan dan peruntukan lain yang mensyaratkan mutu air
sama dengan kegunaan diatas. Mutu air kelas 4, yaitu air yang peruntukannya
digunakan untuk mengairi pertamanan dan peruntukan lain yang mensyaratkan
mutu air sama dengan kegunaan diatas. Parameter penentu kualitas air
berdasarkan kelas terdapat dalam Lampiran 2.
Berdasarkan hasil COD yang telah didapatkan, air Sungai Ciapus menurut
Peraturan Pemerintah nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air bahwa air Sungai Ciapus termasuk ke dalam
kualitas air dengan mutu air kelas 1 pada titik ke 3, kelas 2 pada titik ke 2 dan 4,
dan mutu air kelas 3 pada titik pertama. Hal tersebut menyatakan bahwa pada titik
1 air sungai ciapus diperuntukkan untuk pembudidayaan air tawar, peternakan,
dan air untuk mengairi pertanaman. Sedangkan pada titik 2 dan 4, air sungai
ciapus diperuntukkan prasarana rekreasi air, pembudidayaan air tawar,
peternakan, dan air untuk mengairi pertanaman. Air sungai Ciapus pada titik 3
dapat digunakan untuk air baku air minum dan peruntukan lainnya yang
mensyaratkan mutu air yang sama. Berdasarkan baku mutu yang telah ditetapkan
bahwa, konsentrasi COD pada air sungai Ciapus masih dibawah baku mutu yang
telah ditetapkan, sehingga air digolongkan kedalam air tercemar ringan, dan masih
dapat digunakan sebagaimana fungsinya.
Perhitungan nilai COD dapat diaplikasikan untuk menentukan kualitas air
Sungai secara berkala untuk memonitoring besar pencemaran yang masuk ke
badan air dan mencegah hal yang tidak diinginkan terutama kesehatan masyarakat
sekitar yang mengonsumsi air. Selain dapat digunakan untuk monitoring kualitas
air Sungai secara berkala terutama pada intake WTP sehingga hasil keluaran
berupa air bersih dapat memenuhi kriteria yang dipersyaratkan. Selain itu
pengujian konsentrasi COD dapat diterapkan di industri-industri, yaitu untuk
memonitoring kandungan COD yang dihasilkan oleh limbah industri tersebut
sebelum dibuang ke badan air.

5
SIMPULAN
Berdasarkan hasil dari penelitian mengenai konsentrasi chemical oxygen
demand (COD) air sungai yaitu, COD pada hulu sungai didapatan konsentrasi
COD sebesar 56 mg/liter, dan 24 mg/liter. Hasil perhitungan konsentrasi COD
pada hilir sungai yaitu sebesar 8 mg/liter dan 12 mg/liter. hasil penelitian
konsentrasi COD yang dihasilkan semakin kehilir, konsentrasi COD semakin
rendah. Menurunya konsentrasi COD dari hulu ke hilir pada sungai ciapus
kemungkinan dipengaruhi oleh kecepatan arus pada masing-masing titik sungai.
Berdasarkan hasil COD yang telah didapatkan, air Sungai Ciapus menurut
Peraturan Pemerintah nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air bahwa air Sungai Ciapus termasuk ke dalam
kualitas air dengan mutu air kelas 1 pada titik ke 3, kelas 2 pada titik ke 2 dan 4,
dan mutu air kelas 3 pada titik pertama. Berdasarkan baku mutu yang telah
ditetapkan bahwa, konsentrasi COD pada air sungai Ciapus masih dibawah baku
mutu yang telah ditetapkan, sehingga air digolongkan kedalam air tercemar
ringan, dan masih dapat digunakan sebagaimana fungsinya.

Saran
Pelaksanaan penelitian yang dilakukan seharusnya lebih kodusif, dan
pemahaman mengenai metode yang digunakan harus lebih diperhatikan, agar hasil
data yang didapatkan sesuai atau akurat.

Daftar Pustaka
Dini S. 2011. Evaluasi kualitas air Sungai Ciliwung di provinsi daerah khusus
ibukota Jakarta tahun 2000-2010 [skripsi]. Depok (ID): Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Ginting P. 2007. Sistem Pengelolaan Lingkungan dan Limbah Industri. Bandung
(ID) : Yrama Widya.
Ishartanto WA. 2009. Pengaruh aerasi dan penambahan bakteri Bacillus sp. dalam
mereduksi bahan pencemar organik air limbah domestik [skripsi]. Bogor
(ID): Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.
Lumaela AK, Otok BW, Sutikno. Pemodelan chemical oxygen demand (COD)
sungai di Surabaya dengan metode mixed geographically weighted
regression. Jurnal Sains dan Seni Pomits. Vol 2 (01) : 100 – 105.
Metcalf, Eddy. 2003. Wastewater Engineering Treatment and Reuse (Forth
Edition). Singapura (SG) : McGraw-Hill Companies Inc.
Nurdin M. 2011. Evaluasi respon sensor Chemical Oxygen Demand terhadap
surfaktan linier alkil sulfonat. Majalah Farmasi dan Farmakologi. 15 (1)
: 53-56.
[PPRI] Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. 2001. Peraturan Pemerintah
Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air. Jakarta (ID) : Pemerintah Republik
Indonesia.
Simon SB, Hidayat R. 2008. Pengendalian pencemaran sumber air dengan
ekoteknologi (wetland buatan). Jurnal Sumber Daya Air. 4 (2) :111-124.
Soemarwoto. 1983. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta (ID) :
Penerbit Djambatan.

6
Sofia Y, Tontowi, Rahayu S. 2010. Penelitian pengolahan air sungai yang
tercemar oleh bahan organik. Jurnal Sumber Daya Air. 6 (2) :145-160.
Yuliastuti E. 2011. Kajian kualitas air Sungai Ngringo Karanganyar dalam upaya
pengendalian pencemaran air [tesis]. Semarang (ID): Program Magister
Ilmu Lingkungan Universitas Diponegoro.

7
Lampiran 1
Contoh Perhitungan konsentrasi Chemical Oxygen Demand (COD)

Konsentrasi COD

= 12 mg/liter

8
Lampiran 2 Kriteria mutu air berdasarkan kelas

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 82 TAHUN 2001


TANGGAL 14 DESEMBER 2001
TENTANG
PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN
PENCEMARAN AIR

Kriteria Mutu Air Berdasarkan kelas

PARAME SATU KELAS KETE


TER AN RANG
AN
I II III IV
FISIKA
Temperatur C Deviasi Deviasi Deviasi Deviasi
Deviasi
3 3 3 Tempertur
5 dari
keadaan
alamiah
Residu Terlarut mg/L 1000 1000 1000 2000
Bagi
pengolahan
Residu mg/L 50 50 400 400 air minum
Tersuspensi secara
konvension
al, residu
tersuspensi
 5000
mg/L
KIMIA ANORGANIK
Apabila
secara
ph 6-9 6-9 6-9 5-9 alamiah di
luar rentang
tersebut,
maka
ditentukan
berdasarkan
kondisi
alamiah
BOD mg/L 2 3 6 12
COD mg/L 10 25 50 100
DO mg/L 6 4 3 0 Angka
batas
minimum
Total Fosfat sbg mg/L 0,2 0,2 1 5
P
NO 3 sebagai N mg/L 10 10 20 20

Anda mungkin juga menyukai