Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH KOMUNIKASI DAN PROMOSI KESEHATAN

PRINSIP KOMUNIKASI

Disusun oleh
1. Aenun Zikra Marsya (P3.73.34.1..17.001)
2. Alifah Budi Setyaningrum (P3.73.34.1..17.002)
3. Amelia Windi Febianti (P3.73.34.1..17.003)
4. Ara Prihartini (P3.73.34.1..17.004)
5. Clarissa Salwa S.J (P3.73.34.1..17.005)
6. Defri Niamaytami (P3.73.34.1..17.006)
7. Devy Wulan Dari (P3.73.34.1..17.007)
8. Dimas Damai Al Qindi (P3.73.34.1..17.008)

D III TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK


POLTEKKES KEMENKES JAKARTA 3
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah swt. atas limpahan rahmat, hidayah serta
inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tanpa suatu halangan
yang berarti. Tidak lupa sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan nabi besar
Muhammad SAW yang telah membawa kita dari jaman jahiliah menuju jaman islamiah
sekarang ini.

Adapun tujuan dari penyusunan makalah adalah sebagai pemenuhan tugas yang
diberikan demi tercapainya tujuan pembelajaran yang telah direncanakan.

Tidak lupa ucapan terimakasih kami tujukan kepada pihak-pihak yang turut
mendukung terselesaikannya makalah ini. Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini
masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu, kritik dan saran yang
membangun sangat kami harapkan demi terciptanya makalah yang lebih baik selanjutnya.
Dan semoga dengan hadirnya makalah ini dapat memberi manfaat bagi pembaca sekalian.

Tim Penyusun

I
DAFTAR ISI
BAB I ....................................................................................................................................... III
PENDAHULUAN ................................................................................................................... III
1.2 Latar Belakang .......................................................................................................... III
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... III
1.3 Tujuan........................................................................................................................ III
BAB II........................................................................................................................................ 1
PRINSIP-PRINSIP KOMUNIKASI.......................................................................................... 1
2.1 Prinsip-prinsip Komunikasi......................................................................................... 1
BAB III ...................................................................................................................................... 7
PENUTUP.................................................................................................................................. 7
3.1 Simpulan........................................................................................................................... 7

II
BAB I

PENDAHULUAN

1.2 Latar Belakang


Seperti fungsi dan definisi komunikasi, prinsip-prinsip komunikasi juga
diuraikan dengan berbagai cara oleh para pakar pakar komunikasi. Mereka ada
kalanya menggunakan istilah-istilah lain untuk merujuk pada prinsip-prinsip
komunikasi ini. Misalnya, William B. Gudykunst dan Young Yun Kim menyebutnya
asumsi-asumsi komunikasi, sedangkan Cassandra L.Book, Bert E.Bradley, Larry A.
Samovar dan Richard E. Porter, Sarah Trenholm dan Arthur Jensen menyebutnya
karakteristik-karakteristik komunikasi. Diilhami oleh pembahasan prinsip-prinsip
komunikasi dalam sumber-sumber diatas, juga dalam karya-karya penulis lain seperti
John R. Wenburg dan William W. Wilmot, Kenneth K. Sereno dan Edward M.
Bodaken, Gordon I. Zimmerman et al., Judy C. Pearson dan Paul E.Nelson, dan
B.Curtiset al., dan Joseph A. DeVito. Deddy Mulyana mencoba membuat “ramuan
baru” mengenai prinsip-prinsip komunikasi berikut dengan menggunakan contoh-
contoh yang bersumber dari pengalaman dan pengamatan pribadi serta rujukan lain
yang relevan. Prinsip-prinsip komunikasi tersebut pada dasarnya merupakan
penjabaran lebih jauh dari definisi atau hakikat komunikasi.

Tapi dalam makalah ini kami selaku penyusun hanya menjabarkan 6 prinsip
komunikasi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Ada berapa Prinsip-prinsip komunikasi?

1.3 Tujuan
1. Menjelaskan tentang Prinsip-prinsip komunikasi.

III
BAB II

PRINSIP-PRINSIP KOMUNIKASI

2.1 Prinsip-prinsip Komunikasi


a. Prinsip 1 : Komunikasi Adalah Proses Simbolik
Salah satu kebutuhan pokok manusia, seperti dikatakan Susanne K.
Langer adalah kebutuhan simbolisasi atau penggunaan lambang. Lambang atau
simbol adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjuk sesuatu lainnya,
berdasarkan kesepakatan sekelompok orang. Lambang meliputi kata-kata (pesan
verbal), perilaku non verbal, dan objek yang maknanya disepakati bersama,
misalnya memasang bendera dihalaman rumah untuk menyatakan penghormatan
atau kecintaan kepada negara.

Lambang adalah salah satu kategori tanda. Hubungan tanda dengan objek
dapat juga direpresentasikan oleh ikon dan indeks, namun ikon dan indeks tidak
memerlukan kesepakatan. Ikon adalah suatu benda fisik (dua atau tiga dimensi)
yang menyerupai apa yang di representasikannya ditandai dengan kemiripan.
Misalnya patung Soekarno adalah ikon Soekarno, foto Anda pada KTP adalah
ikon Anda, rambu-rambu lalu lintas menunjukan arah, adanya pom bensin dll.

Berbeda dengan lambang dan ikon, indeks adalah tanda yang secara
alamiah mempresentasikan objek lainnya, istilah lainnya adalah sinyal (signal),
yang dalam bahasa sehari-hari disebut juga gejala (symptom). Misalnya awan
gelap adalah indeks hujan yang akan turun, asap adalah indeks api, menguap
gejala ngantuk atau bosan dll.

Lambang mempunyai beberapa sifat seperti berikut

1. Lambang bersifat sebarang, manasuka, atau sewenang-wenang


Apa saja bisa dijadikan lambang, bergantung pada kesepakatan bersama.
Kata-kata lisan atau tulisan, isyarat anggota tubuh, makanan dan cara makan,

1
2

tempat tinggal, jabatan, olahraga, hobi, peristiwa, hewan, tumbuhan, gedung,


alat (artefak), angka, bunyi, waktu dsb
2. Lambang pada dasarnya tidak mempunyai makna; kitalah yang
memberi makna pada lambang
Makna sebenarnya ada dalam kepala kita, bukan terletak pada lambang
itu sendiri. Kalaupun ada orang yang mengatakan bahwa kata-kata
mempunyai makna, yang di maksudkan sebenarnya bahwa kata-kata itu
mendorong orang untuk memberi makna (yang telah disetujui bersama)
terhadap kata-kata itu. Dengan kata lain, sebenarnya tidak ada hubungan yang
alami antara lambang dengan referent (objek yang dirujuknya). Misalnya
Anda dapat mengatakan bahwa Anda tentara karena memakai baju tentara,
meskipun Anda bukan tentara.
3. Lambang itu bervariasi
Lambang bervariasi dari suatu budaya ke budaya lain, dari suatu
tempat ke tempat lain, dan dari suatu konteks waktu ke konteks waktu lain.
Begitu juga makna yang diberikan pada lambang tersebut. Misalnya orang
Indonesia menggunakan kata buku, orang Jepang hon, orang Inggris book,
orang Jerman buch, orang Belanda boek, dan orang Arab kitab. Makna yang
diberikan pada suatu lambang boleh jadi berubah dalam perjalanan waktu,
meskipun perubahan itu berjalan lambat. Misalnya panggilan Bung yang pada
zaman revolusi lazim digunakan dan berkonotasi positif karena menunjukan
kesederajatan kini tidak populer lagi, kecuali digunakan oleh penyaji acara
olahraga ketika bicara dengan narasumbernya di studio TV.
b. Prinsip 2 : Setiap Perilaku Mempunyai Potensi Komunikasi
Kita tidak dapat tidak berkomunikasi (We cannot not communicate). Tidak
berarti bahwa semua perilaku adalah komunikasi. Alih-alih, komunikasi terjadi
bila seseorang memberi makna pada perilaku orang lain atau perilakunya sendiri.
Karena setiap perilaku punya potensi untuk ditafsirkan. Jadi walaupun kita tidak
berbicara satu patah kata pun kepada orang lain, tapi kita tersenyum atau
cemberut itu menunjukan komunikasi yang disebut feedback atas informasi yang
diberikan oleh orang lain. Misalnya tersenyum di tafsirkan bahagia; cemberut di
tafsirkan ngambek, dan ketika kita berdiam diri sekalipun seperti mengundurkan
diri dari komunikasi dan lalu menyendiri, sebenarnya kita mengkomunikasikan
banyak pesan.
3

c. Prinsip 3 : Komunikasi Punya Dimensi Isi dan Dimensi Hubungan


Dimensi isi disandi secara verbal sementara dimensi hubungan disandi
nonverbal. Disandi isi merupakan apa yang dikatakan. Sedangkan dimensi
hubungan yaitu bagaimana cara mengatakannya dan juga mengisyaraktkan
bagaimana hubungan para peserta komunikasi itu, dan bagaimana seharusnya
pesan itu ditafsirkan. Contohnya adalah, kalimat “Aku benci kamu” yang
diucapkan dengan nada menggoda mungkin sekali justru berarti sebaliknya.
Seorang gadis yang mengatakan “Ih jahat,kamu,” kepada seorang teman prianya
seraya mencubit sang pemuda, sebenarnya tidak memasukan kata jahat itu dalam
arti sebenarnya, melainkan mungkin sebaliknya, sebagai tanda gemas campur
senang kepada sang pemuda.
Tidak semua orang menyadari bahwa pesan yang sama bisa ditafsirkan
berbeda bila disampaikan dengan cara berbeda. Contohnya Ketika para aktifis
Pantai Rakyat Demokrat (DPR0 diperiksa dipengadilan di Jakarta tahun 1997,
Prof. Dr. Deliar Noer, seorang saksi ahli mengemukakan bahwa pernyataan
manifesto politik partai tersebut, meskipun terkesan keras, adalah hal yang biasa
atau wajar karena diekspresikan oleh anak-anak muda. Namun rupanya
pemerintah dan pengadulian mentafsirkan lain, seorang aktifis DPR pun termasuk
pemimpinnya Budiman Sudjatmiko, masuk penjara. Sebenarnya apa yang
dikatakan saksi itu adalah hal yang lumrah dan banyak benarnya.
Dalam komunikasi massa. Dimensi ini merunjuk pada isi pesan, sedangkan
dimensi hubungan merunjuk kepada unsur-unsur lain, termasuk juga jenis saluran
yang digunakan untuk menyampaikan pesan tersebut. Pengaruh berita atau artikel
dalam surat kabar, misalnya bukan hanya bergantung pada isinya, namun juga
pada penulisnya, tata letak (lay out)nya, jenis huruf yang digunakan, warna
tulisan, dan sebaginya. Pesan yang sama dapat menimbulkan pengaruh berbeda
bila disampaikan orang berbeda. Biasanya artikel yang sudah ditulis orang yang
sudah dikenal maka dianggap lebih berbobot bila dibandingkan dengan tulisan
orang yang belum dikenal. Bisa dimengerti bila direktur surat kabar atau majalah
akan lebih memprioritaskan tulisan orang-orang yang sudah dikenal sabelumnya.
Juga bisa dimengerti bila pernyataan seorang tokoh akan dianggap penting, dan
karena itu diliput media massa meskipun pernyataannya bukan hal baru.
Pengaruh pesan juga berbeda bila disajikan dengan media yang berbeda.
Cerita yang penuh dengan kekerasan dan sensualitas yang disajikan televise boleh
4

jadi ditimbulkan pengaruh yang jauh lebih hebat. Misalnya dalam bentuk
peniruan oleh anak-anak atau remaja.
d. Prinsip 4 : Komunikasi Berlangsung dalam Berbagai Tingkat Kesenjangan
Komunikasi dilakukan dalam berbagai tingkat kesenjangan, dari komunikasi
tidak sengaja sama sekali (misalnya ketika anda melamun sementara orang
memperhatikan anda) sehingga komunikasi yang benar-benar direncanakan dan
disadari (ketika anda menyampaika pidato). Kesenjangan bukanlah syarat untuk
terjadinya komunikasi. Meskipun kita tidak bermaksud menyampaikan pesan
kepada orang lain, perilaku kita potensial ditafsirkan orang lain. Kita tak dapat
mengendalikan orang lain untuk menafsirkan atau tidak menafsirkan perilaku
kita.
Dalam berkomunikasi, biasanya kesadaran kita lebih tinggi dalam situasi
khusus daripada dalam situasi rutin, misalnya ketika anda sedang diuji secara
lisan oleh dosen anda atau ketika anda berdialog dengan orang asing dengan
bahasa inggris dibandingkan dengan ketika anda bersendra gurau dengan kawan-
kawan atau keluarga anda. Akan tetapi konsep kesenjangan sebenarnya pelik
juga. Misalnya apakah seorang dosen memberikan kuliah “Pengantar Ilmu
Komunikasi” ia betul-betul mengejanya sehingga dari menit ke menit ia tahu
persis kata-kata yang akan diucapkannya, intonasi, ekspresi wajahnya, postur
tubuh dan gerak-gerik anggota tubuh yang akan ditampilkannya.
Dalam komunikasi sehari-hari, terkadang kita mengucapkan pesan verbal yang
tidak kita sengaja. Namun lebih banyak lagi pesan nonverbal yang kita tunjukan
tanpa kita sengaja. Misalnya seorang mahasiswa bisa tanpa sengaja bertolak
pinggang dengan sebelah lengannya. Ketika presentasi dihadapan suatu tim
dosen, sebagai kompensasi dari kegugupannya, yang boleh dispersepsi oleh tim
dosen itu sebagai wujud kegugupannya atau kekurangsopanan bahkan
keangkuhan. Atau mahasiswi berpakaian ketat sehingga menampakan lekukan
bagian-bagian tertentu tubuhnya ketika ia maju kedepan untuk menyerahkan hasil
ujian kepada dosen pengawas, yang diikuti pandangan mata beberapa mahasiswa
yang menafsirkan cara ia berpakaian tersebut. Misalnya bahwa mahasiswi itu
nakal, murahan, berani penggoda, dan sebagainya. Perilaku nonverbal lainnya
seperti postur tubuh yang tegap , cara berjalan yang mantap ketika menuju
podium untuk berpidato, jabatan tangan yang kuat, gerakan tangan yang bebas
saat berbicara,kontak mata, dan cara berpakaian dengan rapi, boleh jadi
5

berkomunikasikan suatu pesan, misalnya rasa percaya diri. Sebaliknya, orang


yang jabatan tangannya lemah, badan membungkuk, kepala menunduk, secara
pelan, dan berpakain kusut, dan dipersepsi sebagai orang ynag kurang percaya
diri, meskipun belum tentu anggapan itu benar 100%.
Jadi, niat atau kesenjangan bukanlah syarat mutlak bagi seseorang untuk
berkomunikasi. Dalam komunikasi antara orang-orang berbeda budaya
ketidaksenggan berkomunikasi ini lebih relevan lagi untuk kita perhatikan.
Banyak kesalahpahaman terhadap antarbudaya sebenarnya disebabkan oleh
perilku seseorang yang tidak sengaja yang dipersepsi ditafsirkan dan direspon
oleh orang dari budaya lain.
e. Prinsip 5 : Komunikasi Terjadi dalam Konteks Ruang dan Waktu
Makna pesan juga bergantung pada konteks fisik dan ruang (termasuk iklim,
suhu, intensitas cahaya dsb), waktu, sosial, dan psikologis. Misalnya topik-topik
yang lazim dipercakapkan di rumah, tempat kerja, atau tempat hiburan seperti
“lelucon,” “acara televisi,” “mobil,” “bisnis,” atau “perdagangan” terasa kurang
sopan bila dikemukakan di masjid. Tertawa terbahak-bahak atau memakai
pakaian dengan warna menyala, seperti merah wajar dipakai dalam suatu pesta,
tapi kurang beradab bila hal itu ditampakan dalam acara pemakaman.
Waktu juga mempengaruhi makna terhadap suatu pesan. Misalnya dering
telepon pada tengah malam akan dipersepsikan lain dibandingkan dengan dering
telepon pada siang hari. Kehadiran orang lain, sebagai konteks sosial juga akan
mempengaruhi orang-orang yang berkomunikasi. Misalnya, dua orang yang
diam-diam berkonflik akan merasa canggung bila tidak ada orang sama sekali di
dekat mereka. Namun hubungan mereka akan sedikit mencair bila ada satu atau
beberapa orang diantara mereka.
g. Prinsip 6 : Komunikasi Melibatkan Prediksi Peserta Komunikasi
Ketika orang-orang berkomunikasi, mereka meramalkan efek perilaku
komunikasi mereka. Dengan kata lain, komunikasi juga terikat oleh aturan atau
tatakrama. Artinya, orang yang memilih strategi tertentu berdasarkan bagaimana
orang yang menerima pesan akan merespons. Misalnya Anda tidak dapat
menyapa orang tua atau dosen Anda dengan “Kamu” atau “Elu,” tahu apa yang
harus dikatakan (“Terima Kasih”) ketika Anda menerima hadiah dari orang lain
atau ketika Anda menyenggol seseorang tanpa sengaja (“Maaf”), tahu aturan jam
berapa Anda harus menelepon atau bertamu kepada seseorang atau seberapa lama
6

toleransi keterlambatan Anda ketika Anda bertemu dengan seseorang. Intinya


hingga derajat tertentu ada keteraturan pada perilaku komunikasi manusia.
Perilaku manusia, minimal secara parsial dapat diramalkan.
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan
Prinsip-prinsip komunikasi ada 12, namun yang di bahas dalam makalah ini hanya
ada 6, diantaranya : Komunikasi sebagai proses simbolik, Setiap perilaku mempunyai
potensi komunikasi, Komunikasi punya dimensi isi dan dimensi hubungan, Komunikasi
berlangsung dalam berbagai tingkat kesenjangan, komunikasi terjadi dalam konteks
ruang dan waktu, Komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi. Jadi komunikasi
itu bisa mencangkup banyak sekali hal seperti simbol, lambang, ikon, bahkan orang yang
diam pun menunjukan banyak sekali pesan yang banyak di persepsikan orang-orang.
Komunikasi mempunyai aturannya sendiri, dan komunikasi terikat dengan ruang dan
waktu.

7
DAFTAR PUSTAKA

Mulyana, Deddy.2012,Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar.Bandung:Rosda.

Anda mungkin juga menyukai