Anda di halaman 1dari 9

Secara teknis bahan paduan besi karbon terdiri dari dua kelompok besar.

Kelompok pertama adalah


kelompok baja dengan kandungan karbon hingga sekitar 2%. Kelompok ini dapat dikenali melalui
strukturnya, baik dalam keadaan as cast maupun setelah perlakuan panas, tidak mengandung karbon
bebas (grafit). Sedangkan kelompok kedua adalah kelompok besi dengan kandungan karbon lebih dari
2% serta pada umumnya dapat mengandung grafit didalam strukturnya.

Berdasarkan struktur pembekuannya, paduan ini terdiri dari paduan metastabil (as cast besi cor mampu
tempa dan besi cor putih) dan paduan yang pada kondisi as cast telah mengandung grafit (besi cor
kelabu dan besi cor nodular).

Gbr

Gambar 35. Pembagian kelompok paduan besi karbon.

Garis likuidus AC memperlihatkan bahwa peleburan bahan baja akan membutuhkan temperatur yang
jauh lebih tinggi dari besi cor yang memiliki kandungan C tinggi dimana pada temperatur diatas AC ini
akan terjadi berbagai lossis terutama unsur C, Si dan P.

Pada baja, secara prinsip, tidak terjadi pelepasan C bahkan ketika temperatur telah mencapai sesaat
menjelang AC. Namun demikian, khususnya pada baja hipereutektoid, pada akibat dari proses-proses
pembentukan panas (hot forming) seperti tempa dan pengerolan ataupun pemanasan pada waktu yang
lama, penggrafitan dapat terjadi sebagai efek yang tidak diinginkan. Dalam hal ini baja akan menjadi
rapuh dengan patahan yang berwarna kelabu sampai kehitaman serta disebut dengan patahan hitam.
Kecuali pada paduan dengan kandungan C lebih dari 1% yang ditambah dengan Si sampai dengan 2%.
Pada paduan ini, melalui proses anil, sebagian dari kandungan C diubah menjadi grafit (baja bergrafit).

Besi Cor Mampu Tempa (BCMT/maleable cast iron), merupakan paduan besi karbon yang memiliki
struktur as castnya putih (ledeburit). Namun melalui proses perlakuan panas struktur tersebut diubah
dengan cara mentransformasikan sebagian besar dari unsur kandungan C menjadi grafit (grafit temper)
serta menghasilkan struktur dasar (matriks) perlit dan atau ferit.
100x

Gambar 36. BCMT feritik.

100x

Gambar 37. BCMT perlitik.

BCMT putih di temper didalam atmosfir oksidasi sehingga selain menghasilkan grafit temper, terjadi pula
dekarbonisasi terutama pada bagian permukaan. Untuk benda-benda tipis dekarbonisasi ini bahkan
dapat terjadi pada seluruh bagian benda sehingga struktur BCMT menjadi mirip dengan baja karbon
rendah.Sedangkan BCMT hitam ditemper didalam atmosfir udara bebas (netral) sehingga kandungan C
yang tertransformasi akan sepenuhnya menjadi grafit.

100x

Gambar 38. Daerah dekarbonisasi BCMT putih.

Besi cor putih (hard cast) sendiri merupakan paduan besi karbon dengan struktur ledeburit yang
digunakan pada keadaan as cast. Dibandingkan dengan as cast BCMT hanya berbeda pada kandungan C
nya yang lebih tinggi serta beberapa unsur kandungan lain didalamnya, yang akan menjadikan besi cor
menjadi putih hanya dipermukaan atau secara keseluruhan.

Untuk besi cor kelabu, secara teknis tidak ditemukan struktur yang murni feritik sebagaimana teori-teori
terdahulu yang menjelaskan tentang pembekuan stabil. Selain grafit akan terdapat struktur dasar ferit-
perlit sampai dengan perlitik. Bentuk, ukuran maupun sebaran grafit sangat dipengaruhi oleh kondisi-
kondisi peleburan maupun pendinginan. Melalui berbagai upaya teknis, selain lamelar, grafit dapat
terbentuk menjadi vermikular sampai dengan nodular.
100x

Gambar 39. Besi cor nodular feritik.

100x

Gambar 40. Besi cor nodular perlitik.

Untuk menentukan suhu proses perlakuan panas paduan-paduan besi karbon dapat mengacu kepada
diagran besi karbon, namun perlu diperhatikan, mengingat diagram tersebut dibuat pada keadaan
ekuilibrium dan berbeda dengan kondisi proses yang mengakibatkan adanya histeresis, maka suhu
transformasi g-a perlu dinaikkan sebesar 20 oC – 30 oC, bahkan pada pendinginan lambat sekalipun, agar
lebih mendekati kekeadaan yang sebenarnya.

Hal lain yang juga perlu diingat adalah bahwa produk paduan besi karbon pada kondisi industri tentunya
akan mengandung berbagai unsur sampingan seperti Mn, Si dan lain sebagainya yang tentunya akan
mengubah kurva diagram ekuilibrium (ideal) menjadi berbeda.

Proses Normalisasi.

Proses ini diberlakukan terhadap baja cor polos (plain carbon cast steel) hipo hingga eutektoid, akibat
terjadinya struktur yang tidak homogen (Widmanstatten) pasca pengecoran. Struktur Widmanstatten
merupakan struktur berupa jarum-jarum tebal dengan orientasi tertentu yang terjadi akibat dari
hambatan proses pendinginan oleh pasir cetak yang menyimpan panas dari produk cor.

Proses normalisasi dilakukan sengan memanaskan dan menahan benda kerja sedikit diatas temperatur
Ac3, yaitu sedikit diatas garis GOS. Kemudian didinginkan secara bebas diudara. Selama penahanan
panas, butiran akan berada pada fasa g dan berkembang sesuai dengan lama waktu penahanannya.
Sebagaimana temperatur, maka penahananpun tidak dianjurkan terlalu lama (sekedar mencapai
pemerataan temperatur saja) sehingga diharapkan akan terbentuk butiran-butiran yang cukup halus dan
normal. Proses ini juga dapat dibertlakukan untuk produk-produk yang telah mengalami proses
pengerolan maupun penempaan sehingga akan dihasilkan benda dengan struktur normal.

Semakin cepat proses pemanasan dilakukan, maka akan menghasilkan struktur yang semakin halus
(tidak memberikan kesempatan kepada g untuk berkembang menjadi kasar). Sebaliknya proses
pendinginan dianjurkan untuk tidak terlalu cepat untuk menghindari efek pengerasan.

Pada baja-baja cor dengan kandungan C rendah sampai menengah, akibat dari ukuran butiran dan
kecepatan pendinginan, ferit tidak hanya akan tumbuh dibatas-batas butiran perlit, namun juga tumbuh
sebagai struktur Widmanstatten didalam butiran austenit. Semakin kasar butiran austenit ini, maka akan
meningkat pula kecenderungan terjadinya anomali struktur tersebut. Hal mana sangat mungkin terjadi
pada proses pendinginan pasca pengecoran, dimana pasir yang menjadi panas menahan laju
pendinginan didaerah austenit.

Anil Temperatur Tinggi (High Anealing).

Proses ini merupakan kebalikan dari normalisasi, dengan menggunakan temperatur yang lebih tinggi
serta pendinginan yang lambat hingga titikk Ar1, dengan tujuan menghasilkan butiran yang lebih kasar
serta sebaran perlit yang lebih meluas. Dibawah Ar1 barulah pendinginan dilakukan dengan cepat.

Pelunakan.

Proses pelunakan dimaksudkan untuk mengubah bentuk sementit lamelar dari perlit, sementit pada
baja-baja cor hipereutektoid ataupun setiap sementit proeutektoid, sehingga menjadi sementit bulat
sebagaimana ditunjukkan pada gambar 43.

100x

Gambar 43. Struktur suatu baja eutektoid


setelah proses pelunakan.

Pembulatan sementit lamelar dapat dicapai selain melalui proses pendinginan lambat setelah
pemanasan hingga temperatur sedikit diatas Ac1, melalui penahanan panas pada waktu yang lama
sedikit dibawah temperatur Ac1 ataupun melalui pemanasan bergantian diatas maupun dibawah Ac1
yang juga diikuti dengan pendinginan lambat.

Penahanan panas dibawah Ac1 pada umumnya diterapkan terhadap baja cor hipoeutektoid, sedangkan
pemanasan hingga diatas Ac1 diterapkan pada baja cor hipereutektoid yang sekaligus berperan mirip
dengan proses normalisasi.

Anil Peredaan Tegangan (Stress relieveing).

Perlakuan panas ini hanya bertujuan untuk meredakan tegangan yang muncul akibat pendinginan yang
tidak seragam. Pemanasan harus dilakukan jauh dibawah Ac1 namun cukup untuk dapat meredakan
tegangan agar tidak terjadi perubahan yang tidak dikehendaki terhadap struktur. Pada umumnya
temperatur tersebut adalah sekitar 550 oC – 650 oC, yang kemudian diikuti dengan pendinginan lambat
agar tidak terjadi tegangan baru.

Pada dasarnya tegangan akan mereda dengan sendirinya bahkan pada temperatur kamar, namun hal ini
baru akan tercapai pada waktu yang sangat lama. Penerapan temperatur tinggi pada proses ini akan
membatu mempercepat tercapainya peredaan tegangan.

Anil Difusi.

Segregasi akibat dari pendinginan yang nonequilibrium pasca pengecoran dapat dihomogenkan melalui
proses anil difusi. Proses ini dilakukan dengan menahan panas benda hingga sedikit dibawah garis
likuidus AHIE dalam waktu yang cukup lama serta diikuti dengan pendinginan normal.
Selama penahanan panas unsur-unsur kandungan akan saling berdifusi untuk membentuk kristal-kristal
fasa yang sempurna, namun akan diikuti dengan pertumbuhan butiran menjadi sangat kasar. Kekasaran
butiran ini kemudian dapat diatasi dengan beberapa kali proses normalisasi.

Penguraian Ledeburit.

Ledeburit merupakan struktur keras yang terdiri dari perlit dan karbida besi (sementit). Struktur ini
terjadi pada paduan besi karbon dengan komposisi C lebih dari 2.02% (baca Diagram Besi Karbon). Pada
besi cor kelabu maupun nodular struktur ini sangat dihindari dengan cara menambahkan unsur paduan
Si, agar kandungan C tertransformasi tidak sebagai senyawa Fe3C (karbida besi) melainkan grafit.

Ledeburit dapat diuraikan menjadi struktur perlit/ferit dan grafit melalui proses perlakuan panas.
Pemanasan dilakukan hingga mendekati temperatur eutektiknya kemudian ditahan pada waktu yang
lama sehingga senyawa Fe3C eutektik lambat laun akan terurai menjadi Fe dan grafit.

Proses pendinginanpun dilakukan sesuai dengan struktur akhir yang dikehendaki. Apabila struktur akhir
dikehendaki feritis, maka pendinginan dilakukan dengan sangat lambat sehingga unsur C yang
melepaskan diri dari austenit tidak menjadi senyawa Fe3C, melainkan terbentuk menjadi grafit.
Sedangkan apabila struktur yang dikehendaki adalah perlit, maka pendinginan dilakukan diudara terbuka
hingga tiup, tergantung dari seberapa tebal produk yang diproses.

Perlakuan panas terhadap besi/baja cor paduan.

1. Baja/besi cor paduan Mn.

Paduan Mn dalam jumlah kecil memiliki efek promosi pembentukan perlit, sedangkan dalam jumlah
besar akan memperluas daerah g diagram fasa biner FE-C, sehingga pada temperatur kamar dapat
dihasilkan struktur g (austenit) yang cukup stabil.

Baja paduan Mn rendah pasca pengecoran, mengingat kandungan C yang hanya sekitar 0,3%, perlu
sedikitnya diberlakukan proses normalisasi agar perlit yang terbentuk tidak menjadi kasar
(widmanstatten). Proses pemanasan dilakukan hingga diatas Ac3 dan didinginkan diudara bebas setelah
mengalami penahanan homogenisasi temperatur.

Proses perlakuan panas lainnya yang bertujuan untuk meningkatkan keuletan bahan adalah anil, Dimana
setelah proses ini akan dihasilkan struktur perlit dengan karbida besi (sementit) tumpul hingga bulat.
Pemanasan dilakukan hingga temperatur dibawah Ac3 yang diikuti dengan pendinginan dalam tungku.
Lama penahanan panas menentukan tingkat kebulatan karbida besi. Sedangkan untuk menghasilkan
struktur martensit yang keras, paduan ini dapat dikeraskan melalui pemanasan sedikit diatas Ac3 dan
dikuens kedalam air serta diikuti dengan proses temper.

Gambar 44. Kurva Perlakuan Panas Baja Paduan Mn rendah.

Untuk baja paduan Mn tinggi, dimana diharapkan memiliki struktur austenit, dilakukan proses
austenisasi melalui pemanasan hingga temperatur 1100 oC yang dilanjutkan dengan pendinginan kuens
kedalam air. Lama penahanan panas ditentukan berdasarkan ketebalan produk dengan tujuan
homogenisasi temperatur.

2. Baja/besi cor paduan Cr dan Stainless steel.

Paduan Cr pada baja pada umumnya digunakan untuk menghasilkan struktur as cast ferit, sehingga
produk dapat diaplikasikan pada temperatur kerja tinggi. Bersama dengan Ni akan menghasilkan struktur
austenit yang non mahnetis. Oksida Cr (CrO2) yang sangat tahan terhadap korosi akan selalu melapisi
bagian kulit dari produk cor sehingga baja-baja paduan Cr maupun Cr-Ni masuk kedalam katagori
stainless steel (baik feritis, maupun austenitis).

Struktur martensit baru akan terbentuk pada besi cor paduan Cr, dimana unsur C tersedia cukup banyak.
Proses hardening perlu dilakukan untuk menjamin terbentuknya struktur martensit yang halus. Namun
demikian pemanasan maupun pendinginan tidak boleh dilakukan dengan terlalu cepat untuk
menghindari keretakan akibat dari banyaknya karbida Cr yang keras dan rapuh. Pemanasan dilakukan
dengan lambat hingga mencapai temperatur 1020 oC dan ditahan agar terjadi homogenisasi temperatur.
Pendinginan cepat dilakukan dengan menggunakan media udara tiup. Kemudian dilanjutkan dengan
proses temper pada temperatur 350 oC dan pendinginan udara.
Gambar 45. Kurva Perlakuan Panas Besi cor Paduan Cr tinggi.

4. Besi cor putih paduan Ni (Ni Hard)

Ni Hard merupakan besi cor putih paduan Ni dan Cr yang terdiri dari Ni Hard 1 & 2 serta Ni Hard 4.
Memiliki ketahanan gesek yang sangat baik namun kurang mampu menerima beban impak. Ni Hard 1
dan 2 memiliki struktur martensit-ledeburit yang keras namun rapuh. Keuletan bahan ini dapat
ditingkatkan melalui proses temper pada temperatur 275 oC serta pendinginan diudara bebas setelah
mengalami penahanan panas (setelah temperatur homogen) selama 4 – 8 jam.

Berbeda dengan Ni Hard 2 dan 2, Ni Hard 4 memiliki struktur martensit dan karbida Cr yang memiliki
ketahanan impak jauh lebih baik. Peningkatan kekerasan dapat dilakukan dengan memperbanyak karbida
Cr dan diakhiri dengan peningkatan keuletan melalui proses temper untuk membulatkan martensitnya.
Perlakuan panas tersebut dilakukan sebagaimana ditunjukkan pada gambar 46.

Gambar 46. Kurva Perlakuan Panas Ni Hard 4.

5. Austempered Ductile Iron (ADI)

ADI merupakan penyempurnaan dari besi cor bainitis, dimana struktur dasarnya dihasilkan melalui
proses austemper terhadap besi cor nodular. Gambar 47 memperlihatkan perbedaan antara proses
pendinginan langsung melalui bainit pada pengecoran besi cor bainit dengan proses perlakuan panas
hingga memasuki daerah austenit kemudian didinginkan secara cepat untuk menghindari pertumbuhan
perlit dan secara isotermal ditahan masih didaerah austenit hingga memasuki wilayah bainit. Setelah
penahanan selama beberapa waktu, pendinginan dilakukan dengan normal diudara terbuka.

Struktur yang akan terjadi adalah ausferit (austenit-ferit) yang sangat mirip dengan bainit, namun
memiliki elongasi yang jauh lebih besar. Hal ini dapat terjadi karena selama proses isotermal jarum-jarum
ferit tumbuh dari austenit. Pada waktu yang sama kandungan C dari ferit akan berkumpul dibatas-batas
butirannya, namun karena terdapat kandungan Si yang cukup besar, C tidak berubah menjadi senyawa
sementit melainkan akan menjadikan austenit disekitar batas butiran ferit menjadi kaya dengan unsur C
dan stabil. Tergantung dari berapa tinggi temperatur isotermal serta waktu penahanan, struktur dapat
berupa bainit yang bebas sementit yang berupa jarum ferit serta sampai dengan 50% sisa austenit.
Gambar 47. Diagram CCT besi cor nodular dengan pendinginan langsung

dan austemper.

Gambar 48. Struktur ADI setelah proses austemper dengan isotermal pada 370 oC, dan lama penahanan
1,5 jam.

a) 500x, b) 5000x

Referensi:

Brunhuber E; Giesserei Lexikon. Fachverlag Schiele & Schoen. Berlin. 1988.

Horstmann D; Das Zustandsscaubild Eisen-Kohlenstoff. Verlag Stahleisen mbH, Duesseldorf. 1985.

Anda mungkin juga menyukai