Pada permulaan tarikh masehi, di Benua Asia terdapat dua negeri besar yang tingkat
peradabannya dianggap sudah tinggi, yaitu India dan Cina. Kedua negeri ini menjalin hubungan
ekonomi dan perdagangan yang baik. Arus lalu lintas perdagangan dan pelayaran berlangsung
melalui jalan darat dan laut. Salah satu jalur lalu lintas laut yang dilewati India-Cina adalah Selat
Malaka. Indonesia yang terletak di jalur posisi silang dua benua dan dua samudera, serta berada
di dekat Selat Malaka memiliki keuntungan, yaitu:
1. Sering dikunjungi bangsa-bangsa asing, seperti India, Cina, Arab, dan Persia,
2. Kesempatan melakukan hubungan perdagangan internasional terbuka lebar,
3. Pergaulan dengan bangsa-bangsa lain semakin luas, dan
4. Pengaruh asing masuk ke Indonesia, seperti Hindu-Budha.
Keterlibatan bangsa Indonesia dalam kegiatan perdagangan dan pelayaran internasional
menyebabkan timbulnya percampuran budaya. India merupakan negara pertama yang
memberikan pengaruh kepada Indonesia, yaitu dalam bentuk budaya Hindu. Ada beberapa
hipotesis yang dikemukakan para ahli tentang proses masuknya budaya Hindu-Buddha ke
Indonesia.
1. Hipotesis Brahmana
Hipotesis ini mengungkapkan bahwa kaum brahmana amat berperan dalam upaya penyebaran
budaya Hindu di Indonesia. Para brahmana mendapat undangan dari penguasa Indonesia untuk
menobatkan raja dan memimpin upacara-upacara keagamaan. Pendukung hipotesis ini adalah
Van Leur.
2. Hipotesis Ksatria
Pada hipotesis ksatria, peranan penyebaran agama dan budaya Hindu dilakukan oleh kaum
ksatria. Menurut hipotesis ini, di masa lampau di India sering terjadi peperangan antargolongan
di dalam masyarakat. Para prajurit yang kalah atau jenuh menghadapi perang, lantas
meninggalkan India. Rupanya, diantara mereka ada pula yang sampai ke wilayah Indonesia.
Mereka inilah yang kemudian berusaha mendirikan koloni-koloni baru sebagai tempat tinggalnya.
Di tempat itu pula terjadi proses penyebaran agama dan budaya Hindu. F.D.K. Bosch adalah
salah seorang pendukung hipotesis ksatria.
3. Hipotesis Waisya
Menurut para pendukung hipotesis waisya, kaum waisya yang berasal dari kelompok pedagang
telah berperan dalam menyebarkan budaya Hindu ke Nusantara. Para pedagang banyak
berhubungan dengan para penguasa beserta rakyatnya. Jalinan hubungan itu telah membuka
peluang bagi terjadinya proses penyebaran budaya Hindu. N.J. Krom adalah salah satu
pendukung dari hipotesis waisya.
4. Hipotesis Sudra
Von van Faber mengungkapkan bahwa peperangan yang tejadi di India telah menyebabkan
golongan sudra menjadi orang buangan. Mereka kemudian meninggalkan India dengan
mengikuti kaum waisya. Dengan jumlah yang besar, diduga golongan sudralah yang memberi
andil dalam penyebaran budaya Hindu ke Nusantara.
Selain pendapat di atas, para ahli menduga banyak pemuda di wilayah Indonesia yang belajar
agama Hindu dan Buddha ke India. Di perantauan mereka mendirikan organisasi yang disebut
Sanggha. Setelah memperoleh ilmu yang banyak, mereka kembali untuk menyebarkannya.
Pendapat semacam ini disebut Teori Arus Balik.
Pada umumnya para ahli cenderung kepada pendapat yang menyatakan bahwa masuknya
budaya Hindu ke Indonesia itu dibawa dan disebarluaskan oleh orang-orang Indonesia sendiri.
Bukti tertua pengaruh budaya India di Indonesia adalah penemuan arca perunggu Buddha di
daerah Sempaga (Sulawesi Selatan). Dilihat dari bentuknya, arca ini mempunyai langgam yang
sama dengan arca yang dibuat di Amarawati (India). Para ahli memperkirakan, arca Buddha
tersebut merupakan barang dagangan atau barang persembahan untuk bangunan suci agama
Buddha. Selain itu, banyak pula ditemukan prasasti tertua dalam bahasa Sanskerta dan Malayu
kuno. Berita yang disampaikan prasasti-prasasti itu memberi petunjuk bahwa budaya Hindu
menyebar di Kerajaan Sriwijaya pada abad ke-7 Masehi.
Masuknya pengaruh unsur kebudayaan Hindu-Buddha dari India telah mengubah dan
menambah khasanah budaya Indonesia dalam beberapa aspek kehidupan.
1. Agama
Ketika memasuki zaman sejarah, masyarakat di Indonesia telah menganut kepercayaan
animisme dan dinamisme. Masyarakat mulai menerima sistem kepercayaan baru, yaitu agama
Hindu-Buddha sejak berinteraksi dengan orang-orang India. Budaya baru tersebut membawa
perubahan pada kehidupan keagamaan, misalnya dalam hal tata krama, upacara-upacara
pemujaan, dan bentuk tempat peribadatan.
2. Pemerintahan
Sistem pemerintahan kerajaan dikenalkan oleh orang-orang India. Dalam sistem ini kelompok-
kelompok kecil masyarakat bersatu dengan kepemilikan wilayah yang luas. Kepala suku yang
terbaik dan terkuat berhak atas tampuk kekuasaan kerajaan. Oleh karena itu, lahir kerajaan-
kerajaan, seperti Kutai, Tarumanegara, dan Sriwijaya.
3. Arsitektur
Salah satu tradisi megalitikum adalah bangunan punden berundak-undak. Tradisi tersebut
berpadu dengan budaya India yang mengilhami pembuatan bangunan candi. Jika kita
memperhatikan Candi Borobudur, akan terlihat bahwa bangunannya berbentuk limas yang
berundak-undak. Hal ini menjadi bukti adanya paduan budaya India-Indonesia.
4. Bahasa
Kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia meninggalkan beberapa prasasti yang sebagian
besar berhuruf Pallawa dan berbahasa Sanskerta. Dalam perkembangan selanjutnya bahkan
hingga saat ini, bahasa Indonesia memperkaya diri dengan bahasa Sanskerta itu. Kalimat atau
kata-kata bahasa Indonesia yang merupakan hasil serapan dari bahasa Sanskerta, yaitu
Pancasila, Dasa Dharma, Kartika Eka Paksi, Parasamya Purnakarya Nugraha, dan sebagainya.
5. Sastra
Berkembangnya pengaruh India di Indonesia membawa kemajuan besar dalam bidang sastra.
Karya sastra terkenal yang mereka bawa adalah kitab Ramayana dan Mahabharata. Adanya
kitab-kitab itu memacu para pujangga Indonesia untuk menghasilkan karya sendiri. Karya-karya
sastra yang muncul di Indonesia adalah:
Agama Hindu
Agama Hindu berkembang di India pada ± tahun 1500 SM. Sumber ajaran Hindu terdapat dalam
kitab sucinya yaitu Weda. Kitab Weda terdiri atas 4 Samhita atau “himpunan” yaitu:
Orang-orang Hindu memilih tempat yang dianggap suci misalnya, Benares sebagai tempat
bersemayamnya Dewa Siwa serta Sungai Gangga yang airnya dapat mensucikan dosa umat
Hindu, sehingga bisa mencapai puncak nirwana.
Agama Buddha
Agama Buddha diajarkan oleh Sidharta Gautama di India pada tahun ± 531 SM. Ayahnya
seorang raja bernama Sudhodana dan ibunya Dewi Maya. Buddha artinya orang yang telah
sadar dan ingin melepaskan diri dari samsara.
Kitab suci agama Buddha yaitu Tripittaka artinya “Tiga Keranjang” yang ditulis dengan bahasa
Poli. Adapun yang dimaksud dengan Tiga Keranjang adalah:
1. Winayapittaka : Berisi peraturan-peraturan dan hukum yang harus dijalankan oleh umat
Buddha.
2. Sutrantapittaka : Berisi wejangan-wejangan atau ajaran dari sang Buddha.
3. Abhidarmapittaka : Berisi penjelasan tentang soal-soal keagamaan.
Pemeluk Buddha wajib melaksanakan Tri Dharma atau “Tiga Kebaktian” yaitu:
1. Buddha Hinayana, yaitu setiap orang dapat mencapai nirwana atas usahanya sendiri.
2. Buddha Mahayana, yaitu orang dapat mencapai nirwana dengan usaha bersama dan
saling membantu.
Pemeluk Buddha juga memiliki tempat-tempat yang dianggap suci dan keramat yaitu:
Dari beberapa teori di atas dapat disimpulkan bahwa teori Brahmana yang paling mendekati
kebenaran, sebab hanya kaum brahmana yang berhak dan boleh mempelajari kitab Hindu
sehingga hanya melalui kaum Brahmana agama Hindu dapat menyebar di Indonesia
a. Bidang Pemerintahan
Sebelum hindu Buddha masuk ke Indonesia, masyarakat Indonesia masih terdiri atas
kelompok-kelompok yang dipimpin oleh kepala suku. Tetapi setelah hindu Buddha datang ke
Indonesia, kepala suku pun digantikan oleh raja yang dianggap sebagai keturunan dari dewa
yang memiliki kekuatan, suci dan hampa. Hal ini tentunya akan memperkuat kedudukan raja
untuk memerintah wilayah kerajaan secara turun-temurun.
b. Sosial
Setelah hindu Budha masuk ke Indonesia, terjadi perubahan terhadap tata kehidupan
masyarakat Indonesia. Misalnya dalam masyarakat hindu diperkenalkan system kasta
dan dalam masyarakat Budha diperkenalkan golongan biksu dan biksuni
c. Ekonomi
d. Kebudayaan
Dalam bidang bahasa dan sastra, datangnya pengaruh hindu budha di Indonesia
membuat masyarakat Indonesia mengetahui huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta. Seni
sastra sangat berkembang ketika kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia terutama pada
aman kejayaan kerajaan Kediri. Karya sastra tersebut antara lain :
a. Pada masa pemerintahan Airlangga, Mpu Kanwa menyusun Arjunawiwaha.
b. Pada masa kerajaan Kediri, Mpu Sedah menyusun Bharatayudha dan Mpu Panuluh.
c. Pada masa kerajaan Kediri, Mpu Panuluh menyusun Gatotkacasraya.
d. Pada masa kerajaan Majapahit, Mpu Tantular menyusun Arjuna Wijaya dan
Sutasoma.
e. Pada masa kerajaan Majapahit, Mpu Prapanca menyusun Negarakertagama.
f. Pada masa kerajaan Majapahit, Mpu Tanakung menyusun Wretta Sancaya dan
Lubdhaka
3. Nama-Nama Kerajaan di Indonesia
1. Kerajaan Kutai
Kerajaan Kutai merupakan kerajaan Hindu yang tertua di Indonesia. Kerajaan ini didirikan pada tahun
400 M, di tepi Sungai Mahakam, Kalimantan Timur.
2. Kerajaan Tarumanegara
Kerajaan Tarumanegara merupakan kerajaan Hindu, didirikan pada tahun 450 M di Jawa Barat. Raja
yang memerintah ialah Purnawarman.
3. Kerajaan Kaling
Kerajaan Kaling didirikan pada tahun 674 di Jawa Tengah. Raja yang memerintah ialah Ratu Sima.
Beliau menghendaki agar rakyatnya benar – benar menjadi orang yang jujur. Pendeta yang terkenal
ialahJhanabhadra.
4. Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya didirikan pada abad ke-7 di Sumatra (Kerajaan Budha). Guru agama Budha yang
terkenal ialah Sakyakirti. Raja – raja yang memerintah adalah :
1. Sri Jayanaga.
2. Balaputradewa
3. Sri Sangrawijayatunggawarman.
5. Kerajaan Melayu
Kerajaan Melayu berdiri hampir bersamaan dengan Kerajaan Sriwijaya, tetapi pada tahun 692
kerajaan ini telah dikuasai Sriwijaya.
Kerajaan Mataram Hindu berdiri di Jawa Tengah dengan ibukota Medang Kamulan. Raja – raja yang
memerintah ialah :
Sanna.
Sanjaya, bergelar Rakai Mataram Ratu Sanjaya.
Rakai Panangkaran, bergelar Syailendra Sri Maharaja Dyah Pancapana Rakai
Panangkarana.
Setelah pemerintahan Rakai Panangkaran, Mataram pecah menjadi dua. Sebagian memeluk agama
Budha, sebagian memeluk agama Hindu. Syailendra Budha berkuasa di Jawa Tengah Selatan,
Syailendra Hindu berkuasa di sekitar pegunungan Dieng. Pada masa pemerintahan Rakai Pikatan,
Mataram dipersatukan kembali.
Raja – raja selanjutnya ialah :
Rakai Pikatan.
Balitung, bergelar Rakai Watukura.
Daksa.
Tulodong.
Wawa.
Empu Sendok.
Empu Sendok memindahkan pusat pemerintahan Syailendra ke Jawa Timur pada tahun 929,
kemudian membentuk wangsa baru yaitu Wangsa Isyana. Raja – raja yang memerintah ialah :
Tahun 1401 Kerajaan Kahuripan dibagi menjadi 2 (tugas pembagian diserahkan kepada Empu
Bharada), yaitu :
8. Kerajaan Kediri
Kerajaan Jenggala diperintah oleh Raja Mapanji Garasakan. Kerajaan Kediri diperintah Raja Sri
Samarawijaya. Perebutan kekuasaan antara Jenggala dan Kediri berlangsung sampai tahun 1502.
Selanjutnya selama lebih kurang setengah abad kedua kerajaan tersebut tidak disebut – sebut lagi
dalam sejarah.
Masa ini, kitab Bharatayudha digubah oleh Empu Sedah dan dilanjutkan oleh Empu Panuluh (Empu
Sedah meninggal sebelum kitabnya selesai). Empu Panuluh juga menulis buku Hariwangsa dan
Gatutkacasraya.
Sri Aryeswara.
Kameswara, bergelar Sri Maharaja Sri Kameswara Triwikramawarata.
9. Kerajaan Bali
Raja – raja Wangsa Warmadewa. Salah satu wangsa yang terkenal memerintah di Bali ialah wangsa
Warmadewa.
Udayana berputra 3 orang, yaitu : pertama Airlangga, yang menjadi menantu Raja Dharmawangsa
dan kemudian menjadi raja di Kahuripan (kerajaan wangsa Isyana). Kedua, Marataka, yang
menggantikan Udayana (tetapi tidak terkenal). Ketiga, Anak Wungsu, yang menggantikan tahta
Marataka, tahun 1049.
Dari pemerintahan Anak Wungsu ditinggalkan 28 buah Prasasti Singkat, yang antara lain ditemukan
di Gua Gajah, gunung Kawi (Tampak Siring), Gunung Panulisan, dan Sangit.
Sesudah pemerintahan wangsa Warmadewa, Pulau Bali diperintah oleh raja – raja lain yang berganti
– ganti, yang terkenal di antaranya :
Jayasakti, mempunyai kitab Undang – undang yaitu Uttara Widhi Balawan dan
Rajawacana (tahun 1133 – 1150).
Jayapangus, menggunakan kitab Undang – undang Manawasasanadharma (1117 – 1181).
Riwayat dan pemerintahan Ken Arok serta raja – raja Singasari terdapat dalam buku Pararaton dan
Negarakertagama.
Ken Arok, setelah membunuh Akuwu Tumapel dan Tunggul Ametung, menaklukan Kerajaan
Kediri tahun 1222 di Ganter. Ken Arok sebagai pendiri dan raja pertama di Singasari bergelar
Sri Ranggah Rajasa Sang Amurwabhumi, kemudian keturunannya terkenal dengan sebutan
wangsa Rajasa.
Anusapati (anak Tunggul Ametung – Ken Dedes) setelah membunuh Ken Arok (ayah
tirinya), dengan menyuruh seorang pengalasan (budak).
Tohjaya (anak Ken Arok dan Ken Umang), setelah membunuh Anusapati. Tahun 1248 timbul
pemberontakan yang dilancarkan oleh Ranggawuni (anak Anusapati) dan Mahisa Campaka
(anak Mahisa Wonga Teleng atau cucu Ken Arok – Ken Dedes).
Ranggawuni bergelar Sri Jaya Wisnuwardhana 1248 – 1268. Wisnuwardhana memerintah
Singasari bersama – sama Mahisa Campaka sebagai Ratu Anggabhaya yaitu pejabat tinggi
yang bertugas menanggulangi bahaya yang mengancam kerajaan, gelarnya
Narasinghamurti.
Kertanegara bergelar Sri Maharajadhiraja Sri Kertanegara (tahun 1269 – 1292), merupakan
Raja Singasari yang terbesar. Tahun 1275 dikirimnya ekspedisi Pamalayu. Daerah – daerah
yang ditaklukannya antara lain Bali, Pahang, Sunda, Bakulapura (Kalimantan Barat Daya)
dan Gurun (Maluku) serta mengadakan hubungan persahabatan dengan Jaya-singhawarman
Raja Campa. Tahun 1292 ditaklukan oleh Jayakatwang dari Kediri.
11. Kerajaan Majapahit
Didirikan oleh Raden Wijaya (anak Lembu Tai atau cucu Mahisa Campaka) pada tahun 1292 setelah
memperdayai bala tentara Kubilai Khan dari Cina yang bermaksud menghukum Raja Jawa yang telah
menghina utusannya yaitu Meng Ki pada masa pemerintahan Kertanegara di Singasari.
Karena Kertanegara telah dihancurkan oleh Jayakatwang dari Kediri maka bala tentara Kubilai Khan
menghancurkan Kediri, yang selanjutnya atas siasat Raden Wijaya dibantu oleh Arya Wiraraja, bala
tentara Cina dapat dihancurkan oleh Raden Wijaya. Akhirnya Raden Wijaya menjadi Raja Majapahit
pertama dengan gelar Kertarajasa Jayawardhana.
Jayanegara menggantikan ayahandanya dengan gelar Sri Jayanegara. Timbul pemberontakan, yaitu
:
Dalam pemerintahannya Raja Jayanegara menggunakan lambang Minadwaya (dua ekor ikan).
Jayanegara wafat tidak meninggalkan putra. Maka Gayatri atau Rajapatni berhak menjadi raja.
Karena Gayatri telah menjadi bhiksuni (pendeta agama Budha), maka diwakilkan kepada Sri Gitarja,
Bhre Kahuripan yang bergelar Tribhuwanatunggadewi Jayawisnuwardhana.
Timbul Pemberontakan Sadeng, yang dapat dipadamkan oleh Gajah Mada, karena jasanya pada
tahun 1331 Gajah Mada diangkat menjadi perdana menteri, yang pada saat pelantikannya
mengucapkan Sumpah Palapa.
Tahun 1350 Gayatri atau Rajapatni wafat, Tribhuwana yang mewakilkannya menyerahkan
kekuasaannya pada anaknya yang bernama Hayam Wuruk.
Rajasanegara (1350 – 1389)
Hayam Wuruk naik tahta pada usia 16 tahun, bergelar Rajasanegara, merupakan raja terbesar dalam
sejarah Majapahit dengan Gajah Mada sebagai Mahapatih.
Kekuasaannya meliputi seluruh Kepulauan Nusantara, bahkan masih ditambah dengan Tumasik
(Singapura) dan Semenanjung Melayu.
Tahun 1364 Gajah Mada wafat, kedudukannya diganti oleh 4 orang menteri. Tahun 1389 Hayam
Wuruk wafat.
Raja Hayam Wuruk dengan permaisuri hanya mempunyai seorang putri yaitu Kusumawardhani yang
selanjutnya memerintah bersama suaminya Wikramawardhana yang masih saudara sepupunya. Bhre
Wirabumi, anak dari selir diberi kekuasaan memerintah daerah Blambangan, merasa tidak puas dan
merasa lebih berhak atas tahta Majapahit. Tahun 1401 – 1406 timbul perang saudara antara Bhre
Wirabumi dan Wikramawardhana, Bhre Wirabumi gugur (Perang Paregreg). Tahun 1429
Wikramawardhana wafat, Majapahit telah menjadi kerajaan kecil akibat dari satu persatu daerahnya
melepaskan diri.
Tahun 1478 Bhatara Prabu Girindrawardhana raja Daha merebut Majapahit dari Raja Kertabumi
(Raja Majapahit yang terakhir).
Samudra pasai adalah kerjaan Islam Nusantara yang pertama. Terletak di Aceh Utara (sekarang
masuk dalm kabupaten Lhosumawe) berdiri di abad 13.
Pada awal 1500 seorang Bupati Demak yang memeluk agama Islam, yaitu Raden Patah melepaskan
diri dari Majapahit. Dibantu para ulama Raden Patah mendirikan Kerjaan Demak. Selanjutnya Demak
berkembang menjadi pusat perkembangan Islam. Tahun 1511 hubungan Demak dengan Malaka
terputus karena Malakan dikuasai oleh Portugis. Tahun 1513 armada Demak dibawah pimpinan Unus
menyerang Malaka tetapi gagal
Patu Unus dikenal dengan sebutan Pangeran Sabrang Lor , hanya tiga tahun menjadi Raja.
Sultan trenggana adalah menantu Pati Unus. Tahun 1522 mempercayai seorang ulama dari Pasai
(Faletehan) untuk memimpin armada Demak merebut Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon dari
Pajajaran.
Tahun 1546 Sultan Trenggana gugur dalam usahanya menakluk- kan Pasuruan. Setelah itu timbul
perebutan kekuasaan antara Sunan Prawata (pytra sUlung Sultan Trenggana) dengan Pangeran
Sekar (adik Sultan Trenggana). Sunan Prawata naik tahta setelah membunuh Pangeran Sekar, tak
lama kemudian Sunan Prawata dibunuh oleh Arya Penangsang (anak Pangeran Sekar),
Jaka Tingkir (menantu Sultan Trenggana), berhasil membinasakan Arya Penangsang atas bantuan
Kyai Ageng Pemanahan. Jaka tingkir naik tahta bergelar Adiwijaya dan memindahkan pusat Kerajaan
Demak ke Pajang.
Kerajaan Pajang tidak lama berdiri. Setelah Sultan Adiwijaya wafat terjadi perebutan kekuasaan. Arya
Pangiri (anak Sunan Prawata) mencoba merebut, digagalkan Pangeran Benawa (anak Sultan
Adiwijaya) dibantu Sutawijaya (anak Kyai Ageng Pemanahan). Pangeran Benawa merasa tidak
sanggup menggantikan ayahandanya, maka menyerahkan kekuasaan kepada Sutawijaya, yang
kemudian memindahkan pusat pemerintahan ke Mataram.
Sutawijaya lebih dikenal dengan Pahembahan Senapati. Panembahan Senapati wafat tahun 1601.
Setelah Faletehan merebut Banten. Sunda Kelapa, dan Cirebon, maka dialah yang menguasainya.
Karena di demak timbul perebutan , kekuasaan maka pada tahun 1522 Fafetehan menyerahkan
Banten kepada putranya Hasanuddin sebagai raja Banten yang pertama dan Faletehan memusatkan
perhatiannya pada agama Islam di Gunung Jati, Cirebon.
1. PangeranYusuf(1570).
2. Maulana Muhammad (baru berusia 9 tahun), tahun 1596 gugur dalam usahanya menyerang
Palembang.
3. Abdulmufakir (baruberusia 5 tahun), pemerintahan dikendalikan oleh Mangkubumi
Jayanegara.
1. Paramisora, peiarian dari Majapahit, yang telah masuk Islam berganti nama Sultan Iskandar
Syah.
2. Sultan Mansyur Syah.
3. Sultan Mahmud Syah.
Pada awal abad 16 masih merupakan kerajaan kecil, di bawah | kekuasaan Kerajaan Pedir.
Raja-rajanya ialah:
1. Sultan Ibrahim, Aceh melepaskan diri dari Kerajaan Pedir. Aceh semakin maju karena Malaka
dikuasai Portugis, sehingga pedagang Islam dari Arab dan Gujarat mengalihkan
perdagangannya ke Aceh.
2. Sultan Iskandar Muda (1607 -1639). Pada pemerintahannya Acehmencapai puncak
kejayaannya.
19. Kerajaan Ternate
Berdiri kira-kira abad ke-13 Abad 14 Ternate menjadi kerajaan Islam Masa pemerintahan Sultan
Baabullah Ternate mencapai puncak kejayaan. Tahun 1575 Sultan Baabullah mengusir Portugis dari
Maluku. Baabullah bergelar yang dipertuan di 72 pulau, meluaskan wilayahnya sampai Filipina.
Merupakan kerajaan Islam di Maluku. Sempat diadu domba oleh Portugis dan Spanyol, untuk
berselisih dengan Kerman Ternate, tetapi berbalik kembali bahkan bersama-sama mengusir bangsa
Portugis dari Maluku. Rajanya yang terkenal adalah Sultan Nuku, yang gigih berjuang mengusir
Belanda. Wilayahnya meliputi Halmahera, Seram, Kai, sampai Papua.
Pada abad ke 16 di Sulawesi Selatan terdapat dua kerajaan. yaitu Goa dan Tailo. Kedua kerajaan itu
bersatu dengan nama Goa-Tailo atau Makasar dengan ibukota Sombaopu, sebagai kerajaan Islam
pertama di Sulawesi.
Raja-rajanya ialah:
1. Raja Goa Daeng Manribia dengan gelar Sultan Alaudin. Mangkubuninya adalah raja Tailo
Karaeng Matoaya bergelar SultanAbdullah.
2. Sultan Hasanuddin. masa pemerintahannya mencapai puncak kejayaan.
Dengan bantuan Kerajaan Demak, abad ke-16 Kerajaan Banjar di Kalimantan Selatan menaklukkan
Daha (sebuah kerajaan di pedalaman Kalimantan). Banjar adalah kerajaan Islam, dengan rajanya
Raden Samudra yang telah masuk Islam berganti nama Sultan Suryanullah.
Prasasti Ciaruteun, ditemukan di kawasan Ciampea, Bogor. terdapat telapak kaki raja Purnawarman
serta lukisan laba laba di prasasti ini.
Prasasti Jambu, ditemukan di sekitar bukit Koleangkak. Di prasasti ini terdapat tulisan dengan kata
Tarumayam (Tarumanegara).
Prasasti Kebon Kopi, ditemukan di sekitar kampung Muara Hilir, Bogor. Di dalam prasasti ini terdapat
lukisan telapak kakidari Airawata, Gajah kendaraan dari Dewa Wisnu.
Prasasti Lebak, ditemukan di kawasan Kampung Lebak, Pandeglang.
Prasasti Tugu, ditemukan di kawasan Desa Tugu, Cilincing, Jakarta Utara.
Prasasti Pasir Awi.
Prasasti Muara Cianten
Prasasti Penumpangan
Prasasti Talan
Prasasti Weleri
Prasasti Semandhing
Prasasti Jepun
Prasasti Hantang
dan lainnya
Raja yang terkenal dari Kerajaan Kediri, pada masa pemerintahannya di tahun ke 22, membangun
saluran air yang bernama Gomati dan Chadrabagha yang digunakan untuk mengairi sawah serta
mencegah terjadinya banjir
Berikut ini adalah bentuk ciri-ciri dari candi gunung sari yang perlu anda ketahui bentuk dan
tampilannya:
Ciri ciri dari candi ini dapat dilihat dari ornamen, arsitektur serta bentuknya yang memang terlihat tua,
bahkan lebih tua dibandingkan dengan Candi Gunung Wukir.
Candi ini terletak di Desa Gulon, Kec. Salam, Kab. Magelang.
Peninggalan sejarah agama Hindu masih ada selain itu yang perlu anda ketahui karena mungkin
anda juga pernah mendengar nama peninggalan ini, sebagai berikut:
1. Candi Prambanan
Candi yang dikenal dengan nama Candi Roro Jonggrang ini memang cukup populer dengan cerita
legendarisnya. Kisah Bandung Bondowoso serta Roro Jonggrang menjadi salah satu cerita sejarah
yang selalu ada di buku buku cerita. Candi ini dibangun pada tahun 825 M yang terdiri dari tiga candi
utama di bagian tengahnya yang menandakan sebagai persembahan pada Dewa Trimurti. Relief dari
Candi Prambabanan ini berisikan cerita Ramayana. Bahkan kompleks candi Prambanan ini ditulis
oleh Raffles ke dalam sebuah buku yang berjudul “History of Java”.