Anda di halaman 1dari 11

4

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anestesi Lokal


Bahan anestesi lokal pertama yang ditemukan adalah kokain. Kokain yang
ditemukan secara tidak sengaja pada akhir abad ke-19 ternyata memiliki kemampuan
sebagai anestesi yang baik. Kokain diperoleh dari ekstrak daun coca (Erythroxylon
coca). Selama berabad-abad bangsa Andean mengunyah ekstrak daun ini untuk
mendapatkan efek stimulasi dan euforia. Kokain pertama kali diisolasi pada tahun
1860 oleh Albert Niemann.7
Layaknya ahli kimia lainnya beliau mencicipi sendiri penemuannya dan
merasakan efek mati rasa di lidah. Sigmund Freud meneliti efek fisiologi kokain dan
pada tahun 1884. Carl Koller memperkenalkan pemakaian kokain dalam praktek
klinis sebagai anestesi topikal untuk operasi mata. Halstead mempopulerkan
penggunaan cara infiltrasi dan blok saraf. Penggunaan bahan anestesi lokal secara
luas saat ini berdasarkan hasil observasi dan temuan di atas.7

2.1.1 Definisi Bahan Anestesi Lokal


Bahan anestesi lokal adalah substansi atau bahan yang dapat menimbulkan
matirasa setempat atau terbatas dengan cara memblokir konduksi impuls. Anestesi
lokal bekerja dengan menghalangi masuknya ion natrium ke dalam saluran saraf,
sehingga mencegah peningkatan sementara permeabilitas membran saraf untuk
natrium yang diperlukan untuk potensial aksi terjadi .8

2.2 Sifat Ideal Bahan Anestesi Lokal


Bahan anestesi lokal mencegah pembentukan dan konduksi impuls
saraf.Tempat kerjanya terutama di selaput lendir.Disamping itu, bahan anestesi lokal
mengganggu fungsi semua organ dimana terjadi konduksi atau transmisi dari
beberapa impuls.Artinya, bahan anestesi lokal mempunyai efek yang penting
5

terhadap SSP, ganglia otonom, cabang-cabang neuromuskular dan semua jaringan


otot.Bahan anestesi lokal yang ideal yaitu:1,9,10
• Memiliki mula kerja yang cepat.
• Durasi kerja yang cukup panjang.
• Tidak mengiritasi dan tidak merusak jaringan saraf secara permanen.
• Batas keamanan harus lebar, karena anestetik lokal akan diserap dari tempat
suntikan.
• Zat anestetik lokal juga harus larut dalam air, stabil dalam larutan, dapat
disterilkan tanpa mengalami perubahan.

2.3 Mekanisme Kerja Obat Anestesi Lokal


Potensial aksi saraf terjadi karena adanya peningkatan sesaat dari
permeabelitas membran terhadap ion Na+ akibat depolarisasi ringan pada membran.
Proses inilah yang dihambat oleh bahan anestetik lokal; hal ini terjadi akibat adanya
interaksi langsung antara bahan anestetik lokal dengan kanal Na+ yang peka terhadap
adanya perubahan voltase muatan listrik.9,10,28
Dengan semakin bertambahnya efek bahan anestesi lokal didalam saraf, maka
ambang rangsang membranakan meningkat secara bertahap, kecepatan peningkatan
potensial aksi menurun, konduksi impuls melambat dan faktor pengaman konduksi
saraf juga berkurang. Faktor-faktor ini akan mengakibatkan penurunan potensial aksi
dan dengan demikian mengakibatkan kegagalan konduksi saraf.9,10,28

2.4 Golongan Bahan Anestesi lokal


Bahan anestesi lokal merupakan gabungan dari garam laut dalam air dan
alkaloid larut dalam lemak dan terdiri dari bagian kepala cincin aromatik tak jenuh
bersifat lipofilik, bagian badan sebagai penghubung terdiri dari cincin hidrokarbon
dan bagian ekor yang terdiri dari amino tersier bersifat hidrofilik. Bahan anestesi
lokal dibagi menjadi dua golongan:11
6

i) Golongan ester (-COOC-)


Bahan-bahan dimetabolisme melalui proses hidrolisis. Yang termasuk
kedalam golongan ester, yakni : Kokain, Benzokain, ametocaine, prokain, piperoain,
tetrakain, kloroprokain.12
ii) Golongan amida (-NHCO-)
Bahan-bahan ini termetabolisme melalui oksidasi di dalam hati. Yang
termasuk kedalam golongan amida, yakni : lidokain, mepivakain, prilokain,
bupivakain, etidokain, dibukain, ropivakain, levobupivakain.12
Kecuali kokain, maka semua bahan anestesi lokal bersifat vasodilator
(melebarkan pembuluh darah).Sifat ini membuat bahan anestesi lokal cepat diserap,
sehingga toksisitasnya meningkat dan lama kerjanya jadi singkat karena bahan ini
cepat masuk ke dalam sirkulasi.Untuk memperpanjang kerja serta memperkecil
toksisitas sering ditambahkan vasokonstriktor. Vasokonstriktor merupakan
12
kontraindikasi pada kondisi sebagai berikut:
(1) Anestesi pada telinga dan jari.
(2) Infiltrasi, blok saraf pada persalinan spontan.
(3) Penderita usia lanjut.
(4) Penderita hipertensi.
(5) Penderita dengan penyakit-penyakit kardiovaskuler.
(6) Penderita diabetes mellitus.
(7) Penderita tirotoksikosis.

2.4.1 Amida
Ikatan amida dari bahan anestesi lokal amida dihidrolisis oleh enzim
mikrosomal hati.Kecepatan metabolisme senyawa amida di dalam hati ini bervariasi
bagi setiap individu, perkiraan urutannya adalah Prilokain (tercepat) > etidokain >
lidokain > mepivakain > bupivakain (terlambat). Akibatnya, toksisitas dari anestesi
lokal tipe amida ini akan meningkat pada pasien dengan gangguan fungsi hati.
Sebagai contoh, waktu paruh lidokain rerata akan memanjang dari 1,8 jam pada
7

pasien normal menjadi lebih dari 6 jam pada pasien dengan penyakit hati yang
berat.12
1. Artikain
Artikain mulai digunakan di Amerika Serikat sebagai bahan anestesi lokal
pada gigi sejak April 2000, dari berbagai anestetikum amino-amida karena memiliki
suatu tiofen, dan bukan cincin benzene.12Saat ini jenis artikain direkomendasikan
untuk infiltrasi saja. Ini memiliki onset yang cepat(< 2 menit ) dengan kemampuan
menembus kepadatan tulang kortikal mandibula. Dosis maksimum yang aman untuk
orang dewasa 7 mg/kgBB 1.13,14Kontraindikasi dari jenis ini adalah memiliki riwayat
apabila pasien alergi atau hipersensitivitas dengan sulfat.14
2. Prilokain
Prilokain di antara bahan anestesi amoni-amida yang dapat menurunkan
toksisitas sistemik.14Biasanya bahan ini digunakan untuk blok dan infiltrasi yang
membutuhkan waktu analgesia yang lebih dari 90 menit. Dosis maksimum 400 mg
sekalinya, 600 mg bersama vasokonstriktor. Efek sampingnya berupa
methemoglobinemia dan sianosis, terutama pada dosis besar, yang disebabkan oleh
metabolit o-toluidin.15
3. Mepivakain
Bahan anestesi lokal golongan amida ini sifat farmakologiknya mirip
lidokain.Mepivakain digunakan untuk anestesi infiltrasi, blokade saraf regional dan
anestesi spinal. Sediaan untuk suntikan merupakan larutan 1,0; 1,5 dan 2%.Kecepatan
timbulnya efek, durasi aksi, potensi, dan toksisitasnya mirip dengan lidokain.
Mepivakain tidak mempunyai sifat alergenik terhadap agen anestesi lokal tipe
ester.12,15
Agen ini dipasarkan sebagai garam hidroklorida dan dapat digunakan untuk
anestesi infiltrasi atau regional namun kurang efektif bila digunakan untuk anestesi
topikal. Mepivakain dapat menimbulkan vasokonstriksi lebih ringan daripada
lidokain tetapi biasanya mepivakain digunakan dalam bentuk larutan dengan
penambahan adrenalin 1: 80.000. maksimal 5 mg/kg berat tubuh. Satu buah cartridge
biasanya sudah cukup untuk anestesi infiltrasi atau regional.12,15
8

4. Lidokain
Lidokain adalah bahan anestesi lokal yang kuat dan dapat digunakan secara
luas dengan pemberian topikal maupun suntikan.Anestesi terjadi lebih cepat, lebih
kuat, lebih lama dan lebih ekstensif daripada yang ditimbulkan oleh prokain.
Lidokain merupakan aminoetilamid.12,16
Pada larutan 0,5% toksisitasnya sama, tetapi pada larutan 2% lebih toksik
daripada prokain. Larutan lidokain 0,5% digunakan untuk anestesi infiltrasi,
sedangkan larutan 1,0-2% untuk anestesi blok dan topikal. Bahan anestesi ini efektif
bila digunakan tanpa vasokonstriktor, tetapi kecepatan absorbs dan toksisitasnya
bertambah serta masa kerjanya lebih pendek.16
Lidokain terutama bersifat toksik pada susunan saraf pusat.Efek samping yang
terjadi akibat toksisitas dapat berupa kejang, agitasi, disorientasi, euforia, pandangan
kabur, dan mengantuk.17 Kejang berlangsung singkat dan berespon baik dengan
pemberian diazepam. Secara umum bila kadar dalam plasma tidak mencapai 9
mg/ml, maka lidokain dapat ditoleransi dengan baik.16

2.4.2 Ester
Bahan anastesi lokal ini dihidrolisis di dalam plasma oleh enzim
pseudocholinesterase. Kadar hidrolisis akan berdampak pada potensi toksisitas dari
anastesi obat. Reaksi alergi bisa terjadi akibat respon dari obat anastesi golongan
ester yang biasanya tidak berhubungan dengan PABA, yang sebagian besar produk
dari metabolisme anastesi lokal golongan ester.12
1. Kokain
Saat ini pemakaian klinis kokain umumnya terbatas pada anestesi topikal
untuk tindakan telinga, hidung dan tenggorokan, kokain memiliki efek
vasokonstriktor yang kuat sehingga berfungsi mengurangi perdarahan. Pemakaiannya
semakin berkurang karena digantikan oleh bahan anestesi lain yang dikombinasikan
dengan vasokonstriktor karenaakandapat menyebabkan toksisitas secara sistemik.12
9

2.Prokain
Prokain disintesis dan diperkenalkan tahun 1905 dengan nama dagang
novokain. Selama lebih dari 50tahun, bahan ini merupakan obat terpilih untuk
anestesi lokal, namun kegunaannya digantikan oleh bahan anestesi lain, yaitu lidokain
yang lebih kuat dan lebih aman berbanding prokain.9,12
Sebagai bahan anestesi lokal, prokain pernah digunakan untuk anestesi
infiltrasi, anestesi blok saraf, anestesi spinal, anestesi epidural dan anestesi kaudal.
Namun karena potensinya rendah, mula kerja lambat serta masa kerjanya pendek,
maka penggunaannya sekarang ini hanya terbatas untuk anestesi infiltrasi dan
kadang-kadang untuk anestesiblok saraf. Didalam tubuh, prokain akan dihidrolisis
menjadi PABA, yang dapat menghambat kerja sulfonamide.9,12
Efek samping yang serius adalah hipersensitasi,yang kadang-kadang pada
dosis rendah sudah dapat mengakibatkan kolaps dan kematian.Efek samping yang
harus dipertimbangkan pula adalah reaksi alergi terhadap kombinasi prokain
penisilin. Berlainan dengan kokain, zat ini tidak mengakibatkan adiksi.16
3.Benzokain
Benzokain merupakan turunan dari prokain di mana bahan ini tidak dapat
larutsempurna dalam cairan encer , benzokain cenderung tetap di lokasi aplikasi dan
tidak mudah diserap ke dalam sirkulasi sistemik dan memiliki efek toksisitas rendah,
benzokain sangat berguna untuk anestesi pada area permukaan besar dalam rongga
mulut .Efek samping penggunaan benzokain adalah warna kebiruan pada kuku, bibir,
kulit atau telapak tangan.12,17

2.5KomplikasiBahan Anestesi Lokal


1. Patah jarum
Patah jarum adalah disebabkan gerakan yang tiba-tiba dari jarum gauge yang
ukurannya kecil atau jarum yang dibengkokkan. Pencegahan supaya tidak terjadi
komplikasi ini, harus mengenal anatomi daerah yang akan dianestesi, gunakan jarum
gauge besar, pakai jarum sekali saja, tidak mengubah arah jarum, danmemberitahu
pasien sebelum penyuntikan dilakukan. Penanganan sekiranya terjadi komplikasi
10

patah jarum adalah pastikan pasien tidak bergerak dan berada dalam keadaan yang
tenang, mulut harus tetap terbuka supaya pipi atau jaringan sekitarnya tidak
tertusuk.18,19
2. Rasa terbakar pada injeksi
Penyebab terjadinya rasa terbakar pada injeksi adalahpH larutan melampaui
batas, injeksi larutan cepat, kontaminasi larutan catridge dengan larutan sterilisasi,
larutan anestesi yang hangat. Bisa terjadi iritasi jaringan dan jaringanakan menjadi
rusak.Pencegahan yang dapat dilakukan adalah menggunakan anestesi lokal yang pH
5. Injeksikan larutan perlahan-lahan (1ml/menit) dan cartridge disimpan pada suhu
kamar agar tetap steril.19
3. Rasa sakit pada injeksi
Penyebab rasa sakit pada injeksi adalah karenateknik injeksi yang salah,
jarum tumpul, deposit larutan cepat, jarum mengenai periosteum. Cara untuk
mencegah agar tidak terjadinya rasa sakit adalahpenyuntikan yang benar, pakai jarum
yang tajam, pakai larutan anestesi yang steril, injeksi jarum dengan perlahan, hindari
penyuntikan yang berulang-ulang.19
4. Parastesi (kelainan saraf akibat anestesi)
Penyebab parastesi atau kelainan saraf akibat anestesi adalah trauma (iritasi
mekanis pada nervus akibat injeksi jarum atau larutan anestetik sendiri).Injeksi yang
tepat serta penggunaan cartridge yang baik dapat mencegah terjadinya parastesi.
Sekiranya terjadi parastesi, tenangkan pasien.19
5. Trismus (gangguan membuka mulut)
Terdapat banyak penyebab terjadinya trismus antaranya adalahtrauma pada
otot untuk membuka mulut, iritasi larutan, pendarahan, infeksi rendah pada otot.Cara
pencegahannya adalah pakai jarum suntik tajam, asepsis saat melakukan suntikan,
hindari injeksi berulang-ulang, volume anestesi yang minimal.Sekiranya pasien
mengalami trismus, penanganan yang bisa dilakukan adalah terapi panas (kompres
daerah trismus 15-20 menit) setiap jam. Analgetik obat relaksasi otot, fisioterapi
(buka mulut 5- 10 menit tiap 3 jam), mengunyah permen karet, bila ada infeksi beri
antibiotik alat yang digunakan untuk membuka mulut saat trismus.19
11

6. Hematoma (efusi darah kedalam ruang vaskuler)


Penyebab hematoma adalah robeknya pembuluh darah vena/ arteri akibat
penyuntikan, tertusuknya arteri/ vena, dan efusi darah. Pencegahan hematoma
dengancara injeksi harus diketahui sesuai dengan indikasi, jumlah penetrasi jarum
seminimal mungkin. Penanganan hematoma adalahpenekanan pada pembuluh darah
yang terkena, diberi analgetik bila nyeri dan aplikasikan pada hari berikutnya.19
7. Infeksi
Penyebab infeksi adalahjarum dan daerah operasi yang tidak steril, infeksi
mukosa masuk kedalam jaringan dan teknik pemakaian alat yang salah. Pencegahan
supaya tidak terjadi infeksi adalah pastikanjarum yang digunakan steril.19
8. Edema (Pembengkakan Jaringan)
Penyebab edemaadalah karena trauma selama injeksi, infeksi, alergi,
pendarahan dan iritasi larutan analgesik.Pencegahan edema adalahmemakai alat
untuk anestesi lokal yang betul, injeksi atraumatik, teliti pasien sebelum pemberian
larutan analgesik. Penanganan untuk pasien yang edema adalah dengan mengurangi
pembengkakan secepat mungkin, bila edema berhubungan dengan pernafasan maka
dirawat dengan epinefrin 8,3 mg IV/Im, antihistamin IV/im. Kortikosteroid IV/ IM,
supinasi, berikan basic life support, tracheastomy apabila sumbat nafas dan evaluasi
pasien.19
9. Bibir tergigit
Penyebab bibir tergigit karena pemakaian bahan anestesi lokal yang
mempunyai durasi panjang yang menyebabkan pasien tidak terasa sewaktu
menggigit-gigit bibir.Pencegahan supaya tidak tergigit bibir adalah pilih anestesi
durasi pendek, jangan makan atau minum yang panas dan jangan mengigit bibir.
Penanganannya adalah analgesik, antibiotik, kumur air hangat dan oles
18,19
vaselinàlipstik.
10. Paralisis nervus fasialis
Penyebabnya adalahmasuknya larutan anestesi ke dalam kapsul atau
substransi grandula parotid. Pencegahannya dengananestesi blok yang benar untuk n.
Alveaolaris inferior dan pastikan jarum tidak menyimpang lebih kepost sewaktu blok
12

n. alveolaris inferior. Beritahu pasien bahwa bahan ini bersifat sementara, maka
anjurkan secara periode membuka dan menutup mata.19
11. Lesi intra oral pasca anestesi
Penyebab lesi adalah karenastomatitis apthosa rekuren, herpes
simpleks.Penanganan untuk lesi oral akibat anestesi adalahsimptomatik, kumur-
kumur dengan larutan dipenhidramin dan susu magnesium.19
12. Mengelupas pada jaringan
Penyebab mengelupas pada jaringan karena epitel yang deskuamasi dan abses
steril.Pencegahan untuk pengelupasan adalah gunakan topikal anestesi danapabila
memakai vasokonstriktor pastikan tidak berlebihan. Penanganansecara simptomatik,
rasa sakit bisa diobati dengan analgesik (aspirin/ kodein secara topikal)19
13. Pingsan
Pingsan merupakan bentuk syok neurogenik.Penyebab terjadinya pingsan
adalah karena isomia, penurunan volume darah ke otak atau trauma
psikologi.Pencegahannya denganfentilasi yang cukup. Penanganan sekiranya terjadi
pingsan adalahposisikan kepala lebih rendah dari tubuh, kaki sedikit diangkat, bila
pasien sudah sadar dianjurkan tarik nafas dalam-dalam dan rangsang pernafasan
dengan wangi-wangian19
13

2.6 Kerangka Teori

Anestesi Lokal

Golongan obat anestesi


lokal

Ester Amida
14

2.7 Kerangka Konsep

1. Definisi Anestesi
Lokal Bahan anestesi

2. Mekanisme kerja lokal yang

anestesi lokal sering


Anestesi lokal
3. Golongan obat digunakan di

anestesi lokal praktek dokter

4. Komplikasi anestesi gigi di Kota

lokal Medan.

Anda mungkin juga menyukai