Salam paralel, artinya melaksanakan dua transaksi bai’ salam yaitu antara pemesan dan
penjual dan antara penjual dengan pemasok (supplier) atau pihak ketiga lainnya secara
simultan. Beberapa ulama kontemporer melarang transaksi salam paralel terutama jika
perdagangan dan transaksi semacam itu dilakukan secara terus menerus. Hal demikian
dapat menjurus kepada riba. Paralel salam dibolehkan asalkan eksekusi kontrak salam
kedua tidak tergantung pada eksekusi kontrak yang pertama.
Berdasarkan Gambar mekanisme transaksi salam dalam Perbankan Syariah adalah sebagai
berikut.
Muhammad Riski Firmansyah 11160490000036
Rafly Zeldhan 11160490000052
1) Salam adalah transaksi jual beli dimana barang yang diperjualbelikan belum ada
sehingga barang diserahkan secara tangguh sedangkan pembayaran dilakukan secara
tunai.
2) Saat barang diserahkan kepada bank oleh produsen maka bank akan menjualnya
kepada nasabah secara tunai ataun secara cicilan. Harga jual yang ditetapkan bank adalah
harga beli bank dari nasabah yang ditambah keuntungan.
3) Bila bank menjualnya secara tunai biasanya disebut pembiayaan talangan. Bila bank
menjual secara cicilan, maka bank dan nasabah harus menyepakati harga jual dan jangka
waktu pembayaran.
4) Harga jual dicantumkan dalam akad jual beli dan jika telah disepakati tidak dapat
berubah selama berlakunya akad.
Ketentuan umum dalam transaksi salam adalah:
1) Pembelian hasil produksi harus diketahui spesifikasinya secara jelas seperti jenis,
macam, mutu, dan jumlahnya.
2) Apabila hasil produksi yang diterima cacat atau tidak sesuai dengan akad maka
produsen harus bertanggungjawab dengan cara mengembalikan dana yang diterimanya
atau mengganti barang yang sesuai dengan pesanan.
3) Mengingat bank tidak menjadikan barang yang dibeli atau dipesannya sebagai
persediaan, maka dimungkinkan bagi bank untuk melakukan akad salam kepada pihak
ketiga (pemebeli kedua), seperti: bulog, pedagang pasar induk, dan rekanan.
“ Hai orang-orang beriman apabila kamu bermuamalah tidak secar tunai untuk waktu yang
ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya” (QS. Al Baqarah:282)
Muhammad Riski Firmansyah 11160490000036
Rafly Zeldhan 11160490000052
2) Al Hadis
“ Tiga hal yang didalamnya terdapat keberkahan: jual beli secara tangguh, muqaradhah
(mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk
dijual.” (HR. Ibnu Majah)
1. Fatwa DSN tentang Transaksi Salam (Fatwa No.05/DSN-MUI/IV/2000) tentang Jual
Beli Salam
Pertama: Ketentuan tentang pembayaran
1. Alat bayar harus diketahui jumlah dan bentknya, baik berupa uang, barang atau
manfaat.
2. Pembayaran harus dilakukan pada saat kontrak disepakati.
3. Pembayaran tidak boleh dalam bentuk pembebasan hutang.
Kedua: Ketentuan tentang barang
1. Harus jelas cirri-cirinya dan dapat diakui sebagai hutang
2. Harus dapat dijelaskan spesifikasinya.
3. Penyerahannya dialakukan kemudian.
4. Waktu dan tempat penyerahan barang harus ditetapkan berdasarkan kesepakatan.
5. Pembeli tidak boleh menjual barang sebelum menerimanya.
6. Tidak boleh menukar barang, kecuali dengan barang sejenis sesuai kesepakatan.
Ketiga: Ketentuan tentang salam paralel
Dibolehkan melakukan salam paralel dengan syarat:
1. Akad kedua terpisah dari akad pertama, dan
2. Akad kedua dilakukan setelah akad pertama sah.
Keempat: Penyerahan sebelum atau pada waktunya
1. Penjual harus menyerahkan barang tepat waktunya dengan kualitas dan jumlah yang
telah disepakati.
2. Jika penjual menyerahkan barang dengan kualitas yang lebih tinggi, penjual tidak
boleh meminta tambahan harga.
3. Jika penjual menyerahkan barang dengan kualitas yang lebih rendah, dan pembeli
rela menerimanya, maka ia tidak boleh menuntut pengurangan harga.
Muhammad Riski Firmansyah 11160490000036
Rafly Zeldhan 11160490000052
4. Penjual dapat menyerahkan barang lebih cepat dari waktu yang disepakati dengan
syarat: kualitas dan jumlah barang sesuai dengan kesepakatan, dan ia tidak boleh
menuntut tambahan harga.
5. Jika semua atau sebagian barang tidak tersedia pada waktu penyerahan, atau
kualitasnya lebih rendah dan pemebeli tidak rela meneimanya, maka ia memiliki dua
pilihan:
1. Membatalkan kontrak dan meminta kembali uangnya,
2. Menunggu sampai barang tersedia.
Kelima: Pembatalan kontrak
Pada dasarnya pembatalan salam boleh dilakukan, selama tidak merugikan kedua belah
pihak.
1. Akad antara LKS (pembeli) dan produsen (penjual), terpisah dari akad antara
LKS (penjual) dan pemebeli akhir.
2. Kedua akad tidak saling bergantung (ta’alluq)
3. Spesifikasi dan harga barang pesanan disepakati oleh pembeli dan penjual di
awal akad. Ketentuan harga barang pesanan tidak dapat berubah jangka waktu
akad. Dalam hal bertidak sebagai pembeli, LKS dapat meminta jaminan
kepada penjual untuk menghindari resiko yang merugikan.
4. Barang pesanan harus diketahui karaktersitiknya secara umum yang meliputi:
jenis, spesifiaksi teknis, kualitas dan kuantitasnya. Barang pesanan harus
sesuai dengan karakteristik yang telah disepakti antara pembeli dan penjual.
5. Alat pembayaran harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik berupa kas,
barang atau manfaat. Pelunasan harus dilakakukan pada saat akad disepakati
dan tidak boleh dalam bentuk pembebasan hutang penjual atau penyerahan
piutang pembeli dari pihak lain.
6. Transaksi salam dilakukan karena pembeli berniat memberikan modal kerja
terlebih dahulu untuk memungkinkan penjual (produsen) memproduksi
barangnya, yang dipesan memiliki spesifikasi khusus atau pemebli ingin
mendapatkan kepastian dari penjual. Transaksi salam diselesaikan pada saat
penjual menyerahkan barang kepada pembeli.
C. Pengakuan dan Pengukuran
Pengakuan dan Pengukuran transaksi salam yang diatur dalam PSAK 59 mengatur
pengakuaan dan pengukuran Bank sebagai pembeli dan Bank sabagai penjual sedangkan
PSAK 103 mengatur tentang pengakuan dan pengukuran akuntansi untuk pembeli dan untuk
penjual.
1. Akuntansi untuk Pembeli
Akuntansi transaksi salam dari sudut pandang pembeli antara lain sebagai berikut :
a. Piutang saham diakui pada saat modal usaha salam dibayarkan atau dialihkan
kepada penjual.
b. Modal usaha salam dapat berupa kas dan aset Non kas. Modal usaha salam dalam
bentuk kas diukur sebesar jumlah yang dibayarkan, sedangkan modal usaha salam
Muhammad Riski Firmansyah 11160490000036
Rafly Zeldhan 11160490000052
dalam bentuk aset Non kas diukur sebesar nilai wajar. Selisih antara nilai wajar dan
nilai tercatat modal usaha Non kas yang diserahkan diakui sebagi keuntungan atau
kerugian pada saat penyerahan modal usaha tersebut.
c. Penerimaan barang pesanan diakui dan diukur sebagi berikut :
(a) Jika barang pesanan sesuai dengan akad dinilai sesuai dengan nilai yang disepakati
(b) Jika barang pesanan berbeda kualitasnya maka :
i. Barang pesanan yang diterima diukur sesuai dengan nilai akad, jika nilai pasar( nilai
wajar jika nilai pasar tidak tersedia ) dari barang pesanan yang diterima nilainya sama
atau lebih tinggi dari nilai barang pesanan yang teercantum dalam akad
ii. Barang pesanan yang diterima diukur sesuai nilai pasar (nilai wajar jika niali pasar
tidak tersedia) pada saat diterima dan selisihnya dialui sebagai kerugian, jika nilai pasar
dari pesanan lebih rendah dari pada nilai pesanan yang tercantum dalam akad
(c) Jika pembeli tidak menerima sebagian atau seluruh barang pesanan pada tanggal
jatuh tempo pengiriman, maka :
i. Jika tanggal pengiriman diperpanjang nilai tercatat piutang salam sebesar bagian
yang belum dipenuhi tetap sesuai dengan nilai yang tercantum dalam akad
ii.Jika akad salam dibatalkan sebagian atau seluruhnya, maka piutang salam berubah
menjadi piutang yang harus dilunasi oleh penjual sebesr bagian yang tidak dapat
dipenuhi
iii.Jika akad salam dibatalkan sebagian atau seluruhnya dan pembeli mempunyai
jaminan atas barang pesanan serta hasil penjualan jaminan tersebut lebih kecil dari nilai
piutang salam, maka selisih antara nilai tercatat piutang salam dan hasil penjualan
jaminan tersebut diakui sebagai piutang salam maka sellisihnya menjadi hak penjual
d. Pembeli dapat mengenakan denda kepada penjual, denda hanya boleh dikenakan
kepada penjual yang mampu menyelesaikan kewajibannya, tetapi sengaja tidka
melakukannya. Hal ini tidak berlaku bagi penjual yang tidak mempu menunaikan
kewajibannya karena force majeur. Denda dikenakan jika penjual lalai dalam
melakukan kewajibannya sesuai dengan akad, dan denda yang diterima diakui sebagai
bagian dana kebajikan.
Muhammad Riski Firmansyah 11160490000036
Rafly Zeldhan 11160490000052
e. Barang pesanan yang telah diterima diakui sebagai persediaan. Pada akhir periode
pelaporan keuangan persediaan yang diperoleh melalui salam diukur sebagai nilai
terendah iaya perolehan atau nilai bersih yang dapat direalisasi. Apabila nilai bersih
yang dapat direalisasi lebih rendah dari biaya perolehan, maka selisihnya diakui
sebagai kerugian.
2. Akuntansi untuk Penjual
Akuntansi transaksi salam dari sudut pandang penjual antara lain sebagai berikut:
a. Kewajiban salam diakui pada saat penjual menerima modal usaha salam sebesar
modal usaha salam yang diterima.
b. Modal usaha salam yang diterima dapat beruap kas dan asset nonkas. Modal usaha
salam dalam bentuk kas diukr sebesar jumlah yang diterima sedangkan modal usaha
salma dalam bentuk asset nonkas diukur sebesar nilai wajar.
c. Kewajiban salam dihentikan pengakuannya (derecognation) pada saat penyerahan
barang pada pmebeli. Jika penjual melakukan transaksi salam paralel, selisih antara
jumlah yang dibayar oleh pembeli akhir dan biaya perolehan barang pesanan diakui
sebagai keuntungan atau kerugian pada saat penyerahan barang pesanan oleh penjual
ke pembeli akhir.
D. Penyajian
1. Pembeli menyajikan modal usaha salam yang diberikan sebagai piutang salam.
2. Piutang yang harus dilunasi oleh penjual karena tidak dapat memenuhi kewajibannya
dalam transaksi salam disajikan secara terpisah dari piutang salam.
3. Penjual menyajikan modal usaha salam yang diterima sebagai kewajiban salam.
E. Pengungkapan
Lembaga Keuangan Syariah mengungkapkan sesuai Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan Nomor 101 tentang Penyajian Laporan Keuangan Syariah.
keuangan mikro syariah (LKMS) semacam BMT (Baitul Maal Wa Tamwil), koperasi syariah
baik dengan bentuk KJKS maupun UJKS, maupun LKS lainnya yang menggunakan transaksi
salam dalam kegiatan operasionalnya. Menurut tim pengembangan perbankan syariah IBI
(2009:99) bahwa rukun salam adalah:
1. pihak yang berakad
a. pembeli atau pemesan (muslam)
b. penjual (muslam ilaih)
2. objek yang diakadkan
a. barang yang disalamkan (muslam fiih)
b. harga atau modal salam (ra’su maal as-salam)
3. akad atau sigot
a. serah (ijab)
b. terima (qabul)
4. Berakhirnya akad
a. Barang yang dipesan tidak ada pada waktu yang ditentukan
b. Barang yang dikirim cacat atau tidak sesuai dengan yang disepakati dalam akad,
c. Barang yang dikirim kualitasnya lebih rendah dan pembeli membatalkan.
d. Barang yang dikirim kualitasnya tidak sesuai akad tetapi pembeli menerimanya
e. Barang diterima.
b. pada akhir periode pelaporan keuangan, modal usaha salam diukur sesuai dengan
ketentuan diatas
3. modal usaha salam berupa aktiva nonkas diukur sebesar:
a. nilai wajar aktiva nonkas dalam bentuk:
1) harga pasar aktiva nokas yang dialihkan pada penjual
2) replacement cost aktiva lain yang sejenis dengan aktiva nonkas yang dialihkan
kepada penjual; atau
3) amount recoverable dari arus kas masuk yang dapat diperoleh dari aktiva nonkas
yang dialihkan kepada penjual; atau
b. nilai yang disepakati antara bank dan nasabah
4. modal usaha salam yang diberikan disajikan dalam laporan keuangan sebagai piutang
salam.
Ø Bank sebagai penjual
1. pengakuan hutang salam
Hutang salam diakui pada saat modal usaha salam berupa kas atau aktiva nonkas diteriam
bank
2. pengukuran modal usaha salam
a. pengukuran modal usaha salam dilakukan sebagai berikut:
1) modal usaha salam dalam bentuk kas dapat diukur sebesar jumlah yang diterima
2) modal usaha salam dalma bentuk aktiva nonkas diukur sebesar nilai wajar (niali
yang disepakati antara bank dan pembeli).
b. pada akhir periode pelaporan keuangan modal usaha salam diukur sesuai dengan
ketentuan diatas
3. modal usaha salam berupa aktiva nonkas diukur sebesar:
a. nilai wajar aktiva nonkas dalam bentuk:
1) harga pasar aktiva nonkas yang dialihkan ke bank
2) replacement cost aktiva lain yang sejenis dengan aktiva nonkas yang dialihkan
kepada Bank; atau
3) amount recoverable dari arus kas masuk yang dapat diperoleh dari aktiva nonkas
yang dialihkan kepada Bank; atau
Muhammad Riski Firmansyah 11160490000036
Rafly Zeldhan 11160490000052
JURNAL STANDAR
Jurnal-jurnal standar berikut mengilustrasikan transaksi salam antara pembeli dan penjual.
Contoh berikut mengasumsikan Bank Syariah yang berperan sebagai penjual dan pembeli
pada saat menerima pesanan barang dari nasabah (pembeli akhir). Oleh karena itu, bank akan
melakukan pemesanan kepada pihak lain (salam paralel) jika tidak memiliki produk yang
dipesan oleh nasabah.
Ø Akuntansi Pembeli: Bank/ LKS sebagai Pembeli (Salam Biasa)
1. Pada saat Bank/ LKS membeli modal kas
(Dr) Piutang salam xx
(Cr) Kas xx
2. Pada saat Bank/ LKS memberikan modal nonkas
(Dr) Piutang salam (nilai wajar yang disepakati) xx
(Cr) Aktiva non-kas (nilai wajar yang disepakati) xx
3. Pada saat Bank/ LKS menerima jaminan berupa uang dari penjual
(Dr) Kas xx
(Cr) Hutang jaminan xx
4. Pada saat Bank/ LKS menerima jaminan berupa barang dari penjual
(Dr) Aktiva jaminan xx
(Cr) Hutang jaminan xx
5. Pada saat Bank/ LKS menerima barang dari penjual
a. Sesuai akad
(Dr) Persediaan (barang pesanan) xx
(Cr) Piutang salam xx
b. Berbeda kualitas dan nilai pasar lebih rendah dari nilai akad dari persediaan (barang
pesanan)
(Dr) Persediaan (barang pesanan) xx
(Dr) Kerugian salam xx
Muhammad Riski Firmansyah 11160490000036
Rafly Zeldhan 11160490000052